Produk: baterai kendaraan listrik

  • 7 Perusahaan Backdoor Listing di BEI, Cuan Besar 2025?

    7 Perusahaan Backdoor Listing di BEI, Cuan Besar 2025?

    Initial Public Offering atau IPO bukanlah satu-satunya cara bagi perusahaan untuk terdaftar di bursa saham. Metode lain yang dikenal adalah Backdoor Listing.

    Backdoor listing adalah proses merger atau akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan swasta terhadap perusahaan yang sahamnya sudah terdaftar di bursa saham. Biasanya aksi backdoor listing juga disebut sebagai “jalur belakang”. Setelah proses merger atau akuisisi, perusahaan swasta dapat mengakses pasar saham tanpa harus melalui IPO.

    Ada beberapa alasan yang mendorong perusahaan melakukan backdoor listing sebagai alternatif untuk menjadi perusahaan publik. Berikut adalah beberapa alasannya:

    Proses pencatatan yang lebih cepat: Backdoor listing biasanya lebih cepat dibandingkan dengan pencatatan langsung di Bursa Efek Indonesia (BEI) karena tidak memerlukan proses penawaran umum atau prosedur rumit lainnya. Biaya yang lebih rendah: Backdoor listing cenderung lebih efisien dari segi biaya karena perusahaan memanfaatkan perusahaan yang sudah terdaftar untuk mencapai status publik. Hal ini mengurangi biaya administrasi dan promosi yang biasanya terkait dengan pencatatan langsung. Akses ke modal tambahan: Dengan status sebagai perusahaan publik, perusahaan dapat lebih mudah mengakses pasar modal dan menarik investor baru untuk mendukung pertumbuhan bisnisnya.

    Backdoor listing atau reverse takeover dilakukan melalui akuisisi, yaitu emiten yang diakuisisi memiliki skala bisnis yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang melakukan akuisisi.

    Jika perusahaan berhasil mengakuisisi emiten dan memiliki setidaknya 50 persen dari total saham, maka perusahaan tersebut akan memiliki wewenang penuh untuk mengubah berbagai kebijakan bisnis emiten. Hal itu kemudian dapat memengaruhi kinerja saham di BEI. Dengan demikian, perusahaan akan secara otomatis menjadi pengendali emiten tersebut.

    Daftar perusahaan backdoor listing di BEI

    1. PT AirAsia Indonesia Tbk

    PT AirAsia Indonesia Tbk memasuki pasar modal melalui PT Rimau Multi Putra Pratama Tbk atau sebelumnya merupakan perusahaan tambang dengan kode saham CMPP.

    CMPP menerbitkan 13,65 miliar saham baru seharga Rp250 per saham melalui skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) dengan rasio delusi mencapai 97,97 persen.

    Sebelum penerbitan, CMPP dimiliki oleh PT Rimau Multi Investama (76,24 persen) dan masyarakat (23,76 persen). Rimau Multi Investama mengalihkan haknya kepada AirAsia Investment Ltd dan PT Fersindo Nusaperkasa yang juga pemegang saham PT Indonesia AirAsia (IAA).

    Setelah rights issue, pemegang saham CMPP terdiri dari Fersindo Nusaperkasa 49,96 persen, AirAsia Investment Ltd 48 persen, Rimau Multi Investama 1,55 persen, dan masyarakat 0,48 persen.

    Penerbitan saham baru ini menghasilkan dana Rp3,4 triliun. Sebanyak 76 persen digunakan untuk mengakuisisi surat berharga sekuritas perpetual IAA senilai Rp2,6 triliun, lalu dikonversi menjadi saham IAA.

    Akibatnya, CMPP menguasai 57,25 persen saham IAA, sehingga IAA menjadi perusahaan terbuka melalui CMPP dan berganti nama menjadi PT AirAsia Indonesia Tbk. Namun, perdagangan saham ini dihentikan di bursa sejak 5 Agustus 2019 karena masalah porsi dan jumlah pemegang saham publik.

    Saat ini, AirAsia Indonesia dimiliki 49,25 persen oleh AirAsia Investment Ltd, 49,16 persen oleh Fersindo Nusaperkasa, dan masyarakat 1,59 persen.

    2. PT Meratus Jasa Prima Tbk

    Pada Februari 2024, perusahaan pelayaran nasional, Meratus Group, mengumumkan akuisisi 80,19 persen saham PT ICTSI Jasa Prima Tbk (IJP) senilai Rp31 miliar. Sebelumnya, IJP dikuasai oleh perusahaan Filipina, Maharlika, melalui ICTSI Far East.

    PT Meratus Jasa Prima Tbk (KARW) sudah melakukan IPO di BEI sejak 1994. Sebelumnya, Meratus Jasa Prima bernama PT Karwell Indonesia Tbk dan bergerak di sektor garmen. Pada 2012, Maharlika melakukan backdoor listing dan mengubah fokus bisnisnya menjadi bongkar muat dan logistik pelabuhan.

    Meskipun menjadi cangkang baru bagi Meratus Group melalui Sarana Kelola Investasi, bisnis KARW tetap mirip dengan sebelumnya.

    Perusahaan yang kini dimiliki oleh pengusaha Charles Menaro ini juga dikabarkan menjalin kerja sama dengan Abu Dhabi Ports untuk mengelola Pelabuhan Patimban, meskipun manajemen belakangan membantah isu tersebut.

    3. PT Green Power Energy Tbk

    PT Green Power Energy Tbk (LABA) atau sebelumnya dikenal sebagai PT Ladangbaja Murni Tbk merupakan perusahaan yang mengalami perubahan nama setelah diakuisisi pada Juni 2024 oleh PT Nev Stored Energy dan PT Longpin Investasi Indonesia. Kedua perusahaan tersebut memiliki 72 persen saham senilai Rp29 miliar.

    Huang Yeping menjadi figur kunci dalam akuisisi ini, yaitu ia menjabat sebagai Komisaris Utama LABA. Setelah akuisisi, LABA beralih dari bisnis baja ke sektor energi baru dan terbarukan (EBT) dengan fokus pada baterai kendaraan listrik dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

    Dalam waktu singkat, perusahaan ini berhasil mendapatkan kontrak senilai Rp139 miliar dari PT Gotion Materials Indonesia untuk memproduksi baterai motor listrik.

    Selain itu, LABA juga aktif mencari kontrak untuk pengadaan PLTS. Baru-baru ini, perusahaan ini menandatangani perjanjian awal untuk memproduksi panel surya di Timor Leste dengan bekerja sama dengan perusahaan lokal.

    4. PT Eagle High Plantation Tbk

    PT Eagle High Plantation Tbk (BWPT) adalah emiten yang menjadi target backdoor listing. Sebelumnya, perusahaan ini dikenal dengan nama PT BW Plantation Tbk.

    Aksi korporasi ini dimulai ketika pebisnis Peter Sondakh melalui PT Rajawali Capital Internasional mengakuisisi 51 persen saham BW Plantation pada 2014. Akuisisi ini dilakukan melalui penerbitan saham baru atau rights issue dan berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp11 triliun dengan harga saham baru Rp400 per lembar.

    Dana yang diperoleh dari penerbitan saham tersebut digunakan oleh BW Plantation untuk mengakuisisi Group Green Eagle milik Peter Sondakh dengan nilai transaksi mencapai Rp10,53 triliun. Jumlah tersebut terdiri dari ekuitas Rp8,52 triliun dan utang Rp2 triliun.

    5. PT Hexa Prima Nusantara

    PT Hexa Prima Nusantara mengakuisisi emiten media dan telekomunikasi, PT Lini Imaji Kreasi Ekosistem Tbk (FUTR). Dalam akuisisi ini, Hexa Prima mengambil alih perusahaan pengendali FUTR, PT Digital Futurama Global yang memiliki 51,22 persen saham FUTR dengan nilai akuisisi sebesar Rp24,9 miliar.

    Hexa Prima dimiliki oleh Halim Suwandi sebagai pemilik manfaat. Setelah akuisisi, FUTR segera mengubah fokus bisnisnya, beralih ke sektor energi yang diklaim lebih menjanjikan dibandingkan dengan bisnis sebelumnya.

    Salah satu langkah awal yang diambil adalah menjalin kerja sama dengan China State Construction Engineering Corporation (CSCEC) melalui calon anak perusahaan, PT Hexa Prima Mekanikal untuk proyek infrastruktur energi.

    Selain itu, pada 5 Desember 2024, FUTR mengumumkan akuisisi blok minyak di Pulau Seram, Maluku, dari Karlez Petroleum yang masih memiliki kontrak selama 15 tahun.

    6. PT Indoritel Makmur Internasional Tbk

    PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET) merupakan bagian dari Salim Group yang melakukan backdoor listing melalui PT Dyviacom Intrabumi Tbk.

    Proses ini dimulai dengan rights issue DNET pada 2013. Saat itu, perusahaan menerbitkan 14 miliar saham dengan harga penawaran Rp500 per saham, sehingga berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp7 triliun.

    Dana yang diperoleh dari penerbitan saham baru ini digunakan DNET untuk mengakuisisi dua perusahaan yang sudah terdaftar di Bursa. Pertama, PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), yaitu pengelola waralaba Kentucky Fried Chicken (KFC) di Indonesia dengan kepemilikan 35,85 persen senilai Rp1,99 triliun. Kedua, PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI), pemilik merek Sari Roti, sebanyak 31,5 persen dengan nilai Rp2,13 triliun.

    Selain itu, DNET juga menggunakan dana tersebut untuk mengakuisisi PT Indomarco Prismatama, pengelola gerai Indomaret, sebanyak 40 persen dengan nilai Rp2,63 triliun. Dengan demikian, Indomaret secara tidak langsung telah melakukan listing di Bursa melalui skema backdoor listing.

    7. PT Solusi Kemasan Digital Tbk

    PT Solusi Kemasan Digital Tbk (PACK) diakuisisi oleh triliuner asal Cina, Deng Weiming, melalui PT Eco Energi Perkasa. Deng Weiming mengakuisisi 48,94 persen saham perusahaan.

    Setelah akuisisi, pengendali baru berencana untuk menerbitkan saham baru melalui rights issue tahap I dengan total hingga 100 miliar saham. Langkah korporasi ini berpotensi menyebabkan dilusi kepemilikan saham lama mencapai 98,43 persen.

    PACK berupaya menyelaraskan bisnisnya dengan pengendali baru di sektor pertambangan nikel. Perusahaan meyakini bahwa perubahan kegiatan usaha ini akan meningkatkan skala bisnis PACK dari pendapatan tahunan sebesar Rp50 miliar menjadi Rp5,3 triliun.

    PACK membukukan laba bersih Rp1,29 miliar pada semester I-2024. Perolehan tersebut tumbuh 11,2 persen secara tahunan (year-on-year/YoY) dibanding dari semester yang sama tahun lalu dengan laba bersih sebesar Rp1,16 miliar.

    Demikianlah daftar perusahaan backdoor listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang menarik diketahui. 

  • Kementerian Investasi Susun 3 Kajian Hilirisasi, Ini Detailnya

    Kementerian Investasi Susun 3 Kajian Hilirisasi, Ini Detailnya

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal telah menyusun tiga kajian terkait hilirisasi, yaitu Kajian Akselerasi Hilirisasi Investasi Strategis, Kajian Optimalisasi Hilirisasi Investasi Strategis, dan Kajian Dampak Hilirisasi.

    Sekretaris Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Sekretaris Utama BKPM Heldy Satrya Putera menjelaskan, Kajian Akselerasi memotret perkembangan investasi hilirisasi dari 28 komoditas, salah satunya nikel yang memiliki dua sasaran utama hilirisasi yaitu produk stainless steel dan baterai kendaraan listrik.

    ”Dari kajian ini, kita dapat melihat perkembangan hilirisasi misalnya hilirisasi nikel, sudah sampai produk yang mana karena kami sudah membuat hilirisasi nikel dengan konsep ekosistem, mulai dari tambangnya sampai kepada produk akhirnya,” ujar Heldy dalam keterangannya, Selasa (24/12/2024).

    Sementara itu, sambung Heldy, Kajian Optimalisasi terdiri dari tujuh komoditas yakni bauksit, aspal buton, minyak bumi, gas bumi, biofuel, ikan tuna-cakalang-tongkol, serta rumput laut. Dalam kajian tersebut, terekam apa saja permasalahan komoditas yang ada sehingga bisa optimalkan.

    Terakhir, Kajian Dampak Hilirisasi mengkaji dari sisi ekonomi, sosial, dan lingkungan pada dua komoditas utama yaitu nikel dan kelapa sawit. Heldy menjelaskan, kajian ini menerangkan komoditas hilirisasi seperti kepala sawit yang sering kali dianggap sebagai penyebab utama deforestasi.

    Dia mengeklaim kelapa sawit sebenarnya memiliki dampak positif yang signifikan jika dilihat dari berbagai aspek seperti menjadi bahan bakar.

    ”Jadi [kelapa sawit] mulai dari utamanya, produknya sampai cangkangnya semua sudah dimanfaatkan di dalam negeri,” kata Heldy.

    Untuk aspek ekonomi, dampak hilirisasi dari komoditas nikel terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 0,45%. Sementara dari komoditas kelapa sawit, menyumbang PDB sebesar 0,23%.

    Heldy menjelaskan jika angka tersebut dikumulatifkan maka menjadi 0,6%—0,7%. Oleh sebab itu, dia meyakini hilirisasi memberi sumbangan cukup signifikan dari total pertumbuhan ekonomi di kisaran 5%.

    Sebelumnya, Peta Jalan Hilirisasi Investasi Strategis yang dirilis Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM menunjukkan bahwa kebutuhan investasi di sektor hilirisasi sampai dengan 2040 diproyeksikan sebesar US$618,1 miliar.

    Perinciannya, US$498,4 miliar dari sektor mineral dan batu bara, US$68,3 miliar dari sektor minyak dan gas bumi, serta US$51,4 miliar dari sektor perkebunan, kelautan, perikanan dan kehutanan.

    Selain itu, diproyeksikan adanya peningkatan ekspor sebesar US$857,9 miliar, peningkatan PDB sebesar US$235,9 miliar, serta penyerapan tenaga kerja mencapai kurang lebih tiga juta pekerja.

    Berdasarkan data Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, kontribusi hilirisasi terhadap realisasi investasi periode Januari—September 2024 mencapai Rp272,91 triliun atau setara dengan 21,6% dari total realisasi investasi.

  • Bos MIND ID Klaim Sudah Lakukan Upaya Hilirisasi di Seluruh Sektor

    Bos MIND ID Klaim Sudah Lakukan Upaya Hilirisasi di Seluruh Sektor

    Jakarta, CNN Indonesia

    Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso mengklaim sudah melakukan upaya hilirisasi hampir di semua sektor komoditas mineral dan batu bara. Hal ini dalam rangka mewujudkan target pertumbuhan ekonomi Indonesia 8 persen.

    Hendi mengatakan dalam kurun waktu kurang lebih lima tahun terakhir, MIND ID sudah bisa melakukan integrasi hulu-hilir untuk komoditas bauksit, di mana pihaknya sudah membangun smelter alumina.

    “Smelter aluminanya sudah bisa memberikan supply kepada smelter aluminium. Sehingga dari hulu ke hilir itu kita sudah komplit di dalam negeri,” ujar Hendi dalam acara CNN Indonesia Business Summit di Menara Bank Mega, Jakarta Selatan, Jumat (20/12).

    Selain itu untuk sektor tembaga, Hendi mengatakan di masa lalu sebagian konsentratnya diekspor. Namun kini dengan terbangunnya smelter tembaga di Gresik, kegiatan ekspor konsentrat sudah dihentikan.

    Sehingga, menurutnya, Indonesia kini sudah memiliki kemampuan untuk membuat bahan baku berupa katoda tembaga.

    “Katoda tembaga ini nanti akan dikembangkan oleh industri lebih hilir lagi untuk bisa menjadi kabel listrik, menjadi lapisan tembaga yang tentunya bisa diolah menjadi bahan baku industri,” jelas Hendi.

    Kemudian di sektor timah, Hendi menyebut MIND ID telah membangun industri tin solder, tin chemical dan tin powder. Hal ini membuka kemungkinan nantinya industri elektronik yang berteknologi tinggi bisa membangun pabrik di Indonesia menggunakan bahan baku yang pihaknya siapkan.

    Hendi juga mengungkap telah mengembangkan hilirisasi synthetic graphite. Di mana graphite dibutuhkan dalam industri baterai kendaraan listrik.

    “Kemudian di tembaga sudah ada pabrik copper foil yang memanfaatkan bahan baku yang kita produksi dari smelter tembaga yang di Gresik,” ucapnya.

    “Kemudian juga yang luar biasa, ternyata by product dari proses pemurnian tembaga, itu ada namanya anoda slime. Anoda slime-nya sendiri sudah bisa dipakai sebagai bahan baku untuk mengekstraksi mineral lainnya, jadi produksi emas. Emas Insya Allah kita akan mencapai 50 ton,” ujar Hendi.

    (del/agt)

  • Kontributor Realisasi Investasi Hilirisasi Capai Rp272,9 T

    Kontributor Realisasi Investasi Hilirisasi Capai Rp272,9 T

    Jakarta, FORTUNE – Sekretaris Utama Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Heldy Satrya Putera, mengatakan Hilirisasi komoditas terus menjadi fokus utama pemerintah Indonesia dalam memperkuat struktur ekonomi.

    Dia menyatakan hilirisasi terbukti berkontribusi signifikan terhadap realisasi investasi nasional. Sebab, 26,5 persen dari total investasi atau setara dengan Rp375,4 triliun terekam sepanjang 2023. Kemudian pada 2024 hingga September lalu, persentasenya mencapai 21,6 persen atau Rp272,9 triliun.

    “Ini baru berbicara soal Nikel. Jika kita bicara 28 komoditas, tentu kontribusinya akan jauh lebih besar. Hilirisasi ini menjadi harapan besar untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen, asalkan ekosistemnya dibangun dengan baik,” kata Heldy dalam acara diskusi mengenai hilirisasi di Jakarta, Jumat (20/12).

    Bila capaian itu diperinci, smelter berkontribusi Rp170,78 triliun—yang didominasi nikel. Kemudian sektor investasi terbesar lainnya dari pertanian, khususnya pada industri pengolahan CPO sebesar Rp44,09 triliun, dan yang ketiga kehutanan industri pulp & paper sebesar Rp33,72 triliun.

    Selain itu, hilirisasi minyak dan gas bumi dalam industri petrokimia mencapai Rp17,46 triliun, serta ekosistem kendaraan listrik dari baterai kendaraan listrik mencatatkan nilai realisasi investasi Rp6,86 triliun.

    Heldy mengatakan ekosistem ini tidak hanya mencakup cadangan komoditas, tetapi juga regulasi yang mendukung, seperti perizinan dan pemberian insentif bagi pelaku usaha.

    “Saat ini, kita sudah membuat peta jalan hilirisasi untuk 28 komoditas. Kita akan mendorong hilirisasi untuk komoditas lainnya melalui ekosistem yang sudah dirancang. Perhitungannya harus hati-hati agar tidak terjadi oversupply, yang bisa berdampak buruk pada perekonomian dan harga komoditas itu sendiri,” ujar Heldy.

  • Kepemimpinan Berdampak, Dirut MIND ID Kembali Dapat Penghargaan

    Kepemimpinan Berdampak, Dirut MIND ID Kembali Dapat Penghargaan

    Jakarta

    BUMN Holding Industri Pertambangan Indonesia MIND ID menjadi acuan bagi perusahaan sektor pertambangan Indonesia dalam menjalankan program hilirisasi yang berdampak signifikan pada kinerja pertumbuhan ekonomi.

    Hal ini tidak lepas dari figur profesional Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso yang memiliki komitmen kuat dalam menjalankan mandat hilirisasi mineral terintegrasi. Atas kepemimpinannya, Hendi menerima penghargaan Impact on Downstream Industry Leadership dari salah satu media swasta di Jakarta.

    “Industri pertambangan mineral batu bara Indonesia memiliki potensi yang sangat luas. Kami mengajak pelaku industri manufaktur untuk memanfaatkan kesempatan ini, sehingga mampu memberi nilai tambah dan kontribusi yang lebih besar lagi bagi negara di masa depan,” kata Hendi dalam keterangan tertulis, Jumat (20/12/2024).

    Upayanya tersebut mampu berkontribusi pada peningkatan nilai tambah mineral batu bara yang lebih optimal dalam mendorong pertumbuhan ekonomi agresif menuju Indonesia Emas 2045. Hendi dinilai berhasil menavigasi MIND ID dalam merealisasikan proyek strategis seperti smelter tembaga PT Freeport Indonesia di Gresik, Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, serta sinergi emas antara ANTAM dan Freeport.

    Penguatan ekosistem industri baterai kendaraan listrik juga menjadi langkah solutif perusahaan yang dipimpin Hendi dalam mendukung transisi energi nasional. Tak hanya bagi negara, kepemimpinannya juga telah mampu membawa perusahaan mencatatkan kinerja keuangan yang sangat progresif.

    Perseroan membukukan lonjakan laba signifikan, dari Rp 1,82 triliun pada tahun 2020 menjadi Rp 14,32 triliun pada 2021. MIND ID konsisten mencetak laba progresif, yakni Rp 22,49 triliun pada 2022, dan tumbuh 22,4% secara tahunan menjadi Rp 27,5 triliun pada 2023.

    MIND ID pun mampu masuk dalam jajaran perusahaan dunia dan menjadi penggerak utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi agresif menuju Indonesia Emas 2045. Hendi mengajak seluruh pelaku industri untuk bersama-sama memajukan perekonomian Indonesia.

    “Sebagai Holding Tambang memiliki berbagai mineral strategis yang dapat dioptimalkan nilai manfaatnya untuk berbagai kebutuhan industri turunan strategis, khususnya ekosistem EV Battery,” pungkasnya.

    (akd/akd)

  • Perlukah Indonesia Impor Bijih Nikel untuk Mendukung Penghiliran?

    Perlukah Indonesia Impor Bijih Nikel untuk Mendukung Penghiliran?

    Bisnis.com, JAKARTA – Beberapa tahun ter­­­akhir, In­­­­do­­­­­ne­­­­sia ber­­­ko­­­mit­­­­men untuk me­­­­­ngembangkan penghiliran ni­­­kel melalui pembangunan smelter (peleburan) dan re­­­­finery (pemurnian) guna me­­­ningkatkan nilai tambah produk nikel.

    Indonesia, hingga saat ini telah membangun 42 pabrik pengolahan, 35 pabrik sedang dalam konstruksi, dan 59 pabrik lagi dalam tahap perencanaan. Total semuanya mencapai 136 pabrik, baik smelter maupun refinery. Namun, di balik rencana besar ini, terdapat permasalahan besar terkait pasokan bijih nikel. Apakah langkah impor bijih nikel adalah solusi yang tepat bagi Indonesia?

    Sebagai penghasil nikel terbesar di dunia, Indonesia memiliki cadangan bijih nikel yang sangat besar. Berdasarkan data Badan Geologi Kementerian ESDM, cadangan bijih nikel Indonesia yang berkadar di atas 1,5% diperkirakan mencapai 3,4 miliar ton. Adapun sumber daya yang ada mencapai 7,5 miliar ton.

    Berdasarkan rencana pembangunan industri pengolahan nikel yang ambisius, diperkirakan kebutuhan bijih nikel kadar tinggi akan mencapai sekitar 413 juta ton per tahun untuk memenuhi kapasitas semua smelter piromealurgi (RKEF) yang dibangun. Sayangnya, cadangan bijih nikel berkadar tinggi ini diperkirakan hanya dapat bertahan di bawah 10 tahun jika digunakan secara maksimal.

    Di sisi lain, Indonesia juga memiliki sumber daya bijih nikel dengan kadar rendah (limonite), yang diperkirakan mencapai 9,8 miliar ton, dengan cadangan sekitar 1,7 miliar ton. Bijih nikel kadar rendah ini dapat digunakan untuk teknologi hidrometalurgi yang digunakan dalam proses refinery. Dibutuhkan sekitar 50 juta ton bijih nikel kadar rendah per tahun untuk mendukung teknologi ini. Artinya, cadangan bijih nikel kadar rendah Indonesia dapat bertahan di atas 30 tahun.

    Meski Indonesia memiliki cadangan bijih nikel yang melimpah, permasalahan utama yang dihadapi adalah keterbatasan bijih nikel berkadar tinggi (saprolite). Guna memenuhi kebutuhan pabrik peleburan yang direncanakan, kebutuhan bijih nikel kadar tinggi sangat besar. Indonesia diperkirakan akan mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan bijih nikel berkadar tinggi dalam jangka panjang dikarenakan cadangan yang terbatas. Hal ini menjadi alasan utama mengapa beberapa perusahaan smelter memilih untuk mengimpor bijih nikel, meskipun Indonesia adalah pemilik cadangan nikel terbesar di dunia.

    Kondisi ini mengarah pada dilema yang sulit. Di satu sisi, Indonesia harus melaksanakan penghiliran untuk meningkatkan nilai tambah nikel dengan pembangunan industri pengolahan (smelter dan refinery) yang sangat agresif, di sisi lain terbatasnya pasokan bijih nikel berkadar tinggi menjadi hambatan besar dalam pencapaian tujuan tersebut. Oleh karena itu, impor bijih nikel dari negara lain menjadi solusi sementara untuk menjaga agar industri smelter tetap berjalan.

    Di luar bijih nikel berkadar tinggi, Indonesia masih memiliki cadangan bijih nikel kadar rendah yang cukup besar. Bijih nikel ini bisa digunakan untuk teknologi hidrometalurgi, yang memungkinkan pengolahan bijih nikel kadar rendah menjadi produk bernilai tambah seperti dukungan untuk industri baterai kendaraan listrik (battery EV).

    Meskipun cadangan bijih nikel kadar rendah ini cukup melimpah, tantangan terbesar adalah pengembangan dan penguasaan teknologi hidrometalurgi yang dapat memprosesnya secara efisien.

    PEMBATASAN & REGULASI

    Selain keterbatasan pasokan bijih nikel, pemerintah Indonesia juga memberlakukan pembatasan kuota produksi untuk menjaga keberlanjutan cadangan nikel. Pembatasan ini bertujuan untuk memastikan bahwa cadangan bijih nikel yang ada tidak cepat habis, tetapi kebijakan ini berpotensi membatasi pasokan bijih nikel untuk smelter yang ada. Salah satu dampaknya adalah peningkatan ketergantungan pada impor bijih nikel untuk memenuhi kebutuhan bahan baku smelter.

    Selain itu, masalah terkait RKAB (Rencana Kerja dan Anggaran Biaya) yang belum sepenuhnya terselesaikan juga menjadi kendala bagi beberapa perusahaan smelter dalam mendapatkan pasokan bijih nikel yang cukup. RKAB yang belum final seringkali membuat proses perizinan dan pembagian kuota produksi menjadi terhambat, yang pada akhirnya mendorong perusahaan-perusahaan smelter untuk mengimpor bijih nikel guna memenuhi kebutuhan produksi mereka.

    Pemerintah seyogianya dapat segera melakukan kebijakan untuk eksplorasi secara masif terutama di daerah frontier (green field) untuk menemukan sumber daya bijih nikel. Diperkirakan wilayah yang belum tersentuh eksplorasi lebih dari 50% terutama di wilayah timur Indonesia termasuk Papua Barat. Perusahaan dapat melakukan brown field exploration untuk mengonversi sumber daya menjadi cadangan dengan menggunakan kode KCMI secara benar untuk memastikan keakuratan datanya.

    Impor bijih nikel memang dapat menjadi solusi jangka pendek untuk menjaga kelangsungan industri smelter Indonesia. Langkah lain yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan proses merger & acquisition (M&A) tambang nikel di luar negeri seperti Filipina, Australia, New Caledonia, dan lainnya sebagai alternatif bahan baku smelter. Jangka panjang, Indonesia perlu fokus pada pemanfaatan bijih nikel kadar rendah yang melimpah dengan pengembangan teknologi yang lebih efisien. Dengan demikian, Indonesia tidak hanya mengandalkan cadangan bijih nikel berkadar tinggi yang terbatas, tetapi juga bisa memanfaatkan potensi besar yang ada pada bijih nikel kadar rendah.

    Selain itu, pemerintah dan sektor swasta perlu bekerja sama untuk menyelesaikan masalah terkait pembatasan produksi dan RKAB. Penyelesaian masalah regulasi ini akan memastikan pasokan bijih nikel dalam negeri bisa terkelola dengan baik, sehingga ketergantungan pada impor dapat diminimalkan.

  • Dorong Investasi Mobil Listrik, Menteri Rosan Temui Perusahaan Tiongkok

    Dorong Investasi Mobil Listrik, Menteri Rosan Temui Perusahaan Tiongkok

    Bisnis.com, JAKARTA –  Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Perkasa Roeslani menemui sejumlah perusahaan raksasa Tiongkok yang bergerak di ekosistem electric vehicle (EV) yaitu Build Your Dreams (BYD), CNGR New Material, dan Contemporary Amperex Technology Co., Limited (CATL). Ketiganya ditemui di masing-masing fasilitas produksinya di Republik Rakyat Tiongkok (RRT) pada 16-17 Desember 2024.

    Kunjungan Menteri Rosan ke perusahaan-perusahaan ini dilaksanakan dalam rangka mengawal investasinya yang telah berjalan di Indonesia, mengetahui hal-hal yang dapat didukung Pemerintah Indonesia untuk percepatan realisasi investasi serta memfasilitasi rencana investasi jangka panjang perusahaan. “Sebagaimana pesan dari Bapak Presiden Prabowo justru untuk selalu mengutamakan investor yang sudah berinvestasi di Indonesia, itu yang kita jaga,” ujar Menteri Rosan.

    Pertemuan dengan BYD Auto

    Kunjungan hari pertama di Tiongkok, Menteri Rosan melakukan pertemuan dengan pimpinan perusahaan otomotif terkemuka, BYD Auto, membahas upaya percepatan untuk pembangunan pabrik mobil listrik BYD di Subang, Jawa Barat. Menteri Rosan mengapresiasi investasi BYD yang mulai direalisasikan di Indonesia.

    “Kami meyakini tentunya selain berdampak pada pemberian nilai tambah dan penciptaan lapangan kerja, namun investasi ini juga sejalan dengan kebijakan Pemerintah Indonesia dalam mencapai target pengurangan emisi karbon pada tahun 2060, atau mungkin diharapkan lebih cepat. Terlebih lagi saat ini perusahaan tidak hanya melihat pasar Indonesia yang cukup besar tetapi juga untuk pasar ekspor,” ucap Menteri Rosan.

    Rencananya BYD Indonesia akan menambah kapasitas produksi dari yang awalnya 150.000 unit per tahun, serta terbuka untuk pengembangan fasilitas baterai dan kendaraan jenis Plug In Hybrid Electric Vehicle (PHEV) premium di awal tahun depan. Penambahan kapasitas produksi ini rencananya akan menambah total tenaga kerja dari sebelumnya 8.700 orang menjadi 18.814 orang. Pembangunan pabrik ini ditargetkan akan memulai produksi komersialnya pada awal 2026.

    “Pembangunan pabrik BYD di Indonesia nantinya merupakan salah satu yang tercepat, karena sebelumnya untuk membuat pabrik mobil listrik di China dan di Thailand membutuhkan waktu 10-16 bulan. Namun jika didukung pemerintah, kami yakin bisa menyelesaikan pembangunan pabrik dan memulai produksi komersial pada awal 2026,” ungkap Liu Xueliang, General Manager BYD Asia-Pacific.

    Perbesar

    Menteri Rosan menekankan komitmen pemerintah dalam mendorong percepatan realisasi investasi BYD, salah satunya berkoordinasi dengan kementerian/lembaga terkait untuk percepatan infrastruktur di sekitar kawasan industri, termasuk jalan tol dan akses jalan ke Pelabuhan Patimban di Subang, Jawa Barat. Menteri Rosan juga menyampaikan dukungan pemerintah kepada perusahaan berupa percepatan penerbitan perizinan dan insentif penanaman modal.

    Pabrik BYD di Indonesia ini akan menjadi pabrik otomotif terbesar di ASEAN. Saat ini, luas lahan pabrik BYD adalah 108 Ha dan telah memutuskan pengembangan serta penambahan baru menjadi 126 Ha.

    Secara global, BYD menjadi produsen kendaraan listrik terbesar di dunia dengan penjualan mencapai lebih dari 3 juta unit pada 2023. Sejak diperkenalkan di Indonesia pada awal 2024, BYD Indonesia telah membukukan penjualan lebih dari 13.800 unit dan diklaim telah berkontribusi sebanyak hampir 50% pada penjualan EV di Indonesia setiap bulannya.

    Pertemuan dengan CNGR New Material

    Setelah bertemu BYD, Menteri Rosan melanjutkan kunjungannya ke fasilitas produksi CNGR New Material di Qinzhou, RRT (17/12). Pertemuan dengan CNGR membahas perkembangan investasi CNGR di Indonesia, serta rencana perusahaan untuk membangun Kawasan Industri Tekno Hijau Konasara (KIHTK) di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara yang akan terfokus kepada produksi advance material.

    Di dalam Kawasan Industri di Konawe tersebut, CNGR berencana akan menggabungkan industrinya dari hulu ke hilir. CNGR sendiri telah berinvestasi di beberapa proyek industri smelter untuk pengolahan bijih nikel di Indonesia. Total investasi CNGR di Indonesia sendiri saat ini mencapai Rp42,4 trililun dengan jumlah Tenaga Kerja Indonesia 6.613 orang.

    “Pada prinsipnya kami terbuka untuk investasi dan akan memfasilitasi sebaik mungkin agar investasi bisa berkembang lebih besar,” ungkap Menteri Rosan di sela-sela kunjungannya ke fasilitas produksi CNGR di Qinzhou.

    CNGR juga berencana untuk mengundang investor global produsen advance material agar berinvestasi di dalam kawasan. Nantinya, para perusahaan di dalam kawasan tidak hanya akan mengolah nikel, tetapi juga kobalt, mangan dan mineral lainnya. Nikel sendiri akan diolah menjadi energi advance material dan hidrogen, sedangkan timah akan dikembangkan untuk konduktor solar panel dan artificial intelligence. Di dalam kawasan juga akan dibangun fasilitas penelitian dan pengembangan untuk melakukan perencanaan dan riset mengubah mineral menjadi advance material.

    “Rencana kami, dengan pembangunan kawasan ini, maka rantai pasok untuk advance material akan lebih terpusat sehingga tercipta efisiensi dan kestabilan dalam rantai pasok. Bisa jadi ini merupakan satu-satunya di dunia dan Indonesia merupakan tempat yang paling bagus untuk mengembangkan rantai pasok advance material global,” ujar Deng Weiming, Chairman CNGR Advanced Materials.

    Menteri Rosan juga mengapresiasi upaya perusahaan untuk meningkatkan sumber daya manusia sejalan dengan pengembangan kawasan, dengan menyediakan pelatihan dan juga akses ke pendidikan tinggi bagi para pekerja terkait. Menteri Rosan berharap, rencana investasi CNGR ini bisa mendorong ekosistem hilirisasi sesuai dengan Peta Jalan Hilirisasi Investasi Strategis yang sudah ada. “Kami terbuka untuk kolaborasi dan mensinergikan rencana pengembangan industri hilirisasi ini. Akan kita kembangkan dengan cepat dan sustainable,” pungkas Menteri Rosan.

    Pertemuan dengan BRUNP-CATL

    Perusahaan raksasa selanjutnya yang dikunjungi Menteri Rosan adalah BRUNP, yang merupakan bagian dari group Contemporary Amperex Technology Co., Limited (CATL). Mantan Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia ini mengunjungi fasilitas produksi CATL di Foshan, RRT yaitu pabrik baterai (CATL Ruiqing Factory) dan pabrik katoda (CATL-Brunp Foshan Factory-I), serta kunjungan ke kantor pusat BRUNP di Foshan, RRT.

    Kunjungan ini sekaligus menegaskan komitmen Pemerintah Indonesia dalam mendukung percepatan pembangunan ekosistem baterai electric vehicle (EV) di Indonesia. Saat ini Group CATL melalui konsorsium CBL (CATL, BRUNP dan Lygend) sedang bekerja sama dengan BUMN (ANTAM dan IBC) untuk membangun proyek rantai industri dan ekosistem baterai kendaraan listrik terintegrasi yang dimulai dari pertambangan, smelter, industri bahan baterai (prekursor dan katoda) serta sel baterai serta daur ulang baterai yang berlokasi di Halmahera Timur, Maluku Utara dan di Karawang, Jawa Barat. Total investasi dari proyek ini diperkirakan akan mencapai USD6 miliar atau setara Rp96 triliun.

    “Pemerintah mendorong kemajuan kerja sama investasi ekosistem baterai kendaraan listrik karena ini sejalan dengan program hilirisasi dan peningkatan nilai tambah di dalam negeri serta transformasi hijau,” jelas Menteri Rosan.

    Dengan dimulainya pembangunan ekosistem baterai kendaraan listrik terintegrasi di Indonesia, pemerintah berharap dapat menjadi bagian penting dalam rantai pasok global serta mendorong tumbuhnya industri otomotif kendaraan listrik di dalam negeri dengan kandungan lokal yang lebih tinggi dan harga yang terjangkau. Rencana investasi ini juga didorong untuk dapat memprioritaskan kemitraan dengan pengusaha nasional, terutama yang ada di daerah serta Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki kapabilitas dan kapasitas dalam setiap rantai pasok.

    “Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM saat ini juga terus melakukan fasilitasi dan asistensi terkait percepatan realisasi investasi proyek ini melalui percepatan perizinan berusaha dan juga insentif. Kami juga akan memfasilitasi komunikasi dan berkoordinasi dengan Kementerian BUMN dan para stakeholder terkait agar proyek dapat terealisasi dengan cepat,” terang Rosan.

    Pada kesempatan yang sama, Founder and CEO BRUNP Li Changdong yang mewakili group CATL menyampaikan bahwa pihaknya akan berupaya mendorong proyek pengembangan ekosistem agar lebih cepat terealisasi. “Yang terdekat adalah sel baterai kendaraan listrik yang harus mulai berproduksi di 2026 untuk memenuhi permintaan pasar yang sudah masuk. Kami juga tertarik untuk mengembangkan industri daur ulang baterai yang dapat mengamankan sumber daya mineral yang penting untuk baterai agar tetap terjaga serta dapat diolah dan diproduksi kembali di Indonesia dengan teknologi hijau,” ucap Li.

    CATL merupakan salah satu perusahaan global teknologi energi baru dan inovatif asal Tiongkok yang menduduki peringkat 292 pada Fortune 500 tahun 2023 dengan kepemilikan total aset per Desember 2023 sebesar USD101 miliar atau setara Rp1,6 kuadriliun. Sejak didirikan tahun 2011, perusahaan yang berkantor pusat di Ningde, Fujian tersebut telah menduduki peringkat pertama selama 7 tahun berturut-turut (2017-2023) sebagai penyuplai baterai kendaraan listrik di dunia dengan pangsa pasar global sebesar 37%.

  • Siapin CV Kamu! Pabrik BYD di Subang Bakal Serap 18.000 Ribu Pekerja

    Siapin CV Kamu! Pabrik BYD di Subang Bakal Serap 18.000 Ribu Pekerja

    Jakarta

    BYD berkomitmen untuk meningkatkan kapasitas produksi pada fasilitas manufaktur. Dengan adanya peningkatan tersebut, peluang pekerjaan baru pun jadi bertambah.

    Produsen mobil China, BYD berencana untuk meningkatkan nilai investasi di Indonesia sekaligus memperluas komitmen, termasuk peningkatan kapasitas produksi pada fasilitas manufaktur di Subang. Dengan perluasan ini, BYD menegaskan komitmennya untuk berkontribusi dalam pertumbuhan industri kendaraan listrik dan ekosistem elektrifikasi di Indonesia.

    Sebagai bagian dari rencana penguatan komitmen, BYD akan meningkatkan kapasitas produksinya, untuk memenuhi permintaan pasar domestik dan ekspor. Peningkatan ini tentunya membuka peluang untuk pengembangan fasilitas baterai kendaraan listrik dan teknologi kendaraan listrik lainnya yaitu Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV).

    BYD meyakini, langkah ini dapat secara aktif berkontribusi dalam upaya pemerintah Indonesia dalam mengakselerasi transisi energi bersih di Indonesia sekaligus memperkuat posisi negara Indonesia sebagai pusat manufaktur kendaraan elektrifikasi.

    BYD bangun pabrik di Subang, Jawa Barat. Foto: Luthfi Anshori/detikOto

    “Sebagai salah satu pelaku utama dalam industri kendaraan listrik, BYD akan terus mendukung upaya pemerintah Indonesia dalam mempercepat ekosistem kendaraan listrik. Dengan tambahan investasi dan penguatan industri, kami berkomitmen untuk meningkatkan kapasitas produksi pada fasilitas pabrik BYD di Indonesia serta membuka peluang pengembangan teknologi seperti baterai untuk ragam kendaraan New Energy Vehicle termasuk EV dan PHEV. Penambahan kapasitas ini diharapkan akan berkontribusi aktif dalam memenuhi beragam kebutuhan pasar domestik sekaligus memperluas potensi ekspor kendaraan listrik, mendukung potensi negara Indonesia sebagai salah satu pusat manufaktur kendaraan elektrifikasi di kawasan Asia Tenggara,” kata General Manager BYD Asia Pacific, Liu Xueliang dalam siaran persnya.

    Realisasi pembangunan fasilitas pabrik BYD juga dipercepat. Bila semula direncanakan pabrik BYD di Indonesia juga akan mengalami perluasan dengan ekspansi lahan baru. Dengan perluasan ini, BYD tidak hanya berfokus pada peningkatan output kendaraan listrik, tetapi juga pada pengembangan infrastruktur yang lebih luas untuk mendukung pertumbuhan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia lebih menyeluruh. Investasi ini juga diharapkan dapat memberikan dampak positif yang signifikan bagi masyarakat Indonesia, khususnya dalam hal peningkatan penyerapan tenaga kerja.

    Sebelumnya, pabrik BYD diperkirakan akan menyerap sekitar 8.700 tenaga kerja. Dengan adanya perluasan kapasitas produksi yang lebih besar, diharapkan lebih dari 18.000 peluang pekerjaan baru akan tercipta di berbagai sektor, membuka lebih banyak kesempatan bagi tenaga kerja lokal untuk berkembang.

    BYD Indonesia meyakini, selain menciptakan lapangan pekerjaan baru, perluasan ini juga memberikan kesempatan untuk transfer knowledge yang akan memperkaya keterampilan teknis tenaga kerja di Indonesia.

    Melalui pengembangan new value-added skills, sumber daya manusia (SDM) Indonesia akan dilibatkan dalam berbagai cakupan keahlian dalam industri kendaraan listrik, mulai dari proses produksi kendaraan, pengembangan teknologi baterai, hingga elektrifikasi kendaraan.

    Hal ini tentunya akan membantu meningkatkan keterampilan teknis yang dibutuhkan di sektor industri otomotif dan energi terbarukan. Dengan demikian, investasi ini tidak hanya berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi, tetapi juga dapat berperan aktif dalam pengembangan potensi SDM lokal yang berdaya saing tinggi.

    Hal ini memastikan bahwa SDM Indonesia akan siap berkontribusi secara signifikan dalam memajukan industri kendaraan listrik di tanah air dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

    “Dukungan yang diberikan pemerintah Indonesia, termasuk koordinasi yang erat dalam pembangunan infrastruktur dan pemberian insentif, telah memberikan kami kepercayaan diri untuk mempercepat realisasi proyek ini. Kami berharap dampak positif dari investasi ini dapat langsung dirasakan oleh masyarakat Indonesia, khususnya dalam penyerapan tenaga kerja dan peluang pengembangan sumber daya manusia yang memiliki daya saing tinggi khususnya dalam industri kendaraan listrik dan energi baru. Dengan penuh komitmen, kami ingin terus bekerja sama dengan pemerintah dan semua value-chain lokal yang terkait untuk memperkuat industri kendaraan listrik di Indonesia guna menciptakan ekosistem yang berkelanjutan. Kami berharap dukungan lebih lanjut di masa depan akan semakin mempercepat perkembangan industri otomotif yang lebih hijau,” kata Presiden Direktur PT BYD Motor Indonesia Eagle Zhao.

    (dry/din)

  • PT IMIP Genjot Pemakaian Pembangkit Listrik EBT untuk Industri Nikel pada 2025 – Page 3

    PT IMIP Genjot Pemakaian Pembangkit Listrik EBT untuk Industri Nikel pada 2025 – Page 3

    Sebelumnya, PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) mencatat pemasukan investasi USD 34,3 miliar, atau setara Rp 552,23 triliun (kurs Rp 16.100 per dolar AS) selama 9 tahun (2015-2024) mengelola kawasan industri nikel di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah. 

    Jumlah itu naik USD 3,16 miliar lebih, atau sekitar Rp 50,87 triliun dibandingkan pemasukan investasi di periode 2015-2023, sebesar USD 30,14 miliar (Rp 485,25 triliun). 

    Direktur Komunikasi PT IMIP Emilia Bassar mengatakan, jumlah pemasukan investasi ke kawasan industri yang mengolah produk turunan nikel seperti nickel pig iron dan stainless steel tersebut bakal terus bertambah. Terlebih, kawasan industri Morowali akan turut memproduksi bahan baku baterai kendaraan listrik (EV).

    “Dari sekian tenant (di IMIP), masih ada yang masa konstruksi dan proses sebelum konstruksi. Jadi belum semuanya itu sudah produksi belum ya. Karena ini investor juga terus datang dan kemudian kita masih terus mengembangkan diri untuk kawasan Industri untuk hilirisasi nikel ini,” ujarnya dalam sesi media briefing di Kantor Pusat PT IMIP, Jakarta, Rabu (18/12/2024).

     

  • BKPM lakukan pertemuan dengan sejumlah perusahaan besar EV China

    BKPM lakukan pertemuan dengan sejumlah perusahaan besar EV China

    Jakarta (ANTARA) – Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melakukan pertemuan dengan sejumlah perusahaan besar kendaraan listrik (electric vehicle/EV) asal China guna mempercepat investasi ekosistem mobil listrik di Indonesia.

    Pertemuan tersebut dilakukan oleh Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani dengan perusahaan Build Your Dreams (BYD), CNGR New Material, dan Contemporary Amperex Technology Co., Limited (CATL) saat kunjungan kerjanya ke China pada 16-17 Desember.

    Menteri Rosan dalam pernyataan di Jakarta, Rabu menyatakan kunjungan ke China tersebut dalam rangka mengawal investasi tiga perusahaan EV asal China yang telah berjalan di Indonesia.

    “Sebagaimana pesan dari Bapak Presiden Prabowo justru untuk selalu mengutamakan investor yang sudah berinvestasi di Indonesia, itu yang kita jaga,” ujar Menteri Rosan.

    Dijelaskannya, dalam pertemuan dengan BYD Auto, pihaknya membahas upaya percepatan untuk pembangunan pabrik mobil listrik BYD di Subang, Jawa Barat. Melalui investasi tersebut, pihaknya meyakini akan memberikan nilai tambah perekonomian yang besar, dan menciptakan lapangan kerja.

    Selain itu, investasi BYD juga sejalan dengan kebijakan Pemerintah Indonesia dalam mencapai target pengurangan emisi karbon pada tahun 2060, atau lebih cepat.

    Ia mengatakan, rencananya BYD akan menambah kapasitas produksi dari yang awalnya 150.000 unit per tahun, serta terbuka untuk pengembangan fasilitas baterai dan kendaraan jenis Plug In Hybrid Electric Vehicle (PHEV) premium di awal tahun depan.

    Peningkatan kapasitas produksi ini rencananya akan menambah total tenaga kerja dari sebelumnya 8.700 orang menjadi 18.814 orang. Pembangunan pabrik ini ditargetkan akan memulai produksi komersial pada awal 2026.

    Adapun pabrik BYD di Indonesia ini akan menjadi pabrik otomotif terbesar di ASEAN. Saat ini, luas lahan pabrik BYD adalah 108 hektare dan telah memutuskan pengembangan serta penambahan baru menjadi 126 hektare.

    Sementara, pertemuan dengan CNGR New Material, disampaikan Menteri Rosan pihaknya membahas perkembangan investasi CNGR di Indonesia, serta rencana perusahaan untuk membangun Kawasan Industri Tekno Hijau Konasara (KIHTK) di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara.

    Di dalam kawasan industri di Konawe tersebut, CNGR berencana akan menggabungkan industrinya dari hulu ke hilir. CNGR sendiri telah berinvestasi di beberapa proyek industri smelter untuk pengolahan bijih nikel di Indonesia. Total investasi saat ini mencapai Rp42,4 trililun dengan jumlah tenaga kerja lokal sebanyak 6.613 orang.

    “Pada prinsipnya kami terbuka untuk investasi dan akan memfasilitasi sebaik mungkin agar investasi bisa berkembang lebih besar,” kata Menteri Rosan.

    Ia mengatakan, CNGR juga berencana untuk mengundang investor global produsen advance material agar berinvestasi di dalam kawasan. Nantinya, para perusahaan di dalam kawasan tidak hanya akan mengolah nikel, tetapi juga kobalt, mangan dan mineral lainnya.

    Lebih lanjut, Menteri Rosan menyatakan dalam pertemuan dengan CATL, pihaknya menegaskan komitmen pemerintah Indonesia dalam mempercepat pembangunan ekosistem baterai kendaraan listrik.

    Saat ini Group CATL melalui konsorsium CBL (CATL, BRUNP dan Lygend) sedang bekerja sama dengan BUMN ANTAM dan IBC untuk membangun proyek rantai industri dan ekosistem baterai kendaraan listrik terintegrasi yang dimulai dari pertambangan, smelter, industri bahan baterai (prekursor dan katoda), sel baterai, serta daur ulang baterai yang berlokasi di Halmahera Timur, Maluku Utara dan di Karawang, Jawa Barat.

    Total investasi dari proyek ini diperkirakan akan mencapai 6 miliar dolar AS atau setara Rp96 triliun.

    “Pemerintah mendorong kemajuan kerja sama investasi ekosistem baterai kendaraan listrik karena ini sejalan dengan program hilirisasi dan peningkatan nilai tambah di dalam negeri serta transformasi hijau,” kata Menteri Rosan.

    Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
    Editor: Biqwanto Situmorang
    Copyright © ANTARA 2024