Produk: baterai kendaraan listrik

  • LG Batal Investasi Rp130 Triliun di Proyek Baterai EV Indonesia, Ini Alasannya

    LG Batal Investasi Rp130 Triliun di Proyek Baterai EV Indonesia, Ini Alasannya

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA – Rencana investasi besar-besaran LG Group dalam proyek rantai pasok baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di Indonesia dikabarkan batal direalisasikan.

    Proyek yang semula diperkirakan bernilai sekitar 11 triliun won atau sekitar Rp130 triliun (dengan kurs Rp11.826 per won) ini tidak akan dilanjutkan oleh pihak LG.

    Kabar tersebut pertama kali mencuat dari media Korea Selatan, Yonhap, pada Jumat (18/4/2025). Dalam laporan itu, disebutkan bahwa konsorsium yang terdiri dari LG Energy Solution, LG Chem, LX International Corp, dan mitra lainnya secara resmi mengundurkan diri dari proyek di Indonesia.

    “Mempertimbangkan kondisi pasar dan lingkungan investasi, kami telah memutuskan untuk keluar dari proyek tersebut,” ujar seorang pejabat LG Energy Solution, dikutip pada Senin (21/4/2025).

    Meski menarik diri dari proyek rantai pasok baterai secara penuh, LG memastikan tetap menjalankan kegiatan usaha lain di Indonesia. Salah satunya adalah melalui pabrik baterai yang dikelola oleh Hyundai LG Indonesia Green Power (HLI Green Power), sebuah perusahaan patungan dengan Hyundai Motor Group.

    “Namun, kami akan melanjutkan bisnis kami yang ada di Indonesia, seperti pabrik baterai Hyundai LG Indonesia Green Power (HLI Green Power), usaha patungan kami dengan Hyundai Motor Group”, lanjutnya.

    Sebelum mengambil keputusan untuk mundur, pihak konsorsium mengaku telah melakukan komunikasi terlebih dahulu dengan Pemerintah Indonesia.

    Namun, mereka tidak mengungkap secara detail siapa yang terlibat dalam diskusi tersebut maupun bagaimana proses pengambilan keputusan dilakukan.

  • EV Chasm Jadi Biang Kerok Konsorsium LG Batal Investasi di Indonesia

    EV Chasm Jadi Biang Kerok Konsorsium LG Batal Investasi di Indonesia

    Jakarta, Beritasatu.com – Konsorsium perusahaan asal Korea Selatan (Korsel) yang dipimpin LG memutuskan untuk mundur dari proyek besar pembangunan rantai pasok untuk baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di Indonesia. Nilai investasi proyek tersebut ditaksir mencapai sekitar 11 triliun won (US$ 7,7 miliar) atau sekitar Rp 129,8 triliun.

    Konsorsium ini terdiri dari LG Chem, LG Energy Solution, LX International Corp, serta sejumlah perusahaan lainnya. Mereka sebelumnya menjalin kerja sama dengan pemerintah Indonesia dan sejumlah BUMN untuk mengembangkan sistem rantai pasok baterai EV yang mencakup seluruh lini produksi, mulai dari hulu hingga hilir.

    Rencana tersebut mencakup pengolahan bahan mentah, material katoda, pembuatan prekursor, hingga produksi sel baterai. Indonesia dipilih karena merupakan produsen nikel terbesar yang merupakan mineral utama dalam pembuatan baterai kendaraan listrik.

    Namun, berdasarkan laporan dari media Korea Yonhap, dikutip Senin (21/4/2025), konsorsium memilih untuk menghentikan proyek tersebut setelah berkoordinasi dengan pihak pemerintah Indonesia. Keputusan ini diambil seiring dengan dinamika baru di industri kendaraan listrik, termasuk fenomena “EV chasm” yang menggambarkan adanya perlambatan sementara permintaan pasar terhadap mobil listrik secara global.

    “Mengacu pada situasi pasar dan juga iklim investasi pada saat ini, kami telah memutuskan untuk menghentikan partisipasi dalam proyek tersebut,” ujar seorang pejabat LG Energy Solution.

    Meskipun konsorsium LG untuk pengembangan baterai EV di Indonesia batal, LG memastikan tetap melanjutkan sejumlah kegiatan usahanya di Indonesia yang telah berjalan, termasuk operasional pabrik baterai Hyundai LG Indonesia Green Power (HLI Green Power), yang merupakan kolaborasi strategis dengan Hyundai Motor Group.

  • Sulteng Targetkan Investasi Rp 162,57 Triliun pada 2025

    Sulteng Targetkan Investasi Rp 162,57 Triliun pada 2025

    Jakarta, Beritasatu.com – Sulawesi Tengah (Sulteng) sukses menarik investasi Rp 139,88 triliun pada 2024. Tahun ini targetnya ditingkatkan menjadi Rp 162,57 triliun atau setara 8,53% dari target nasional.

    Hal itu terungkap dalam pertemuan Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Todotua Pasaribu dengan Gubernur Sulawesi Tengah Anwar Hafid di Kota Palu.

    “Provinsi Sulawesi Tengah telah menunjukkan kinerja luar biasa dengan realisasi investasi sebesar Rp 139,88 triliun pada 2024, melampaui target sebesar 128,27%, dan menempati peringkat kedua secara nasional dalam penanaman modal asing,” ujar Todotua, Jumat (18/4/2025). 

    Todotua bertemu Anwar Hafid membahas pengembangan potensi investasi di Sulteng dan menghadiri Rapat Konsolidasi Target Realisasi Investasi 2025 bersama kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) se-Sulawesi Tengah.

    Dalam pertemuan tersebut, Todotua menyampaikan pemerintah pusat menargetkan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8%, dengan kebutuhan realisasi investasi mencapai Rp 13.032,8 triliun hingga 2029. 

    Sebanyak 86,65% dari target tersebut diharapkan berasal dari investasi swasta. Oleh karena itu, pemerintah daerah seperti Sulteng memiliki peran krusial dalam menarik investasi langsung.

    Kontribusi terbesar investasi Sulteng berasal dari sektor logam dasar, kimia, farmasi, pertambangan, serta kawasan industri. 

    Kabupaten Morowali menjadi penyumbang tertinggi investasi di Sulteng berkat pengembangan industri hilirisasi nikel dan ekosistem baterai kendaraan listrik. 

    Todotua juga meninjau Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Palu guna mengevaluasi kesiapan infrastruktur dan potensi pengembangan investasi berkelanjutan di kawasan tersebut.

    Dalam kunjungan itu, ia mengunjungi sejumlah perusahaan hilirisasi, khususnya di sektor pertambangan dan perkebunan, seperti PT Asbuton Jaya Abadi yang bergerak di bidang perdagangan besar bahan bakar padat, cair, dan gas, dengan nilai investasi Rp 55,7 miliar. 

    Kemudian PT Hong Thai Internasional, yang mengelola pengolahan getah pinus, dengan investasi sebesar Rp 26,15 miliar, serta PT Wanhong Nonferrous Recycling Utilization, perusahaan smelter tembaga dengan nilai investasi mencapai Rp 296,2 miliar.

    “Investasi bukan hanya soal angka, tetapi juga dampaknya bagi masyarakat, seperti penciptaan lapangan kerja, pemerataan ekonomi, dan peningkatan kesejahteraan,” tegas Todotua.

    Kunjungan ini menjadi langkah konkret pemerintah pusat dalam memastikan kelancaran dan keberlanjutan investasi di kawasan strategis. 

    “Kami mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk menjadikan Sulawesi Tengah sebagai model sinergi investasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat,” pungkasnya.

    Dengan dukungan pemerintah daerah dan semangat gotong royong, Sulteng diharapkan terus menjadi motor penggerak investasi nasional sekaligus memperkuat perannya dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

  • Bahan Baku Baterai Ini Jadi Andalan Indonesia Menuju Swasembada Energi!

    Bahan Baku Baterai Ini Jadi Andalan Indonesia Menuju Swasembada Energi!

    Jakarta: Perjalanan Indonesia menuju swasembada energi makin nyata. Salah satu pemain pentingnya? PT Pertamina Petrochemical Trading atau Pertachem, anak usaha dari PT Pertamina Patra Niaga. 
     
    Lewat produk petrokimia bernilai tambah tinggi seperti Green Coke, Pertachem ikut mendorong agenda hilirisasi industri nasional dan memperkuat ketahanan energi dalam negeri.

    Apa itu green coke?
    Green Coke, atau petroleum coke, adalah produk padat karbon hasil proses pemanasan minyak bumi melalui unit Delayed Coking Unit (DCU). Produk ini berwarna hitam, kaya energi, dan punya berbagai fungsi penting di sektor industri.
     
    Green Coke diproduksi oleh Pertamina Group di Refinery Unit II Dumai dan PT Kilang Pertamina Internasional. Produk ini bukan sekadar bahan bakar alternatif, tetapi juga bahan baku utama dalam pembuatan anoda baterai, pengolahan aluminium, logam, hingga sebagai penambah kadar karbon pada industri baja.

    Dengan kadar sulfur rendah (0,5 persen) dan ash content hanya 0,1 persen, Green Coke yang dipasarkan Pertachem juga ramah lingkungan dan punya nilai kalor tinggi (sekitar 7.500-8.500 Cal/kg). Kualitas ini membuatnya kompetitif di pasar global.
     

    Kolaborasi strategis menuju ekosistem energi mandiri
    Pada April 2025, Pertachem menandatangani perjanjian penjualan Green Coke dengan PT Indonesia BTR New Energy Material, salah satu produsen anoda terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok. 
     
    Langkah ini jadi titik penting dalam rantai pasok energi, khususnya untuk mendukung pengembangan baterai kendaraan listrik dan perangkat elektronik.
     
    “Salah satu portfolio produk Pertachem, Green Coke menjadi bagian penting dalam rantai pasok energi. Pertachem hadir untuk memenuhi kebutuhan Green Coke yang tentunya hal ini diharapkan dapat mewujudkan swasembada energi nasional,” kata Direktur Utama PT Pertachem, Oos Kosasih dalam keterangan tertulis, Jumat, 18 April 2025.
     
    Pertachem optimistis tren pasar Green Coke akan terus meningkat, seiring naiknya permintaan anoda baterai secara global. 
     
    “Pemasaran Green Coke diproyeksikan akan mengalami tren positif yang signifikan khususnya untuk pemenuhan kebutuhan anoda baterai di pasar global,” tambah Oos Kosasih.
    Indonesia punya potensi jadi pemain kunci
    Sementara itu, Presiden Direktur PT Indonesia BTR New Energy Material, Wu Lei mengapresiasi dukungan Pertamina karena telah memenuhi bahan baku produksi anoda yaitu Green Coke. Kedepannya dengan meningkatnya produksi anoda hingga 160.000 ton per tahun, harapannya kerja sama ini dapat terus berlanjut dan dapat memberikan dampak positif terhadap perekonomian Indonesia. 
     
    “Dengan kapasitas produksi tersebut Indonesia berpotensi menjadi pemain utama sebagai pemasok anoda di industri baterai global,” imbuh Wu Lei.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Menambang Sambil Menjaga Alam: Cerita dari Pulau Obi

    Menambang Sambil Menjaga Alam: Cerita dari Pulau Obi

    Halmahera Selatan: Di tengah derasnya arus transisi energi global, Pulau Obi di Maluku Utara menjadi saksi bagaimana aktivitas pertambangan dapat dijalankan berdampingan dengan upaya pelestarian lingkungan. Di pulau ini, nikel, salah satu mineral penting dalam rantai pasok baterai kendaraan listrik-diproses tidak hanya untuk memenuhi permintaan industri global, tetapi juga dengan komitmen terhadap keberlanjutan.
     
    Aktivitas pertambangan dan pengolahan nikel di wilayah ini dilakukan dengan pendekatan yang mengedepankan pengelolaan lingkungan. Harita Nickel, perusahaan pertambangan dan pengolahan nikel di wilayah ini memiliki fasilitas refinery High Pressure Acid Leaching (HPAL) yang mengolah bijih nikel berkadar rendah atau limonit, yang sebelumnya dianggap tidak bernilai ekonomis menjadi bahan baku baterai kendaraan listrik.
     
    Seiring meningkatnya kebutuhan akan baterai kendaraan listrik, teknologi ini menjadi semakin relevan. “Sekarang dengan booming-nya baterai, otomatis permintaan terhadap MHP (mixed hydroxide precipitate) akan semakin besar,” ujar Head of Technical Support Harita Nickel, Rico Windy Albert di Kawasan Industri Obi beberapa waktu lalu.

     
    Selain teknologi HPAL, di kawasan ini beroperasi smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) untuk memproduksi ferronickel, bahan baku untuk memproduksi stainless steel. Dua pendekatan ini menunjukkan bagaimana sektor industri mineral di Indonesia mulai bertransformasi ke arah pemanfaatan sumber daya secara lebih menyeluruh.
     
    Namun, di samping menambang dan melakukan pengolahan bijih nikel, aspek lingkungan tak dikesampingkan. Contohnya adalah reklamasi lahan pascatambang menjadi salah satu fokus utama. Menurut Direktur Health, Safety, and Environment (HSE) Harita Nickel, Tonny H Gultom, sekitar 236 hektare lahan telah direklamasi. Menariknya, proses reklamasi ini bahkan dilakukan sebelum seluruh areal tambang selesai dikelola. 
     

    Pepohonan yang rimbun di area reklamasi dan revegetasi Harita Nickel di Pulau Obi, Maluku Utara. (Foto: Dok.)
     
    Lahan yang telah direklamasi ditanami kembali dengan vegetasi lokal, menciptakan lanskap hijau yang secara bertahap akan memulihkan ekosistem daratan. Hasilnya memang tidak instan, tapi dalam beberapa tahun ke depan, kawasan ini diproyeksikan akan kembali hijau dan produktif. 
     

    Tim Environmental Marine Harita Nickel memantau kubus berongga sebagai wadah pertumbuhan terumbu karang di perairan Kawasi, Pulau Obi. (Foto: Dok)
     
     

     
    Tidak hanya di darat, laut pun mendapat perhatian. Sisa hasil pengolahan dari smelter RKEF berupa slag nikel dimanfaatkan sesuai dengan prinsip ekonomi sirkular untuk bahan konstruksi. Sisa hasil pengolahan yang berbentuk butiran pasir halus hingga kasar diolah lebih lanjut menjadi batako hingga reef cube (kubus berongga) yang diletakkan di dasar laut untuk wadah pertumbuhan terumbu karang. 
     

     
    Menurut Environmental Marine Manager Harita Nickel, Windy Prayogo, sejak program terumbu karang buatan dimulai pada Oktober 2022, pertumbuhan karang alami mulai terlihat. Dalam kurun waktu dua tahun, karang-karang tersebut sudah mencapai ukuran hampir 12,9 sentimeter.
     
    Sementara itu, untuk mencegah limpasan sedimen dari kawasan tambang mencemari perairan, dibangun kolam endapan atau sediment pond. Dengan metode pengendapan menggunakan bahan khusus, lumpur dipisahkan dari air sebelum dirilis ke perairan. Pemantauan rutin menunjukkan bahwa kualitas air laut di sekitar tambang tetap dalam ambang baku mutu lingkungan.
     

    Gambar aerial perairan Kawasi di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara. (Foto: Dok.)
     
    Cerita dari Pulau Obi ini memperlihatkan bahwa industri ekstraktif tidak harus meninggalkan jejak kerusakan. Dengan pendekatan yang tepat, kolaborasi antara teknologi dan kepedulian lingkungan bisa menghadirkan dampak yang positif—bukan hanya bagi industri, tetapi juga bagi alam dan masyarakat yang hidup di sekitarnya.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ROS)

  • ANTAM Catatkan Pendapatan Tertinggi Sepanjang Sejarah di 2024, Laba Melonjak Jadi Rp3,85 Triliun – Halaman all

    ANTAM Catatkan Pendapatan Tertinggi Sepanjang Sejarah di 2024, Laba Melonjak Jadi Rp3,85 Triliun – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau ANTAM kembali mencatatkan pencapaian positif dalam kinerja keuangan di tahun buku 2024.

    Anggota holding BUMN industri pertambangan MIND ID tersebut berhasil mencetak pendapatan tertinggi sepanjang sejarah sebesar Rp69,19 triliun.

    Perusahaan juga mencatatkan laba tahun berjalan senilai Rp3,85 triliun—melonjak 25 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp3,08 triliun.

    Direktur Utama ANTAM Nicolas D. Kanter menyampaikan, capaian ini merupakan buah dari ketangguhan dan strategi manajemen perusahaan dalam merespon tantangan pasar serta optimalisasi kinerja operasional secara berkelanjutan.

    “ANTAM berhasil menunjukkan daya saing dan resiliensi tinggi di tengah fluktuasi harga komoditas serta perubahan regulasi. Kami tidak hanya bertahan, tetapi juga tumbuh dan mencetak kinerja keuangan terbaik sepanjang sejarah perusahaan,” ungkap Nico Kanter dikutip Rabu, 9 April 2025.

    Seiring dengan peningkatan laba, ANTAM juga mencatatkan pertumbuhan EBITDA sebesar 3% menjadi Rp6,73 triliun dari sebelumnya Rp6,55 triliun.

    Laba kotor naik 3% menjadi Rp6,50 triliun, dan laba usaha meningkat 15% menjadi Rp3,00 triliun dari Rp2,62 triliun di tahun 2023.

    Efisiensi turut menjadi kunci. Beban usaha perusahaan turun 5% menjadi Rp3,50 triliun, terutama karena penurunan biaya logistik dan asuransi akibat kendala perizinan yang sempat memengaruhi penjualan nikel dan bauksit.

    Dari sisi neraca, total aset ANTAM naik 4 persen menjadi Rp44,52 triliun, dan ekuitas tumbuh menjadi Rp32,20 triliun.

    Perusahaan juga melakukan pelunasan investasi sebesar Rp1,68 triliun pada akhir 2024, membuka ruang tambahan bagi pendanaan pengembangan bisnis di masa mendatang.

    Ditopang Pendapatan Emas

    Komoditas emas menjadi tulang punggung pendapatan ANTAM pada FY24 dengan kontribusi signifikan sebesar Rp57,56 triliun—melonjak 120 persen dibandingkan FY23 sebesar Rp26,12 triliun seiring dengan tren kenaikan harga emas dunia dan permintaan domestik yang tinggi.

    Volume penjualan emas juga mencetak rekor tertinggi mencapai 43.776 kg (1.407.431 troy oz.), tumbuh 68 persen dari 26.129 kg (840.067 troy oz.) di tahun sebelumnya. Seluruh penjualan emas difokuskan ke pasar domestik.

    “Kami bersyukur masyarakat Indonesia terus menjadikan produk logam mulia ANTAM sebagai pilihan utama dalam berinvestasi emas. Ini terlihat dari tingginya penjualan emas kami, yang seluruhnya didistribusikan ke pasar dalam negeri,” ujar Nico Kanter.

    ANTAM memperkuat kanal distribusi dengan menyediakan produk logam mulia melalui berbagai saluran, termasuk website resmi www.logammulia.com, marketplace seperti Tokopedia, Shopee, Blibli, TikTok Shop, serta jaringan Butik Emas di 12 kota besar di Indonesia.

    Selain emas, segmen nikel juga memberikan kontribusi sebesar Rp9,50 triliun atau 14 persen dari total pendapatan, meskipun dihadapkan pada tantangan pasar dan hambatan perizinan. 

    Volume produksi feronikel mencapai 20.103 ton nikel dalam feronikel (TNi), dengan penjualan 19.452 TNi ke pasar ekspor, seperti Tiongkok, India, dan Korea Selatan.

    Sementara itu, produksi bijih nikel mencapai 9,94 juta wet metric ton (wmt), dengan penjualan 8,35 juta wmt, seluruhnya untuk pasar domestik, baik ke smelter ANTAM sendiri maupun pihak ketiga.

    Adapun penjualan dari segmen bauksit dan alumina mencapai Rp1,80 triliun, naik 7 persen dari Rp1,69 triliun pada FY23.

    ANTAM memproduksi 1,33 juta wmt bauksit dengan penjualan 736 ribu wmt. Tantangan perizinan dan belum masifnya hilirisasi di sektor ini menjadi faktor pembatas pertumbuhan.

    Untuk alumina, melalui entitas anak PT Indonesia Chemical Alumina (ICA), produksi mencapai 147.826 ton, dengan penjualan 177.178 ton—naik 24 persen dari tahun sebelumnya.

    Praktik Tambang yang Berkelanjutan

    Nico mengatakan, komitmen ANTAM terhadap prinsip good mining practices terus membuahkan hasil.

    Tahun 2024, perusahaan meraih berbagai penghargaan dari Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER) oleh KLHK, termasuk dua Peringkat Emas (UBP Emas dan UBP Bauksit Kalbar), satu Hijau, serta beberapa Biru untuk unit dan anak usaha lainnya.

    “Pengakuan ini menjadi bukti bahwa ANTAM menjalankan operasional yang bertanggung jawab, tidak hanya mengutamakan profit, tapi juga dampak sosial dan lingkungan,” kata Nico Kanter.

    Sepanjang 2024, ANTAM menandatangani beberapa kerja sama penting, di antaranya perjanjian dengan PT Freeport Indonesia (PTFI) untuk pasokan minimal 30 ton emas per tahun dengan kemurnian 99,99%. Bahan baku ini akan diproses menjadi logam mulia oleh ANTAM.

    Perusahaan juga melakukan pembelian lahan di kawasan industri JIIPE Gresik untuk pengembangan fasilitas pengolahan logam mulia, memperkuat ekosistem hilirisasi emas nasional.

    Untuk sektor nikel, ANTAM melanjutkan keterlibatannya dalam pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik (EV Battery) di Indonesia melalui berbagai proyek strategis, meskipun detail perkembangan proyek ini belum sepenuhnya diumumkan.

    Dengan fundamental yang kuat, ANTAM siap melanjutkan kinerja positifnya di 2025. Strategi penguatan hilirisasi, ekspansi pasar domestik, dan keberlanjutan lingkungan menjadi pilar utama pertumbuhan perusahaan ke depan.

    “Kami optimistis bahwa ANTAM akan terus tumbuh secara berkelanjutan dan memberikan kontribusi nyata bagi industri pertambangan nasional, masyarakat, serta pemegangn saham,” ujarnya.

     

  • 16 Juta Orang Mudik ke Jawa Timur, Gubernur Khofifah Ingatkan Destinasi Wisata Beri Layanan Terbaik

    16 Juta Orang Mudik ke Jawa Timur, Gubernur Khofifah Ingatkan Destinasi Wisata Beri Layanan Terbaik

    Liputan6.com, Banyuwangi – Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengingatkan agar pihak-pihak yang berkaitan dengan kepariwisataan menyiapkan diri untuk memberi pelayanan terbaik jelang libur Lebaran 2025.

    Khofifah menyebut, Jawa Timur tetap menjadi salah satu daerah tujuan wisata secara nasional. Jatim berada di urutan kedua di bawah Jawa Tengah.

    “Jadi semua harus bersiap-siap memberikan layanan terbaik,” kata Khofifah saat meninjau arus mudik di Pelabuhan Ketapang Banyuwangi, Jumat (28/3/2025).

    Khofifah menyebut, jumlah pemudik yang keluar dari Jatim berjumlah sekitar 14,2 juta orang. Sementara pemudik yang masuk ke Jatim sebanyak 16,8 juta orang.

    “Sehingga ada tambahan 2,6 juta orang yang ada di Jatim,” sambungnya.

    Khofifah berharap, wisata di Jatim selama libur Lebaran akan berlangsung aman dan nyaman. Maka dari itu, ia mewanti-wanti agar setiap pengelola destinasi dan pihak terkait lainnya menaati peringatan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

    “Pokoknya berangkat bahagia, pulang bahagia. Kalau kata Pak Kapolda, berangkat selamat, pulang selamat. semua harus bersama-sama membangun kewaspadaan,” tuturnya.

    Sebelumnya Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani telah memerintahkan seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan pihak terkait untuk memfasilitasi dan memperlancar para pemudik serta wisatawan saat berkunjung ke Banyuwangi. 

    Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dan pengelola wisata telah diinstruksikan untuk memantau kesiapan seluruh tempat wisata.

    “Kami berharap semua pemudik maupun wisatawan yang berkunjung ke Banyuwangi ini merasa nyaman dan senang selama di Banyuwangi,” kata Bupati Ipuk.

    Selain itu, pemkab telah melengkapi sejumlah destinasi dengan pos pengamanan terpadu. Seperti di Pantai Grand Watudodol yang dilengkapi gabungan personel dari TNI Polri, pemkab hingga pengelola destinasi. Mulai tim pengamanan, kesehatan, dan pokdarwis terlibat dalam pos tersebut. 

    Di Grand Watudosol juga ada stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) PLN untuk mengisi daya baterai kendaraan listrik. Ada tiga soket tersedia di GWD6.

    “Karenanya kami ingin semua pengelola wisata di Banyuwangi benar-benar mempersiapkan dengan baik mulai fasilitas penunjangnya, kebersihan dan keamanan pengunjung agar wisatawan merasa aman dan nyaman juga mendapatkan pengalaman terbaik saat berlibur di Banyuwangi,” kata Ipuk. 

     

    Heboh Embun Es Muncul pada Musim Penghujan, Pertanda Apa

  • Enggak Usah Takut Mudik Naik Mobil Listrik, Aman Berkat Hal Ini

    Enggak Usah Takut Mudik Naik Mobil Listrik, Aman Berkat Hal Ini

    Jakarta

    Mudik merayakan Hari Raya Idul Fitri 2025 naik mobil listrik kini tak perlu was-was lagi. Kondisi yang sangat jauh berbeda dibandingkan, setidaknya, lima tahun lalu.

    Tentu hal tersebut bukan tanpa alasan, soalnya kini PT PLN (Persero) makin serius untuk mendirikan SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum) demi memberikan pelayanan terbaik bagi pemilik mobil listrik.

    Bayangkan saja, dalam aplikasi PLN Mobile tercatat ada 531 lokasi untuk tukar baterai (motor listrik), 3.622 Charger SPKLU, 9.601 unit SPLU, dan 36 SPKLU R2 (Roda Dua). Dengan perencanaan perjalanan yang matang, pemilik mobil listrik bisa tenang mudik ke kampung halaman.

    Pencapaian PT PLN (Persero) untuk memberikan layanan ini tidak main-main, karena hanya dalam waktu beberapa bulan PLN terus menambah fasilitas pengisian baterai kendaraan listrik mereka di Indonesia. PT PLN (Persero) menyebut pengguna kendaraan listrik pada lebaran 2025 diprediksi naik lima kali lipat. Mencapai 21.570 kendaraan, atau naik dari 4.314 kendaraan pada tahun lalu.

    “Sebagai tulang punggung ketenagalistrikan nasional, PLN siap mendukung penuh masyarakat yang melakukan perjalanan mudik menggunakan EV,” kata Direktur Ritel dan Niaga PLN Edi Srimulyanti dikutip Antara.

    Untuk mendukung penggunaan mobil listrik, PLN sudah menyiapkan 1.000 unit SPKLU di sepanjang jalur mudik Trans Jawa-Sumatera. Menurut Edi, juga terdapat total 3.529 unit SPKLU yang dioperasikan PLN bersama mitra, tersebar di 2.400 titik seluruh Indonesia.

    Jasa Marga Siapkan 22 SPKLU di Rest Area Tol saat Mudik, Ini Lokasinya Foto: Dok. Jasa Marga

    Lebih rinci, jumlah SPKLU di Sumatera sebanyak 431 unit, Jawa 2.448 unit, Bali 166 unit, Kalimantan 215 unit, Sulawesi 145 unit, Maluku 26 unit, Nusa Tenggara 72 unit dan Papua 26 unit.

    “Guna memastikan para pemudik nyaman dalam melakukan pengisian daya, PLN juga menyiagakan sebanyak 12 unit SPKLU mobile yang tersebar di jalur Trans Jawa-Sumatera. Keberadaan unit ini juga penting khususnya dalam membantu pemudik EV jika sewaktu-waktu kehabisan daya di perjalanan,” kata Edi.

    Bagi Anda para pengguna mobil listrik yang ingin melakukan perjalanan mudik lebaran, ada beberapa hal juga yang harus diperhatikan. Pertama, harus melakukan perencanaan perjalanan, siapkan beberapa skema untuk beristirahat sekaligus mengisi ulang daya baterai. Anda juga harus memetakan lokasi SPKLU yang tersebar di sepanjang rute perjalanan yang telah direncanakan. Catat nomor darurat yang penting.

    Kedua, perhatikan juga gaya berkendara, jangan terlalu agresif yang membuat baterai mobil cepat habis. Soalnya, berbeda dengan mobil konvensional yang lebih boros energi saat melaju dengan kecepatan rendah di jalanan macet, mobil listrik justru lebih boros energi saat digunakan di kecepatan tinggi seperti di jalan tol.

    Ketiga, manfaatkan fitur canggih kendaraan dengan maksimal. Sebagai salah satu contohnya, gunakanlah Cruise Control.

    Bagaimana detikers, dijamin nggak bakal takut lagi mengendarai kendaraan listrik untuk balik ke kampung halaman, kan?

    (lth/din)

  • Belajar dari negara yang selamatkan anggaran

    Belajar dari negara yang selamatkan anggaran

    Defisit Rp31,2 triliun bukanlah akhir dari cerita, melainkan panggilan untuk transformasi

    Jakarta (ANTARA) – Pada Februari 2025, Indonesia menghadapi defisit anggaran belanja sebesar Rp31,2 triliun, sebuah kondisi yang mempertegas urgensi reformasi manajemen keuangan publik.

    Defisit ini muncul di tengah tekanan geopolitik global, pergeseran demografi, dan ketidakpastian ekonomi pasca-pandemi.

    Seperti diungkapkan dalam berbagai artikel di media massa, paradigma lama pengelolaan keuangan publik yang hanya berfokus pada pemotongan belanja, peningkatan utang, atau kenaikan pajak telah terbukti tidak memadai.

    Indonesia perlu belajar dari kesuksesan negara lain, seperti Singapura dan negara-negara Eropa, yang mengoptimalkan aset publik untuk menciptakan aliran pendapatan baru.

    Sebagian besar negara, termasuk Indonesia, masih mengadopsi sistem akuntansi berbasis kas (cash-based accounting), yang hanya mencatat transaksi saat uang fisik berpindah. Sistem ini mengabaikan nilai aset dan kewajiban jangka panjang, seperti properti pemerintah, infrastruktur, atau pensiun pegawai negeri.

    Padahal, akuntansi akrual yang mencatat pendapatan dan pengeluaran saat terjadi, bukan saat kas diterima, dapat memberikan gambaran utuh kesehatan fiskal. Contohnya, kota Pittsburgh di AS menemukan nilai aset propertinya 70 kali lebih tinggi dari catatan keuangan resmi. Jika dikelola dengan baik, aset ini bisa menghasilkan pendapatan non-pajak yang signifikan.

    Di sisi lain, kegagalan mengelola kewajiban non-utang seperti pensiun pegawai negeri atau liabilitas BUMN juga memperparah defisit. Menurut IMF, rasio kewajiban pensiun pemerintah di Indonesia mencapai 45 persen dari PDB pada 2023, tetapi ini jarang dimasukkan dalam perdebatan fiskal.

    Padahal, negara seperti Swedia dan Kanada telah membuktikan bahwa transparansi liabilitas jangka panjang melalui laporan neraca sektor publik mendorong kebijakan yang lebih berkelanjutan.

    Pemerintah perlu mempercepat transisi ke akuntansi akrual seperti yang dilakukan Selandia Baru. Membentuk sistem pelaporan aset publik yang transparan, termasuk properti, BUMN, dan infrastruktur strategis. Mengadopsi metrik nilai bersih sektor publik (public-sector net worth) sebagai indikator utama kesehatan fiskal.

    Singapura (melalui Temasek Holdings) dan Malaysia (via Khazanah Nasional) telah membuktikan bahwa pengelolaan aset komersial melalui dana kekayaan publik (PWFs) dapat menghasilkan pendapatan besar.

    Temasek, misalnya, mengelola portofolio senilai $315 miliar pada 2024, menyumbang sekitar 20 persen belanja pemerintah Singapura melalui hasil investasi. PWFs dirancang untuk memaksimalkan keuntungan bagi pembayar pajak, terlepas dari campur tangan politik.

    Selama enam dekade terakhir, Singapura telah membangun salah satu portofolio kekayaan negara terbesar di dunia, dengan aset yang terbagi di antara Temasek dan dua dana kekayaan negara (SWF) yaitu GIC dan Otoritas Moneter Singapura.

    Secara kolektif, aset dana-dana ini diperkirakan bernilai tiga hingga empat kali lipat PDB tahunan Singapura melebihi SWF negara-negara kaya hidrokarbon seperti Norwegia dan Arab Saudi.

    Tanpa sumber daya alam, bahkan tanpa kemampuan menghasilkan listrik saat merdeka pada 1965, kesuksesan Singapura digerakkan oleh kerja keras, inovasi, dan disiplin finansial. Saat ini, sekitar seperlima belanja pemerintahnya dibiayai dari hasil investasi dana kekayaan negara, yang menyumbang aliran pendapatan rata-rata setara 3,4% PDB per tahun dalam lima tahun terakhir hampir menyamai pendapatan pajak korporasi Singapura.

    Secara hukum, separuh dari laba investasi bersih dana tersebut wajib diinvestasikan kembali untuk menjamin stabilitas finansial jangka panjang.

    Indonesia memiliki aset serupa yang belum tergarap. Kementerian BUMN mencatat nilai aset BUMN mencapai Rp11.000 triliun (2023), tetapi kontribusinya ke APBN hanya Rp60 triliun/tahun. Bandingkan dengan Malaysia, di mana Khazanah Nasional, PWFs milik pemerintah menyumbang 5% dari PDB melalui pengelolaan aset strategis.

    Jika Indonesia membentuk PWFs nasional untuk mengonsolidasi aset BUMN, properti pemerintah, dan lahan militer yang idle, defisit Rp31,2 triliun bisa tertutup hanya dari peningkatan efisiensi 3-5 persen saja.

    Indonesia perlu membentuk PWFs di tingkat nasional dan daerah untuk mengelola aset seperti properti pemerintah, BUMN, dan infrastruktur dan juga menjamin independensi PWFs melalui dewan direksi profesional dan target komersial yang jelas.

    Namun, pembentukan PWFs harus disertai reformasi hukum dan transparansi. Kasus Birmingham, Inggris, yang bangkrut pada 2023 karena salah urus aset, menjadi peringatan: penjualan aset publik secara terburu-buru hanya akan merugikan negara.

    Alih-alih menjual aset, pemerintah harus memaksimalkan pendapatan operasionalnya. Misalnya, Gedung DPR Senayan atau kompleks militer di daerah strategis bisa disewakan untuk kegiatan komersial dengan skema public-private partnership.

    Kita ketahui bahwa kebijakan fiskal Trump ditandai oleh pemotongan pajak korporasi (Tax Cuts and Jobs Act 2017) dan pengurangan belanja sosial, yang meningkatkan defisit AS hingga 3.1 triliun dolar AS padaDana kekayaan publik 2020.

    Pendekatan ini seperti dikritik dalam beberapa artikel dianggap “ceroboh” karena mengorbankan layanan publik dan mengabaikan pengelolaan aset.

    Dampak bagi Indonesia adalah ketidakpastian perdagangan. Kebijakan proteksionis Trump (misalnya perang dagang dengan China) mengganggu ekspor Indonesia, terutama komoditas seperti minyak sawit. Penurunan investasi AS. Iklim kebijakan yang tidak stabil mengurangi minat investor AS di pasar emerging seperti Indonesia.

    Kita bandingkan dengan administrasi Biden ysng lebih fokus pada pemulihan ekonomi melalui paket infrastruktur 1.2 triliun dolar AS (Infrastructure Investment and Jobs Act) dan insentif hijau (Inflation Reduction Act). Kebijakan ini menciptakan stabilitas global dan peluang bagi Indonesia berupa peningkatan kerja sama hijau. Stabilitas kebijakan AS di bawah Biden mendorong aliran investasi asing (FDI) ke Indonesia. Program transisi energi Biden membuka peluang pendanaan untuk proyek EBT di Indonesia.

    Permintaan AS untuk produk seperti baterai kendaraan listrik dan komponen elektronik meningkat. Namun, tekanan standar lingkungan dari kebijakan hijau Biden juga memaksa Indonesia mempercepat reformasi subsidi energi.

    Pada 2024, alokasi subsidi BBM Indonesia mencapai Rp350 triliun, dana yang bisa dialihkan ke sektor produktif jika defisit ingin dikendalikan.

    Implikasi Kebijakan

    Pertama, reformasi akuntansi dan transparansi. Kementerian Keuangan perlu memperkuat kapasitas SDM dan sistem IT untuk transisi ini. Pelatihan akuntansi sektor publik harus menjadi prioritas. Portal data harus terbuka dengan membuat platform digital yang memetakan nilai aset pemerintah secara real-time, mirip dengan sistem land registry di Singapura.

    Kedua, optimalisasi aset melalui PWFs untuk tingkat nasional dapat dilakukan dengan membentuk badan mirip Temasek untuk mengelola BUMN strategis (misalnya Pertamina, PLN) dengan prinsip komersial. Ini sudah dilakukan dengan dibentuknya badan pengelola investasi Danantara namun untuk tingkat daerah, kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya dapat membentuk PWFs untuk mengembangkan properti pemerintah menjadi pusat bisnis atau perumahan terjangkau.

    Ketiga, mitigasi risiko defisit dengan menghindari penjualan aset likuid. Alih-alih menjual aset untuk menutup defisit (seperti kasus TfL di London), pemerintah harus meningkatkan pendapatan operasional aset tersebut. Perlu dilakukan negosiasi ulang suku bunga utang luar negeri dan diversifikasi sumber pendanaan.

    Keempat, sinergi dengan kebijakan global dapat dilakukan dengan memanfaatkan pendanaan iklim. Program seperti Just Energy Transition Partnership (JETP) senilai 20 miliar dolar AS bisa digunakan untuk mengurangi defisit energi. Penting juga untuk memperkuat kerja sama dengan IMF dan World Bank untuk memperoleh asistensi teknis dalam reformasi akuntansi.

    Defisit Rp31,2 triliun bukanlah akhir dari cerita, melainkan panggilan untuk transformasi. Indonesia harus belajar dari kegagalan Eropa dan AS yang mengabaikan nilai aset publik, serta mencontoh kesuksesan Singapura dalam mengelola kekayaan negara. Dengan mengadopsi akrual akuntansi, membentuk PWFs, dan memanfaatkan momentum kerja sama global di era Biden, Indonesia dapat mengubah defisit menjadi peluang pertumbuhan.

    Indonesia perlu membangun budget culture yang menghargai transparansi, akuntabilitas, dan inovasi. Jika tidak, kita hanya akan terus mengulangi kesalahan yang sama yaitu mengelola anggaran dengan kalkulator, tetapi mengabaikan neraca.

    Langkah ini tidak hanya adil bagi generasi mendatang, tetapi juga memperkuat ketahanan ekonomi dalam menghadapi gejolak geopolitik. Kelangsungan hidup bergantung pada tindakan kini dan waktu Indonesia untuk bertindak semakin sempit.

    *) Dr.Aswin Rivai,SE.,MM adalah Pemerhati Ekonomi, Dosen FEB-UPN Veteran, Jakarta

    Copyright © ANTARA 2025

  • Indonesia Perkuat Keja Sama dengan Korsel di Sektor Energi Bersih dan EV

    Indonesia Perkuat Keja Sama dengan Korsel di Sektor Energi Bersih dan EV

    JAKARTA – Indonesia memperkuat kerja sama dengan Korea Selatan (Korsel) di sektor energi bersih dan kendaraan listrik (EV) guna mendukung target penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 31,89 persen pada 2030.

    Dalam rangka mempercepat upaya tersebut, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menerima kunjungan EVP & President of Advanced Materials Company LG Chem Dong Choon Kim beserta delegasi di Jakarta.

    “Dukungan LG Group bagi pengembangan ekosistem kendaraan listrik dan secara luas untuk pengembangan energi bersih di Indonesia sangat kami butuhkan dan semoga dapat terus ditingkatkan,” ujar Airlangga dalam keterangannya, di Jakarta, dikutip Antara, Sabtu, 22 Maret.

    Dalam pertemuan tersebut, kedua pihak membahas berbagai peluang kerja sama strategis, khususnya dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik dan investasi di sektor energi hijau.

    Meskipun menghadapi tantangan berupa penurunan permintaan global terhadap kendaraan listrik, Menko Airlangga dan Vice President Kim sepakat bahwa masih terdapat potensi besar dalam pengembangan sektor ini di Indonesia.

    LG Chem menyampaikan apresiasi atas dukungan pemerintah Indonesia terhadap LG Group, yang telah lama beroperasi di sektor manufaktur di tanah air.

    “Bagi kami, Indonesia akan selalu menjadi mitra strategis bagi LG Chem, terutama di sektor industri hijau,” ujar Vice President Kim.

    LG Chem juga menyoroti peran mereka dalam rantai pasok kendaraan listrik global, termasuk kolaborasi melalui LG Energy Solution dan Hyundai yang telah membangun pabrik sel baterai kendaraan listrik di Karawang Jawa Barat. Pembangunan pabrik ini dilakukan dalam dua tahap.

    Tahap pertama dengan kapasitas 10 gigawatt jam (GWh) telah rampung pada 2024, sementara tahap kedua dengan kapasitas 20 GWh saat ini sedang dalam proses pembangunan.

    LG Chem juga mengapresiasi dukungan Pemerintah dalam merealisasikan grand package plan yang mendorong percepatan investasi di sektor ini.

    Selain di sektor kendaraan listrik, LG Chem juga menawarkan potensi kerja sama di bidang biodegradable plastic dengan memanfaatkan teknologi yang dimilikinya. Tawaran ini disambut baik oleh Airlangga, yang menegaskan komitmen Pemerintah dalam membuka peluang investasi di berbagai proyek energi bersih.

    Salah satu sektor yang menjadi perhatian adalah pengolahan kelapa sawit menjadi Sustainable Aviation Fuel (SAF), dengan Indonesia memiliki potensi besar untuk berkembang.

    Sejalan dengan itu, LG Chem yang baru-baru ini mengembangkan produksi SAF di Korsel, menyatakan ketertarikannya untuk berkolaborasi dalam pengembangan SAF di Indonesia.

    Melalui pertemuan ini, Indonesia dan LG Chem semakin memperkuat kerja sama strategis di sektor energi bersih dan industri kendaraan listrik.