Produk: baterai kendaraan listrik

  • Pengusaha Lakukan Efisiensi Imbas Harga Nikel Anjlok

    Pengusaha Lakukan Efisiensi Imbas Harga Nikel Anjlok

    Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku usaha ancang-ancang melakukan efisiensi imbas harga nikel yang jeblok. Hal ini juga tak lepas dari biaya produksi yang tinggi.

    Direktur Eksekutif Indonesian Mining Association (IMA) Hendra Sinadia mengatakan, penurunan harga nikel tak lepas dari melemahnya permintaan dari China. Menurutnya, industri stainless steel atau baja anti karat di China tengah lesu.

    Padahal, pasokan nikel untuk industri baja anti karat Negeri Tirai Bambu berasal dari Indonesia. Hal ini pun membuat demand nikel RI anjlok sehingga harga turun.

    “Dengan meningkatnya biaya operasional, sementara harga turun membuat perusahaan terus melakukan efisiensi,” kata Hendra kepada Bisnis, Rabu (7/5/2025).

    Hendra pun mengingatkan pemerintah untuk memberikan dukungan kepada para pengusaha. Salah satunya dengan meninjau kembali beberapa regulasi yang membebani perusahaan.

    Dia mengatakan, regulasi yang perlu ditinjau ulang itu seperti pengenaan kewajiban retensi dana hasil ekspor (DHE) sebesar 100% selama 12 bulan. Selain itu, pemerintah juga perlu melakukan evaluasi pada kebijakan penyesuaian tarif royalti nikel.

    Pemerintah telah menetapkan tarif royalti nikel terbaru melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2025, yang mulai berlaku efektif pada 26 April 2025. Untuk bijih nikel (ore), tarif royalti naik dari sebelumnya 10% menjadi 14% hingga 19%, tergantung pada harga mineral acuan (HMA).

    Menurut Hendra, tarif royalti baru cukup memberatkan pengusaha di tengah pelemahan harga nikel. Tak hanya itu, pengusaha juga tengah dibebankan biaya operasional tinggi (infrastruktur, energi, dan pengolahan) akibat kenaikan biaya biosolar yaitu B40 yang signifikan hingga kenaikan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) 12%. 

    “Kami harapkan dukungan dari pemerintah dapat meninjau kembali beberapa regulasi yang membebani perusahaan apalagi di tengah tren harga yang rendah,” ucap Hendra.

    Sementara itu, Ketua Umum Forum Industri Nikel Indonesia (FINI) Arif Perdana Kusumah mengatakan, industri nikel RI tengah menghadapi tantangan imbas melemahnya permintaan dari China.

    Adapun, harga mineral acuan (HMA) nikel untuk periode pertama Mei 2025 dipatok US$15.049,23 per dmt. Harga ini pun turun dibanding HMA pada periode pertama April 2025, yakni US$16.126,33 per dmt.

    Sementara itu, FINI mencatat harga nikel global saat ini turun drastis sebesar 16% dalam 1 bulan terakhir dan 23% dalam 6 bulan terakhir, menyentuh level US$13.800 per ton. Angka ini merupakan titik terendah sejak 2020.

    “Di tengah lonjakan produksi yang menyeret harga nikel dunia turun terus sejak 2023. Saat ini, harga nikel mendekati level terendah sejak tahun 2020, dan dampaknya mulai dirasakan di dalam negeri,” kata Arif.

    Dia juga mengatakan pelemahan permintaan dari Negeri Panda dipicu oleh perang dagang yang semakin meningkat antara Amerika Serikat (AS) dan China.

    “Ini membuat permintaan nikel untuk industri stainless steel dan bahan baku baterai kendaraan listrik berbasis nikel semakin melemah,” ucapnya.

    Sementara itu, Dirjen Mineral dan Batu Bara (Minerba) Kementerian ESDM Tri Winarno mengatakan, pihaknya telah melakukan strategi untuk menstabilkan harga mineral dan batu bara, termasuk nikel. Menurutnya, strategi itu dibuat berdasarkan hasil focus group discussion (FGD) dengan pada ahli di Universitas Gadjah Mada (UGM).

    “Untuk strategi stabilitas harga, perlu kami sampaikan juga pada 2021 kami mencoba melakukan FGD dengan UGM bagaimana cara harga ini tetap stabil di angka harga yang tinggi,” kata Tri dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi XII DPR RI, Selasa (6/5/2025). 

    Adapun, strategi itu seperti perencanaan produksi sesuai dengan kebutuhan nasional dan rencana ekspor.

    Lalu, feasibility study (FS) atau studi kelayakan dan analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari proses RKAB. Kemudian, evaluasi terhadap persetujuan produksi pada RKAB yang telah diberikan.

    Selanjutnya, penetapan harga batu bara acuan (HBA) dan HMA serta harga patokan batu bara (HPB) dan harga patokan mineral (HPM) sebagai batas bawah harga penjualan sesuai Kepmen ESDM Nomor 72 Tahun 2025 tentang Pedoman Penetapan Harga Patokan Untuk Penjualan Komoditas Mineral Logam dan Batu bara).

    Selain itu, Kementerian ESDM juga melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan penambangan agar sesuai dengan good mining practice. 

  • Eramet: Peluang kerja sama dengan Danantara perkuat sektor baterai EV

    Eramet: Peluang kerja sama dengan Danantara perkuat sektor baterai EV

    Eramet saat ini tengah berdiskusi dengan Danantara, lembaga investasi milik pemerintah. Danantara, sejak didirikan beberapa bulan lalu, telah menunjukkan minat besar untuk berinvestasi di rantai nilai mineral kritis di Indonesia,

    Jakarta (ANTARA) – Eramet Indonesia mengungkapkan kerja sama dengan Danantara berpotensi menjadi peluang strategis untuk mempererat hubungan antara Eropa dan Indonesia dalam rantai pasok baterai kendaraan listrik (electric vehicle).

    Dalam pernyataan menjawab ANTARA dari Jakarta, Rabu, afiliasi perusahaan tambang dan metalurgi asal Prancis itu mengakui sedang melakukan diskusi dengan Danantara Indonesia, mengenai potensi kerja sama di bidang mineral kritis.

    “Eramet saat ini tengah berdiskusi dengan Danantara, lembaga investasi milik pemerintah. Danantara, sejak didirikan beberapa bulan lalu, telah menunjukkan minat besar untuk berinvestasi di rantai nilai mineral kritis di Indonesia,” menurut Eramet dalam jawaban tertulisnya saat dikonfirmasi.

    Kerja sama dengan Danantara, menurut Eramet, berpotensi menjadi peluang strategis untuk memperkuat posisinya dalam sektor mineral kritis Indonesia.

    “Sekaligus mempererat hubungan antara Eropa dan Indonesia dalam rantai pasok baterai kendaraan listrik,” menurut Eramet.

    Disinggung lebih lanjut, Eramet belum merinci proyek perdana yang akan menjadi bagian kerja sama dengan Danantara, termasuk nilai investasi yang akan digulirkan.

    “Diskusi ini masih berada pada tahap awal dan terlalu dini untuk memberikan pernyataan lebih lanjut,” kata Eramet.

    Adapun pimpinan Eramet Group sebelumnya melakukan pertemuan dengan jajaran pemerintah Indonesia untuk membicarakan kerja sama di sektor mineral kritis, terutama dalam pengembangan ekosistem nikel.

    Dalam pertemuan dengan CEO Eramet Group Christel Bories pada Maret lalu, Menteri Investasi yang juga CEO Danantara Rosan Roeslani menyatakan, perusahaan asal Prancis tersebut berencana melakukan eksplorasi wilayah baru di Sulawesi Selatan dan Papua, serta bakal melakukan pengembangan proyek responsible green electric vehicle (RGEV) yang nantinya akan melibatkan berbagai mitra strategis.

    Rosan mengatakan, kolaborasi antara pemerintah dan Eramet akan turut berkontribusi pada peningkatan lapangan kerja dan pemajuan kualitas teknologi di Tanah Air.

    “Selain mempercepat pertumbuhan industri EV di Indonesia, kolaborasi ini juga berkontribusi pada penciptaan lapangan kerja dan peningkatan transfer teknologi,” ujar Rosan.

    Berdasarkan data di laman resmi Eramet, perusahaan tambang asal Prancis ini pada 2022 mendirikan anak perusahaan PT Eramet Indonesia Mining. Sebelum mendirikan Eramet Indonesia Mining pada 2022, Eramet pada 2006 berinvestasi dalam eksplorasi nikel di Halmahera, Maluku Utara, setelah mengakuisisi Strand Minerals.

    Grup tersebut melakukan studi pertambangan bijih nikel melalui PT Weda Bay Nickel (WBN). Pada 2020, WBN memulai operasi pertambangan.

    Pada 2022, Eramet dan perusahaan kimia terkemuka asal Jerman, BASF, pernah merencanakan pembangunan pabrik hidrometalurgi di Halmahera, yang disebut Sonic Bay.

    Proyek ini dirancang untuk memproses nikel dan kobalt yang merupakan bahan penting untuk baterai yang digunakan dalam kendaraan listrik. Namun Eramet dan BASF mundur dari rencana investasi tersebut.

    Pewarta: Indra Arief Pribadi
    Editor: Abdul Hakim Muhiddin
    Copyright © ANTARA 2025

  • Menperin kenalkan “green mobility” untuk fasilitasi industri otomotif

    Menperin kenalkan “green mobility” untuk fasilitasi industri otomotif

    Apapun perkembangan teknologi otomotif, kami menyambut baik dan berkomitmen memfasilitasi kebijakannya melalui ‘green mobility’

    Jakarta (ANTARA) – Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita memperkenalkan konsep green mobility sebagai pendekatan kebijakan yang mengintegrasikan teknologi ramah lingkungan, efisien dalam penggunaan energi, berdaya saing tinggi, mendukung keberlanjutan mobilitas, serta memfasilitasi teknologi otomotif.

    “Apapun perkembangan teknologi otomotif, kami menyambut baik dan berkomitmen memfasilitasi kebijakannya melalui konsep green mobility. Kebijakan ini akan lebih adaptif dan sustain bagi industri otomotif nasional terutama menjawab perkembangan pesat teknologi otomotif yang ramah lingkungan, efisien dalam penggunaan energi, mendukung mobilitas penduduk dan melindungi investasi otomotif yang telah ada di Indonesia selama ini,” ujar Menperin di Jakarta, Rabu.

    Dijelaskannya, konsep ini hadir karena Industri otomotif Indonesia sedang mengalami disrupsi teknologi baik dari sisi produksi maupun produk yang dihasilkan.

    Hal ini terlihat dari berbagai produk otomotif berteknologi tinggi dan ramah lingkungan telah memasuki pasar domestik, seperti kendaraan menggunakan teknologi Internal Combustion Engine (ICE), hybrid, baterai listrik dan fuel cell hydrogen.

    Menperin menyampaikan, konsep ini mempertimbangkan investasi otomotif yang sudah berlangsung lama di tanah air.

    Pemerintah misalnya telah memfasilitasi investor yang memproduksi kendaraan berteknologi ICE dalam bentuk insentif bagi produk Low Cost Green Car (LCGC) , dan program biofuel.

    Pemerintah juga telah menerbitkan kebijakan dan insentif yang mendorong terciptanya ekosistem kendaraan listrik melalui insentif PPNBM DTP serta hilirisasi sumber daya alam yang mendukung industri baterai kendaraan listrik.

    Selain itu, dikatakannya, pemerintah turut memberikan insentif untuk produksi kendaraan hybrid.

    Terbaru, Indonesia tengah menyiapkan kebijakan dan insentif bagi investor yang memproduksi kendaraan berteknologi fuel cell hydrogen.

    “Selain memfasilitasi teknologi otomotif terbaru, kami juga tetap akan melindungi investasi otomotif yang sudah lama berproduksi di Indonesia. Prinsipnya, selama investasi industri otomotif lama atau baru tersebut menghasilkan produk otomotif lebih ramah lingkungan, efisien dalam penggunaan energi dan mendukung mobilitas masyarakat, maka akan kami fasilitasi melalui kebijakan green mobility,” ujar Menperin

    Selain itu, Agus mengatakan pasar otomotif Indonesia masih memiliki ruang untuk tumbuh dan berkembang serta dapat diisi oleh produk otomotif dalam negeri.

    Hal ini ditunjukkan oleh rasio kepemilikan mobil Indonesia yang relatif lebih rendah dibanding dengan rasio kepemilikan mobil di negara tetangga ASEAN.

    Menperin menyebut rasio kepemilikan kendaraan roda empat di Indonesia hanya 99 unit per 1.000 orang penduduk, sedangkan jumlah penduduk Indonesia mencapai 281 juta orang pada tahun 2024.

    Jika dibandingkan rasio kepemilikan kendaraan motor roda empat di Malaysia, sebesar 490 unit per 1.000 orang penduduk. Sementara Malaysia hanya memiliki sekitar 35 juta penduduk.

    Di sisi lain, Thailand juga menunjukkan rasio kepemilikan mobil yang lebih tinggi dibanding Indonesia. Dengan jumlah penduduk sekitar 70 juta orang, negara itu mampu mencatat rasio kepemilikan mobil sebanyak 275 unit per 1.000 orang.

    “Di Singapura 211 unit per 1.000 orang, Korea Selatan 530 unit per 1.000 orang, dan Jepang 670 unit per 1.000 orang,” kata Agus.

    Konsep green mobility diharapkan mendukung upaya pemerintah untuk pencapaian target Net Zero Emission (NZE) sektor manufaktur pada tahun 2050.

    “Kami mengakselerasi target NZE di sektor industri manufaktur dapat tercapai pada tahun 2050 atau 10 tahun lebih cepat daripada target yang ditetapkan oleh pemerintah. Kami juga telah melakukan koordinasi dengan para pelaku industri, termasuk sektor otomotif. Alhamdulillah, mereka siap untuk mendukung tercapainya target NZE di sektor manufaktur tersebut,” kata Menperin.

    Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025

  • CATL Siapkan Investasi Jumbo, Cari Pinjaman 1 Miliar Dolar Demi Bangun Pabrik Baterai di RI – Halaman all

    CATL Siapkan Investasi Jumbo, Cari Pinjaman 1 Miliar Dolar Demi Bangun Pabrik Baterai di RI – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Produsen baterai kendaraan listrik kondang asal China, Contemporary Amperex Technology Co. Ltd. (CATL) berencana melebarkan ekspansi dengan membangun pabrik di Indonesia.

    Untuk merealisasikan rencana itu, kini CATL tengah mencari pinjaman sekitar 1 miliar dolar AS atau setara Rp16,4 triliun demi mendanai investasi di Indonesia.

    Rencananya pabrik baterai rakitan kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) CATL akan di bangun di Karawang, Jawa Barat.

    Hal itu terungkap usai sumber yang tidak ingin diungkapkan identitasnya menyebutkan bahwa CATL tengah mencari pendanaan untuk mendanai investasi di pangsa Indonesia.

    “CATL, pembuat baterai terkemuka dunia, sedang mencari pinjaman sekitar 1 miliar dolar untuk mendukung investasinya di Indonesia,” ujar sumber yang tidak ingin diungkapkan identitasnya mengutip Tech In Asia.

    “Pinjaman tersebut mungkin memiliki jangka waktu lima hingga tujuh tahun,” imbuhnya.

    Untuk merealisasikan rencana ekspansi, CATL kabarnya akan menjalin kesepakatan kerja sama dengan Indonesia Battery Corporation (IBC), yang belakangan disebut dengan Proyek Dragon.

    Investasi raksasa baterai China pada Proyek Dragon dilakukan lewat Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co Ltd (CBL), usaha patungan bersama dengan Brunp dan Lygend.

    Dua perusahaan yang disebut terakhir punya keahlian pada pembuatan bahan baku baterai setrum. 

    CATL belum memberikan komentar publik mengenai inisiatif ini.

    Namun sejauh ini diskusi dengan calon pemodal masih berlangsung, dan ketentuan pinjaman dapat berubah.

    Perjalanan Ekspansi CATL di RI

    CATL masuk ke Indonesia melalui anak usahanya, Ningbo Contemporary Brunp Legend Co. Ltd. (CBL), yang menjalin kemitraan strategis dengan PT Industri Baterai Indonesia (IBC) pada 16 Oktober 2024.

    Kolaborasi ini kemudian melahirkan proyek bernama Dragon yang fokus pada pengembangan industri baterai EV terintegrasi.

    Pada kesepakatan awal, CATL mengumumkan nilai investasi untuk proyek Dragon sebesar 1,18 miliar dolar AS dengan kapasitas produksi mencapai 15 gigawatt hour (GWh) per tahun.

    Namun, nilai tersebut kemudian dikoreksi menyusul persetujuan Outward Direct Investment (ODI) dari pemerintah China.

    Terpisah, Indonesia dipilih menjadi target utama karena memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, salah satu bahan baku utama dalam produksi baterai kendaraan listrik (EV).

    Selain itu Indonesia berada di posisi geografis strategis di Asia Tenggara, sehingga memungkinkan CATL untuk mengakses pasar lebih luas.

    Melalui ekspansi ini, CATL memperkuat rantai pasok globalnya dari hulu ke hilir, termasuk pengolahan bahan mentah hingga perakitan baterai.

    Selain itu, distribusi produk baterai ke negara-negara seperti India, Vietnam, Thailand akan jauh lebih efisien.

    Jika berhasil, ekspansi ini akan membawa investasi besar, transfer teknologi, dan lapangan kerja baru di sektor industri hijau.

    Ini juga memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain kunci dalam ekosistem kendaraan listrik dunia.

    CATL Dominasi Industri Baterai

    Sejak tahun 2017, CATL telah menempati posisi nomor satu dunia dalam penjualan baterai EV dan mempertahankan dominasinya hingga kini.

    Data dari tahun 2023 menunjukkan pangsa pasar global CATL mencapai sekitar 36–37 persen,  mencapai  sepertiga dari seluruh baterai EV di dunia.

    Sementara data terbaru dari SNE Research asal Korea Selatan, mengungkap bahwa CATL tercatat sebagai produsen baterai EV terbesar di dunia dengan pangsa pasar global sebesar 38,2 persen per Januari–Februari 2025.

    Jauh mengungguli pesaing seperti LG Energy Solution (Korea Selatan), BYD (Tiongkok), dan Panasonic (Jepang).

    CATL terus memperkuat posisinya lewat investasi besar dalam riset dan pengembangan (R&D)., lebih lanjut CATL juga mengarahkan strategi ke arah energi bersih dan berkelanjutan,

    Untuk mempertahankan dominasinya, CATL aktif membangun pabrik di berbagai negara.

    Per 30 September 2024, CATL telah memiliki 13 lokasi produksi baterai secara global, termasuk pabrik di Thuringia, Jerman, yang telah memulai produksi massal, dan proyek pembangunan pabrik di Hungaria yang masih berjalan.

    (Tribunnews.com / Namira)

  • China Sapu Bersih Proyek Hilirisasi Prabowo

    China Sapu Bersih Proyek Hilirisasi Prabowo

    Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah investor asal China tengah menjajaki peluang investasi di proyek hilirisasi nikel hingga batu bara di Tanah Air.

    Salah satu proyek hilirisasi yang diminati investor China adalah hilirisasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME). Proyek yang produknya diproyeksikan sebagai subtitusi liquefied petroleum gas (LPG) ini mandek usai ditinggal oleh investor asal Amerika Serikat, Air Products & Chemical Inc (APCI). Kini, pemerintahan Presiden Prabowo Subianto kembali mendorong pengembangan proyek ini.

    Untuk diketahui, Air Product semula berkomitmen mengembangkan dua proyek strategis nasional hilirisasi batu bara, salah satunya proyek gasifikasi batu bara menjadi DME di Muara Enim, Sumatra Selatan dengan membentuk joint venture bersama PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) dan PT Pertamina (Persero).

    Baru-baru ini, Direktur Utama PTBA Arsal Ismail mengungkapkan bahwa Perseroan telah mendekati sejumlah perusahaan China untuk mencari mitra pengganti Air Product dalam proyek DME.

    Calon mitra yang telah dijajaki, yaitu CNCEC, CCESCC, Huayi, Wanhua, Baotailong, Shuangyashan, dan ECEC. Dari sejumlah perusahaan itu, hanya ECEC yang berminat sebagai mitra investor.

    “Dari seluruh calon mitra tersebut baru ECEC gitu ya, yang menyatakan minat menjadi mitra investor meskipun belum dari dalam skema investasi penuh atau full investment,” kata Arsal dalam RDP Komisi XII, Senin (5/5/2025).

    Merujuk pada paparan PTBA dalam rapat tersebut, ECEC telah menyampaikan preliminary proposal coal to DME pada November 2024.

    Di samping penjajakan yang masih berlanjut, PTBA masih terus mempersiapkan proyek DME ini secara paralel. Hingga saat ini, PTBA telah berhasil melakukan pembebasan lahan seluas 198 hektare atau sekitar 97% dari total kebutuhan lahan sebesar 203 hektare.

    “Itu merupakan komitmen dari kesiapan kami dalam menjalankan proyek ini. Nah, kami juga terus menjalin tentunya koordinasi intensif dengan berbagai pemangku kepentingan seperti Satgas Hilirisasi, Kementerian Sekretariat Negara, Kementerian Perindustrian, dan lembaga terkait lainnya untuk memproyek arahan dan dukungan kebijakan yang kami butuhkan,” tutur Arsal.

    Dominasi China di Proyek Hilirisasi Nikel

    Selain DME, investor asal China juga akan menggarap proyek hilirisasi nikel menjadi baterai kendaraan listrik (EV). Terbaru, pemerintah telah menunjuk Zhejiang Huayou Cobalt Co menjadi mitra strategis dalam megaproyek rantai pasok baterai. Huayaou akan menggantikan konsorsium asal Korea Selatan yang dipimpin LG Energy Solution yang semula akan berinvestasi senilai US$8,6 miliar atau Rp145 triliun di Proyek Titan. 

    Terpilihnya Huayou semakin menancapkan dominasi China dalam proyek hilirisasi nikel di Tanah Air. Hal ini mengingat mayoritas smelter nikel dalam negeri saat ini dimiliki oleh raksasa-raksasa logam China, seperti Tsingshan Group dan Jiangsu Delong Nickel Industry Co.

    Tak hanya itu, raksasa baterai China, Contemporary Amperex Technology Co Ltd. (CATL), juga telah berkomitmen menanamkan investasi dalam megaproyek rantai pasok baterai bernama Proyek Dragon. Melalui anak usahanya CBL International Development Pte Ltd, CATL membentuk joint venture dengan konsorsium BUMN Indonesia Battery Corporation (IBC) untuk membangun pabrik sel baterai dengan kapasitas produksi sebesar 15 gigawatt hour (GWh) per tahun. Nilai investasinya mencapai US$1,18 miliar atau sekitar Rp19,13 triliun.

    Terkait Huayou, Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan P Roeslani mengungkap pemerintah mempercayakan Huayou untuk menggantikan LG karena pemerintah melihat minat Huayou yang tinggi. Pemerintah juga menilai kemampuan Huayou yang telah mumpuni lantaran sudah lama berinvestasi di Indonesia dalam bidang yang sama. 

    Rosan mengungkapkan bahwa saat ini investasi yang telah ditanamkan Huayou di RI sebesar US$8,8 miliar atau setara Rp147 triliun.

    “Huayou saja investasi di Indonesia per hari ini itu sudah mencapai US$8,8 miliar, sudah menanamkan investasi loh, sudah selesai. Mereka menyampaikan potensi untuk investasi dari Grup Huayou ini ke depannya menurut perhitungan mereka bisa akan mencapai US$20 miliar tambahan,” kata Rosan kepada wartawan, Selasa (29/4/2025).

    Rosan menyebut, pihak Huayou meminta waktu untuk mematangkan rencana proyek baru tersebut. Rencana investasi proyek ini dijadwalkan akan dibeberkan secara terperinci pada pekan ketiga Mei 2025.

    Dalam hal ini, tak hanya sebagai pengganti LG Energy Solution di proyek rantai pasok baterai Indonesia, Huayou juga berencana untuk mengembangkan kawasan industri di Pomala, Sulawesi Tenggara.

    “Mereka sudah pelajari dan ingin mereka investasikan di Indonesia, termasuk adalah pengembangan klaster industrial park seperti yang di Morowali dan di Weda Bay. Yang di Weda Bay mereka adalah pemegang saham minoritas, nah mereka sekarang ingin mengembangkan juga sendiri,” jelasnya.

    Oleh karena itu, tak heran jika Huayou berencana untuk meningkatkan investasi jumbo di Indonesia. Menurut Rosan, untuk membangun industrial park seperti Morowali atau Weda Bay membutuhkan ongkos yang besar.

    “Tidak hanya dari Huayou, saya pun sudah bertemu lagi dari perusahaan lain yang ingin membangun yang sama dan nanti mereka akan bisa masuk investasi dari negara-negara lain juga,” pungkasnya.

    Meski menggandeng Huayou, pemerintah juga menegaskan tetap terbuka terhadap investasi dari negara lain untuk proyek hilirisasi dalam negeri. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa akan ada investor baru yang akan menjadi mitra Huayou dalam proyek baterai. 

    Menurutnya, calon investor itu merupakan salah satu dari tujuh perusahaan besar di dunia. 

    “Nanti kita umumkan ya. Ini salah satu perusahaan yang masuk tujuh besar di dunia. Enggak mungkin dong kami memasukkan partner yang belum comply dan belum teruji. Semuanya sudah teruji,” ucap Bahlil di Kantor Kementerian ESDM, Senin (28/4/2025) sore.

    Namun, Bahlil belum bisa memerinci mitra baru tersebut berasal dari negara mana. Namun, dia menekankan bahwa pemerintah tak terpaku pada negara asal.

    “Kita sekarang tidak menghitung mau China, mau Arab, mau Eropa, mau Korea, yang mau ke Indonesia aku enggak membedakan,” katanya. (Afiffah Rahmah Nurdifa)

  • Boy Thohir Borong 46,8 Juta Saham MBMA, Ini Pertimbangannya – Halaman all

    Boy Thohir Borong 46,8 Juta Saham MBMA, Ini Pertimbangannya – Halaman all

     

    TRIBJNNEWS.COM, JAKARTA – Garibaldi Thohir atau dikenal Boy Thohir memperluas portofolio investasinya dengan membeli saham PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) sebanyak 46,8 juta lembar saham.

    Menurutnya, aksi beli di tengah masih fluktuatifnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ini dilakukan karena fundamental ekonomi nasional yang masih solid.

    Terlebih, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada kuartal I/2025 pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 4,87 persen, angka yang relatif baik mengingat situasi ekonomi global tengah disibukkan dengan perang tarif.

    “Hal ini dilakukan karena saya percaya terhadap fundamental ekonomi Indonesia dan fundamental operasional perusahaan” katanya, Jakarta, Selasa (6/5/2025).

    Ia menjelaskan, pemilihan MBMA didasari oleh keterlibatannya sebagai salah satu pendiri Merdeka Group, serta prospek bisnis perusahaan yang kuat dalam jangka panjang, yang ditopang oleh kebijakan pemerintah yang secara konsisten mendorong pertumbuhan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.

    Beberapa waktu lalu MBMA melakukan penandatanganan perjanjian definitif dengan mitra strategis asal China, Zhejiang Huayou Cobalt Co Ltd (Huayou), untuk membangun pabrik bahan baku baterai kendaraan listrik dengan teknologi High Pressure Acid Leach (HPAL) di Kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Sulawesi Tengah.

    “Saya milih MBMA karena memiliki prospek dan rencana ekspansi bisnis yang cukup positif, serta memiliki rekam jejak yang cukup solid,” ujarnya.

     

  • CATL Dikabarkan Cari Pinjaman Rp16,4 Triliun untuk Ekspansi Pabrik di RI

    CATL Dikabarkan Cari Pinjaman Rp16,4 Triliun untuk Ekspansi Pabrik di RI

    Bisnis.com, JAKARTA – Produsen baterai kendaraan listrik Contemporary Amperex Technology Co. Ltd. (CATL) asal China sedang mencari pinjaman sekitar US$1 miliar atau setara Rp16,4 triliun untuk mendanai investasi di Indonesia.

    Dilansir Bloomberg pada Selasa (6/5/2025), informasi tersebut berasal dari sumber yang tidak ingin diungkapkan identitasnya. Sumber menyebutkan pendanaan tersebut bisa dalam jangka waktu 5 hingga 7 tahun.

    “Dana itu akan membiayai usaha patungan perusahaan, yang berencana membangun fasilitas produksi sel baterai di Karawang, Jawa Barat,” ungkap sumber.

    Pembicaraan dengan calon pemodal saat ini juga disebutkan sedang berlangsung dan rincian pinjaman dapat berubah. Saat dihubungi Bloomberg, CATL tidak menanggapi permintaan komentar.

    Adapun, upaya CATL untuk meningkatkan fasilitas produksi baterainya di Indonesia dilakukan saat raksasa baterai kendaraan listrik China itu mulai mengukur minat investor untuk penjualan saham senilai US$5 miliar yang berpotensi menjadi pencatatan terbesar di Hong Kong dalam beberapa tahun.

    Perusahaan tersebut mengatakan bahwa mereka memperkirakan akan melihat sedikit dampak dari tarif yang dikenakan pemerintahan Trump terhadap China karena eksposur perusahaan di AS cukup kecil.

    Pada bulan Oktober, CATL, melalui anak perusahaannya CBL International Development, membentuk JV dengan Indonesia Battery Corp milik pemerintah.

    Usaha patungan tersebut berencana untuk menginvestasikan US$1,2 miliar di negara Asia Tenggara tersebut, meningkatkan produksi baterai perusahaan yang berbasis di Fujian tersebut menjadi 15 gigawatt per tahun.

  • Sukses Kuasai ‘Harta Karun’ Langka Ukraina, Trump Janjikan Ini

    Sukses Kuasai ‘Harta Karun’ Langka Ukraina, Trump Janjikan Ini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Amerika Serikat dan Ukraina resmi menandatangani kesepakatan penting pada Rabu (30/4/2025) yang memberikan Amerika Serikat akses istimewa terhadap mineral-mineral kritis di Ukraina, termasuk logam tanah jarang.

    Sebagai imbal balik, kesepakatan ini juga mencakup pendanaan AS untuk investasi rekonstruksi Ukraina pasca perang.

    Mengutip dari Reuters, Kamis (1/5/2025), Ukraina sendiri dikenal memiliki cadangan logam tanah jarang cukup signifikan, yang sangat penting untuk industri teknologi tinggi dan pertahanan. Adapun, logam ini digunakan untuk membuat magnet khusus dalam kendaraan listrik, ponsel, sistem rudal, dan peralatan elektronik lainnya.

    Berdasarkan survei Geologi AS (U.S. Geological Survey), setidaknya ada 50 mineral yang dikategorikan sebagai “kritis”, termasuk nikel dan litium. Mineral kritis ini dianggap vital untuk industri pertahanan, peralatan teknologi tinggi, kedirgantaraan, dan energi hijau.

    Sementara itu, Ukraina juga memiliki cadangan 22 dari 34 mineral kritis yang diidentifikasi Uni Eropa. Ini termasuk material industri dan konstruksi, ferro alloy, logam mulia dan non-ferrous, serta beberapa unsur tanah jarang.

    Menurut Institut Geologi Ukraina, negara ini memiliki logam tanah jarang seperti lantanum dan serium yang digunakan dalam TV dan lampu, kemudian neodimium yang digunakan dalam turbin angin dan baterai kendaraan listrik, serta erbium dan yttrium, yang aplikasinya mencakup tenaga nuklir hingga laser.

    Forum Ekonomi Dunia menyatakan bahwa Ukraina juga merupakan pemasok potensial utama untuk litium, berilium, mangan, galium, zirkonium, grafit, apatit, fluorit, dan nikel.

    Layanan Geologi Negara menyampaikan bahwa Ukraina memiliki salah satu cadangan lithium terbesar di Eropa, yang dikonfirmasi mencapai 500.000 ton metrik, cukup penting untuk baterai, keramik, dan kaca.

    Negara ini memiliki cadangan titanium, sebagian besar berada di wilayah barat laut dan tengah, sementara litium ditemukan di bagian tengah, timur, dan tenggara.

    Lantas, apa isi rincian kesepakatan antara AS dengan Ukraina? Apa yang akan diperoleh Ukraina dari penguasaan AS atas logam tanah jarangnya tersebut?

    Kedua negara menandatangani perjanjian tersebut di Washington setelah negosiasi selama berbulan-bulan yang penuh dinamika, dan sempat terhambat di menit-menit terakhir.

    Perjanjian ini membentuk dana investasi bersama untuk membantu rekonstruksi Ukraina. Selain itu, kesepakatan ini juga menandai komitmen Trump dalam mencari penyelesaian damai atas perang Rusia-Ukraina yang telah berlangsung selama tiga tahun.

    Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan Wakil Perdana Menteri Pertama Ukraina Yulia Svyrydenko terlihat menandatangani kesepakatan dalam sebuah foto yang diunggah oleh Departemen Keuangan di X (Twitter), yang menyebut perjanjian ini “jelas menunjukkan komitmen Pemerintahan Trump terhadap Ukraina yang bebas, berdaulat, dan makmur.”

    Svyrydenko menulis di X bahwa perjanjian ini membuat Washington akan berkontribusi pada dana tersebut. Ia juga menyebut perjanjian ini mencakup bantuan baru, misalnya sistem pertahanan udara untuk Ukraina.

    (wia)

  • China Mau Bawa Rp 366 Triliun Garap Proyek Baterai di RI

    China Mau Bawa Rp 366 Triliun Garap Proyek Baterai di RI

    Jakarta

    Perusahaan asal China, Zhejiang Huayou Cobalt Co Ltd (Huayou), siap menggantikan posisi LG dalam proyek hilirisasi baterai di Indonesia. Bahkan, Huayou dikabarkan juga akan mengucurkan investasi tambahan hingga US$ 20 miliar atau sekitar Rp 336 triliun (kurs Rp 16.800).

    Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Perkasa Roeslani, mengatakan saat ini investasi Grup Huayou yang telah masuk ke Indonesia mencapai US$ 8,8 miliar atau setara Rp 147,84 triliun.

    “Mereka menyampaikan potensi untuk investasi dari Grup Huayou ini, ke depannya menurut perhitungan mereka bisa akan mencapai US$ 20 miliar tambahan. Nah, itu akan mereka jabarkan untuk proyek berikutnya ini di dalam bulan Mei ini,” ungkap Rosan, dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Investasi, Jakarta, Selasa (29/4/2025).

    Angka potensi tersebut, terdiri atas proyek hilirisasi baterai yakni Proyek Titan, yang sebelumnya dijalankan oleh LG Energy Solution Ltd (LGES), ditambah dengan proyek baru. Adapun salah satu proyek baru yang dimaksud ialah rencana pengembangan industrial park di Pomalaa.

    “Nah rencana ini lokasinya di Pomalaa. Jadi, kenapa investasi bisa jadi besar? Kalau kita membangun suatu industrial park sekelas Morowali dan Weda Bay, pasti investasinya sangat-sangat besar,” terang Rosan.

    “Dan tidak hanya dari Huayou, saya pun baru bertemu lagi dari perusahaan lain yang ingin membangun yang sama. Jadi, dan di sini mereka bisa masukkan investasi dari negara-negara lain juga,” sambungnya.

    Di sisi lain, Rosan juga telah mendengar kesiapan Huayou masuk ke Proyek Titan, menggantikan LG. Ia memastikan, Huayou akan mempergunakan teknologi yang paling baru. Lingkupnya masih tetap sama yakni dalam ekosistem baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV).

    “Pada intinya mereka siap untuk masuk merealisasikan investasi yang memang kita bilangnya grand package nih karena investasi yang besar, dalam rangka merealisasikan rencana dan target yang mungkin kemarin selama 5 tahun terakhir ini tertunda,” ujarnya.

    Pihaknya juga telah menggelar pertemuan dengan jajaran manajemen Huayou, termasuk dengan pemilik dan chairman perusahaan tersebut, pada Sabtu (26/4). Pertemuan itu dilakukan untuk membahas rencana investasi secara lebih mendalam.

    Ia menambahkan, rencananya pada bulan Mei mendatang Kementerian Investasi akan melakukan pembahasan lanjutan bersama Huayou. Rosan menekankan, Huayou siap untuk segera merealisasikan investasinya.

    (kil/kil)

  • MDKA Reklamasi Lahan 26,77 Ha di 2024 – Halaman all

    MDKA Reklamasi Lahan 26,77 Ha di 2024 – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM , JAKARTA – Emiten tambang PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) mendukung upaya pelestarian lingkungan dengan menjalankan reklamasi lahan seluas 26.77 ha di 2024.

    Luasan lahan yang direklamasi ini naik lebih dari 50 persen dibandingkan tahun sebelumnya seluas 16.17 ha.

    Secara kumulatif, lahan yang sudah direklamasi sejak 2014 mencapai 100.95 ha.

    Sementara itu penanaman bibit pohon juga dilakukan sepanjang 2024 sebanyak 26.342 bibit pohon dan jumlah penanaman bibit dua tahun sebelumnya sebanyak 20.050 bibit pohon.

    Kegiatan pelestarian oleh MDKA juga melibatkan para pemangku kepentingan.

    Di tambang Tembaga Wetar, Maluku Barat Daya, PT BKP-BTR (anak usaha MDKA) bekerja sama dengan warga melalui berbagai program pengelolaan lingkungan seperti pembuatan rencana lingkungan yang berkelanjutan serta lomba lingkungan sehat untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi warga dalam menjaga kelestarian lingkungan.

    Sementara di tambang Tujuh Bukit yang dikelola anak usaha MDKA lainnya, PT Bumi Suksesindo di Banyuwangi, Jawa Timur, meningkatkan akses pengelolaan sampah domestik bersama puluhan pemuda dan warga untuk menciptakan lingkungan lebih bersih dan sehat.

    Keseimbangan ekosistem di Tambang Tujuh Bukit masih terjaga dengan baik, terbukti dengan adanya ratusan jenis satwa di kawasan Tambang seperti Elang Jawa (Nisaetus Bartelsi).

    Perusahaan juga mendorong pelestarian melalui kegiatan pelatihan pengelolaan ekosistem mangrove, mitigasi perubahan iklim hingga kelestarian lingkungan pesisir yang dilakukan oleh Merdeka Battery Materials, anak usaha MDKA, di wilayah Morowali, Sulawesi Tengah.

    MDKA juga ikut merayakan Hari Lingkungan Hidup dan Hari Mangrove dengan berbagai kegiatan seperti penanaman bibit mangrove di sejumlah titik, kegiatan bersih pantai bersama pemerintah dan warga sekitar dan seminar lingkungan.

    MDKA juga melibatkan karyawan dalam kegiatannya seperti melakukan penanaman 1000 bibit mangrove, melalui ‘ Corporate Voluntary Activity’ .

    Head of Corporate Communication MDKA Tom Malik menyatakan, aspek lingkungan menjadi salah satu fokus utama Grup Merdeka, yang diwujudkan melalui berbagai program berkelanjutan dan terarah.

    “Kami terus menunjukkan komitmen nyata terhadap pelestarian lingkungan. Selain menjalankan strategi inisiatif, kami juga mendorong peningkatan kesadaran baik di kalangan masyarakat maupun internal perusahaan agar upaya pelestarian ini dapat terus berkelanjutan,” ujar Tom.

    Selain melibatkan masyarakat dalam program-program strategis lingkungan, MDKA juga aktif dalam meningkatkan sistem pengelolaan lingkungan di sekitar wilayah operasional melalui sertifikasi ISO 14001:2015 untuk Sistem Manajemen Lingkungan yang diraih seluruh entitas bisnis MDKA di 2024.

    Sepanjang tahun tersebut, berbagai inisiatif lingkungan juga dijalankan, antara lain pengelolaan 154,34 ton limbah non-B3 secara optimal, serta penggunaan alat pendingin ramah lingkungan yang tidak berkontribusi terhadap penipisan lapisan ozon.

    Untuk mitigasi perubahan iklim, MDKA meraih skor “B” dari CDP (Carbon Disclosure Project), sebuah organisasi nirlaba global yang mengelola data lingkungan paling komprehensif di dunia dan diakui sebagai standar tertinggi dalam pelaporan iklim.

    Pencapaian ini didukung sejumlah inisiatif, antara lain pemanfaatan sumber Energi Baru Terbarukan (EBT) dari PT PLN, penggunaan bahan bakar biodiesel—campuran bahan bakar nabati terbarukan dan solar—dalam operasional, serta kontribusi MDKA terhadap ekonomi rendah karbon melalui pengolahan nikel sebagai komponen utama baterai kendaraan listrik untuk mendukung pengembangan transportasi berkelanjutan.

    “Kinerja lingkungan yang kami lakukan didasari atas kepedulian terhadap pelestarian lingkungan, kegiatan yang bermanfaat bagi sesama dan bumi tempat kita tinggal. Untuk kedepannya, MDKA akan tetap berkomitmen untuk menjaga kelestarian lingkungan yang berkelanjutan,” ujar Tom.