Produk: Batu Bara

  • Beda Rapor Ekonomi 1 Tahun Prabowo, Jokowi, dan SBY, Siapa Paling Unggul?

    Beda Rapor Ekonomi 1 Tahun Prabowo, Jokowi, dan SBY, Siapa Paling Unggul?

    Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto akan memasuki umur setahun pada 20 Oktober 2025. Sejumlah tantangan masih berada di depan mata apalagi kalau mau mengejar target pertumbuhan ekonomi 8%.

    Berkaca kepada tahun-tahun sebelumnya, kinerja tahun pertama pemerintahan Prabowo tidak lebih baik dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), namun sedikit lebih impresif dari Jokowi.

    Prabowo resmi menjabat sebagai kepala pemerintahan dan negara pada 20 Oktober 2024. Pada kuartal IV/2024 atau tiga bulan pertama pemerintahan Prabowo, ekonomi tumbuh 5,02% secara tahunan atau year on year (YoY).

    Tiga bulan selanjutnya atau kuartal I/2025, pertumbuhan ekonomi sebesar 4,87% YoY. Kemudian pada kuartal II/2025, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,12% YoY.

    Artinya, dari tiga kuartal pertama pemerintahan Prabowo, perekonomian rata-rata tumbuh 5%.

    Angka itu sedikit lebih baik dari pendahulunya, Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) ketika pertama kali menjadi orang nomor di Indonesia pada 20 Oktober 2014. Pada kuartal IV/2015 atau tiga bulan pertama pemerintahan Jokowi, ekonomi 50,1% YoY.

    Tiga bulan selanjutnya atau kuartal I/2015, pertumbuhan ekonomi sebesar 4,71% YoY. Kemudian pada kuartal II/2025, pertumbuhan ekonomi mencapai 4,67%. Alhasil, rata-rata pertumbuhan ekonomi dalam tiga kuartal pertama pemerintahan Jokowi sebesar 4,8%.

    Ditarik lagi ke belakang, satu tahun pertama pemerintahan SBY mempunyai catatan yang lebih impresif dari sisi pertumbuhan ekonomi. SBY pertama kali menjabat sebagai presiden pada 20 Oktober 2004.

    Pada kuartal IV/2024 atau tiga bulan pertama pemerintahan SBY, pertumbuhan ekonomi mencapai 6,65% YoY. Kemudian pada kuartal I/2005, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,35%. Selanjutnya pada kuartal II/2025, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,54%.

    Artinya, rata-rata pertumbuhan ekonomi dalam tiga kuartal pertama pemerintahan SBY tercatat di angka 6,18%.

    Dengan demikian, rata-rata pertumbuhan ekonomi tahun pertama Prabowo (5%) sedikit lebih baik dari Jokowi (4,8%), namun masih jauh lebih rendah dari SBY (6,18%). 

    Apa yang Perlu Dilakukan Prabowo?

    Sejumlah pengamat memberikan pandangan terkait dengan target ekonomi yang dikejar oleh pemerintah hingga 8%.

    Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) Teuku Riefky menilai upaya pemerintah mencapai target pertumbuhan ekonomi nasional dinilai masih jauh dari harapan. 

    Meski sempat mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,12%, pencapaian itu dinilainya masih lemah dan belum ditopang oleh kebijakan yang mampu mempercepat laju ekonomi menuju target ambisius 8%.

    “Pencapaian target makro sangat lemah. Memang kemarin 5,12%, tapi belum terlihat ada program yang benar-benar mendukung pertumbuhan. Saat ini mempertahankan angka 5% saja sudah sulit,” ujarnya kepada Bisnis.com dikutip Sabtu (18/10/2025).

    Dia meminta pemerintah mengurangi misalokasi sumber daya fiskal yang menyebabkan belanja negara tidak efektif dalam mendorong produktivitas ekonomi. 

    Dia menekankan perlunya perbaikan kualitas institusi agar anggaran dapat digunakan secara lebih tepat sasaran dan berdampak langsung pada peningkatan kinerja ekonomi nasional.

    Teuku Riefky memperkirakan kinerja ekspor nasional masih sangat bergantung pada kondisi global yang tengah tidak menentu, sementara dua mesin pertumbuhan lainnya yakni konsumsi masih diwarnai pelemahan daya beli masyarakat. Lalu investasi asing yang masih menunjukkan kontraksi.

    “Perbaiki kualitas institusi, iklim investasi sehingga investasi masuk lapangan pekerjaan tercipta, daya beli meningkat, penerimaan negara akan masuk dengan sendirinya,” terangnya.

    Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti menjelaskan bahwa Indonesia perlu keluar dari zona nyaman pertumbuhan ekonomi berbasis konsumsi rumah tangga jika ingin mencapai target ambisius pertumbuhan 8%.

    “Kalau kita punya target pertumbuhan ekonomi 8%, itu tidak bisa hanya mengandalkan konsumsi rumah tangga. Harus dari ekspor dan investasi,” ujarnya.

    Indonesia, sambungnya, telah terjebak dalam middle income trap selama lebih dari tiga dekade sejak 1993.

    “Artinya, mau tidak mau, suka tidak suka, pertumbuhan di atas 6% itu sudah menjadi keharusan,” jelasnya.

    Untuk memperkuat ekspor, tambah Esther, strategi utama yang harus dilakukan adalah diversifikasi produk dan pasar, seperti mengembangkan industri kreatif. Indonesia selama ini masih bergantung pada komoditas seperti sawit, batu bara, dan karet.

    Selain itu, perluasan pasar ekspor juga menjadi prioritas karena saat ini mitra utama Indonesia adalah China dan Amerika Serikat. Pemerintah harus lebih agresif menembus pasar baru.

    Selain mendorong ekspor dan investasi, kebijakan fiskal (APBN) juga perlu diarahkan dari aktivitas konsumtif ke aktivitas produktif. Pemerintah diharapkan lebih fokus mendukung sektor-sektor yang menciptakan nilai tambah ekonomi dan lapangan kerja.

    “Selama ini banyak aktivitas ekonomi yang sifatnya konsumtif. Padahal, APBN seharusnya menjadi instrumen untuk memperkuat produktivitas nasional,” jelasnya.

    Penciptaan Lapangan Kerja

    Direktur Eksekutif Segara Research Institute Piter Abdullah menggarisbawahi bahwa pemulihan ekonomi nasional selama satu tahun terakhir dinilai masih menghadapi tantangan besar dalam aspek penciptaan lapangan kerja.

    Meski konsumsi rumah tangga mulai menunjukkan perbaikan, indikator yang berkaitan dengan job creation justru melemah di hampir semua sektor.

    “Kalau lihat satu tahun ke belakang, kaitannya dengan konsumsi, ini yang belum dibahas. Sebetulnya ada satu catatan PR besar yang belum bisa diselesaikan dengan baik, yaitu penciptaan lapangan pekerjaan,” katanya.

    Ia menambahkan, semua indikator terkait penciptaan lapangan kerja menunjukkan pelemahan, mulai dari tingkat partisipasi tenaga kerja hingga persepsi masyarakat terhadap ketersediaan pekerjaan. Bahkan, indeks kepercayaan ekonomi konsumen pada aspek lapangan kerja menjadi yang paling pesimis dibandingkan indikator lainnya

  • Pengusaha Hentikan Operasional, Produksi Tambang Batu Bara di Sumsel Anjlok 50%

    Pengusaha Hentikan Operasional, Produksi Tambang Batu Bara di Sumsel Anjlok 50%

    Bisnis.com, PALEMBANG — Kinerja sektor pertambangan batu bara di Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel) mengalami keterpurukan dalam beberapa waktu terakhir, imbas berhentinya operasi akibat terputusnya jalur transportasi logistik batu bara. 

    Ketua Asosiasi Pertambangan Batubara Sumsel (APBS), Andi Asmara, mengungkapkan bahwa sudah hampir tiga bulan sejumlah perusahaan di wilayah Muara Enim dan Lahat menghentikan operasional tambang mereka.

    “Makanya sekarang ini batubara Sumsel, khususnya di Muara Enim, Lahat, dropnya besar sekali lebih dari 50%,” ujarnya usai mengikuti rakor tindak lanjur jalan khusus di Kantor Gubernur Sumsel, Jumat (17/10/2025).

    Penghentian operasional ini disebabkan oleh belum terhubungnya jalan khusus angkutan batubara yang masih dalam proses pembangunan.

    Saat ini, panjang jalan khusus tersebut baru mencapai sekitar 120 kilometer (km), sementara target pengembangan mencapai 150 km agar seluruh proses pengangkutan batubara dari Muara Enim hingga Lahat dapat terintegrasi.

    “Targetnya, seluruh tambang bisa saling terhubung, mulai dari Tanjung Enim ke tambang BAS milik Grup Titan, PT Bara Murti, eks tambang ABS, GGB, lalu ke Banjar Sri Bumi atau C-Way RDP, hingga akhirnya tersambung ke jalan SLR,” jelas Andi.

    Oleh karena itu, APBS bersama pemerintah terus mendorong percepatan pembangunan jalan khusus ini.

    Dia juga berharap dapat segera menemukan win-win solution, sehingga aktivitas pertambangan bisa kembali normal dan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.

    “Kita belum bisa menggambarkan bentuk solusinya seperti apa, tapi koordinasi terus dilakukan. Mudah-mudahan sampai Januari nanti sudah terlihat hasilnya,” tutup Andi.

    Diketahui, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan harga batu bara acuan (HBA) untuk penjualan periode kedua Oktober 2025. Tercatat semua jenis HBA kompak naik.

    HBA periode pertama Oktober 2025 tertuang dalam Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM Nomor 339.K/MB.01/MEM.B/2025. Beleid ini ditandatangani Menteri ESDM Bahlil Lahadalia pada 14 Oktober 2025.

    Perinciannya, HBA untuk batu bara kalori tinggi dalam kesetaraan nilai kalori 6.322 kcal/kg GAR pada periode kedua Oktober ditetapkan sebesar US$109,74 per ton. Harga tersebut naik dibanding periode pertama Oktober 2025 yang sebesar US$106,94 per ton.

    Berikutnya, HBA untuk batu bara nilai kalori 5.300 kcal/kg GAR ditetapkan sebesar US$67,76 per ton untuk periode kedua Oktober. Angka ini naik dibandingkan periode pertama Oktober, yakni US$64,8 per ton.

    Sementara, HBA batu bara dengan kesetaraan nilai kalori 4.100 kcal/kg GAR dipatok US$43,71 per ton untuk periode kedua Oktober ini. Angka tersebut naik dibandingkan pada periode pertama Oktober yang senilai US$43,1 per ton.

    Lalu, HBA batu bara dengan kesetaraan nilai kalor 3.400 kcal/kg GAR dipatok US$33,92 per ton pada periode kedua Oktober. Angka itu naik dibandingkan periode pertama Oktober yang sebesar US$32,95 per ton.

    Berdasarkan Keputusan Menteri ESDM Nomor 72 Tahun 2025 tentang Pedoman Penetapan Harga Patokan untuk Penjualan Komoditas Mineral Logam dan Batu bara, nilai HBA periode kedua bulan berjalan merupakan rata-rata tertimbang volume harga jual batu bara pada titik serah secara free on board di atas kapal pengangkut (FOB vessel).  

  • Mualem Tawarkan Pendirian Maskapai Aceh Airlines ke Investor Timur Tengah
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        18 Oktober 2025

    Mualem Tawarkan Pendirian Maskapai Aceh Airlines ke Investor Timur Tengah Regional 18 Oktober 2025

    Mualem Tawarkan Pendirian Maskapai Aceh Airlines ke Investor Timur Tengah
    Tim Redaksi
    BANDA ACEH, KOMPAS.com
    – Gubernur Aceh, Muzakir Manaf (Mualem) memaparkan rencana pendirian maskapai Aceh Airlines sebagai langkah strategis membuka konektivitas udara langsung domestik dan internasional dari Aceh.
    Hal itu diungkapkannya dalam pertemuan yang diinisiasi oleh perusahaan investasi terkemuka Arab Saudi, Sadeen Al-Bait, pada Kamis (16/10/2025) lalu.
    Pertemuan itu turut dihadiri oleh pengusaha dari Qatar, Sudan, Kuwait, serta Uni Emirat Arab.
    Mualem mengaku paparan tersebut mendapat sambutan antusias dari para investor.
    Sejumlah perusahaan menyatakan komitmen untuk menanamkan modal di Aceh.
    “Perusahaan Alzayer Group dari Arab Saudi menyatakan kesiapannya berinvestasi di Aceh Airlines dengan perencanaan penyediaan delapan unit pesawat berbagai ukuran,” kata Mualem dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (18/10/2025).
    Dalam forum itu, Mualem menyampaikan presentasi selama hampir satu jam yang menyoroti potensi besar Aceh di berbagai sektor unggulan.
    Menurut Mualem, Aceh memiliki kekayaan sumber daya alam yang sangat menjanjikan, mulai dari pertambangan, minyak bumi, batu bara, tambang emas, hingga bijih besi.
    “Aceh juga memiliki potensi besar di sektor pertanian dan perkebunan, terutama komoditas unggulan seperti cengkih, pala, dan kayu manis yang sangat diminati oleh pasar Timur Tengah,” tuturnya.
    Dalam pertemuan itu, kata Mualem, dirinya mengajak para investor untuk menjalin kerja sama dalam pengembangan industri pengolahan di Aceh, termasuk pembangunan pabrik minyak kelapa sawit, pabrik pengolahan ikan, pabrik serbuk kayu (wood pellet), dan industri biomassa.
    Sementara itu, sebutnya, Sadeen Al-Bait Group menegaskan rencana investasi di sektor energi biomassa, dan perusahaan asal Kuwait, Al-Barrak Company, menyatakan minatnya membangun pabrik pengolahan minyak kelapa sawit serta pabrik ikan kaleng di Aceh.
    “Para investor tersebut juga berencana melakukan kunjungan ke Aceh dalam waktu dekat untuk menindaklanjuti pembahasan kerja sama tersebut,” katanya.
    Selain bidang investasi, kerja sama pendidikan juga dibahas dalam pertemuan itu.
    Dekan Fakultas Bahasa Arab Universitas Ummul Qura, Makkah, yang turut hadir, menyatakan kesediaan menjalin kemitraan dengan Pemerintah Aceh melalui program beasiswa bagi putra-putri Aceh untuk melanjutkan studi di Universitas Ummul Qura, serta pengembangan pendidikan bahasa Arab bagi dayah dan lembaga pendidikan di Aceh.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Unit Usaha Bumi Resources Buka Lowongan Kerja, Siapkan CV Sekarang! – Page 3

    Unit Usaha Bumi Resources Buka Lowongan Kerja, Siapkan CV Sekarang! – Page 3

    Mine Engineer

    Kualifikasi:

    1. Pendidikan min. S1 jurusan Teknik Pertambangan;

    2. Akan menjadi nilai tambah jika memiliki pengalaman di perusahaan tambang batu bara;

    3. Memiliki pengetahuan dalam pengoperasian atau perencanaan tambang;

    4. Memiliki pengetahuan dalam mengoperasikan aplikasi pertambangan (Minescape & GIS);

    5. Kemampuan interpersonal dan kepemimpinan yang baik;

    6. Mampu bekerja dalam pengawasan yang minimum dan di bawah tekanan;

    7. Mampu belajar dengan cepat dan bersedia untuk bekerja dengan keras;

    8. Mampu berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dan Inggris dengan baik;

    9. Komitmen tinggi terhadap standar Perusahaan dalam keselamatan, lingkungan, etika bisnis, dan tata Kelola Perusahaan yang baik

    10. Bersedia untuk ditempatkan di Kalimantan Selatan.

    Deskripsi Pekerjaan:

    1. Melakukan supervisi terhadap kegiatan penambangan dan pengangkutan batu bara;

    2. Memastikan kegiatan perbaikan jalan yang dilakukan oleh kontraktor berjalan sesuai standar dan jadwal;

    3. Memastikan seluruh kegiatan operasional tambang berjalan sesuai rencana kerja yang telah ditetapkan.

  • Ramai Tambang Ilegal Digarap Masyarakat, Begini Tindakan ESDM

    Ramai Tambang Ilegal Digarap Masyarakat, Begini Tindakan ESDM

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus berupaya melakukan penataan izin pertambangan di Indonesia. Sebab, saat ini terdapat praktik Pertambangan Tanpa Izin (PETI) alias ilegal di 29 provinsi.

    Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung mengatakan kegiatan tersebut tersebar di 93 lokasi untuk komoditas batu bara dan sekitar 2.380 lokasi lainnya untuk komoditas mineral.

    Menurut dia, sebagian besar kegiatan ilegal tersebut dilakukan oleh masyarakat lokal. Oleh sebab itu, pemerintah tengah meninjau kemungkinan memberikan izin pertambangan rakyat (IPR) kepada pelaku tambang yang memenuhi syarat.

    “Untuk ini hampir sama yang kita lakukan bagi kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, apakah ini bisa kita berikan perizinan, izin pertambangan rakyat,” kata Yuliot dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia Special Road to Hari Tambang dan Energi 2025, dikutip Jumat (17/10/2025).

    Ia pun menegaskan bahwa pemberian izin tersebut tidak dimaksudkan untuk melegalkan tambang ilegal, tetapi sebagai langkah pemerintah melakukan penataan. Sehingga kegiatan masyarakat dapat berjalan sesuai aturan.

    “Jadi nanti pada saat itu pertambangan rakyat ini kita sudah tertibkan, ya kemudian dengan kewajiban-kewajiban yang ada, itu sesuai dengan peraturan perundang-undangan, ya kan kita ada pembinaan lebih lanjut,” tambahnya.

    Yuliot menjelaskan pembinaan kegiatan pertambangan dilakukan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara. Adapun, tim di lapangan bersama Direktorat Jenderal Penegakan Hukum (Ditjen Gakkum) juga telah melakukan pemeriksaan.

    “Untuk tim di lapangan bersama di Dirjen Gakkum itu juga sudah melaksanakan kegiatan pemeriksaan, nanti kita secara ini akan koordinasikan dengan pemerintah daerah, yang kemudian kita juga koordinasikan dengan aparat penegak hukum, jadi ke depan itu justru ini tidak ada kegiatan ilegal di kegiatan pertambangan,” tambahnya.

    (pgr/pgr)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Temui Buyer India, Mendag Ajak Pelaku Usaha Perkuat Kemitraan

    Temui Buyer India, Mendag Ajak Pelaku Usaha Perkuat Kemitraan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Menteri Perdagangan RI, Budi Santoso mengajak perusahaan dan investor India untuk menjajaki berbagai peluang kemitraan dengan pelaku usaha Indonesia dalam upaya memperluas hubungan bilateral di sektor industri. Hal ini diharapkan dapat mendorong penguatan kerja sama ekonomi antara Indonesia dengan India.

    “Saya mendorong perusahaan dan investor India untuk menjajaki kemitraan dengan perusahaan-perusahaan Indonesia, khususnya di bidang manufaktur, pengolahan makanan, dan industri hijau,” ujar Mendag Budi Santoso dalam keterangan resminya, dikutip Jumat (17/10/2025).

    Budi bilang, pertemuan ini menjadi momentum penting penguatan hubungan perdagangan dan investasi antara Indonesia dan India sebagai dua mitra strategis di kawasan Indo-Pasifik.

    “India merupakan mitra strategis yang berpotensi besar untuk memperdalam kerja sama ekonomi dengan Indonesia. Kami berharap, pertemuan ini dapat membuka peluang baru bagi peningkatan perdagangan, investasi, dan kolaborasi industri antara kedua negara,” ujar pria yang akrab disapa Busan.

    Beberapa asosiasi pengusaha seperti Southern Gujarat Chamber of Commerce and Industry (SGCII), MSME Business Forum India, Goldfinch India Business Association, Halal India, dan Bangalore Furnitures Associations hadir dalam pertemuan tersebut. Juga sejumlah perusahaan besar India seperti Godrej, Ashok Leyland dan industri besar lain yang bergerak di sektor komoditas pertanian, furnitur, dan industri kreatif.

    Turut hadir Wakil Duta Besar RI New Delhi Yudho Sasongko, Konsulat Jenderal RI Mumbai Edy Wardoyo, Atase Perdagangan di New Delhi Mohamad Iqbal Djamil, dan Kepala Indonesia Trade Promotion Center (ITPC) Chennai Nugroho Priyo Pratomo.

    Dalam pertemuan tersebut, delegasi buyer India menyampaikan apresiasi terhadap penyelenggaraan Trade Expo Indonesia (TEI) ke-40 yang dinilai berjalan sukses dan memberikan banyak peluang kemitraan.

    Mereka menyatakan minatnya untuk menjalin kerja sama investasidengan pelaku industri dalam negeri, khususnya dalam memperluas akses pasar produk manufaktur. Sejumlah sektor yang menjadi perhatian antara lain industri pengharum ruangan serta produk berbahan kertas.

    Asal tahu saja, India tercatat sebagai tujuan ekspor ke-4 terbesar dan sumber impor ke-10 terbesar bagi Indonesia. Periode Januari-Agustus 2025, total perdagangan Indonesia dan India tercatat sebesar US$ 15,76 miliar dengan ekspor Indonesia tercatat sebesar US$ 12,59 miliar dan impornya US$ 3,17 miliar sehingga Indonesia menikmati surplus sebesar US$ 9,42 miliar.

    Sementara itu, pada 2024, total perdagangan kedua negara mencapai US$ 26,07 miliar dengan ekspor Indonesia sebesar US$ 20,38 miliar dengan impor sebesar US$ 5,68 miliar sehingga Indonesia surplus sebesar US$ 14,70 miliar.

    Produk utama ekspor Indonesia ke India meliputi batu bara, minyak kelapa sawit dan turunannya, baja nirkarat, konsentrat tembaga, serta perhiasan. Sementara impor utama Indonesia dari India adalah minyak olahan, kacang tanah, suku cadang kendaraan, dan produk otomotif.

    (dpu/dpu)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Mendag Rayu Pengusaha India Investasi di Bidang Pengharum Ruangan-Kertas

    Mendag Rayu Pengusaha India Investasi di Bidang Pengharum Ruangan-Kertas

    Jakarta

    Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengajak perusahaan dan investor India untuk menjajaki berbagai peluang kemitraan dengan pelaku usaha Indonesia. Hal ini sebagai upaya memperluas hubungan bilateral di sektor industri.

    Ia menyebutkan, ada sejumlah sektor strategis yang dapat dijajaki oleh pengusaha India. Hal ini disampaikan saat menerima kunjungan delegasi buyer India pada Kamis, (16/10) di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Kabupaten Tangerang, Banten.

    “Saya mendorong perusahaan dan investor India untuk menjajaki kemitraan dengan perusahaan-perusahaan Indonesia, khususnya di bidang manufaktur, pengolahan makanan, dan industri hijau,” ujar Budi, dikutip Jumat (17/10/2025).

    Budi menerangkan pertemuan ini menjadi momentum penting penguatan hubungan perdagangan dan investasi antara Indonesia dan India sebagai dua mitra strategis di kawasan Indo-Pasifik.

    “India merupakan mitra strategis yang berpotensi besar untuk memperdalam kerja sama ekonomi dengan Indonesia. Kami berharap, pertemuan ini dapat membuka peluang baru bagi peningkatan perdagangan, investasi, dan kolaborasi industri antara kedua negara,” tutur Budi.

    Beberapa asosiasi pengusaha seperti Southern Gujarat Chamber of Commerce and Industry (SGCII), MSME Business Forum India, Goldfinch India Business Association, Halal India, dan Bangalore Furnitures Associations hadir dalam pertemuan tersebut.

    Tak hanya itu, sejumlah perusahaan besar India seperti Godrej, Ashok Leyland dan industri besar lain yang bergerak di sektor komoditas pertanian, furnitur, dan industri kreatif.

    Dalam pertemuan tersebut, delegasi buyer India menyampaikan apresiasi terhadap penyelenggaraan Trade Expo Indonesia (TEI) ke-40 yang dinilai berjalan sukses dan memberikan banyak peluang kemitraan.

    Budi menyebut para pengusaha India telah menyatakan minatnya untuk menjalin kerja sama investasi dengan pelaku industri dalam negeri, khususnya dalam memperluas akses pasar produk manufaktur. Sejumlah sektor yang menjadi perhatian antara lain industri pengharum ruangan serta produk berbahan kertas.

    India tercatat sebagai tujuan ekspor ke-4 terbesar dan sumber impor ke-10 terbesar bagi Indonesia. Periode Januari-Agustus 2025, total perdagangan Indonesia dan India tercatat sebesar US$ 15,76 miliar dengan ekspor Indonesia tercatat sebesar US$ 12,59 miliar dan impornya US$ 3,17 miliar sehingga Indonesia menikmati surplus sebesar US$ 9,42 miliar.

    Sementara pada 2024, total perdagangan kedua negara mencapai US$ 26,07 miliar dengan ekspor Indonesia sebesar US$ 20,38 miliar dengan impor sebesar US$ 5,68 miliar sehingga Indonesia surplus sebesar US$ 14,70 miliar.

    Produk utama ekspor Indonesia ke India meliputi batu bara, minyak kelapa sawit dan turunannya, baja nirkarat, konsentrat tembaga, serta perhiasan. Sementara impor utama Indonesia dari India. adalah minyak olahan, kacang tanah, suku cadang kendaraan, dan produk otomotif.

    Tonton juga Video: Rauf Raphanus dan Seni ‘Menghidupkan’ Kertas

    (acd/acd)

  • Australia Borong Produk Kertas RI, Nilainya Rp 2,78 T

    Australia Borong Produk Kertas RI, Nilainya Rp 2,78 T

    Jakarta

    Australia membeli produk kertas dari Indonesia senilai 260 juta dolar Australia atau setara Rp 2,78 triliun (kurs Rp 10.700). Nilai ini meningkat 30% dibanding kerja sama pada 2024 yang sebesar 200 juta dolar Australia.

    Pembelian ini ditandai dengan adanya penandatanganan kesepakatan bersama dalam Trade Expo Indonesia ke-40. Nilai terbaru itu juga menjadi yang terbesar selama beberapa tahun terakhir melalui fasilitasi Atase Perdagangan Indonesia di Canberra.

    Menteri Perdagangan Budi Santoso mengatakan Australia memang sudah rutin membeli produk kertas dari Indonesia. Ia menargetkan ekspor ke Australia bisa terus meningkat untuk produk lainnya.

    Hal ini dikatakan usai melakukan pertemuan dengan Direktur Regional Australia dan Selandia Baru Sorbent Group Australia, Steve Nicholson, di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Kabupaten Tangerang, Banten, Kamis (16/10/2025) kemarin.

    “Kami bertemu buyer dari Australia yang rutin membeli produk pulp and paper Indonesia. Buyer ini mengharapkan dukungan Pemerintah Indonesia untuk mendorong Pemerintah Australia agar dapat berdialog dengan mereka. Kami dukung berbagai upaya untuk semakin memperkuat ekspor produk Indonesia ke Australia,” kata dia, dikutip Jumat (17/10/2025).

    Dalam kesempatan itu, buyer Australia juga meminta Pemerintah Indonesia untuk mendorong Pemerintah Australia membuka dialog dengan pelaku usaha produk kertas Australia.

    Menanggap hal tersebut, Budi mengatakan pihaknya memiliki perwakilan perdagangan RI di Australia, yaitu Atdag RI di Canberra dan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) di Sydney. Keduanya siap memfasilitasi buyer Australia yang ingin membeli produk-produk Indonesia.

    Menurutnya, para perwakilan perdagangan RI di Australia juga dapat membantu mendorong dialog antarpemerintah yang dibutuhkan buyer Australia maupun pelaku usaha Indonesia yang ingin ekspor ke Australia.

    Sementara itu, Steve Nicholson berharap hubungan dagang dengan eksportir Indonesia terus berlanjut dan semakin diperkuat dengan dukungan Pemerintah Indonesia. Hal ini diperlukan untuk memastikan kesinambungan pembelian produk-produk dari Indonesia.

    “Kami harap hubungan kita akan terus berlanjut dan kami mengharapkan bantuan Pemerintah Indonesia agar dapat membantu membuka dialog dengan mitra di Australia. Hal ini juga untuk menjaga kesinambungan produksi kami di Australia menggunakan bahan-bahan dari Indonesia,” kata Steve.

    Kemudian, Atdag RI Canberra Agung Haris Setiawan mengatakan, perwakilan perdagangan RI di Australia siap membantu memfasilitasi berbagai kebutuhan buyer yang ingin membeli produk Indonesia.

    “Kami dapat dihubungi untuk membantu buyer mendapatkan produk-produk Indonesia dan kami juga siap memfasilitasi eksportir Indonesia yang ingin memasuki pasar Australia,” kata Haris.

    Pada Januari-Agustus 2025, total perdagangan Indonesia dengan Australia mencapai US$ 8,60 miliar. Sementara itu, pada 2024, total perdagangannya mencapai US$ 15,41 miliar. Ekspor utama Indonesia ke Australia meliputi struktur untuk bangunan, pipa, pupuk, hingga monitor dan proyektor. Sementara itu, impor utama Indonesia dari Australia meliputi batu bara, emas, bijih besi, hingga gandum.

    Tonton juga Video: Prabowo Bertemu PM Albanese, Bahas Kerja Sama Pertahanan-Ekonomi

    (acd/acd)

  • WIKA ubah sampah jadi energi lewat inovasi digital

    WIKA ubah sampah jadi energi lewat inovasi digital

    Kami mengubah sampah hari ini menjadi energi esok lebih cepat, lebih aman, dan lebih berkelanjutan

    Amsterdam, Belanda (ANTARA) – Di tengah meningkatnya krisis sampah perkotaan dan terbatasnya lahan Tempat Pembuangan Akhir (TPA), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau WIKA menghadirkan solusi konkret melalui proyek Refuse Derived Fuel (RDF) Jakarta di Rorotan, Jakarta Utara.

    Proyek ini bukan hanya menjawab tantangan pengelolaan sampah, tetapi juga menandai langkah besar Indonesia menuju ekonomi sirkular berbasis energi terbarukan.

    Selama ini, kebijakan pengelolaan sampah di Indonesia dihadapkan pada dilema klasik: volume sampah terus meningkat, sementara kapasitas TPA kian terbatas. Di Jakarta saja, lebih dari 7.000 ton sampah dihasilkan setiap hari, dan sebagian besar masih berakhir di TPA Bantargebang.

    Melalui RDF Rorotan, WIKA membuktikan bahwa sampah bukanlah beban, melainkan sumber energi alternatif yang bernilai tinggi.

    Refuse Derived Fuel (RDF) adalah bahan bakar padat hasil pengolahan sampah rumah tangga dan perkotaan melalui proses pemilahan, pencacahan, pengeringan, hingga pengolahan lanjutan. Fasilitas RDF Rorotan mampu mengolah sekitar 2.500 ton sampah per hari menjadi bahan bakar pengganti batu bara yang digunakan oleh industri semen, seperti Indocement.

    Penggunaan RDF mampu menekan ketergantungan pada batu bara hingga 30 persen, serta menurunkan emisi karbon sebanyak 100.000 ton karbon dioksida per tahun yang setara dengan mengurangi 28.000 mobil dari jalan raya.

    “Proyek ini merupakan langkah nyata dalam mendukung target pengurangan emisi dan transisi energi nasional,” ujar Sagara Senjakartika Putra, Engineering Manager RDF Plant Jakarta, usai mempresentasikan proyek tersebut dalam ajang Going Digital Awards 2025, bagian dari acara tahunan Bentley Systems Year in Infrastructure yang digelar di Amsterdam, Belanda pada Kamis (16/10).

    “Setiap ton sampah yang masuk ke RDF berarti satu langkah lebih dekat menuju masa depan energi yang lebih hijau,” tambahnya.

    Editor: Dadan Ramdani
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Mendag ajak India tingkatkan investasi di sektor industri Indonesia

    Mendag ajak India tingkatkan investasi di sektor industri Indonesia

    India merupakan mitra strategis yang berpotensi besar untuk memperdalam kerja sama ekonomi dengan Indonesia.

    Tangerang (ANTARA) – Menteri Perdagangan (Mendag) RI Budi Santoso mengajak perusahaan dan investor India untuk menjajaki berbagai peluang kemitraan dengan pelaku usaha Indonesia dalam upaya memperluas hubungan bilateral di sektor industri.

    Budi mengatakan pertemuan antara Indonesia dan delegasi pembeli India di Trade Expo Indonesia (TEI) di ICE BSD, Tangerang, Banten, Kamis, merupakan momentum penting penguatan hubungan perdagangan dan investasi antara Indonesia dan India sebagai dua mitra strategis di kawasan Indo-Pasifik.

    “India merupakan mitra strategis yang berpotensi besar untuk memperdalam kerja sama ekonomi dengan Indonesia. Kami berharap, pertemuan ini dapat membuka peluang baru bagi peningkatan perdagangan, investasi, dan kolaborasi industri antara kedua negara,” ujar Budi melalui keterangan resminya.

    Dalam pertemuan tersebut, delegasi pembeli India menyampaikan apresiasi terhadap penyelenggaraan TEI 2025 yang dinilai memberikan banyak peluang kemitraan.

    Delegasi India menyatakan minat untuk menjalin kerja sama investasi dengan pelaku industri dalam negeri, khususnya dalam memperluas akses pasar produk manufaktur.

    Sejumlah sektor yang menjadi perhatian antara lain industri pengharum ruangan serta produk berbahan kertas.

    India tercatat sebagai tujuan ekspor ke-4 terbesar dan sumber impor ke-10 terbesar bagi Indonesia. Periode Januari-Agustus 2025, total perdagangan Indonesia dan India tercatat sebesar 15,76 miliar dolar AS dengan ekspor Indonesia tercatat sebesar 12,59 miliar dolar AS dan impornya 3,17 miliar dolar AS sehingga Indonesia menikmati surplus sebesar 9,42 miliar dolar AS.

    Pada 2024, total perdagangan kedua negara mencapai 26,07 miliar dolar AS dengan ekspor Indonesia sebesar 20,38 miliar dolar AS dan impor sebesar 5,68 miliar dolar AS sehingga Indonesia surplus sebesar 14,70 miliar dolar AS.

    Produk utama ekspor Indonesia ke India meliputi batu bara, minyak kelapa sawit dan turunannya, baja nirkarat, konsentrat tembaga, serta perhiasan. Sementara impor utama Indonesia dari India adalah minyak olahan, kacang tanah, suku cadang kendaraan, dan produk otomotif.

    Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
    Editor: Budisantoso Budiman
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.