Produk: baterai kendaraan listrik

  • Perusahaan RI-China Berkongsi Bangun Pabrik Baterai Kendaraan Listrik

    Perusahaan RI-China Berkongsi Bangun Pabrik Baterai Kendaraan Listrik

    Bisnis.com, JAKARTA – PT Smart Electric Vehicle Indonesia (Sedaya) menggandeng JiangXi HuaLiYuan Lithium Energy Co., Ltd. (HLY Battery) untuk pengembangan fasilitas manufaktur baterai kendaraan listrik di Indonesia.

    Hal tersebut ditandai dengan penandatanganan Surat Niat (LOI). Adapun, kemitraan strategis ini bertujuan untuk memperkuat pertumbuhan kendaraan listrik (EV), energi terbarukan, dan efisiensi energi.

    CEO Sedaya, Arief mengatakan pabrik baterai yang diusulkan akan memanfaatkan teknologi baterai lithium canggih dari HLY Battery dan pengalaman luas Sedaya di pasar EV Indonesia. 

    Menurutnya, kolaborasi ini diharapkan dapat menciptakan peluang ekonomi yang signifikan, termasuk penciptaan lapangan kerja, transfer teknologi, dan pengembangan rantai pasokan lokal yang kuat untuk baterai lithium.

    “Ketika Indonesia mempercepat transisi ke solusi energi berkelanjutan, kemitraan ini dengan HLY Battery adalah langkah maju yang penting,” kata Arief melalui keterangan resmi dikutip pada Minggu (3/11/2024).

    Arief menjelaskan usaha kerja sama ini dijadwalkan untuk memulai konstruksi pada awal 2025. Sementara, pabrik baterai diharapkan mulai beroperasi pada akhir 2026. 

    Kedua perusahaan juga berencana untuk ekspansi di masa depan guna memenuhi permintaan yang semakin meningkat untuk EV dan solusi penyimpanan energi terbarukan.

    “Bersama-sama, kami tidak hanya akan meningkatkan ketersediaan baterai lithium berkualitas tinggi, tetapi juga mendukung komitmen negara untuk mengurangi emisi karbon dan mempromosikan efisiensi energi,” imbuh Arief.

    Sementara CEO HLY Battery, Xiong Zhude, mengatakan inisiatif ini sejalan dengan misi kami untuk mendorong adopsi kendaraan listrik dan teknologi energi terbarukan secara global.

    “Dengan menggabungkan keahlian teknologi kami dengan pengetahuan pasar lokal Sedaya, kami yakin dapat mencapai tujuan bersama,” ujarnya.

    Dia menambahkan bahwa kolaborasi ini menegaskan dedikasi kedua perusahaan terhadap pembangunan berkelanjutan dan komitmen untuk berkontribusi pada ekonomi hijau Indonesia. 

    Dengan mendorong inovasi dan mendukung industri lokal, Sedaya dan HLY Battery bertujuan untuk memposisikan Indonesia sebagai pemain kunci di pasar kendaraan listrik dan energi terbarukan global.

  • Tingkatkan ekosistem kendaraan listrik, PLN tambah SPKLU

    Tingkatkan ekosistem kendaraan listrik, PLN tambah SPKLU

    Sabtu, 2 November 2024 22:08 WIB

    ANTARA – PT PLN Unit Induk Distribusi (UID) Jawa Barat menambah Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SKPLU) di Bandung, Sabtu (2/11). SPKLU tersebut menambah titik pengisian baterai kendaraan listrik menjadi  267 SPKLU di 183 lokasi di Jawa Barat. Ekosistem kendaraan listrik ini terus ditingkatkan untuk mendukung transformasi penggunaan energi fosil menjadi energi ramah lingkungan. (Dian Hardiana/Denno Ramdha Asmara/Feny Aprianti)

  • Bahlil Sebut Indonesia Akan Pasok Bahan Baku Baterai untuk Tesla, Target Mulai Januari 2025

    Bahlil Sebut Indonesia Akan Pasok Bahan Baku Baterai untuk Tesla, Target Mulai Januari 2025

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Bahlil Lahadalia, menegaskan, Indonesia siap menjadi pemain utama dalam rantai pasok baterai kendaraan listrik global.

    “Insyaallah Indonesia siap menjadi pemain utama dalam rantai pasok baterai kendaraan listrik global,” kata Bahlil, dalam akun X, Sabtu (2/11/2024).

    Bahlil membeberkan tiga fakta pabrik bahan baku mobil listrik baru yang akan diresmikan. Indonesia segera meminta pabrik bahan baku baterai mobil listrik (prekursor) berlokasi di Weda Bay, Maluku Utara.

    Pembangunan pabrik ini hampir rampung, dan proses persiapannya telah mendekati tahap akhir. 

    Pabrik tersebut milik Huayou Indonesia dan rencananya akan diresmikan akhir tahun 2024.

    Rencananya pabrik ini akan menyuplai kebutuhan baterai listrik mobil liat Tesla.

    Menurutnya, kehadiran pabrik prekursor di Maluku Utara yang akan segera diresmikan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan bahan baku bagi industri kendaraan listrik dunia. “Termasuk perusahaan besar seperti Tesla,” tambahnya.

    Bahkan Bahlil menargetkan mulai 1 Januari 2025, Indonesia akan mengirim material bahan baterai berbentuk prekursor ke Tesla. (selfi/fajar)

  • Bahlil Beri Bocoran Perusahaan RI yang Bakal Pasok Prekursor ke Tesla

    Bahlil Beri Bocoran Perusahaan RI yang Bakal Pasok Prekursor ke Tesla

    Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia menyebut pemerintah berencana melakukan ekspor prekursor baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) ke pabrikan Tesla milik Elon Musk.

    Bahlil menuturkan, prekursor yang nantinya diekspor ke Tesla nantinya bakal berasal dari pabrik smelter nikel milik Huayou Indonesia yang berada di di Kawasan Industri Weda Bay, Halmahera, Maluku Utara. 

    “Huayou (asal prekursor),” kata Bahlil saat ditemui di Kementerian ESDM, Jumat (1/11/2024).

    Lebih lanjut, Ketua Umum Partai Golkar ini menuturkan bahwa persiapan pabrik Huayou sudah berada dalam tahap akhir.

    Untuk peresmian pabrik tersebut, Bahlil menyampaikan bahwa pabrik Huayou dijadwalkan selesai pada November atau paling lambat Desember tahun ini.

    “Sudah, sudah mampir selesai. Mungkin bulan depan ini peresmian pabriknya,” ujarnya.

    Kala Bahlil menjadi Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), dia sempat mengungkap kabar tersebut pada kuartal I/2024 lalu. Menurut Bahlil, ekspor ke Tesla akan dilakukan pada 1 Januari 2025. 

    Prekursor yang dibuat di Indonesia tersebut merupakan bahan setengah jadi yang nilai tambahnya telah meningkat 60%-70%.

    “Huayou sedang bangun prekursor di Maluku Utara untuk menyuplai permintaan Tesla. Jadi ke depan 1 Januari 2025, Indonesia akan mengirim material bahan baterai prekusor dari pabriknya [Huayou] di Wedabay,” jelas Bahlil saat paparan Realisasi Investasi Triwulan II/2024 di Jakarta. 

  • Masyarakat sipil serukan perlindungan hayati dari tambang nikel

    Masyarakat sipil serukan perlindungan hayati dari tambang nikel

    Jakarta (ANTARA) – Masyarakat sipil Indonesia, yang hadir dalam Segmen Tingkat Tinggi perundingan global Konvensi Keanekaragaman Hayati ke-16 (COP16) di Cali, Kolombia, menyerukan pentingnya perlindungan alam dan keanekaragaman hayati Indonesia yang terancam ekspansi tambang nikel.

    “Hampir 80 persen atau 2,5 juta hektare wilayah deposit nikel di Indonesia yang terkonsentrasi di wilayah Indonesia Timur merupakan wilayah yang kaya akan hutan dan keanekaragaman hayati, serta berada di dalam wilayah adat,” kata Direktur Eksekutif Auriga Nusantara Timer Manurung dalam keterangan di Jakarta, Kamis.

    Isu mengenai tambang mineral penting menjadi diskursus hangat dalam pertemuan COP16 CBD mengingat potensi ancamannya yang tinggi terhadap integritas ekosistem, keanekaragaman hayati, dan hak-hak masyarakat adat dan komunitas lokal di negara-negara produsen.

    Saat ini, terdapat hampir 1 juta hektare konsesi tambang nikel di Indonesia, yang 66 persen atau sekitar 0,64 juta hektarnya merupakan tutupan hutan alam. Besarnya luasan konsesi tambang nikel di Indonesia yang terus bertambah ini didorong oleh agenda transisi energi global untuk memasok komponen baterai kendaraan listrik, dengan tujuan ekspor utama ke China.

    Timer Manurung mendesak Pemerintah Indonesia untuk membatasi produksi nikel karena dampak negatifnya terhadap keanekaragaman hayati mengingat deposit nikel di Indonesia yang mencapai luasan 3,1 juta hektare terkonsentrasi di wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua.

    Dia juga menekankan pentingnya Pemerintah Indonesia untuk menetapkan kuota bagi ekspansi tambang nikel yang bisa dilakukan di luar daerah yang tidak bisa ditambang lagi untuk mencegah kerusakan ekosistem yang lebih buruk.

    Selain mengancam keanekaragaman hayati dan integritas ekosistem, pertambangan nikel juga mengancam kehidupan masyarakat adat.

    Program Officer Hutan dan Iklim dari Yayasan MADANI Berkelanjutan Salma Zakiyah menyatakan bahwa agenda transisi energi untuk mengatasi perubahan iklim global tidak boleh merusak ekosistem dan keanekaragaman hayati. Target 8 KM-GBF mencakup mandat untuk meminimalkan dampak aksi iklim terhadap keanekaragaman hayati.

    Baca juga: BRIN sarankan ekspor nikel dibatasi hanya 30 persen

    Oleh karenanya, Indonesia harus menyelaraskan kebijakan iklim dengan kebijakan perlindungan keanekaragaman hayati, termasuk harmonisasi Second Nationally Determined Contribution (Second NDC) dengan Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Indonesia (IBSAP).

    “Seluruh kebijakan terkait iklim dan keanekaragaman hayati harus didasarkan pada prinsip keadilan iklim. Ini mencakup pengakuan dan perlindungan wilayah hidup kelompok rentan, pelibatan penuh dan efektif, perlindungan sosial, serta pemulihan hak-hak kelompok rentan ketika terjadi kerusakan, termasuk pemulihan hak dan wilayah hidup masyarakat adat dan lokal,” kata Salma.

    Baca juga: KNMKI dorong pemerintahan baru perbaiki tata kelola industri nikel
     

    Pewarta: Ahmad Wijaya
    Editor: Evi Ratnawati
    Copyright © ANTARA 2024

  • Bukan Gosip, Nikel Bahan Baku Baterai Tesla Memang dari RI

    Bukan Gosip, Nikel Bahan Baku Baterai Tesla Memang dari RI

    Jakarta, CNBC Indonesia – CNGR Indonesia, produsen komponen baterai asal China yang turut memproduksi logam nikel di Indonesia, membeberkan bahwa pabrik kendaraan listrik kelas internasional seperti Tesla dan BYD secara tidak langsung memang menggunakan bahan material dari Indonesia.

    Direktur Hubungan Masyarakat CNGR Indonesia Magdalena Veronika mengatakan, pihaknya memproduksi prekursor untuk baterai kendaraan listrik. Prekursor itu sendiri mengandung nikel sulfat yang berasal dari nickel matte yang diproduksi di Indonesia.

    Dengan begitu, Veronika menyebutkan bahwa baterai kendaraan listrik kelas kakap tersebut memang menggunakan salah satu komponen baterai dari Indonesia.

    “Jadi kami membuat prekursor, kemudian prekursor bahan utamanya adalah nikel sulfat kelas baterai. Nikel sulfat kelas baterai itu berasal dari nickel matte, nickel matte berasal dari Indonesia. Jadi bisa dikatakan bahwa memang nikel yang mereka pakai semua ya ada dari Indonesia,” bebernya dalam sebuah diskusi di Kantor Ditjen Minerba Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (30/10/2024).

    Namun, Veronika menekankan bahwa sejatinya pembuatan prekursor baterai kendaraan listrik tersebut juga melibatkan rantai pasok dari berbagai negara di dunia.

    “Tapi dalam proses-prosesnya itu, kami supply chain-nya ada di mana-mana. Ada di Indonesia, ada di Tiongkok, ada di Moroko, ada di Korea Selatan,” tambahnya.

    Sebelumnya, Bahlil Lahadalia saat masih menjabat sebagai Menteri Investasi/ Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), pernah mengungkapkan bahwa prekursor baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle/ EV) yang diproduksi dari Indonesia akan dijual kepada pabrikan kendaraan listrik asal Amerika Serikat, Tesla.

    Bahlil menyebut, prekursor baterai yang dipasok untuk Tesla akan berasal dari pabrik pengolahan nikel di Kawasan Industri Weda Bay, Pulau Halmahera, Maluku Utara, milik Huayou Indonesia.

    “Kemarin dari Huayou sedang bangun prekusor di Maluku Utara untuk suplai permintaan Tesla, jadi ke depan 1 Januari 2025 Indonesia akan mengirim material bahan baterai prekusor dari Indonesia yaitu pabriknya di Weda Bay,” ungkapnya saat konferensi pers Realisasi Investasi Kuartal II 2024 di Jakarta, Senin (29/04/2024).

    “Jadi sebenarnya bahan baku setengah jadi kita sudah 60-70% bahannya sudah kita kirim ke sana,” ujarnya.

    (wia)

  • Sumber Litium Melimpah Ditemukan di Arkansas, Bisa Pasok Kebutuhan Global

    Sumber Litium Melimpah Ditemukan di Arkansas, Bisa Pasok Kebutuhan Global

    Jakarta

    Tergantung di peninggalan laut kuno di bawah Arkansas selatan, mungkin ada cukup litium untuk memenuhi sembilan kali lipat permintaan global di 2030.

    Sebuah tim peneliti kolaboratif pemerintah nasional Amerika Serikat (AS) dan negara bagian melatih model pembelajaran mesin untuk memprediksi dan memetakan konsentrasi litium dalam air asin jauh di dalam akuifer batu kapur berpori di bawah Arkansas selatan, yang dikenal sebagai air garam Formasi Smackover.

    Model tersebut dilatih pada data litium air garam yang ada dan baru dari wilayah tersebut, dengan mempertimbangkan variasi yang diketahui dalam geologi, geokimia, dan suhu.

    Hasilnya menunjukkan bahwa ada sekitar 5,1 hingga 19 juta ton litium dalam air garam, yang dapat mencapai 35-136% dari perkiraan sumber daya litium saat ini di AS.

    Angka tersebut dapat mengurangi ketergantungan pada impor litium, sesuatu yang saat ini sedang menjadi fokus para pejabat Departemen Energi AS.

    Studi ini juga menunjukkan bahwa pada 2022, air garam yang dibawa ke permukaan oleh industri minyak, gas, dan bromin mengandung 5.000 ton litium terlarut, sumber daya yang semakin penting saat kita beralih dari mesin pembakaran internal yang digerakkan oleh bahan bakar fosil, dan beralih ke kendaraan listrik dan hibrida bertenaga baterai.

    Litium adalah bahan pilihan untuk baterai kendaraan listrik, dan permintaannya meningkat tajam. Menurut International Energy Agency (IEA), baterai kendaraan listrik menyumbang sekitar 85% dari total permintaan litium pada 2023, meningkat 30% dari 2022.

    “Penambangan dan pemurnian perlu terus tumbuh dengan cepat untuk memenuhi permintaan di masa mendatang,” lapor IEA seperti dikutip dari Science Alert.

    Namun, penyebutan tentang penambangan baru dan ekstraksi air tanah dapat dan mungkin membuat masyarakat bertanya-tanya. Bentuk penambangan litium lainnya melibatkan tambang terbuka, yang menghancurkan semua yang ada di atas tanah beserta lapisan yang lebih dalam, dan kolam penguapan. Cara ini hanya menghasilkan sejumlah kecil litium, itupun harus dengan menanggung biaya air dalam jumlah besar dan dampak lain seperti polusi awan debu beracun.

    Di sisi lain, di Arkansas selatan, industri bromin sudah menggunakan proses dengan cara air garam dipompa keluar dari akuifer, bromin diekstraksi, kemudian air limbah yang dihasilkan dipompa kembali ke bawah.

    Hanya litium berpotensi dan mineral tambahan yang akan diselamatkan dalam proses tersebut. Para peneliti menduga, ini berarti sumber daya litium belum terkuras oleh penambangan yang ada.

    Namun, proses ini tidak menjamin tidak adanya dampak lingkungan. Sebaliknya, ada dampak besar yang tidak diketahui, dan banyak perusahaan mengantre untuk mengebor sumur baru.

    “Kami mendukung kendaraan listrik dan penyimpanan baterai sebagai bagian dari transisi dari bahan bakar fosil. Tetapi kami secara aktif mencari di mana produksi litium di AS yang tidak akan membahayakan masyarakat dan lingkungan,” kata Patrick Donnelly, seorang ahli biologi konservasi dan direktur Great Basin untuk Center of Biological Diversity.

    “Tidak ada yang namanya ‘makan siang gratis’. Tentu ada dampak dari ekstraksi litium langsung,” katanya.

    Tidak diragukan lagi, ini akan menjadi keseimbangan yang sulit untuk dicapai. Tetapi penelitian baru ini dapat digunakan untuk membantu mencapainya dengan benar.

    “Litium adalah mineral penting untuk transisi energi, dan potensi peningkatan produksi AS untuk menggantikan impor memiliki implikasi untuk lapangan kerja, manufaktur, dan ketahanan rantai pasokan,” kata direktur US Geology Survey David Applegate.

    “Studi ini menggambarkan nilai sains dalam mengatasi masalah yang penting secara ekonomi,” ujarnya.

    (rns/rns)

  • Industri Otomotif Eropa Guncang, Apa Dampaknya Buat Indonesia?

    Industri Otomotif Eropa Guncang, Apa Dampaknya Buat Indonesia?

    Jakarta

    Di tengah sulitnya industri otomotif Eropa, khususnya di Jerman, Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck mengundang perwakilan dari industri otomotif Jerman ke “konferensi tingkat tinggi otomotif” virtual pada hari Senin (23/09).

    Habeck ingin mencari cara membantu produsen mobil yang tengah berjuang untuk bertahan hidup ini. Konferensi tingkat tinggi tersebut diadakan di tengah seruan untuk mengambil langkah lebih lanjut untuk meningkatkan permintaan mobil listrik.

    Produsen mobil Eropa hanya bisa menjual lebih sedikit produknya dari target semula. Model kendaraan listrik (EV) baru juga masih berjuang menarik minat konsumen. Penurunan penjualan bukan hanya dihadapi produsen mobil terbesar Eropa yakni Volkswagen dari Jerman, produsen mobil Prancis, Renault, dan Stellantis (grup mobil Italia yang punya 14 merek), juga mengalami kelesuan pasar serupa.

    Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Situasi sangat buruk khususnya dihadapi di pabrik Stellantis di Mirafiori, Italia, tempat produksi mobil listrik Fiat 500e. Produksi di sana turun lebih dari 60% pada paruh pertama tahun 2024. Sementara itu, pabrik mobil premium Audi di Belgia, yang memproduksi model mewah Q8 e-tron, berisiko ditutup.

    Masalah penjualan juga menghantui pabrik Renault di Douai, Prancis utara, dan di VW di Dresden, Jerman. Mobil listrik yang mereka produksi kesulitan menemukan pembeli.

    Tekanan terhadap produsen mobil Eropa semakin meningkat, khususnya dari Cina. Sejumlah produsen mobil Listrik dari Cina sebelumnya diberitakan juga ingin membuka pabrik di Eropa. Ini menambah saingan bagi industri Eropa.

    Diversifikasi pasar olahan nikel Indonesia terancam

    Dikutip dari Kompas pada akhir 2023, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia menyatakan bahwa VW berencana membangun industri baterai kendaraan listrik secara terpadu di Indonesia. Hal ini rencananya akan direalisasikan lewat anak Perusahaan VW yakni PowerCo.

    Kepada DW Indonesia, Direktur Center of Economic and Law Studies, CELIOS, Bhima Yudhistira, mengatakan rencana ini berisiko gagal karena perubahan kondisi keuangan di perusahaan induknya. Ia mengatakan, apabila pabrik VW di Jerman tutup, Indonesia berisiko makin bergantung kepada Cina untuk menjual nikel olahan sebagai bahan baku baterai.

    “Pemerintah kan ingin agar ada diversifikasi pasar olahan nikel, tidak hanya dominan ke China namun bisa masuk ke negara lain termasuk ke rantai pasok industri otomotif di Eropa,” kata Bhima kepada DW Indonesia.

    Selain untuk memperbaiki harga, diversifikasi ke pasar Eropa juga penting supaya nikel Indonesia punya standarisasi lingkungan dan perlindungan pekerja yang lebih baik.

    Begitu mendengar kabar VW berisiko tutup pabrik, Bhima khawatir perusahaan smelter nikel di Indonesia kurang tertarik meningkatkan standarisasi pengelolaan nikelnya.

    Otomotif Indonesia punya peluang

    Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyebutkan, di tengah lemahnya ekonomi global, industri otomotif di Indonesia juga cenderung menurun.

    Pada tahun ini, penjualan mobil di Indonesia mencapai sekitar 484,000 unit, atau turun 17,5% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, menurut Gaikindo. Penyebabnya adalah daya beli Masyarakat yang tertekan inflasi dan ketidakpastian ekonomi global.

    Namun menariknya, penjualan whole sales mobil listrik justru melonjak pesat. Pada periode Januari-Agustus, penjualan mobil listrik dari pabrikan ke dealer di Indonesia mencapai lebih dari 23 ribu unit. Ini berarti ada kenaikan sebesar 177,32% dibandingkan periode yang sama tahun 2023. Demikian tulis Gaikindo dalam laman web mereka.

    Sejumlah produsen bahkan mengutarakan rencana untuk berinvestasi di Indonesia, Citron misalnya. Brand otomotif asal Prancis, pada Juli 2024 justru malah mengumumkan akan membangun pabrik di Purwakarta, Jawa Barat.

    “Peresmian produksi dalam negeri ini ditandai dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) untuk memproduksi model Citron -C3 All Electric secara lokal yang akan dimulai pada bulan Agustus 2024,” tulis Citron Indonesia dalam laman web mereka. Total investasinya mencapai Rp381 milliar.

    Sebagian diadaptasi dari artikel DW Jerman

    (ita/ita)

  • Australia Desak LME Pisahkan Nikel Kotor-Bersih Imbas Banjir Produk RI

    Australia Desak LME Pisahkan Nikel Kotor-Bersih Imbas Banjir Produk RI

    Jakarta, CNN Indonesia

    Australia mendesak London Metal Exchange (LME) untuk memisahkan kontrak-kontrak nikel berdasarkan kategori bersih dan kotor gara-gara pasar dibanjiri produk dari Indonesia

    Yang mendesak bursa perdagangan adalah Andrew Forrest, raja bijih besi Australia, yang juga ketua dan pendiri Fortescue Metals Group (FMG.AX). Menurutnya pemisahan ini perlu dilakukan agar para pembeli punya pilihan.

    “Jika Anda memiliki nikel kotor dalam sistem baterai Anda, maka Anda harus mengetahui hal tersebut karena Anda tidak ingin menyebarkannya dan Anda menginginkan pilihan untuk membeli nikel bersih jika Anda bisa,” kata Forrest, dilansir dari Reuters.

    “Jadi London Metal Exchange harus membedakan antara yang bersih dan yang kotor,” lanjutnya.

    Desakan Andrew merupakan bagian dari dorongan untuk dari penambang dan parlemen Australia untuk menyelamatkan industri nikel negara tersebut.

    Dorongan ini muncul usai harga nikel jatuh di tengah lonjakan pasokan yang lebih murah dari Indonesia.

    Nikel, bahan utama dalam baterai kendaraan listrik, biasanya diproduksi dengan standar lingkungan dan peraturan yang lebih tinggi di Australia dibandingkan di Indonesia. Hal ini membuat produsen Australia menyerukan konsep green premium.

    Juru bicara LME menyebut pihak bursa mendorong dan mendukung industri logam dan pertambangan dalam sejumlah langkah keberlanjutan untuk memastikan transparansi di seluruh rantai pasokan kepada konsumen.

    LME, bursa terbesar di dunia untuk logam industri, telah bekerja sama dengan platform online Jerman Metalshub, yang pada 2022 mengembangkan indeks harga untuk premi briket nikel kelas 1. Briket adalah bentuk padat nikel yang diperoleh dengan mengompresi bubuk dan serpihan logam.

    “Nikel rendah karbon sudah dapat didaftarkan di Metalshub hari ini dan data transaksi mendukung identifikasi ‘premi hijau’ yang kredibel untuk harga LME,” tambah juru bicara tersebut.

    Belakangan, industri nikel Australia telah kehilangan ratusan tenaga kerja. Perusahaan investasi swasta Forrest, Wyloo Metals, mengumumkan akan menghentikan operasi nikelnya di Australia Barat pada akhir Mei karena harga nikel yang anjlok.

    Perusahaan itu membeli aset-aset tersebut pada tahun lalu dengan harga US$504 juta atau setara Rp7,88 triliun (asumsi kurs Rp15.654 per dolar AS).

    (del/pta)

  • Belajar Membangun Industri Unggulan dari Raja Semikonduktor Taiwan

    Belajar Membangun Industri Unggulan dari Raja Semikonduktor Taiwan

    Taipei, CNN Indonesia

    Suhu dingin menyambut saat tiba di Hwaya Technology Park, Distrik Guishan, Kota Taoyuan, Taiwan, jelang penghujung 2023. Sepanjang mata memandang gedung-gedung perkantoran berdiri ditemani hamparan rumput hijau dan pepohonan yang tampak asri.

    Hwaya Technology Park adalah kawasan yang diperuntukkan bagi pengembangan dan inovasi teknologi. Di taman sains itu, banyak perusahaan teknologi Taiwan berada, termasuk pabrik-pabrik semikonduktor yang menjadi andalan Negeri Formasa.

    Taiwan merupakan pemasok cip semikonduktor terbesar di dunia, tulang punggung perkembangan elektronik dan teknologi dewasa ini. Maklum, semikonduktor merupakan komponen penting dan kerap dianggap sebagai ‘otak’ pada piranti elektronik yang digunakan sehari-hari mulai dari kulkas, televisi, komputer, telepon genggam, hingga kendaraan.

    Asosiasi Industri Semikonduktor (SIA) memperkirakan penjualan semikonduktor global mencapai US$588,4 miliar atau sekitar Rp9.114 ribu triliun (asumsi kurs Rp15.490 per dolar AS) tahun ini.

    Taiwan merupakan pemain paling dominan. Tercatat, lebih dari 60 persen produksi cip dari lini foundry global berasal dari Taiwan yang dipimpin oleh Taiwan Semiconductor Manufacturing Company Limited (TSMC).

    Pagi itu, CNN Indonesia berkesempatan untuk mengunjungi pabrik salah satu produsen semikonduktor besar Taiwan, Win Semiconductors Corp (WIN).

    Perusahaan yang berdiri sejak Oktober 1999 ini merupakan produsen cip 6 inchi dari Gallium Arsenida (GaAs) pertama di dunia dan menjadi pemimpin di kelasnya. Cip produksi perusahaan banyak digunakan pada piranti komunikasi seperti telepon pintar hingga wifi.

    Setelah diajak melihat proses litograf pada ruang bersih bercahaya kuning, CNNIndonesia berbincang-bincang dengan Chairman WIN Dennis Chen (Chin-Tsai Chen).

    Chen mengungkapkan industri semikonduktor Taiwan tidak dibangun dalam semalam. Industri ini merupakan akumulasi dari pengembangan dan konsistensi hingga terbentuk satu rantai produksi.

    Taiwan melakukannya secara bertahap mulai dari perakitan, pengemasan, manufaktur semikonduktor (foundry), hingga kini unggul dalam hal riset dan pengembangan.

    “Dimulai dari industri yang sangat tradisional, perlahan, perlahan berkembang menjadi industri semi konduktor. Dengan cara ini, seluruh rantai industri terbentuk sedikit demi sedikit,” ujar Chen di kantornya.

    Chen menilai modal penting untuk membangun industri berbasis teknologi adalah talenta sumber daya manusia. Beruntung, menurut Chen, Taiwan diberkati oleh warganya yang pekerja keras, berpendidikan tinggi, dan bertanggung jawab besar. Dengan modal itu, Taiwan bisa mewujudkan riset dan pengembangan (R&D) di bidang teknologi yang mumpuni.

    Hal itu penting mengingat kebutuhan semikonduktor terus berkembang. Saat ini, lanjut Chen, perkembangan teknologi semikonduktor akan mengarah ke piranti kecerdasan buatan dan internet untuk segala (internet of things).

    Selain itu, permintaan semikonduktor masa depan juga akan meningkat untuk piranti realitas virtual, kendaraan listrik, rumah pintar, kota pintar, kendaraan otonom dan komunikasi satelit. Tak ayal, pihaknya juga bersiap untuk mengembangkan infrastruktur dan melakukan riset terkait kebutuhan permintaan itu agar bisa mengimbangi pasar.

    “Ada ciri (industri semikonduktor), pabrik baru dibangun ketika permintaan datang, sudah terlambat. Semikonduktor merupakan industri yang berisiko tinggi. Anda harus memprediksi permintaan di masa depan, dan Anda harus membangun pabriknya terlebih dahulu. Jadi belanja modalnya tinggi, risikonya juga tinggi,” terang Chen.

    Bersambung ke halaman berikutnya…

    Berawal dari Meja Sarapan

    Melihat ke belakang, perkembangan industri semikonduktor Taiwan tak bisa lepas dari peran pemerintah yang mengubah ekonomi dari yang tadinya berorientasi ekspor ke teknologi.

    Mengutip situs resmi Institut Riset Teknologi Industri (ITRI), pada 1974 lalu, sehari setelah Tahun Baru Imlek, menteri urusan ekonomi Taiwan kala itu Sun Yun-suan sarapan di sebuah kedai di Kota Taipei bersama enam orang pejabat lainnya.

    Keenamnya yakni Dirjen Transportasi dan Komunikasi Yu-Shu Kao, Pimpinan Institut Riset Teknologi Industri (ITRI) Chao-chen Wang, Direktur Laboratorium Telekomunikasi Bao-Huang Kang, Sekjen Eksekutif Hua Fei, Dirjen Telekomunikasi Hsien-Chi Fang, dan Direktur Radio Corporation of America (RCA) Wen-Yuan Pan.

    Mereka berbincang mengenai cara meningkatkan industri Taiwan yang saat itu masih berorientasi padat karya. Salah seorang dari mereka menyarankan kepada Sun untuk melirik industri sirkuit terpadu (IC), semikonduktor yang digunakan pada alat elektronik.

    Setelah itu dimulailah penyusunan cetak biru untuk mengembangkan industri IC berteknologi tinggi dengan melibatkan ITRI yang baru berdiri pada 1973. Sebagai proyek awal, Taiwan menyiapkan anggaran sekitar US$10 juta.

    Pada 1976, ITRI bekerja sama dengan RCA untuk melakukan transfer teknologi IC dan kontrak lisensi senilai US$4 juta. RCA memperkenalkan wafer 3 inci ke Taiwan dan mulai mengembangkan teknologi manufaktur semikonduktor.

    Selang dua tahun, Taiwan berhasil memproduksi IC yang digunakan untuk jam tangan elektronik. Setelah itu, teknologi semikonduktor kian melaju dan menjadi masa depan industri Taiwan.

    SVP ITRI Stephen Su mengungkapkan lembaganya memang berperan dalam membantu industri Taiwan berkembang dan bisa bersaing di kancah internasional.

    Selain dari pemerintah, sebagian dana operasional dan riset juga berasal dari industri. Dengan demikian, pihaknya bisa menjadi jembatan untuk memastikan riset terapan yang dilakukan bermanfaat dan menjawab kebutuhan pelaku pasar.

    Upaya riset dan pengembangan dilakukan Taiwan secara terbuka dengan menggandeng negara lain. Ketika industri semikonduktor mulai dirintis, ITRI banyak mengirimkan putra-putri terbaik Taiwan untuk belajar ke AS.

    Setelah mereka pulang ke Taiwan, mereka menggunakan ilmunya untuk membangun pabrik demo sebelum akhirnya berkembang menjadi pabrik manufaktur.

    “Kami pergi ke luar negeri untuk belajar dari pengalaman,” ujar Su saat ditemui di Kantor ITRI di Taipei.

    Dengan cara itu, industri semikonduktor Taiwan terus berkembang. Pada saat yang sama, pemerintah dan industri memahami pentingnya peran ITRI. Saat ini, ITRI mendapat alokasi anggaran lebih dari US$600 juta dolar (sekitar Rp9,3 triliun) dan didukung oleh staf dan peneliti sekitar 6.000 orang.

    “Kami tidak melakukan penelitian-penelitian yang ujung-ujungnya hanya menulis makalah. Penemuan teknologi adalah penelitian yang kami lakukan untuk membantu masyarakat dan membantu industri berkembang,” terang Su.

    Bagaimana dengan Indonesia?

    Su menilai Indonesia memiliki keunggulan tersendiri yakni sumber daya alam yang melimpah dan bonus demografi. Kondisi ini berbeda dengan Taiwan yang populasi dan pasar domestiknya relatif kecil.

    Untuk membangun industri unggulan, menurut Su, Indonesia bisa fokus pada satu bidang dan mengembangkannya. Tentu, hal itu tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Dalam hal ini, perlu perencanaan, riset, dan peta jalan yang jelas.

    Indonesia sendiri sudah memiliki semangat untuk membangun industri unggulan. Hal itu diawali dengan langkah pemerintah melarang ekspor barang mentah, salah satunya nikel.

    Sejak 1 Januari 2020, Indonesia melarang ekspor bijih nikel.

    Larangan itu dimaksudkan agar industri hilirisasi nikel tumbuh di dalam negeri. Momentum itu pas mengingat kesadaran dunia untuk menciptakan ekonomi hijau kian meningkat, salah satunya dengan mendorong penggunaan kendaraan listrik.

    Sementara, nikel merupakan salah satu komponen penting baterai kendaraan listrik. Tak heran, pemerintah bercita-cita agar Indonesia menjadi pemasok baterai kendaraan listrik terbesar di dunia.

    Nilai tambah nikel pada 2013 memang sudah melonjak dari US$2,1 miliar menjadi US$33,8 miliar (setara Rp510 triliun) sejak larangan ekspor diberlakukan. Namun, untuk membangun industri baterai kendaraan listrik masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan.

    [Gambas:Photo CNN]

    Berdasarkan Kementerian Ekonomi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang mengutip United State Geological Survey (USGS), pemanfaatan nikel untuk membuat baterai kendaraan listrik baru 5 persen. Mayoritas nikel masih digunakan untuk membuat baja anti karat (stainless steel).

    Perjalanan Indonesia untuk membangun industri unggulan seperti Taiwan memang masih panjang. Kendati demikian, hal itu bukanlah tidak mungkin jika Indonesia terus konsisten dalam mengembangkan industrinya.