Produk: baterai kendaraan listrik

  • Menperin pastikan mundurnya LG tak pengaruhi pengembangan ekosistem EV

    Menperin pastikan mundurnya LG tak pengaruhi pengembangan ekosistem EV

    Dalam sebuah konsorsium bisnis atau proyek skala besar, pergantian investor merupakan hal yang lazim terjadi

    Jakarta (ANTARA) – Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan mundurnya investasi perusahaan Korea Selatan, LG dari konsorsium proyek baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV), tidak memengaruhi pengembangan ekosistem kendaraan bersih tersebut di tanah air.

    “Dalam sebuah konsorsium bisnis atau proyek skala besar, pergantian investor merupakan hal yang lazim terjadi. Ini tidak mengganggu dari target program pengembangan EV di Indonesia. Akselerasi pengembangan untuk ekosistem kendaraan listrik di Indonesia tetap berjalan sesuai perencanaan dan targetnya, apalagi sudah ada yang berproduksi,” kata Menperin di Jakarta, Kamis.

    Menurut Menperin, saat ini, sudah ada dua perusahaan yang memproduksi baterai untuk motor listrik, yaitu PT Industri Ion Energisindo yang memiliki kapasitas produksi sebanyak 10.000 baterai per tahun dengan investasi sebesar Rp18 miliar, serta PT Energi Selalu Baru yang memiliki kapasitas produksi sebanyak 12.000 baterai per tahun yang memiliki nilai penanaman model Rp15 miliar.

    Sementara itu, terdapat dua industri baterai sel untuk mobil listrik, yaitu PT HLI Green Power, yang merupakan konsorsium antara Hyundai Grup dan LG sebagai produsen sel baterai, dengan kapasitas tahap pertama sebanyak 10 GWh dan total investasi mencapai 1,1 miliar dolar AS atau Rp18,5 triliun.

    Menurut Menperin, industri sel baterai ini akan memasok 150.000 hingga 170.000 unit kendaraan bermotor listrik melalui PT Hyundai Energy Indonesia selaku industri baterai yang memiliki kapasitas produksi mencapai 120 ribu pack baterai kendaraan bermotor listrik dengan total investasi sebesar Rp674 miliar.

    Selanjutnya, PT International Chemical Industry yang memiliki kapasitas produksi mencapai 100 MWh per tahun atau setara dengan 9 juta sel baterai, dengan target total kapasitas produksi sebesar 256 MWh per tahun atau setara dengan 25 juta sel baterai.

    Lebih lanjut, Menperin menyampaikan, selain Hyundai Energy Indonesia terdapat satu produsen baterai pack lain, yaitu PT Gotion Green Energy Solutions Indonesia yang memiliki total nilai investasi lebih dari 8,7 juta dolar AS atau Rp146,8 miliar dengan kapasitas produksi sebesar 17.952 unit per tahun.

    “Perkembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia ini semakin tumbuh, dengan kapasitas yang jauh melampaui perkembangan pasar. Hal ini juga didorong dari berbagai kebijakan strategis dari pemerintah, termasuk memberikan kepastian dan kemudahan usaha, penyusunan roadmap, serta pengoptimalan tingkat komponen dalam negeri (TKDN),” kata Menperin.

    Kemenperin menargetkan, pada 2030, industri otomotif di dalam negeri dapat memproduksi 9 juta unit sepeda motor listrik roda dua dan tiga, serta 600 ribu unit mobil dan bus listrik.

    Target tersebut diharapkan dapat berkontribusi terhadap pengurangan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) sebesar 21,65 juta barel atau setara pengurangan emisi CO2 sebanyak 7,9 juta ton secara total.

    Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

  • Makin banyak, PLN sebut total SPKLU roda empat capai 3.772 unit

    Makin banyak, PLN sebut total SPKLU roda empat capai 3.772 unit

    SPKLU roda dua yang telah terbangun sejak 2021 hingga Maret 2025 telah mencapai 9.956 SPKLU

    Jakarta (ANTARA) – PT PLN (Persero) menyebutkan total jumlah stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) untuk kendaraan roda empat telah mencapai 3.772 unit di seluruh wilayah Indonesia per Maret 2025.

    “SPKLU roda empat per Maret 2025, kita sudah bangun 3.772 unit di seluruh Indonesia,” kata VP Perencanaan dan Strategi Pengembangan Produk Niaga PLN Rudiana Nurhadia saat acara RE Invest Indonesia 2025 dengan tema “Indonesia as the Next EV Production Hub” yang diselenggarakan Tenggara Strategics dan Centre for Strategic dan International Studies (CSIS) Indonesia di Jakarta, Kamis.​​​​​​​

    Dia menyebutkan ribuan SPKLU roda empat itu tersebar di 2.515 lokasi dengan rincian Jawa 2.667 SPKLU di 1.645 lokasi; Sumatera 442 SPKLU di 364 lokasi; dan Kalimantan 217 SPKLU di 170 lokasi.

    Selanjutnya, Sulawesi 148 SPKLU tersebar pada 125 lokasi; Bali dan Nusa Tenggara 246 SPKLU di 167 lokasi; Maluku 25 SPKLU di 25 lokasi; serta di Papua 27 SPKLU di 19 lokasi.

    “Dengan semangat mendukung mobilitas kendaraan listrik, PLN bersama mitra berkolaborasi dalam membangun infrastruktur SPKLU nasional,” ujarnya.

    Selain SPKLU roda empat, Rudiana menyebutkan SPKLU roda dua yang telah terbangun sejak 2021 hingga Maret 2025 telah mencapai 9.956 SPKLU.

    Kemudian, stasiun penukaran baterai kendaraan listrik umum (SPBKLU) atau swap station yang juga telah terbangun sebanyak 2.240 unit.

    “Untuk home charging yang terintegrasi dengan sistem PLN sampai saat ini 33.086 unit,” bebernya.

    PLN menyediakan SPBKLU dengan jenis standar charging, medium charging, fast charging, hingga ultra fast charging agar mampu menjangkau kebutuhan beragam pengguna kendaraan listrik di seluruh wilayah.

    Kendati demikian, Rudiana mengatakan ketersediaan SPKLU masih menjadi tantangan utama dalam mengadopsi kendaraan listrik, karena belum meratanya infrastruktur membuat masyarakat ragu untuk beralih ke kendaraan berbasis energi listrik.

    Sebagai pemegang penugasan dari pemerintah, PLN bertanggung jawab memastikan masyarakat nyaman dan percaya diri untuk mulai menggunakan kendaraan listrik dalam aktivitas sehari-hari mereka.

    Membangun infrastruktur pengisian daya membutuhkan investasi besar, sehingga PLN mengembangkan berbagai model kemitraan sejak tahun 2020 untuk mempercepat pertumbuhan ekosistem EV nasional.

    Saat ini, sekitar 30 persen dari total 3.772 SPKLU roda empat berasal dari kemitraan, dengan 1.450 mesin mitra dan lebih dari 2.700 mitra yang menyediakan lahan, sementara perangkat disiapkan oleh PLN.

    PLN terus mengembangkan skema kemitraan agar pertumbuhan EV dapat terakselerasi secara sehat dan seimbang melalui kolaborasi yang saling menguntungkan antara perusahaan dan mitra.

    Pewarta: Muhammad Harianto
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

  • Hyundai Pastikan Pabrik Baterai di RI Tak Terdampak Hengkangnya LG

    Hyundai Pastikan Pabrik Baterai di RI Tak Terdampak Hengkangnya LG

    Bisnis.com, JAKARTA — PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) memastikan pabrik sel baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) milik PT Hyundai LG Indonesia (HLI) Green Power tetap beroperasi, usai mitranya LG Energy Solution hengkang dari Proyek Titan, kerja sama rantai pasok baterai EV dengan Indonesia Battery Coorporation (IBC).

    Head of Corporate Strategy Hyundai Motors Indonesia (HMID) Hendry Pratama mengatakan, pabrikan sel baterai HLI atau Proyek Omega telah berjalan dan memproduksi sel baterai EV sejak Juli 2024 hingga saat ini. 

    “HLI ini role-nya adalah memproduksi battery cells yang sekarang sudah berjalan sejak Juli 2024 dan atas berita itu tidak ada hubungan langsung dari operasional HLI di Indonesia,” ujar Hendry dalam agenda Indonesia as the Next EV Production Hub, Kamis (24/4/2025). 

    Dia pun menyebutkan bahwa perusahaan patungan Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution itu telah memiliki sumber bahan baku atau raw material yang tidak terikat dengan ekosistem Proyek Titan yang diinisiasi IBC.

    “Karena HLI sendiri bisa sourcing raw material dari sources lain atau pihak lain,” ujarnya. 

    Adapun, pabrik sel baterai EV HLI Green Power berlokasi di Karawang dan merupakan satu dari lima fasilitas produksi baterai EV LG Energy Solution di dunia.

    Pabrik HLI Green Power di Karawang, Jawa Barat, mulai dibangun sejak 2021. Menelan investasi Rp13,5 triliun, pabrik ini merupakan pabrik sel baterai EV pertama dan terbesar di Asia Tenggara.

    Pabrik yang berdiri di atas areal seluas 319.000 meter persegi tersebut memiliki kapasitas produksi 10 GWh sel baterai dalam setahun dan cukup untuk menenagai 150.000 unit mobil listrik.

    “Sampai sekarang HLI memproduksi battery cell pack yang digunakan oleh HMID untuk di-assemble ke Hyundai, unit kami terutama Kona dan sampai hari ini masih beroperasi seperti biasanya,” jelasnya. 

    Sebagaimana diketahui, LG Energy Solution baru-baru ini mundur dari Proyek Titan, megaproyek baterai kendaraan listrik (EV) yang melibatkan konsorsium Korea Selatan dan Indonesia Battery Corporation (IBC).  

    Namun, Menteri Investasi dan Hilirisasi/BKPM Rosan Roeslan mengungkapkan bahwa pemerintah lah yang mendepak LGES lewat keputusan tertuang melalui surat resmi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang dikeluarkan pada 31 Januari 2025.

    Alasannya, kata Rosan, negosiasi antara LG dan konsorsium Indonesia telah berlangsung terlalu lama, yakni hampir 5 tahun. Hal ini menjadi salah satu alasan pemerintah memilih untuk mengambil tindakan tegas agar proyek tidak berlarut-larut.

    “Itu kenapa dikeluarkan surat itu karena memang negosiasi ini sudah terlalu lama, sedangkan kita kan ingin semua ini berjalan dengan baik, dengan cepat, karena negosiasinya sudah berlangsung 5 tahun,” ujarnya kepada wartawan.

    Sementara itu, meski menarik diri dari Proyek Titan, LG menyatakan tetap melanjutkan bisnisnya di Indonesia, termasuk pabrik baterai HLI Green Power.

  • Profil Huayou yang Gantikan LG di Proyek Baterai EV Rp 165,5 Triliun

    Profil Huayou yang Gantikan LG di Proyek Baterai EV Rp 165,5 Triliun

    Jakarta, Beritasatu.com – Perusahaan asal Tiongkok, Huayou, resmi mengambil alih proyek pengembangan baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di Indonesia. Peran strategis ini sebelumnya diemban oleh LG Energy Solution, perusahaan asal Korea Selatan, yang memutuskan mundur dari proyek tersebut.

    Proyek yang dijuluki Indonesia Grand Package itu merupakan bagian dari upaya besar Indonesia dalam membangun rantai pasok baterai EV domestik.

    Dikutip dari Antara, Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani menyatakan secara menyeluruh proyek yang sebelumnya dibangun oleh LG memiliki total nilai sebesar US$ 9,8 miliar atau setara Rp 165,5 triliun, dan Huayou nantinya akan mengisi sisa investasi yang sebesar US$ 8,6 miliar atau setara Rp 145,2 triliun.

    Sementara itu, Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal BPKM Nurul Ichwan menjelaskan, proyek baterai EV tersebut sudah terealisasi sebesar US$ 1,2 miliar atau Rp 20,2 triliun, dan nantinya Huayou akan mengisi sebagian besar sisa investasi.

    Kehadiran Huayou menjadi angin segar bagi kelanjutan proyek ini, yang digadang-gadang akan memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat industri kendaraan listrik di Asia Tenggara.

    Profil Huayou, Raksasa Material Baterai dari Tiongkok

    Huayou Cobalt Co Ltd didirikan pada 1994, dengan kantor pusat di Tongxiang, Zhejiang, Tiongkok. Perusahaan ini merupakan salah satu pelaku utama global dalam pengembangan, riset, dan manufaktur material baterai lithium-ion, khususnya untuk sektor energi baru.

    Selain itu, Huayou juga dikenal sebagai produsen material kobalt yang terintegrasi dari hulu ke hilir. Setelah lebih dari tiga dekade beroperasi, Huayou telah membangun ekosistem bisnis global dengan strategi yang mencakup sumber daya internasional, jaringan manufaktur global, dan ekspansi pasar lintas benua.

    Perusahaan ini mengelola lima lini bisnis utama, yaitu industri energi baru, industri material baru, industri nikel Indonesia, industri sumber daya Afrika, dan industri daur ulang.

    Cakupan bisnisnya sangat luas, meliputi seluruh rantai nilai industri material baterai lithium-ion, mulai dari eksplorasi dan pengembangan sumber daya kobalt, nikel, lithium, tembaga, dan fosfor, pemurnian ramah lingkungan logam nonferrous, R&D dan produksi material baterai, hingga pengelolaan limbah dan daur ulang sumber daya.

    Huayou mengusung misi untuk menciptakan nilai bagi pelanggan dan mendorong transformasi industri. Fokus utamanya adalah mengendalikan sumber daya di hulu, mengembangkan pasar di hilir, serta meningkatkan kapasitas dan efisiensi dari dalam perusahaan.

    Huayou juga menerapkan strategi pengembangan berkelanjutan yang disebut “Dua Area Baru dan Tiga Tren”, dengan tujuan menjadi perusahaan panutan dalam manufaktur hijau material baterai lithium-ion, serta penerapan prinsip environmental, social, and governance (ESG).

    Masuknya Huayou ke dalam proyek baterai EV di Indonesia mencerminkan strategi pemerintah dalam mencari mitra yang mampu memastikan kelanjutan investasi besar ini. Selain memperkuat rantai pasok bahan baku, seperti nikel dan kobalt, keterlibatan Huayou juga diharapkan dapat mendukung target hilirisasi industri yang selama ini dicanangkan.

  • LG batal investasi, BKPM segera lakukan pertemuan dengan Huayou

    LG batal investasi, BKPM segera lakukan pertemuan dengan Huayou

    Kita juga ini baru mau ketemu insyaAllah kalau tidak di minggu ini, minggu depan

    Jakarta (ANTARA) – Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyatakan segera melakukan pertemuan dengan Huayou, perusahaan asal China untuk membahas konsorsium proyek ekosistem baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) yang sebelumnya dipimpin oleh LG.

    “Kita juga ini baru mau ketemu insyaAllah kalau tidak di minggu ini, minggu depan, kita akan ketemu dengan pihak Huayou-nya, membahas terkait ini, mematangkan,” kata Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM Nurul Ichwan di Jakarta, Kamis.

    Disampaikan Nurul Ichwan, setelah memastikan bahwa LG keluar dari konsorsium tersebut, pihaknya akan membuat desain baru, serta merencanakan pelibatan pihak lain dalam fasilitas ekosistem baterai kendaraan listrik di Tanah Air.

    “Kemudian kita memfasilitasi pembentukan joint venture-nya,” kata dia.

    Sebelumnya dijelaskan dia, proyek baterai EV yang dinamai Indonesia Grand Package tersebut sudah terealisasi sebesar 1,2 miliar dolar AS atau Rp20,2 triliun, dan nantinya Huayou akan mengisi sebagian besar sisa investasi yang mencapai 8,6 miliar dolar AS atau Rp145,2 triliun, dengan empat joint venture.

    Joint Venture tersebut merujuk pada investasi di tambang nikel, pembuatan prekursor, katoda, anoda, cell battery, battery pack, dan daur ulang baterai.

    “Pasti ini Huayou tidak akan sendirian, pasti akan bekerja sama nanti dengan partner-partner lainnya yang akan kita coba approach juga,” katanya.

    Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan Perkasa Roeslani menjelaskan LG Energy Solution tidak mengundurkan diri dari sebagian investasinya di proyek ekosistem baterai, tetapi Pemerintah Indonesia yang meminta LG mundur karena negosiasinya berjalan terlalu lama.

    Rosan mengatakan negosiasi dengan LG telah berjalan selama lima tahun sejak 2020.

    “Tadi dikatakan bahwa dari sana (LG) memutus, sebetulnya lebih tepatnya dari kami yang memutus. Itu berdasarkan surat tanggal 31 Januari 2025 yang diterbitkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. Kenapa dikeluarkan surat itu? Karena, memang negosiasi ini sudah terlalu lama, sedangkan kami ingin semua ini berjalan dengan baik, dengan cepat karena negosiasinya sudah berlangsung lima tahun,” kata Rosan saat jumpa pers di Kantor Presiden, Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (23/4) malam.

    Rosan melanjutkan surat itu kemudian diterbitkan untuk LG, karena investor China Huayou telah menyatakan keinginannya berinvestasi pada sektor ekosistem baterai. Keinginan Huayou untuk masuk dalam konsorsium proyek baterai di Indonesia itu diungkap sejak tahun 2024.

    Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
    Editor: Faisal Yunianto
    Copyright © ANTARA 2025

  • Hyundai sebut pabrik baterai EV HLI tetap beroperasi meski LG mundur

    Hyundai sebut pabrik baterai EV HLI tetap beroperasi meski LG mundur

    Tidak ada hubungan langsung dari operasional HLI di Indonesia karena HLI bisa sourcing dari lokasi-lokasi lain

    Jakarta (ANTARA) – Head of Corporate Strategy Hyundai Motors Indonesia (HMID) Hendry Pratama memastikan pabrik baterai kendaraan listrik (EV), PT Hyundai LG Industry (HLI) Green Power, yang merupakan perusahaan patungan antara Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution, tetap beroperasi meski LG mundur dari megaproyek Indonesia Grand Package.

    Dalam diskusi RE Invest Indonesia di Jakarta, Kamis, ia menyatakan bahwa operasional produksi sel baterai yang telah berjalan sejak Juli 2024 tidak terpengaruh dengan LG mundur dari megaproyek tersebut.

    “Atas beritanya LG mundur ini sebenarnya tidak ada hubungan langsung dari operasional HLI di Indonesia karena HLI bisa sourcing dari lokasi-lokasi lain, dari pihak-pihak lain,” ujarnya.

    Lebih lanjut, HMID meyakinkan bahwa entitas HLI di Indonesia tidak mengalami perubahan dan tetap beroperasi seperti biasa.

    HLI saat ini terus memproduksi sel baterai yang digunakan oleh Hyundai Motor Manufacturing Indonesia (HMMI) untuk perakitan unit kendaraan listrik, terutama Hyundai Kona Electric.

    Vice President of Commercial and Marketing IBC Bayu Yudhi Hermawan juga menjelaskan pengembangan industri baterai EV terintegrasi merupakan proyek besar yang tidak hanya melibatkan LG.

    “Jadi, memang tidak hanya spesifik dari satu rantai value chain, tapi juga terintegrasi. Dan memang apa yang terjadi kemarin itu memang lebih ke area midstream dan hulunya. Sementara untuk hilirnya HLI ini tetap jalan dengan normal,” katanya.

    IBC juga mengapresiasi komitmen kuat dari HLI, Hyundai, dan manufaktur EV secara keseluruhan.

    LG Energy Solution sebelumnya menjadi bagian dalam beberapa proyek di skema Indonesia Grand Package.

    Proyek tersebut sebelumnya disepakati antara Indonesia dan LG Energy Solution dari Korea Selatan pada 18 Desember 2020.

    Indonesia Grand Package mencakup pengembangan rantai pasok baterai EV secara terintegrasi, mulai dari penambangan hingga produksi baterai.

    Sebagai bagian dari komitmen investasi tersebut, pada 3 Juli 2024, Presiden RI ke-7 Joko Widodo meresmikan pabrik sel baterai EV pertama di Indonesia yang berlokasi di Karawang, Jawa Barat.

    Pabrik ini adalah hasil kerja sama antara Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution melalui PT HLI Green Power dan telah beroperasi dengan kapasitas produksi tahunan sebesar 10 gigawatt hour (GWh).

    Akan tetapi, konsorsium Korea Selatan yang dipimpin oleh LG telah memutuskan untuk menarik dari megaproyek senilai sekitar 11 triliun won (Rp130,7 triliun) tersebut di Indonesia, menurut sumber Yonhap pada Jumat (18/4/2025).

    Pewarta: Shofi Ayudiana
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

  • LG Batal Investasi di Proyek Baterai Kendaraan Listrik, Ini Penggantinya

    LG Batal Investasi di Proyek Baterai Kendaraan Listrik, Ini Penggantinya

    Jakarta

    LG mundur dari proyek baterai mobil listrik di Indonesia. Namun kini posisi LG itu sudah tergantikan oleh perusahaan China, Huayou.

    Pemerintah blak-blakan di balik batalnya LG berinvestasi proyek baterai kendaraan listrik di Indonesia. Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani mengungkap, rupanya LG diminta mundur oleh pemerintah karena proses negosiasi yang terlalu lama.

    Dikutip detikFinance, kesepakatan awal proyek ini sudah terjadi pada tahun 2020. Namun lima tahun berselang, LG belum juga merealisasikan investasinya di Tanah Air.

    “Karena negosiasi sudah berlangsung 5 tahun, nggak mungkin kan proyek itu berjalan lama gitu kan, maka dikeluarkan sama Pak Bahlil dikirimkan Pak Bahlil ke LG Chem dan LG Energy Solution,” kata Rosan.

    Pemerintah meminta agar LG keluar dari proyek tersebut usai Kementerian ESDM yang dipimpin Bahlil Lahadalia memberikan surat resmi untuk LG soal permintaan keluar dari proyek ekosistem baterai listrik Rp 164 triliun. Surat itu, kata Rosan, disampaikan ke LG pada tanggal 31 Januari 2025.

    Kini posisi LG itu digantikan oleh perusahaan China Huayou yang memang menyatakan minatnya untuk berinvestasi di proyek baterai kendaraan listrik di Indonesia.

    “Karena memang dari Huayou juga berminat untuk berinvestasi, karena mereka teknologi juga sudah ada. Mereka yang akan me-replace posisi LG,” terang Rosan.

    Sebelumnya diberitakan, LG menarik diri dari proyek senilai 11 triliun won untuk membangun rantai pasok baterai kendaraan listrik di Indonesia. Beberapa sumber menyebut, penarikan diri LG dari konsorsium tersebut dilakukan setelah berkonsultasi dengan pemerintah Indonesia sebab adanya pergeseran lanskap industri.

    Belakangan juga permintaan kendaraan listrik di dunia mengalami penurunan.

    “Mempertimbangkan kondisi pasar dan lingkungan investasi, kami memutuskan untuk keluar dari proyek ini,” begitu kata seorang pejabat LG Energy Solution.

    “Namun kami akan melanjutkan bisnis kami yang sudah ada di Indonesia, seperti pabrik baterai Hyundai LG Indonesia Green Power (HLI Green Power), perusahaan patungan kami dengan Hyundai Motor Group,” demikian pernyataannya.

    (dry/din)

  • Negosiasi dengan LG mandek, Pemerintah beralih ke Huayou

    Negosiasi dengan LG mandek, Pemerintah beralih ke Huayou

    ANTARA – Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Perkasa Roeslani, Rabu (23/4), menegaskan bahwa bukan LG yang hengkang melainkan pemerintah yang memutuskan mengakhiri kerja sama dalam pembangunan ekosistem baterai kendaraan listrik. Adapun perusahaan asal China, Huayou, akan menggantikan LG sebagai investor ekosistem baterai kendaraan listrik dengan nilai investasi sebesar 9,8 miliar dolar AS. (Cahya Sari/Soni Namura/Rijalul Vikry)

  • Huayou Gantikan LG dalam Proyek Baterai Kendaraan Listrik di Indonesia

    Huayou Gantikan LG dalam Proyek Baterai Kendaraan Listrik di Indonesia

    Jakarta, Beritasatu.com – Perusahaan asal China, Huayou, resmi menggantikan posisi LG asal Korea Selatan dalam proyek pengembangan baterai kendaraan listrik (EV battery) di Indonesia. 

    Sebelumnya diberitakan, konsorsium perusahaan asal Korsel yang dipimpin LG dikabarkan mundur dari proyek pembangunan rantai pasok baterai kendaraan listrik di Indonesia. Proyek tersebut bernilai 11 triliun won (US$ 7,7 miliar) atau setara Rp 129,8 triliun.

    Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani menyampaikan, langkah konsorsium LG bukanlah bentuk pembatalan investasi, melainkan telah menyelesaikan seluruh rangkaian tahapan investasi.

    “Jadi berita mereka mundur itu bukan mundur, oh semuanya, enggak. Mereka sudah melakukan dan sudah selesai di nomor empat senilai US$ 1,1 miliar,” jelas Rosan dalam keterangan pers di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (23/4/2025).

    Setelah LG menyelesaikan tahapannya, pemerintah melalui Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengirimkan surat kepada pimpinan LG Chem dan LGES pada 31 Januari 2025. Surat tersebut dikeluarkan sebagai bagian dari hasil negosiasi selama lima tahun dan memberi ruang bagi Huayou untuk melanjutkan proyek.

    “Jadi surat itu dikeluarkan karena memang dari Huayou berminat untuk berinvestasi, karena mereka teknologinya juga sudah ada dan mereka hanya me-replace atau menggantikan posisi dari LG,” jelasnya. 

    Rosan menegaskan, nilai total investasi pengembangan baterai EV di Indonesia tetap sebesar US$ 9,8 miliar dan proyek ini tetap melibatkan PT Antam (Persero) dan PT Indonesia Battery Corporation (IBC).

    “Kalau ditanya kenapa Huayou? Ya mereka sudah berinvestasi sebelumnya, bahkan jauh lebih besar. Dan mereka pun sudah berinvestasi di daerah Weda Bay (Maluku Utara),” tutur Rosan.

  • Ada Kerja Sama dengan Perusahaan Lain, Tunggu Saja

    Ada Kerja Sama dengan Perusahaan Lain, Tunggu Saja

    PIKIRAN RAKYAT – Presiden RI Prabowo Subianto menanggapi kabar konsorsium Korea Selatan yang dipimpin LG hengkang dari proyek pembangunan rantai pasokan baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) di Indonesia.

    Presiden Prabowo Subianto optimistis Indonesia tetap menjadi tujuan investasi yang menarik dan menjanjikan untuk investor.

    Hal itu Ia sampaikan usai pertemuan tertutup dengan Wakil Perdana Menteri Malaysia Dato’ Seri Dr. Ahmad Zahid bin Hamidi di Istana Merdeka, Jakarta.

    “Ya, pasti ada kerja sama dengan perusahaan lain, tunggu saja,” kata Presiden Prabowo pada Selasa, 22 April 2025 seperti dikutip dari Antara.

    Prospek Ekonomi Nasional

    Prabowo Subianto menekankan keyakinannya terhadap prospek ekonomi nasional terkait hal tersebut.

    “Indonesia besar, Indonesia kuat, Indonesia cerah,” lanjut Prabowo.

    Sebelumnya, konsorsium asal Korea Selatan yang dipimpin LG memutuskan menarik proyek sekitar 11 triliun won atau senilai Rp130,7 triliun berdasarkan sumber dari Yonhap pada Jumat, 18 April 2025.

    Proyek Titan tersebut membangun rantai pasokan baterai kendaraan listrik (EV) di Indonesia.

    Produsen Nikel Terbesar di Dunia

    Konsorsium ini di antaranya LG Energy Solution, LG Chem, LX International Corp serta mitra lainnya.

    Mereka sudah bekerja sama dengan pemerintah Indonesia, serta beberapa perusahaan milik negara guna membangun rantai nilai menyeluruh untuk baterai EV.

    Inisiatif ini berupaya mencakup semua proses, dari pengadaan bahan baku sampai produksi prekursor, bahan katode, serta pembuatan sel baterai.

    Proyek itu sebelumnya diharapkan bisa menggapai ambisi Indonesia menjadi hub dari baterai kendaraan listrik.

    Sebagai informasi, Indonesia sendiri merupakan produsen nikel terbesar di dunia, yaitu bahan utama dalam baterai EV.***

     

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News