Produk: Batu Bara

  • Pemerintah beri Rp300 M untuk insentif pemda atasi stunting tahun ini

    Pemerintah beri Rp300 M untuk insentif pemda atasi stunting tahun ini

    Jakarta (ANTARA) – Pemerintah melalui Kementerian Keuangan memberikan insentif fiskal sebesar Rp300 miliar kepada pemerintah daerah (pemda) yang menunjukkan kinerja baik pada upaya penanganan stunting untuk tahun anggaran 2025.

    Hal itu tertuang dalam Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 330 Tahun 2025 yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa pada 10 November 2025.

    “Menetapkan alokasi Dana Insentif Fiskal tahun anggaran 2025 untuk penghargaan kinerja tahun berjalan kategori penurunan stunting sebesar Rp300 miliar,” demikian bunyi putusan kedua KMK 330/2025, dikutip di Jakarta, Selasa.

    Nilai insentif tahun ini lebih rendah Rp475 miliar bila dibandingkan insentif tahun lalu yang mencapai Rp775 miliar.

    Selain dari segi nominal, jumlah pemda penerima insentif kategori ini juga lebih rendah pada tahun ini, dengan rincian 3 provinsi, 38 kabupaten, dan 9 kota.

    Sedangkan, pada KMK 353/2024 yang diteken oleh eks Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, jumlah daerah penerima insentif sebanyak 9 provinsi, 99 kabupaten, dan 22 kota.

    Untuk tahun ini, provinsi yang menerima insentif di antaranya Sumatera Utara, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Selatan.

    Sementara untuk kabupaten, di antaranya Deli Serdang, Batu Bara, Ogan Komering Ulu Timur, Penukal Abab Lematang Ilir, Pringsewu, Bandung, Bogor, Garut, Karawang, Demak, Kudus, Pemalang, Sukoharjo, Bojonegoro, Jombang, Lumajang, Magetan, Malang, Mojokerto, Nganjuk, Pasuruan, dan Tuban.

    Pewarta: Imamatul Silfia
    Editor: Zaenal Abidin
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • ESDM tugaskan PLN serap Rp4,35 triliun percepat realisasi anggaran

    ESDM tugaskan PLN serap Rp4,35 triliun percepat realisasi anggaran

    Sekitar Rp4,35 triliun yang itu menjadi penugasan ke PLN untuk listrik desa dan penyambungan listrik gratis

    Jakarta (ANTARA) – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menugaskan PT PLN (Persero) untuk menyerap anggaran tambahan sebanyak Rp4,35 triliun guna mempercepat realisasi anggaran.

    “Sekitar Rp4,35 triliun yang itu menjadi penugasan ke PLN untuk listrik desa dan penyambungan listrik gratis,” ucap Bahlil dalam Rapat Kerja Komisi XII DPR RI di Kompleks Parlemen RI Senayan Jakarta, Selasa.

    Realisasi anggaran Kementerian ESDM per 10 November 2025 sebesar 31,12 persen dari pagu anggaran sebesar Rp14,1 triliun.

    Bahlil menjelaskan Kementerian ESDM mulanya memperoleh anggaran sekitar Rp8,3 triliun sebelum dipangkas karena efisiensi hingga menjadi Rp7,8 triliun.

    Apabila persentase realisasi anggaran dihitung dari pagu awal maka realisasi anggaran Kementerian ESDM sudah mencapai 62,86 persen per 10 November 2025.

    Akan tetapi, lanjut dia, seiring berjalan waktu, Kementerian ESDM mendapat anggaran tambahan pada Agustus, sehingga pagu untuk Kementerian ESDM naik menjadi Rp14,1 triliun untuk membiayai program-program strategis Kementerian ESDM, seperti bantuan pemasangan baru listrik (BPBL).

    “Karena anggarannya baru muncul di bulan Agustus, maka September-Oktober baru kami melakukan tender. Nah, sekarang baru penyerapannya kurang lebih sekitar 2,48 persen di bulan November,” ucap Bahlil.

    Untuk menyerap anggaran tersebut, Bahlil menugaskan PLN. Dalam waktu yang pendek, Bahlil meyakini PLN bisa menyerapnya sebab sudah memiliki infrastruktur yang memadai.

    “Di prognosa, kami rencanakan untuk di 2025 Desember itu bisa mencapai 92 persen,” kata Bahlil.

    Adapun rincian pagu anggaran Kementerian ESDM per unit, yakni Rp646,4 miliar untuk Sekretariat Jenderal (realisasi 68,95 persen); Inspektorat Jenderal sebesar Rp128,1 miliar (realisasi 67,81 persen); Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi sebesar Rp5,367 triliun (realisasi 33,84 persen).

    Lebih lanjut, terdapat Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan dengan pagu sebesar Rp4,35 triliun (realisasi 3,21 persen); Direktorat Jenderal Mineral dan Batu bara sebesar Rp768 miliar (realisasi 61,16 persen); Setjen Dewan Energi Nasional sebesar Rp64,6 miliar (realisasi 75,88 persen); Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia ESDM sebesar Rp576,7 miliar (realisasi 80,97 persen).

    Lalu, terdapat Badan Geologi dengan pagu anggaran sebesar Rp1,599 triliun (realisasi 33,63 persen); BPH Migas sebesar Rp159,1 miliar (realisasi 77,06 persen); Ditjen Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi sebesar Rp366 miliar (realisasi 52,49 persen); dan Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA) dengan pagu anggaran sebesar Rp77,2 miliar (realisasi 81,36 persen).

    Pewarta: Putu Indah Savitri
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Kementerian ESDM catat realisasi PNBP Rp200 triliun meski harga turun

    Kementerian ESDM catat realisasi PNBP Rp200 triliun meski harga turun

    Jakarta (ANTARA) – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat realisasi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) per 10 November 2025 mencapai Rp200,66 triliun atau 78,74 persen dari target sebesar Rp254,83 triliun, meskipun saat ini beberapa harga komoditas mengalami penurunan, seperti komoditas batu bara.

    “Alhamdulillah dari target APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) kita sudah bisa realisasikan sebesar 78,74 persen dari target PNBP,” ucap Menteri ESDM Bahlil Lahadalia dalam rapat kerja bersama Komisi XII DPR RI di Jakarta, Selasa.

    Bahlil optimistis target PNBP yang termaktub di dalam APBN 2025 sebesar Rp254,83 triliun bisa tercapai, meskipun saat ini harga komoditas mengalami penurunan, seperti turunnya harga komoditas batu bara, komoditas mineral, serta asumsi harga minyak yang lebih rendah apabila dibandingkan dengan asumsi makro di APBN 2025.

    “Kami tidak mau menjadikan penurunan harga ICP (harga minyak mentah Indonesia/Indonesian Crude Price) dan harga mineral itu untuk mengurangi target pendapatan negara,” kata Bahlil.

    Sebab, lanjut dia, negara sedang membutuhkan banyak anggaran untuk pembiayaan, termasuk sektor Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

    Atas dasar kesadaran tersebutlah, Kementerian ESDM tetap berupaya untuk merealisasikan target PNBP yang termaktub di APBN.

    Diinformasikan, harga batu bara acuan (HBA) periode pertama November turun jadi 103,75 dolar AS per ton dari yang sebelumnya 109,74 dolar AS per ton pada periode kedua Oktober 2025.

    Sementara itu ekspor komoditas batu bara sejak Januari hingga Juli 2025 juga menurun sebesar 21,74 persen menjadi 13,82 miliar dolar AS, sebagaimana yang dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

    Padahal, pada periode yang sama di tahun 2024, kinerja ekspor komoditas batu bara ini tercatat sebesar 17,66 miliar dolar AS.

    Pewarta: Putu Indah Savitri
    Editor: Zaenal Abidin
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Risiko Shortfall Pajak di Depan Mata, Andalkan Ekonomi Saja Tak Cukup?

    Risiko Shortfall Pajak di Depan Mata, Andalkan Ekonomi Saja Tak Cukup?

    Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyalahkan kondisi ekonomi sebagai biang keladi penurunan performa penerimaan pajak. Padahal, kalau mengacu kepada realisasi sampai September 2025, kinerja penerimaan pajak belum mencerminkan kondisi ekonomi yang tumbuh 5,01% year to date. 

    Purbaya sendiri berdalih penurunan penerimaan pajak hingga periode kuartal III/2025 terjadi karena roda perekonomian yang bergerak stagnan, khususnya di private sector pada triwulan III/2025.

    “Tax ratio kan menurun karena ekonominya melambat sebetulnya di triwulan ketiga, private sector-nya ya,” ucap Purbaya di Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Senin (10/11/2025) kemarin.

    Purbaya juga percaya diri bahwa angka tersebut akan berangsur-angsur meningkat. Sejumlah kebijakan yang dijalankan, seperti penggelontoran dana likuiditas ke bank-bank Himbara dengan total keseluruhan sebesar Rp200 triliun, disebutnya dapat mendorong roda perekonomian pada sektor riil.

    “Triwulan keempat ‘kan kita kasih stimulus cukup besar. Uang kita gelontorkan ke sistem. Sepertinya real sector juga mulai bergerak lebih cepat. Harusnya sih akan sedikit membaik, yang jelas [tax ratio] enggak akan turun,” tegasnya.

    Dia pun berharap dengan sejumlah kebijakan dan stimulus yang telah dijalankannya, target tax ratio 2025 dapat tercapai hingga kuartal IV nanti. Ia juga berharap pemungutan pajak pada tahun depan juga dapat lebih baik sehingga tax ratio dapat memenuhi target.

    “Tapi yang penting nanti dengan perbaikan ini, tahun depan, tahun depan, 2026, pengumpulan tax akan jauh lebih bagus dibanding sekarang, tax ratio akan meningkat,” jelasnya.

    Elastisitas Penerimaan Pajak

    Salah satu indikator yang bisa mengukur seberapa parah pelemahan penerimaan pajak itu adalah tax buoyancy. Skema tax buoyancy secara sederhana bisa diartikan sebagai elastisitas penerimaan pajak terhadap pertumbuhan alamiah produk domestik bruto alias PDB.

    Pertumbuhan alamiah PDB diukur dari pertumbuhan ekonomi ditambah dengan inflasi. Artinya jika realisasi pertumbuhan ekonomi kumulatif dari Januari – September 2025 sebesar 5,01% dan inflasi sebesar 1,82%, maka pertumbuhan alamiah penerimaan pajak seharusnya berada di angka 6,83%.

    Persoalannya sampai dengan kuartal III/2025 lalu, penerimaan pajak justru masih minus 4,4%, sehingga elastisitas penerimaan pajak hanya di angka minus 0,64. Angka ini mengonfirmasi bahwa penerimaan pajak tidak elastis, karena setiap 1% pertumbuhan ekonomi tidak menghasilkan 1% penerimaan pajak. Kinerja buoyancy tersebut juga bisa diartikan bahwa penerimaan pajak tidak sebanding dengan peforma ekonomi Indonesia, yang secara kumulatif hingga September mampu tumbuh di angka 5,01%. 

    Grafis pertumbuhan ekonomi kuartal III/2025./BPS

    Adapun, kalau melihat secara teoritik, tinggi rendahnya tax buoyancy itu bisa diukur melalui empat indikator. Pertama, jika nilai tax bouyancy di atas 1 maka penerimaan pajak tumbuh lebih cepat dari ekonomi. Kedua, jika nilai tax bouyancy sama dengan 1 maka penerimaan pajak sejalan dengan pertumbuhan ekonomi (netral, secara proporsional tak naik atau turun).

    Ketiga, jika nilai tax bouyancy di bawah 1 maka penerimaan pajak tumbuh lebih lambat dari ekonomi. Keempat, jika nilai tax bouyancy negatif maka penerimaan pajak justru turun ketika ekonomi tumbuh. Nilai tax buoyancy sendiri diperoleh dari perhitungan persentase perubahan penerimaan pajak dibagi dengan persentase perubahan PDB.

    Dengan demikian, penerimaan pajak bukan hanya tidak responsif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, melainkan kontraktif (penerimaan pajak bergerak berlawanan dengan pertumbuhan ekonomi).

    Pada periode yang sama tahun lalu atau kuartal III/2024, nilai tax bouyancy Indonesia juga negatif yaitu -0,27. Hanya saja, otoritas pajak bisa memperbaiki kinerja pemungutan pajak sehingga pada akhir tahun nilai tax bouyancy tak lagi negatif yaitu 0,71—meskipun belum ideal atau di bawah 1 yang menunjukkan penerimaan pajak tumbuh lebih lambat dari ekonomi.

    Sedikit Waktu Tersisa 

    Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa hanya memiliki waktu kurang dari 3 bulan untuk mengejar target penerimaan pajak yang masih di angka 62,4% dari outlook sebesar Rp2.076,9 triliun pada tahun ini. 

    Kalau meleset Purbaya bakal memikul beban berat karena target pertumbuhan penerimaan pajak tahun 2026 yang semula berada di kisaran 13% bisa menembus angka 27-30% lebih. Hal itu berarti, target penerimaan pajak tahun depan semakin sulit dicapai, apalagi jika jurus pembenahan ekonomi Purbaya, tidak sesuai ekspektasi.

    Dalam catatan Bisnis, realisasi penerimaan pajak selalu berada di bawah pertumbuhan alamiahnya. Namun demikian, rumus ini bisa dikecualikan ketika terjadi aliran penerimaan yang sifatnya extraordinary seperti lonjakan harga komoditas, yang memicu limpahan pendapatan ke kas negara.

    Pertumbuhan pajak alamiah diukur berdasarkan realisasi pertumbuhan ekonomi dengan inflasi tahunan. Artinya, kalau target tahun ini misalnya, pertumbuhan ekonomi di angka 5,2% dan inflasi di angka 2,8%, seharusnya pertumbuhan penerimaan pajak alamiahnya bisa mencapai 8%. Namun yang terjadi saat ini justru sebaliknya, penerimaan pajak hingga September 2025 malahan terkontraksi di angka minus 4,4% atau realisasinya jauh di bawah pertumbuhan alamiahnya.

    Tren serupa juga terjadi pada tahun-tahun sebelumnya pada tahun 2024, misalnya, realisasi penerimaan pajak tercatat sebesar  Rp1.932,4 triliun capaianya lebih dari 100%. Tetapi pertumbuhannya hanya di angka 3,5%. Padahal dengan realisasi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,03% dan inflasi 1,57%, pertumbuhan alamiah penerimaan pajak tahun 2024 seharusnya di angka 6,6%. 

    Kantor Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan./Ist

    Namun demikian, simulasi ini tidak berlaku pada tahun 2022-2023, pada dua tahun tersebut terjadi lonjakan penerimaan pajak. Ada dua aspek yang mempengaruhi penerimaan pajak tahun 2022. Pertama karena baseline penerapan target yang cukup rendah sebagai konsekuensi dari proses pemulihan ekonomi.

    Kedua, karena membaiknya harga komoditas baik itu migas maupun komoditas lainnya seperti batu bara. Pada tahun 2022, pertumbuhan penerimaan pajak mencapai 34,27% melampaui pertumbuhan alamiahnya di angka 10,82%. Tahun 2023, tren itu mulai mengalami moderasi sehingga pertumbuhan penerimaan pajak di angka 8,8%. 

    Adapun salah satu indikasi dari kenaikan harga komoditas, terutama migas itu direpresentasikan oleh penerimaan pajak dari PPh migas yang realisasinya lebih dari 120% atau tumbuh 47,32% dari tahun 2021. Hal itu berbanding terbalik dengan kondisi saat ini, pemerintah rasanya sulit untuk mengelak bahwa shortfall atau selisih antara target dan realisasi pajak tahun ini akan melebar dari outlook APBN 2025 di angka Rp2.076,9 triliun.

    Sekadar catatan penerimaan pajak per September 2025 masih di angka 62,4% atau kurang sebesar Rp781,6 triliun dari outlook APBN. Periode yang sama tahun lalu penerimaan pajak telah mencapai 70% dari target. Artinya kalau mengacu kepada data tahun lalu, dengan realisasi penerimaan pajak sebesar Rp1.932,4 triliun, pemerintah berhasil memenuhi sekitar 29,8% penerimaan dalam waktu 3 bulan.

    Persoalannya data 2025 menunjukkan dengan penerimaan 62,4% pemerintah harus mengejar penerimaan pajak sebesar 37,6% dari target agar shortfall tidak melebar atau minimal pas dengan outlook APBN. Angka ini bahkan melampaui realisasi pertumbuhan tahun 2022 yang banyak ditopang komoditas dan rendahnya benchmark penerimaan pada tahun sebelumnya.

    Potensi Shortfall Melebar Terbuka 

    Sebelumnya, Kepala Riset Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA) Fajry Akbar mengingatkan agar pemerintah tidak abai terhadap risiko fiskal yang kini mulai meningkat seiring melemahnya kinerja penerimaan pajak.

    Fajry menilai kebijakan perpajakan yang dijalankan pemerintahan baru belum menunjukkan arah yang jelas. Menurutnya, Prabowo mewarisi kondisi ‘mati gaya’ dari akhir pemerintahan Jokowi, ketika sejumlah kebijakan fiskal dibatalkan, termasuk rencana kenaikan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) dan program Tapera.

    “Tidak ada yang salah dengan keputusan membatalkan kebijakan. Itu bentuk pemerintah mendengar aspirasi publik. Namun, ketika potensi penerimaan turun, belanja negara semestinya ikut disesuaikan,” jelasnya kepada Bisnis, Minggu (19/10/2025).

    Fajry mengingatkan, ketidakseimbangan antara penerimaan dan belanja berpotensi memperlebar defisit. Kondisi itu bisa mempertinggi persepsi risiko fiskal, yang terbukti ketika investor asing menarik kepemilikan surat utang pemerintah pada September lalu dan menekan nilai tukar rupiah.

    Dia mengingatkan agar pemerintah tidak mengulang kesalahan kebijakan fiskal sembrono seperti yang dilakukan mantan Perdana Menteri Inggris Elizabeth Truss, yang gagal menjaga keseimbangan antara pemotongan pajak dan pengeluaran negara.

    “Saat itu Truss melakukan pemotongan tarif pajak [pendapatan] namun gagal menjaga sisi pengeluaran [belanja]. Akhirnya, nilai tukar poundsterling anjlok dan inflasi meningkat,” katanya.

    Fajry pun menilai APBN 2025 menghadapi risiko shortfall pajak yang besar. Jika kinerja penerimaan pajak sampai akhir tahun hanya setara dengan capaian beberapa bulan terakhir maka dia memproyeksikan realisasi penerimaan pajak hanya mencapai 82,22% dari outlook sepanjang tahun atau shortfall sekitar Rp389,26 triliun.

    “Sekalipun ada extra effort seperti tahun lalu, penerimaan pajak hanya akan mencapai 85%–88%. Sangat sulit untuk mencapai outlook APBN yang ditetapkan 94%,” jelas Fajry.

  • ESDM Harap Larangan Smelter Intermediate Dorong Investasi Produk Jadi

    ESDM Harap Larangan Smelter Intermediate Dorong Investasi Produk Jadi

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berharap pembatasan izin investasi pembangunan smelter nikel yang memproduksi produk antara (intermediate) tertentu dapat menarik investor untuk produk jadi.

    Adapun larangan pembangunan smelter baru itu tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2025 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko.

    Dalam beleid yang ditandatangani Presiden Prabowo Subianto pada 5 Juni 2025 itu, industri pembuatan logam dasar bukan besi yang memiliki izin usaha industri (IUI) tak diperbolehkan membangun proyek smelter baru yang khusus memproduksi produk intermediate, seperti nickel matte, mixed hydroxide precipitate (MHP), feronikel (FeNi), dan nickel pig iron (NPI).

    Dirjen Mineral dan Batu bara (Minerba) Kementerian ESDM Tri Winarno menyatakan, pelarangan pembangunan smelter baru yang memproduksi produk intermediate itu diharapkan menarik gelombang investor baru.

    Adapun produk hilir yang dimaksud seperti baja tahan karat, nikel sulfat, atau bahkan barang jadi.

    “Harapannya kan gitu. Harapannya kan sampai ke produk jadi,” ujar tri di Kompleks Parlemen, Jakarta (10/11/2025).

    Selain itu, dia juga berharap pembatasan pembangunan smelter baru dapat mendorong harga nikel global. Sebab, hal ini bisa menjaga pasokan nikel.

    Maklum, belakangan harga nikel kini anjlok hampir 40% dibandingkan dengan 5 sampai 7 tahun lalu, dari level US$38.000 per ton menjadi US$15.000 per ton.

    Anjloknya harga nikel itu tak lepas dari maraknya smelter di Tanah Air. Sayangnya, menjamurnya smelter tidak diimbangi dengan permintaan yang stabil di pasar global.

    “Supaya multiplier effect-nya itu lebih panjang rantainya. Kan tujuan hilirisasi kan itu. Untuk menciptakan nilai tambah atau multiplier effect yang lebih tinggi,” imbuh Tri.

    Sebelumnya, pemerintah resmi membatasi izin investasi baru untuk pembangunan pabrik pemurnian atau smelter nikel yang memproduksi produk antara tertentu di Indonesia. Kebijakan ini berpotensi berdampak pada proyek-proyek yang direncanakan setelah 2027.

    Kebijakan baru ini sebenarnya telah diterbitkan sejak Juni 2025, tetapi baru belakangan ini menjadi topik pembahasan di pasar.

    Dalam PP Nomor 28 tahun 2025, pemerintah meminta komitmen perusahaan smelter untuk melanjutkan kegiatan hilirisasi yang tidak berhenti pada produk antara (intermediate) bijih nikel.

    “Dalam hal menjalankan kegiatan pemurnian nikel dengan teknologi pirometalurgi memiliki dan menyampaikan surat pernyataan tidak memproduksi NPI, FeNi, dan nickel matte,” demikian tertulis dalam lampiran 1.F 3534 beleid tersebut.

    Masih dalam lampiran yang sama, pemerintah juga membatasi investasi baru pembangunan smelter dengan teknologi hidrometalurgi atau berbasis high pressure acid leach (HPAL) yang hanya memproduksi MHP. Adapun, MHP umumnya menjadi bahan baku baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV).

    “Dalam hal menjalankan kegiatan pemurnian nikel dengan teknologi hidrometalurgi, memiliki dan menyampaikan tidak memproduksi mixed hydroxide precipitate [MHP],” demikian bunyi lampiran itu.

  • Menteri Bahlil kaji tambang Freeport yang tak terdampak longsor

    Menteri Bahlil kaji tambang Freeport yang tak terdampak longsor

    Kalau kami beri target waktu, kemudian kerjanya nggak benar, nanti bahaya karena ini nyawa.

    Jakarta (ANTARA) – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengkaji tambang PT Freeport Indonesia yang tidak terdampak longsor untuk kembali berproduksi setelah longsor yang terjadi pada September 2025.

    “Ada bagian yang memang tidak ada kaitannya dengan musibah, ini lagi di-exercise untuk bagaimana bisa produksi,” ujar Bahlil ketika ditemui setelah melantik anggota Komite BPH Migas, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin.

    Evaluasi tersebut dilatarbelakangi oleh terdampaknya pendapatan negara apabila aktivitas pertambangan Freeport betul-betul terhenti.

    Selain itu, Bahlil juga mempertimbangkan karyawan, pendapatan daerah, dan keberlangsungan smelter Gresik yang terdampak oleh terhentinya operasional tambang Freeport pascalongsor.

    “Sekarang tim saya masih di sana, makanya belum berani ngomong secara menyeluruh karena tim kami belum kasih laporan,” kata dia lagi.

    Bahlil pun tak memberi batas akhir kapan evaluasi akan berakhir, sebab ia menginginkan evaluasi yang teliti dan tidak terburu-buru. Evaluasi yang dilakukan oleh terburu-buru, kata dia, dapat membahayakan nyawa.

    “Kalau kami beri target waktu, kemudian kerjanya nggak benar, nanti bahaya karena ini nyawa,” ujar Bahlil.

    Secara terpisah, Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Dirjen Minerba) Tri Winarno menyampaikan bahwa Freeport sudah mengajukan permohonan untuk mengoperasikan kembali tambang yang tidak terdampak oleh longsor.

    “Sudah (mengajukan), tapi mitigasinya seperti apa, itu yang kami mau tahu,” ujar Tri.

    Sebelumnya, Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas menyampaikan bahwa smelter Freeport yang berlokasi di Gresik, Jawa Timur, tidak beroperasi karena tidak memperoleh pasokan konsentrat sejak longsornya tambang bawah tanah di Grasberg Block Cave (GBC).

    Sejak longsor lumpur bijih basah terjadi di area tambang bawah tanah kawasan Grasberg Block Cave (GBC) Extraction 28-30 Panel, Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua Tengah, pada 8 September 2025, Freeport memberhentikan operasional tambangnya.

    Pemberhentian operasional tersebut bertujuan untuk memfokuskan sumber daya dalam mengevakuasi tujuh orang pekerja yang terjebak di area tambang. Seluruh korban ditemukan secara bertahap, hingga pada 6 Oktober, Freeport menyatakan pencarian selesai.

    “Mudah-mudahan kami bisa segera beroperasi walaupun tidak dalam kapasitas penuh, supaya bisa ada konsentrat yang kami produksi untuk dikirim ke smelter-smelter,” kata Tony.

    Implikasi terhentinya operasional tambang Freeport selama lebih dari sebulan terhadap realisasi produksi perusahaan akan segera dikalkulasi.

    Tony menyampaikan bahwa yang menjadi fokus bagi Freeport saat ini adalah restorasi tambang setelah tuntasnya evakuasi tujuh korban.

    Pewarta: Putu Indah Savitri
    Editor: Budisantoso Budiman
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Menggapai swasembada energi-mineral dengan optimalisasi eksplorasi

    Menggapai swasembada energi-mineral dengan optimalisasi eksplorasi

    Dengan kedaulatan tersebut, rakyat dan industri akan memperoleh energi atau mineral dengan harga terjangkau dan aman, karena pasokannya terjamin.

    Bandung (ANTARA) – “Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman”, adalah penggalan bait dalam lagu “Kolam Susu” dari band legendaris Koes Plus, yang mendeskripsikan betapa kayanya tanah Indonesia.

    Walaupun yang tergambarkan dalam bait itu hanya soal kekayaan di atas tanah, penggalan lagu tersebut ternyata juga cocok dengan kondisi di dalam tanah Indonesia yakni energi dan sumber daya mineralnya.

    Terletak di pertemuan tiga lempeng tektonik utama dunia yakni lempeng Samudera Hindia-Australia, lempeng Benua Asia, dan lempeng Samudera Pasifik, menjadikan Indonesia memiliki kesuburan tanah yang tinggi, 128 cekungan sedimen, 362 manifestasi panas bumi, 421 cekungan air tanah, dan lima jalur metalogenic. Tentu, dengan dampak negatifnya seperti letusan gunung, gempa bumi, tsunami dan tanah longsor.

    Indonesia memiliki 128 cekungan potensi minyak dan gas, serta cadangan sumber daya alam yang cadangannya melimpah dengan nikel (5,32 miliar ton), timah (6,9 miliar ton), emas (3,8 miliar ton), bauksit (3,1 miliar ton), tembaga (3 miliar ton), dan batu bara (31,7 miliar ton).

    Belum lagi, terdapat mineral kritis atau logam tanah jarang (LJT) yang didapat dari batuan granit dan batuan vulkanik felsik. Lalu ada vanadium dan galium, batuan ultramafik: kobalt, kromium, skandium, PGM, juga ada pasir besi.

    Dengan kekayaan alam itu, sektor energi dan mineral sangat berperan penting bagi perekonomian Indonesia dan menjadi salah satu motor pertumbuhan, baik dari sisi investasi serta industri.

    Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat realisasi investasi sektor ini pada paruh pertama 2025 mencapai 13,9 miliar dolar AS atau setara Rp225,8 triliun (kurs Rp16.251) yang tumbuh sekitar 24,1 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 11,2 miliar dolar AS.

    Dari total investasi tersebut, subsektor mineral dan batubara menyumbang sebesar 3,1 miliar dolar AS (Rp50,38 triliun). Kemudian subsektor minyak dan gas bumi masih menjadi penyumbang terbesar dengan realisasi 8,1 miliar dolar AS.

    Selain penarik dari sisi investasi, sektor energi juga berperan besar dari sisi penerimaan negara bukan pajak (PNBP), di mana hingga Semester I tahun 2025, PNBP sektor energi mencapai Rp138,8 triliun atau 54,5 persen dari target nasional.

    Kemudian, Penyerapan tenaga kerja selama semester I 2025 di sektor Migas, Minerba, Ketenagalistrikan, dan Energi Baru Terbarukan sebanyak 753.578 orang.

    Dilihat dari data tersebut, energi dan mineral memainkan peranan penting bagi negara bahkan dinilai mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sehingga kedaulatan dalam sumber daya tersebut perlu dijaga, dengan dipastikan ketersediaan cadangannya. Di sinilah pentingnya kegiatan eksplorasi.

    Seperti yang disampaikan mantan Dirjen Minerba Kementerian ESDM R Sukhyar, beberapa waktu lalu, bahwa tidak ada negara yang tidak berangkat dari sumber daya alam, karena sumber daya alam digunakan sebagai basis pengembangan dalam industri manufaktur pada negara-negara maju.

    “Namun yang terpenting adalah bagaimana hasil eksplorasi sumberdaya mampu meningkatkan kualitas sumberdaya manusianya termasuk meningkatkan pendidikan untuk kemajuan,” ucap Sukhyar.

    Editor: Dadan Ramdani
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • KAI Bidik Volume Angkutan Barang Naik 15% pada 2029, Termasuk Batu Bara

    KAI Bidik Volume Angkutan Barang Naik 15% pada 2029, Termasuk Batu Bara

    Bisnis.com, JAKARTA — PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI membidik peningkatan volume pengangkutan barang sebesar 15% pada 2029 mendatang, khususnya pada komoditas batu bara. 

    Vice President Public Relations KAI Anne Purba menyampaikan, target peningkatan tersebut akan mendorong volume barang yang diangkut menjadi 111,2 juta ton batu bara dan 10,9 juta ton komoditas non-batu bara. 

    Dalam mencapai target tersebut, KAI tengah mengembangkan infrastruktur logistik strategis, seperti Terminal Tarahan II yang diharapkan mampu menyerap 18 juta ton batu bara. 

    “Serta pengembangan fasilitas bongkar-muat di Kertapati yang dapat meningkatkan kapasitas hingga 7 juta ton,” ujarnya dalam keterangan resmi, dikutip Minggu (9/11/2025). 

    Peningkatan volume juga ditargetkan di Sumatra Selatan. Wilayah ini diproyeksikan akan memberikan kontribusi tambahan sebesar 27,8 juta ton. 

    Anne menekankan bahwa hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan nantinya tak hanya berasal dari peningkatan operasional, tetapi juga dari investasi berkelanjutan dalam infrastruktur yang mendukung kelancaran dan kapasitas angkutan.

    Untuk diketahui, batu bara yang diangkut KAI sebagian besar digunakan sebagai bahan baku pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di Pulau Jawa dan Bali guna menyuplai listrik ke rumah tangga, menghidupkan fasilitas penting seperti rumah sakit, sekolah, kantor, pusat perbelanjaan, serta mendukung industri dan usaha kecil di seluruh Indonesia. 

    Sepanjang Januari–Oktober 2025, KAI mencatatkan angkutan batu bara mencapai 47,77 juta ton, meningkat 4,3% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar 45,78 juta ton. 

    Angkutan batu bara terus menjadi kontributor utama bagi angkutan logistik KAI. Segmen ini menyumbang 83% dari total angkutan barang KAI selama periode Januari–Oktober 2025 yang total mencapai 57,55 juta ton. 

    Sementara secara umum, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perkembangan barang angkutan kereta pada September 2025 mencapai 6,25 juta ton, terkontraksi 2,26% secara bulanan atau month to month (MtM). 

    Secara kumulatif, barang yang diangkut menggunakan moda transportasi kereta api selama Januari–September 2025 mencapai 54,27 juta ton atau turun 0,26% dari periode yang sama pada 2024. 

    Di samping itu, KAI juga berperan dalam mendukung kebijakan pemerintah yang ingin menghapus truk Over Dimension Over Loading (ODOL) pada 2026, dengan menyediakan solusi logistik berbasis kereta api yang aman dan berkapasitas besar.

    KAI juga terus memperkuat komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan dengan beralihnya seluruh lokomotif dan genset KAI menggunakan Biosolar B40 sejak Februari 2025.

  • Persiapan Danantara Ikut Garap DME Pengganti LPG

    Persiapan Danantara Ikut Garap DME Pengganti LPG

    Jakarta

    Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara ikut terlibat dalam proyek gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME) sebagai pengganti Liquified Petroleum Gas (LPG). Penggunaan DME sekaligus menekan impor LPG.

    CEO Badan Pengelola Investasi Danantara Rosan Roeslani mengatakan saat ini pihaknya tengah melakukan evaluasi mendalam terhadap 18 dokumen pra-feasibility study (FS) proyek hilirisasi yang didalamnya ada proyek DME yang telah diserahkan oleh Satgas Hilirisasi beberapa waktu lalu.

    Salah satunya soal masalah teknologi dalam proyek itu. Hal ini agar tidak ada lagi proyek yang mangkrak dan gagal dikembangkan.

    “Kita juga memastikan dulu untuk teknologinya, teknologi yang yang kita utamakan adalah yang up to date juga dan yang paling efisien lah,” ujar Rosan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, dikutip, Kamis (6/11/2025).

    “Jadi kita benar-benar kalau melakukan evaluasi benar-benar secara menyeluruh sehingga pada saat kita mulai berjalan atau groundbreaking, itu akan berjalan secara full dan sesuai dengan target-target yang dicanangkan,” sambung Rosan yang juga Menteri Investasi dan Hilirisasi itu.

    Ketika ditanya soal skema investasi yang akan dilakukan Danantara, Rosan enggan menjelaskan secara rinci. Dia cuma bilang Danantara bisa secara langsung berinvestasi ke proyek DME.

    “Kita bisa investasi langsung sih mungkin ya,” lanjut Rosan.

    Rencananya, pemerintah ingin mengembangkan industri DME di beberapa daerah potensial seperti Bulungan, Kalimantan Utara, lalau di Kutai Timur, Kalimantan Timur, kemudian di Kota Baru, Kalimantan Selatan. Ada juga di Muara Enim, Pali, dan Banyuasin di Sumatera Selatan.

    Total nilai investasinya untuk pengembangan seluruh proyek DME sekitar Rp 164 triliun. Proyek ini diperkirakan akan menciptakan lapangan kerja hingga 34.800 pekerja. Pengembangan DME sendiri masuk ke dalam 18 proyek hilirisasi strategis Presiden Prabowo Subianto.

    Sebelumnya, Menteri ESDM Bahlil mengatakan kemungkinan teknologi yang bakal digunakan dalam proyek DME ini akan dari Eropa dan China. Hal ini lantaran teknologi dari negara tersebut dinilai cocok dengan Indonesia.

    Namun, ia mengatakan keputusan tersebut berada tangan Danantara.”Ini mitranya nanti dengan Danantara, teknologinya kan macam-macam ya, teknologi dari China, itu, bisa juga dari Eropa,” kata Bahlil.

    (hns/hns)

  • DME Bakal Gantikan LPG, Bahlil Sudah Lapor Prabowo

    DME Bakal Gantikan LPG, Bahlil Sudah Lapor Prabowo

    Jakarta

    Proyek gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME) sebagai pengganti Liquified Petroleum Gas (LPG) menjadi prioritas pemerintah untuk digarap. Penggunaan DME sekaligus menekan impor LPG.

    Pemerintah berharap tahun 2026 proyek ini sudah jalan. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan proyek DME pun sudah dibahas dalam Rapat Terbatas (Ratas) dengan Presiden Prabowo Subianto, Kamis (6/11/2025).

    Dalam rapat tersebut, Bahlil bilang, Presiden Prabowo menegaskan pentingnya mempercepat pembangunan industri energi dalam negeri. Hal ini lantaran semakin banyaknya kebutuhan LPG di tahun mendatang.

    “Kita tahu bahwa tadi kita baru habis resmikan Cilegon, itu kita membutuhkan LPG kurang lebih sekitar 1,2 juta ton per tahun. Maka konsumsi kita nanti ke depan, di 2026, itu sudah mencapai hampir 10 juta ton LPG. Tidak bisa kita lama, kita harus segera membangun industri-industri dalam negeri,” ucap Bahlil dalam keterangan tertulis dikutip Sabtu (8/11/2025).

    Sebagai informasi, mengutip situs KementerianESDM, karakteristik DME memiliki kesamaan baik sifat kimia maupun fisika dengan LPG. Lantaran mirip, DME dapat menggunakan infrastruktur LPG yang ada sekarang, seperti tabung, storage dan handling eksisting.

    Kelebihan lain adalah DME bisa diproduksi dari berbagai sumber energi, termasuk bahan yang dapat diperbarui. Antara lain biomassa, limbah dan Coal Bed Methane (CBM). Namun saat ini, batu bara kalori rendah dinilai sebagai bahan baku yang paling ideal untuk pengembangan DME.

    Pemilihan DME untuk subtitusi sumber energi juga mempertimbangkan dampak lingkungan. DME dinilai mudah terurai di udara sehingga tidak merusak ozon dan meminimalisir gas rumah kaca hingga 20%.

    LPG per tahun menghasilkan emisi 930 kg CO2, nanti dengan DME hitungannya akan berkurang menjadi 745 kg CO2. Ini nilai-nilai yang sangat baik sejalan dengan upaya-upaya global menekan emisi gas rumah kaca.

    Selain itu, kualitas nyala api yang dihasilkan DME lebih biru dan stabil, tidak menghasilkan partikulat matter (pm) dan NOx, serta tidak mengandung sulfur.

    DME merupakan senyawa eter paling sederhana mengandung oksigen dengan rumus kimia CH3OCH3 yang berwujud gas sehingga proses pembakarannya berlangsung lebih cepat dibandingkan LPG.

    (hns/hns)