Produk: baterai kendaraan listrik

  • BYD Atto 1 Dijual Tanpa Wall Charger, Segini Tambah Biaya Kalau Mau Pasang

    BYD Atto 1 Dijual Tanpa Wall Charger, Segini Tambah Biaya Kalau Mau Pasang

    Yogyakarta

    BYD Atto 1 dipasarkan tanpa fasilitas wall charger, yaitu sebuah perangkat pengisian baterai kendaraan listrik khusus yang terpasang di rumah. Kalau pembeli Atto 1 memiliki rencana memasang wall charger, harus tambah biaya berapa ya?

    Sekadar informasi, saat ini BYD Atto 1 dipasarkan dalam dua tipe dan harga. Tipe Dynamic dengan jarak tempuh 300 km dijual seharga Rp 195 juta, sementara spek tertinggi Premium yang punya jangkauan 380 km, dipasarkan Rp 235 juta. Harga tersebut belum termasuk biaya pemasangan wall charger.

    “Karena Atto 1 ini tidak termasuk wall charger ya dan ada beberapa komponen pembentuk pemasangan wall charger. Yang pertama itu kan device-nya, kedua itu pemasangan device, ketiga adalah instalasi listrik,” buka Head of Public and Government Relations PT BYD Motor Indonesia, Luther T. Panjaitan.

    Luther tak mengetahui secara pasti berapa total biaya yang dibutuhkan untuk pemasangan wall charger. Namun sekadar gambaran, harga device wall charger-nya saja kisaran Rp 8,5 juta. Luther menyarankan agar konsumen BYD menggunakan wall charger asli yang dijual oleh dealer resmi BYD, karena ada jaminan garansinya dan kualitasnya.

    “Buat biaya pemasangan, itu pihak PLN yang tahu, karena itu banyak komponen, mulai tambah daya ada pemasangan meteran baru. Semua itu sangat tergantung dari kondisi kustomernya. Jadi bisa nanti sampaikan saja ke dealer, nanti dealer bantu mengkomunikasikan (ke PLN),” bilang Luther lagi.

    Menurut Luther, untuk wall charger yang harganya Rp 8,5 juta tersebut, butuh setidaknya listrik rumah tangga berdaya 7.700 watt. Fasilitas wall charger sendiri tentunya sudah menjadi kebutuhan pemilik mobil listrik untuk memudahkan proses pengisian ulang daya baterainya.

    (lua/din)

  • Upaya Menata Ulang Penghiliran Nikel

    Upaya Menata Ulang Penghiliran Nikel

    Bisnis.com, JAKARTA – Kebijakan peng­­­hiliran nikel yang selama ini diposisikan sebagai fondasi transformasi ekonomi nasional kini meng­­­hadapi tantangan serius. Tu­­­­tupnya sejumlah smelter, an­­­jloknya harga nikel glo­­­bal, serta ketergantungan pa­da satu pasar dan satu je­­­nis tek­­­nologi, menandai bah­­­wa strategi penghiliran per­­­lu di­­­tin­­­jau ulang secara me­­­nye­­­luruh.

    Data terbaru menunjukkan setidaknya 28 jalur produksi smelter nikel dengan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) telah menghentikan operasi hingga pertengahan 2025. Sebagian besar smelter ini tidak lagi mampu beroperasi secara ekonomis karena harga nikel kadar menengah (MC 30%) di pasar domestik berkisar US$33—US$34 per wet metric ton (WMT), jauh dibawah ongkos produksi (Media Nikel Indonesia, 17/6).

    Bahkan, dalam laporan khusus media ini, kondisi industri penghiliran nikel Indonesia disebut “terancam mandek” akibat tekanan berlapis, mulai dari rendahnya harga global, kebijakan anti-dumping China, hingga rendahnya permintaan bahan mentah dari dalam negeri (Bisnis Indonesia, 30/7). Sinyal krisis ini tidak bisa diabaikan begitu saja.

    Salah satu akar persoalan adalah ketergantungan yang terlalu besar pada satu pasar—yakni China. Sekitar 90% ekspor produk hilir nikel Indonesia masih bergantung pada pasar China, khususnya untuk produk feronikel dan nickel pig iron (NPI). Ketika pasar tersebut terganggu oleh penurunan permintaan atau kebijakan antidumping, industri nikel Indonesia langsung terpukul.

    Ketergantungan tunggal ini tidak hanya menciptakan risiko eksternal, tetapi juga memperlihatkan lemahnya strategi diversifikasi pasar. Sementara negara-negara, seperti Filipina atau Australia mulai memperluas mitra ekspor mereka ke Uni Eropa (UE) dan Amerika Serikat (AS), Indonesia justru belum mengembangkan strategi penghiliran berbasis pasar alternatif.

    Selain itu, penggunaan teknologi RKEF yang mendominasi smelter di Indonesia kian mempersempit opsi. Teknologi ini hanya efektif untuk nikel saprolit dan menghasilkan produk bernilai tambah rendah, yang tidak kompatibel dengan kebutuhan global akan nikel kadar tinggi untuk baterai kendaraan listrik.

    Padahal tren dunia justru bergerak cepat ke arah elektrifikasi transportasi dan energi bersih. Jika Indonesia terus bertahan dalam model penghiliran ini, kita akan kehilangan momentum untuk menjadi pemain utama dalam rantai nilai industri baterai global.

    Kondisi pasar nikel saat ini juga memperlihatkan anomali. Dalam situasi normal, pelaku industri cenderung menolak intervensi negara. Namun, kini desakan agar pemerintah mengatur ulang volume produksi nikel justru datang dari asosiasi pengusaha sendiri (Bisnis Indonesia, 1/8). Hal ini menunjukkan bahwa mekanisme pasar telah gagal menjaga keseimbangan antara pasokan dan permintaan.

    Tanpa regulasi pasokan, koordinasi lintas sektor, dan sistem pengendalian harga, industri nikel nasional berisiko mengalami race to the bottom. Sebuah kondisi persaingan tanpa batas antarprodusen yang justru merusak nilai tambah dan mempercepat keruntuhan ekosistem industri dengan mengorbankan kepentingan pekerja, lingkungan, dan pajak.

    LANGKAH PEMBARUAN

    Permintaan pelaku industri agar negara mengambil peran dalam kontrol produksi bukanlah bentuk mundur dari liberalisasi, tetapi refleksi atas absennya institusi stabilisasi harga dan tata kelola pasokan dalam kebijakan penghiliran selama ini. Kondisi saat ini membuka peluang untuk melakukan reorientasi penghiliran nasional. Setidaknya ada empat agenda pembaruan yang bisa ditempuh.

    Pertama, pembentukan otoritas penghiliran nasional. Pemerintah perlu membentuk lembaga lintas sektor yang mengintegrasikan kebijakan produksi, teknologi, perizinan, dan pasar. Tanpa badan otoritatif, arah penghiliran akan terus sektoral dan terfragmentasi.

    Kedua, diversifikasi teknologi dan pasar harus dipercepat. Investasi High Pressure Acid Leaching (HPAL) perlu ditingkatkan, dan ekspor diarahkan ke negara-negara seperti UE, India, AS, dan Korea Selatan dalam kerangka strategic partnership berbasis pasokan mineral kritis. Indonesia tak sekadar eksportir bahan mentah, tetapi mitra strategis transisi energi global. Diplomasi mineral harus mendorong alih teknologi, pendanaan penghiliran, dan akses pasar yang lebih adil.

    Ketiga, integrasi rantai nilai dalam negeri. Smelter tidak boleh berdiri sendiri tanpa keterhubungan dengan industri hulu dan hilir di dalam negeri. Rantai nilai nikel harus diarahkan untuk mendorong pengembangan baterai listrik, kendaraan listrik, dan penyimpanan energi.

    Keempat, perlindungan sosial dan keberlanjutan. Kebijakan penghiliran harus berpihak pada pekerja tambang, masyarakat lokal, dan lingkungan hidup. Standar industri hijau dan mekanisme kompensasi lingkungan harus menjadi syarat bagi setiap investasi hilir dalam mengedepankan “environmental conditionalities”.

    Penghiliran nikel tidak boleh berhenti sebagai proyek fisik atau jargon politik. Ia harus diangkat menjadi strategi bangsa yang menyeluruh guna mengintegrasikan visi ekonomi, teknologi, sosial, dan lingkungan. Dengan lebih dari 21 juta ton cadangan nikel laterit terbesar di dunia, Indonesia memiliki peluang untuk menjadi sentra industri kendaraan listrik global.

    Potensi ini hanya bisa tercapai dengan penghiliran berdaulat, penguasaan teknologi, akses pasar global, dan ekosistem industri yang kuat. Krisis harga dan penutupan smelter adalah alarm untuk koreksi kebijakan. Kedaulatan ekonomi bukan sekadar stop ekspor mentah, tetapi soal siapa yang menguasai rantai nilai dan memberi manfaat berkelanjutan bagi bangsa.

  • Jarak Tempuh Baterai Mobil Listrik: Kenyataan Tak Seindah Klaim

    Jarak Tempuh Baterai Mobil Listrik: Kenyataan Tak Seindah Klaim

    Jakarta

    Jarak tempuh jadi salah satu senjata utama pabrikan mobil listrik dalam memasarkan produknya. Berdasarkan ujicoba terhadap beberapa brand di Australia, kenyataan tak semanis klaim.

    Di seluruh dunia, setiap mobil listrik yang dijual selalu mencantumkan kapasitas baterai dan klaim jarak tempuh yang bisa dicapai dalam satu kali pengisian daya hingga full 100%. Saat ini, setidaknya, tiga metode atau standarisasi populer yang paling sering digunakan.

    Yang kerap dipakai di Indonesia adalah WLTP (Worldwide Harmonised Light Vehicle Test Procedure). Ada juga NEDC (New European Driving Cycle), yang digunakan sebelum WLTP hadir. Lalu ada CLTC yang dikembangkan dan banyak dipakai di China.

    Belum lama ini, Australian Automobile Association (AAA), sebuah badan didanai Pemerintah Australia, melakukan pengujian klaim jarak tempuh baterai kendaraan listrik. Hasilnya, seluruh produk yang diujicoba ternyata didapat jarak tempuh yang lebih pendek.

    Dikutip dari Guardian, ada beberapa mobil listrik populer di Australia yang diuji. Hasilnya beragam, meski kesimpulannya sama: jarak tempuh dalam kondisi real lebih pendek dibanding yang diklaim pabrikan — dengan selisih 5% sampai 23%.

    Ilustrasi SPKLU yang disediakan PLN di Indonesia Foto: Dok PLN

    Australian Automobile Association dalam pernyataannya menyebut penelitian dilakukan demi membantu publik dan konsumen Australia mendapatkan informasi yang jelas terhadap mobil yang akan atau sudah mereka beli. Selain itu, AAA menyatakan serangakaian tes dilakukan demi menjawab keraguan serta kekhawatiran publik atas jarak tempuh kendaraan listrik dalam kondisi real, alias pemakaian sehari-hari.

    Penelitian yang dilakukan tidak main-main. AAA telah memulainya sejak 2022, dengan dana yang disiapkan pemerintah sebesar 14 juta Dollar Australia, setara Rp 148,7 miliar dan puluhan jenis mobil listrik ditest.

    Hasil Ujicoba Jarak Tempuh BYD, Tesla, Kia, dan Smart

    Salah satu mobil yang dites baru-baru ini adalah BYD Atto 3 keluaran tahun 2023 versi extended range. BYD Atto 3 tersebut punya jarak tempuh 369 km dengan konsumsi energi sebesar 180 Wh/km. Angka ini di bawah klaim BYD, yang disebut punya jarak tempuh 480 km dengan konsumsi energi 149 Wh/Km.

    Berikutnya ada Kia EV6, yang diklaim punya jarak tempuh 528 km dan konsumsi daya 165 Wh/km. Pada kenyataannya, EV6 keluaran tahun 2022 yang dicoba punya jarak tempuh 484 km dengan konsumsi energi 166 wh/km.

    Ilustrasi pengisian daya mobil listrik (Foto: AFP PHOTO / ROSLAN RAHMAN)

    Untuk Tesla Model 3 keluaran tahun 2024 yang dites, menunjukkan hasil serupa. Diklaim mampu melaju sejauh 513 km dalam sekali pengisian, mobil laris di Australia ini hasil tesnya menunjuk angka 441 km pada sekali pengisian daya.

    Selanjutnya ada Smart #3. Diklaim mampu melaju hingga 455 km dengan konsumsi energi 163 Wh/km, mobil ini pada kondisi nyata bisa melaju sejauh 432 km dengan konsumsi energi 170 Wh/km.

    Mobil Bensin Juga Diuji

    AAA merupakan badan pemerintah utama yang mengeluarkan kebijakan hingga advokasi untuk berbagai jenis kendaraan di Australia. Termasuk kendaraan berbahan bakar besin dan solar.

    Beberapa bulan lalu mereka juga merilis hasil ujicoba banyak kendaraan BBM. Hasilnya, sebanyak 77% kendaraan bensin dan solar punya konsumsi BBM lebih besar dibanding yang klaim pabrikan. Atinya, lebih boros BBM dibanding yang dipromosikan.

    “Dengan semakin banyak mobil listrik masuk ke pasar Australia, konsumen kini bisa memahami para pendatang baru tersebut terkait jarak tempuh baterainya,” kata Michael Bradley, managing direktur AAA.

    Pengujian kendaran-kendaraan listrik ini dilakukan di sekitar Geelong, negara bagian Victoria. Pengujian di antaranya dilakukan di dalam sirkuit, di jalan tol, serta jalanan wilayah pemukiman.

    (din/dry)

  • Ternyata RI Sudah Pasok Bahan Baku Baterai Mobil Tesla

    Ternyata RI Sudah Pasok Bahan Baku Baterai Mobil Tesla

    Jakarta

    Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil mengungkapkan bahwa Indonesia sudah memasok bahan baku dari baterai kendaraan listrik untuk mobil pabrikan dari Amerika Serikat (AS) yakni Tesla.

    Bahlil mengatakan, pasokan bahan baku tersebut berupa prekursor. Ia mengatakan prekursor tersebut diekspor melalui Huayou Indonesia yang merupakan bagian dari Zhejiang Huayou Cobalt, perusahaan asal China yang beroperasi di Halmahera, Maluku Utara.

    “Bagaimana prekursor dibangun oleh Huayou. Kalau tidak salah Huayou sekarang sudah ekspor ke Amerika ya. Prekursor yang untuk memenuhi Tesla. Itu sudah kirim,” kata Bahlil dikutip, Kamis (7/8/2025).

    Meski begitu, Bahlil tidak menyebutkan berapa besaran volume ekspor prekursor yang dilakukan Huayou untuk Tesla.

    Sebagai informasi, Bahlil sempat mengatakan rencana ekspor prekursor RI ke Tesla pada tahun lalu. Katanya, prekursor itu berasal dari Kawasan Industri Weda Bay.

    “Bahkan prekursor kan bulan depan sudah kita ekspor untuk ke Amerika untuk memenuhi Tesla, yang ada di Weda Bay,” kata Bahlil di Kementerian ESDM Jakarta, Jumat (18/10/2024).

    (rrd/rrd)

  • Indonesia berpeluang jadi raksasa baterai dunia lewat hilirisasi nikel

    Indonesia berpeluang jadi raksasa baterai dunia lewat hilirisasi nikel

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    Indonesia berpeluang jadi raksasa baterai dunia lewat hilirisasi nikel
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Rabu, 06 Agustus 2025 – 20:48 WIB

    Elshinta.com – Pakar otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu menyatakan Indonesia memiliki peluang besar sebagai pemain utama dalam industri kendaraan listrik (EV) global melalui pemanfaatan cadangan nikel nasional dan strategi hilirisasi baterai.

    Ia mengatakan bahwa cadangan nikel Indonesia yang mencapai 26 persen dari total dunia merupakan aset strategis yang harus dikelola dengan cerdas.

    “Baterai nikel adalah kunci bagi Indonesia untuk tampil sebagai pemain utama dalam industri kendaraan listrik global. Kita punya peluang emas yang tidak boleh disia-siakan,” kata Yannes ketika dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.

    Ia menyampaikan, pemerintah saat ini tengah menjalankan Program Danantara yang menyiapkan pembiayaan hingga Rp618 triliun untuk 18 proyek hilirisasi, termasuk pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik.

    Proyek andalan di Karawang, Jawa Barat itu dinilai menjadi pusat perhatian karena telah memasuki tahap produksi baterai NMC (nickel, manganese, cobalt) berkualitas tinggi melalui sejumlah kolaborasi.

    Dengan teknologi seperti solid-state battery, thermal management system, serta AI-based Battery Management System (BMS), baterai NMC buatan Indonesia diklaim semakin aman, efisien, dan memiliki daya jelajah lebih panjang.

    “Ini bukan hanya industrialisasi, tapi momentum strategis membangun kendaraan listrik yang kompetitif secara global,” tegas Yannes.

    Lebih lanjut ia menyebut Indonesia kini berada di peringkat ketiga rantai pasok baterai dunia setelah Tiongkok dan Korea Selatan.

    Jika eksekusi Program Danantara dan proyek hilirisasi berjalan optimal, Yannes memperkirakan Indonesia bisa naik ke posisi kedua global pada 2030.

    Namun, ia menegaskan bahwa momentum ini hanya terbuka selama lima hingga tujuh tahun ke depan.

    Yannes menekankan pentingnya memperkuat pasar lokal terlebih dahulu agar industri baterai yang dibangun memiliki skala keekonomian, sebelum melangkah ke pasar ekspor.

    “Window of opportunity-nya sempit. Keputusan hari ini akan menentukan apakah kita jadi pemain utama atau hanya penonton dalam revolusi kendaraan listrik global,” katanya.

    Sumber : Antara

  • Ini Alasan RI Masih Perlu Impor Lithium dari Australia

    Ini Alasan RI Masih Perlu Impor Lithium dari Australia

    Bisnis.com, JAKARTA — Pengamat menilai wacana impor lithium dari Australia untuk memperkuat ekosistem industri baterai di Tanah Air masuk akal. Hal ini pun dinilai memberikan dampak positif untuk Indonesia.

    Ketua Badan Kejuruan Teknik Pertambangan Persatuan Insinyur Indonesia (BK Tambang PII) Rizal Kasli menuturkan, Indonesia sejauh ini belum memiliki cadangan lithium. 

    Menurutnya, Indonesia baru memiliki hypothetical resources, baik dari batuan seperti spodumen maupun dari cebakan garam. Namun, potensi itu belum diindikasikan sebagai cadangan. 

    Cebakan garam adalah istilah geologi yang merujuk pada akumulasi atau endapan garam mineral yang terbentuk secara alami di dalam kerak bumi. Cebakan ini terbentuk melalui proses evaporasi air laut atau danau garam dalam jangka waktu geologis yang sangat panjang.

    Rizal menyebut, untuk mendukung ekosistem baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) yang sudah dicanangkan pemerintah, kebutuhan lithium tersebut harus diimpor dari negara lain. 

    Menurutnya, Australia memiliki cukup banyak cadangan lithium sehingga bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan ekosistem tersebut.

    “Posisi Australia yang lebih dekat ke Indonesia tentu akan memberikan dampak positif terutama untuk biaya transportasi dan kecepatan waktu pengadaannya [lead time],” tutur Rizal kepada Bisnis, Rabu (6/8/2025).

    Mengutip data Geoscience Australia, cadangan lithium terbukti (ore reserves) Negeri Kangguru mencapai sekitar 5.051 kiloton lithium (kt Li), setara kurang lebih 5,05 juta ton per Desember 2023. Angka tersebut mewakili ±5% dari cadangan dunia.

    Sementara itu, sumber daya terbukti dan terindikasi (EDR) mencapai sekitar 8.440 kt Li atau 8,44 juta ton. Angka itu mencapai sekitar 28 % cadangan dunia.

    Meski RI berencana impor lithium dari Australia, Rizal mengatakan, sumber dari negara lain seperti dari negara-negara Afrika juga perlu dijaga. 

    “Ini agar sumbernya tidak berasal dari satu sumber. Apabila terjadi hambatan supply di Australia misalnya, bisa didatangkan dari negara lain,” imbuh Rizal.

    Lebih lanjut, Rizal mengatakan, proses impor lithium dari Australia umumnya dilakukan secara business to business (B2B). Oleh karena itu, yang perlu dilakukan pemerintah adalah mengaktifkan lagi kegiatan eksplorasi, terutama untuk menemukan sumber daya dan cadangan mineral kritis termasuk lithium.

    Selain itu, pemerintah perlu mengaktifkan kegiatan riset dengan serius untuk menghasilkan teknologi pengolahan dan pemurnian dalam negeri. Hal ini diperlukan agar Indonesia bisa bersaing dengan negara lain, baik dari sisi teknologi maupun biaya. 

    “Kita harus mencontoh China dan Korea yang sangat serius dalam hal ini. Sekarang mereka lebih maju dan posisinya di atas Indonesia saat ini,” ucap Rizal.

    Wacana impor lithium dari Australia sebelumnya diungkapkan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia dalam acara International Battery Summit (IBS) 2025, Selasa (5/8/2025).

    Dia mengatakan, wacana impor itu tak lepas dari visi pemerintah untuk memperkuat ekosistem industri baterai di Tanah Air.

    Bahlil menuturkan, pemerintah memberi kesempatan kepada investor untuk ikut membangun ekosistem baterai Indonesia. Menurutnya, Indonesia memiliki sumber daya alam sebagai bahan baku baterai, seperti kobalt, nikel, hingga mangan. 

    Namun, dia mengakui Indonesia belum memiliki pasokan lithium, sebagai salah satu bahan baku baterai itu. Untuk itu, Bahlil menyebut, pasokan lithium akan didatangkan dari Australia.

    “Mangan-kobalt kalian [investor] bisa dapat. Nah, sekarang kita lagi ada kerja sama dengan Australia untuk kita impor dari negara mereka tentang lithium,” ujarnya.

    Mantan ketua umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) itu menyebut, selama ini impor lithium diambil dari negara-negara Afrika. Menurutnya, dengan mengalihkan impor dari Australia, biaya logistik pun bisa ditekan. Pasalnya, jarak antara Indonesia dengan Australia lebih dekat dibanding Afrika. 

    “Nah, memang secara ekonomis akan jauh lebih ekonomis dari Australia karena biaya transportasinya ada. Beberapa teman-teman pelaku usaha itu sudah mengambil tambang di sana,” tutur Bahlil.

    Kendati demikian, Bahlil belum bisa mengungkapkan berapa potensi volume impor lithium dari Australia yang bakal dieksekusi. Sebab, rencana itu masih dalam kajian. 

    “Saya belum tahu volumenya berapa karena saya bukan pengusahanya ya,” katanya.

  • Bahlil Yakin Indonesia Jadi Pelopor Ekosistem Baterai Kendaraan Listrik

    Bahlil Yakin Indonesia Jadi Pelopor Ekosistem Baterai Kendaraan Listrik

    Jakarta

    Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia yakin Indonesia bakal menjadi pemain penting di industri baterai kendaraan listrik. Bahlil percaya dalam waktu dekat Indonesia jadi pionir ekosistem baterai kendaraan listrik.

    Menurut Bahlil, Huayou–perusahaan manufaktur baterai lithium-ion untuk kendaraan listrik–sebentar lagi akan mengoperasikan bisnisnya bersama Antam dan Indonesia Battery Corporation (IBC). Total investasinya sekitar 8 miliar USD.

    “Nah, kalau ini semua jadi, kita targetkan 2027 akhir, ini semua sudah jadi. Maka Indonesia akan menjadi salah satu negara pertama yang membangun ekosistem baterai mobil yang terintegrasi dari hulu sampai hilir,” ujar Bahlil dikutip dari keterangan tertulisnya.

    Hal tersebut sejalan program Pemerintah dalam menuju Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 mendatang, termasuk menjalankan arahan Presiden Prabowo Subianto untuk hilirisasi dan percepatan pembangunan industri mobil listrik. Tak hanya itu, pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) untuk kelistrikan juga menjadi prioritas yang akan membuka peluang bagi industri baterai dalam negeri.

    “Dan kita minta baterai-baterai untuk listrik ini semua harus memakai produk Indonesia. Ini market besar. Dan ini akan mendorong untuk bagaimana ketersediaan listrik bagi Koperasi Merah Putih. Karena kita akan pakai track listrik. Kita akan pakai motor listrik. Dan ini sekaligus untuk mendorong transisi energi dan kedaulatan energi,” tegasnya.

    Dengan adanya ekosistem baterai untuk kendaraan listrik, Indonesia dapat menjadi tujuan utama investasi yang efisien. Soalnya, bahan baku hingga ekosistemnya sudah tersedia di dalam negeri.

    “Tidak ada alasan, menurut saya, untuk tidak melakukan investasi yang efisien di negara Indonesia. Marketnya ada, bahan bakunya ada, ekosistemnya sudah ada, energi baru terbarukannya sudah ada,” tutur Bahlil.

    (rgr/dry)

  • Bukan Omon-Omon, Badan Geologi AS Buktikan RI Raja Nikel Dunia

    Bukan Omon-Omon, Badan Geologi AS Buktikan RI Raja Nikel Dunia

    Jakarta, CNBC Indonesia – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyebutkan bahwa Indonesia menyimpan hingga 43% cadangan nikel dunia. Hal itu dikatakannya mengutip data Badan Geologi Amerika Serikat (AS).

    “Bapak-Ibu semua, cadangan nikel di dunia oleh data Badan Geologi Amerika mengatakan yang 43% itu adalah Indonesia,” jelas Bahlil di Hotel Mulia, Jakarta, Selasa (5/8/2025).

    Saat ini, Indonesia juga tengah mendorong proyek hilirisasi nikel dengan menyetop ekspor bijih nikel sejak tahun 2020. Tidak main-main, nilai ekspor proyek hilirisasi nikel tahun 2024 mencapai US$ 33,9 miliar setara Rp 555,51 triliun (asumsi kurs Rp 16.387 per US$). Meningkat tajam dibanding nilai ekspor nikel pada tahun 2017 sebesar US$ 3,3 miliar setara Rp 54,07 triliun.

    Hilirisasi nikel di Indonesia juga dinilai berdampak pada pandangan dunia terhadap Indonesia. Bahkan, kesuksesan proyek hilirisasi nikel Indonesia mendorong persaingan bisnis global.

    “Sekalipun saya tahu sekarang persaingannya luar biasa, ada negara lain yang melakukan kampanye hitam terhadap pengelolaan sumber daya alam Indonesia, seolah-olah itu tidak ramah lingkungan,” tambahnya.

    Melimpahnya cadangan nikel tersebut, membuat Indonesia mendorong pemanfaatannya menjadi baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV). Salah satu jenis nikel yang dimanfaatkan adalah nikel kadar rendah (limonit).

    “Dan untuk nikel, yang efisien untuk baterai itu adalah limonit. Saprolit bisa, tapi itu butuh turunan teknologi lagi. Dan itu biayanya dianggap cukup agak sedikit lebih mahal,” tandasnya.

    Mengutip data Neraca Sumber Daya dan Cadangan Mineral dan Batu Bara Indonesia Tahun 2025 yang dirilis Badan Geologi Kementerian ESDM, dengan data termutakhirkan Desember 2024, cadangan bijih nikel per tahun 2024 tercatat sebesar 5,913 miliar ton. Terdiri dari cadangan terkira sebesar 3,818 miliar ton dan cadangan terbukti sebesar 2,095 miliar ton.

    Artinya, apabila produksi bijih nikel per tahun diestimasikan sebesar 173 juta ton seperti data tahun 2024, maka sisa umur cadangan bijih nikel RI diperkirakan hanya sampai 34 tahun.

    (pgr/pgr)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Menteri ESDM sebut PLTS 100 GW pacu ketersediaan listrik KDMP

    Menteri ESDM sebut PLTS 100 GW pacu ketersediaan listrik KDMP

    Jakarta (ANTARA) – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan pihaknya sedang membangun desain besar Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 100 gigawatt (GW) yang mendorong ketersediaan listrik bagi Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih (KDMP).

    “Ini akan mendorong untuk bagaimana ketersediaan listrik bagi Koperasi (Desa) Merah Putih,” kata Bahlil dalam acara International Battery Summit 2025 di Jakarta, Selasa.

    Bahlil mengatakan PLTS tersebut akan dibangun untuk semua desa, sehingga turut menjadi peluang baru bagi pengusaha baterai listrik di Tanah Air untuk memanfaatkan pasar yang masif.

    “Karena PLTS itu cuma 4 jam pada saat siang hari. Selebihnya harus disimpan lewat baterai. Pada saat malam, baterai yang main. Ini saya lihat bahwa peluang pasar di Indonesia itu cukup besar,” katanya, menjelaskan bahwa pembangunan PLTS tersebut akan dilakukan secara bertahap.

    Lebih lanjut, menurut dia, industri baterai memiliki potensi besar di pasar domestik maupun internasional, dengan kebutuhan baterai dalam negeri hingga 2034 mencapai 392 gigawatt hour (GWh) yang mencakup kebutuhan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034, mobil dan motor listrik, peluang ekspor listrik dan program membangun 100 GW PLTS.

    Sedangkan potensi pasar internasional mencakup 3.500 GWh pada 2030, dan 500 miliar dolar AS potensi pasar baterai kendaraan listrik global pada periode yang sama.

    Adapun untuk estimasi dampak ekonomi proyek industri baterai, lanjut Bahlil, bisa mencapai Rp50,2 triliun total investasi, 62 ribu lapangan pekerjaan dan memberikan kontribusi terhadap PDB hingga 2,5 miliar dolar AS per tahun.

    Presiden RI Prabowo Subianto sebelumnya meluncurkan kelembagaan 80 ribu unit KDMP di Desa Bentangan, Wonosari, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Senin (21/7).

    Presiden mengatakan peluncuran 80 ribu koperasi desa dan kelurahan itu sebagai upaya untuk memperpendek rantai distribusi dan aliran bahan-bahan untuk masyarakat. Koperasi tersebut diharapkan dapat membantu memenuhi kebutuhan para petani, peternak, maupun nelayan.

    Peluncuran koperasi tersebut merupakan tindak lanjut dari Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2025 tentang Percepatan Pembentukan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih yang berlaku sejak 27 Maret 2025.

    Hingga saat ini, tercatat sebanyak 81.140 unit KDMP telah terbentuk di seluruh Indonesia, dengan 80.081 di antaranya telah berbadan hukum.

    Selain unit-unit koperasi yang telah terbentuk, pemerintah juga telah menyiapkan 108 koperasi percontohan yang diharapkan dapat menjadi model bagi desa-desa lainnya.

    Mulai 22 Juli 2025, koperasi percontohan tersebut telah dapat mengakses pembiayaan melalui skema kredit usaha rakyat (KUR) dari bank Himpunan Bank Milik Negara (Himbara).

    Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
    Editor: Virna P Setyorini
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Bahlil Rayu Investor Bangun Pabrik Baterai di RI: Bahan Baku Pasti Murah

    Bahlil Rayu Investor Bangun Pabrik Baterai di RI: Bahan Baku Pasti Murah

    Jakarta

    Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengajak investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia dalam proyek pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik. Ia mengatakan bakal banyak keuntungan yang didapatkan jika investor menanam modal di Indonesia dibanding dengan negara lain.

    Hal ini ia ungkapkan dalam acara International Battery Summit di Hotel Mulia, Jakarta, Selasa (5/8/2025).

    Bahlil mengatakan, salah satu keuntungan yang didapatkan ialah bahan baku dari ekosistem baterai kendaraan listrik sangat besar. Ia mengatakan ada empat bahan utama baterai EV yakni nikel, kobalt, mangan, dan lithium. Dari empat bahan baku tersebut, RI mempunyai tiga jenis bahan baku melimpah yakni nikel, kobalt, dan mangan.

    Misalnya untuk nikel, dia mengatakan cadangan bijih nikel Indonesia merupakan terbesar di dunia dengan porsi sebanyak 42,1% dari seluruh cadangan dunia. Dengan cadangan tersebut maka biaya yang akan dikeluarkan oleh investor untuk membeli bahan baku lebih murah.

    “Saya menyarankan kepada teman-teman investor bangun industri di sini. Akan jauh lebih murah biaya produksinya ketimbang kalian bangun di tempat lain. Pertama, bahan baku ore nikelnya pasti jauh lebih murah. Transportnya pasti lebih murah. Mangan dan kobalt juga bisa dapat,” katanya.

    Selain itu, Bahlil mengatakan bahwa pasar untuk kendaraan listrik di Indonesia sudah sangat besar baik kendaraan roda dua maupun roda empat. Ia mengatakan ke depan pemerintah tengah mendorong 120 juta unit kendaraan motor roda dua untuk dikonversi.

    “Jadi Bapak-Ibu semua, tidak ada alasan menurut saya untuk tidak melakukan investasi yang efisien di negara Indonesia. Marketnya ada, bahan bakunya ada, ekosistemnya sudah ada, energi baru terbarukan nya sudah ada,” katanya.

    Lihat juga Video ‘Momen Jokowi Resmikan Pabrik Baterai Mobil Listrik di Karawang’:

    (acd/acd)