Produk: Artificial Intelligence

  • Apakah AI Bisa Bikin Bumi Lebih Sehat?

    Apakah AI Bisa Bikin Bumi Lebih Sehat?

    Beragam terobosan teknologi kini membuka peluang baru bagi kita untuk merawat bumi, dan salah satunya adalah pemanfaatan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).

    Saat ini kecerdasan buatan memainkan peran penting dalam meningkatkan efisiensi produksi energi terbarukan. Dari mengoptimalkan kinerja turbin angin hingga menyesuaikan operasi panel surya berdasarkan pola cuaca, AI membuat sistem energi hijau bekerja lebih stabil dan efisien

  • Banyak Gen Z-Alpha Pakai AI Curhat Kondisi Mental, Psikiater UI Ingatkan Bahayanya

    Banyak Gen Z-Alpha Pakai AI Curhat Kondisi Mental, Psikiater UI Ingatkan Bahayanya

    Jakarta

    Tren anak muda menggunakan artificial intelligence (AI) seperti Chat GPT untuk menilai kondisi kesehatan mental makin tinggi. Psikiater Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo (FKUI-RSCM), dr Kristiana Siste, mengingatkan praktik ini berisiko menyesatkan karena AI tidak dirancang untuk menegakkan diagnosis klinis.

    dr Siste menyebut banyak remaja dan dewasa muda kini bergantung pada chatbot, bahkan dari yang sekadar mencaritahu kepribadian hingga dugaan gangguan mental.

    “AI ini kan sering kali digunakan oleh gen Z dan gen Alpha untuk menanyakan ‘Aku kepribadiannya apa? Introvert atau extrovert? Aku depresi nggak sih?’” ujarnya, di Jakarta, Rabu (26/11/2025).

    Menurut dr Siste, sebagian pasien mengaku menjadikan AI sebagai tempat bercerita ketika merasa kesepian. Minimnya komunikasi di dalam keluarga membuat anak muda lebih nyaman berbagi keluhan kepada chatbot dibanding orang tua atau orang terdekat.

    Ia menilai AI memang dapat menjadi alat skrining awal, termasuk untuk mendeteksi kecanduan internet, game, dan judi online. Namun, ia menegaskan hasil yang diberikan AI seringkali keliru, berlebihan, atau tidak sesuai konteks sehingga tidak boleh dijadikan dasar penegakan diagnosis.

    Risiko Self-Diagnosis

    dr Siste menyoroti fenomena pengguna yang memposting hasil ‘diagnosis’ dari AI ke media sosial lalu melakukan self-treatment tanpa berkonsultasi dengan tenaga profesional.

    Praktik tersebut dinilai berbahaya dan dapat memperburuk kondisi kesehatan mental karena gejala yang terlihat serupa seringnya memiliki penyebab berbeda dan memerlukan penanganan medis.

    Selain itu, ketergantungan berlebih pada chatbot dapat membuat anak muda makin menarik diri dari lingkungan sosial karena merasa lebih dipahami oleh AI dibanding manusia.

    Ia menegaskan AI harus ditempatkan sebagai alat pendukung, bukan pengganti tenaga kesehatan profesional. Pendampingan keluarga dinilai penting agar penggunaan teknologi tidak semakin menggeser komunikasi di rumah.

    “AI bagus jika digunakan bersama-sama oleh keluarga. Orang tua harus mengerti dulu lalu mengajak anaknya berinteraksi bersama,” tegasnya.

    (naf/naf)

  • Indonesia Jadi Target Ransomware Sepanjang 2025, Apa Penyebabnya?

    Indonesia Jadi Target Ransomware Sepanjang 2025, Apa Penyebabnya?

    Liputan6.com, Jakarta – Perubahan teknologi kian terlihat di tingkat yang tidak bisa dibayangnya. Di tengah modernisasi, Indonesia berada dalam ancaman keterlambatan Artificial Intelligence (AI) dan lonjakan kejahatan digital, khususnya ransomware yang kini menjadi model bisnis menguntungkan bagi hacker.

    Pengamat Teknologi Informasi (IT) dan Keamanan Siber dari Vaksincom, Alfons Tanujaya, menjelaskan AI saat ini merupakan kelanjutan dari big data. Teknologi tersebut saat ini dikuasai oleh negara maju, seperti Amerika Serikat dan China.

    “Kita bisa lihat data center-data center sekarang ada di Amerika Serikat (AS), dan sebagai gambaran data center AI berbeda dengan data center biasa,” tutur Alfons di seminar bertajuk ‘Evaluasi Malware 2025, Trend 2026 dan Antisipasinya’ yang digelar Vaksincom, Rabu (26/11/2025) di Jakarta.

    Alfons memberikan gambaran di mana AS sedang memonopoli data center yang disebutnya ada di “level chip”. Hal ini menyebabkan negara-negara lain yang ingin membuat data center harus memiliki chip dari AS.

    “Maka yang kita takuti bukan ini (monopoli data center), kita lebih takut kepada budaya digital. Jadi, budaya digital itu bisa memberi ancaman yang lebih besar,” Alfons menjelaskan.

    Kekhawatiran saat ini dialihkan dari AI ke program kejahatan digital. Ransomware menjadi model bisnis yang sudah berbeda dengan virus generasi awal (Malware 1.0), di mana tidak memiliki perisai dan tak berkembang dalam hal ekonomi.

    “Malware 1.0 yang waktu awal-awal virus love bug, yang kalau datang love letter, besoknya klik lalu kena virus, itu malware 1.0,” ucap Alfons.

    Selain 1.0, Alfons juga menjelaskan soal Malware 2.0 (Worm) yang membutuhkan koneksi ke jaringan dan akan aktif otomatis dengan mengeksploitasi celah keamanan atau vulnerability, sehingga saat seseorang tidak meng-klik, maka tidak akan terkena infeksi virus.

    “Kalau virus itu aktif, korban membutuhkan bantuan dari pihak ketiga. Jadi, kalau virus masuk ke komputer kita, kita terima virus secara teknis, secara definitif,” Alfons memaparkan.

    Bentuk malware terbaru adalah Extortion (Malware 4.0) di mana seseorang ketika sudah mencadangkan data dan tidak ingin membayar, pelaku akan mengancam menyebarkan data meskipun sudah di back-up.

  • Siap-siap Belajar AI yang Seru Bareng Samsung Biar Makin Kreatif

    Siap-siap Belajar AI yang Seru Bareng Samsung Biar Makin Kreatif

    Jakarta

    Makin banyak orang memakai Artificial Intelligence (AI) untuk meningkatkan produktivitas. Sekalian nih, ada acara khusus belajar AI bareng Samsung dan detikcom.

    Melihat antusiasme tinggi terhadap pemanfaatan AI, detikcom menghadirkan talkshow bertema ‘Beyond Creativity with Everyday AI’ yang direncanakan pada Kamis (27/11/2025) siang nanti di Jakarta Selatan. Acara ini dirancang untuk membahas bagaimana AI tidak hanya membantu mencari informasi, tetapi juga mendukung pengembangan bisnis, kreativitas, hingga strategi investasi.

    Melalui kolaborasi dengan Samsung Galaxy AI dan Google Gemini, talkshow ini akan mengupas bagaimana teknologi dapat menjadi partner strategis bagi kreator dan pelaku bisnis. Galaxy AI hadir dengan fitur-fitur yang mempermudah penyusunan ide dan eksekusi konten, sementara Gemini menawarkan analisis real-time yang membantu proses riset dan pengambilan keputusan.

    Acara ini menghadirkan Arief Muhammad, kreator sekaligus entrepreneur yang dikenal piawai memanfaatkan teknologi dalam membangun berbagai lini usaha. Dalam acara ini, Arief akan mengupas tuntas soal pemanfaatan AI dalam kehidupan sehari-hari. Akan hadir juga Ilham Indrawan, selaku MX Product Marketing Senior Manager Samsung Electronics Indonesia.

    Sebanyak 30 konten kreator akan ikut dalam acara ini. Mereka berasal dari berbagai bidang kreatif seperti lifestyle, beauty, health dan travel enthusiast serta entrepreneur.

    Workshop soal AI tentu sekarang semakin relevan. AI sudah menjadi aktivitas digital masyarakat untuk bekerja dan membuat konten. Bahkan, AI menjadi sumber informasi yang cepat, relevan, dan mudah diakses.

    Survei detikINET Soal Penggunaan AI

    Hasil survei detikINET menunjukkan bahwa 56,03% detikers menggunakan AI untuk mencari informasi atau ide tertentu. Selain itu, 96% detikers mengakui punya minat baru dari AI. AI bukan hanya dipakai untuk mencari minat baru, tetapi dimanfaatkan detikers untuk mendalami passion yang sudah dimiliki.

    Hal menarik lainnya, 87,42% responden juga memakai AI untuk mengelola keuangan dan bisnis. Mereka menilai kemampuan AI memproses data secara real-time membuat pengguna lebih mudah memahami kondisi finansial dan menentukan langkah strategis.

    Ini menjadikannya alasan paling dominan dalam penggunaan AI sehari-hari. Survei online ini berlangsung pada 4-14 November 2025 melalui artikel di detikINET yang dibuka lewat perangkat mobile maupun desktop.

    Menggunakan platform Typeform, survei ini berhasil menjaring 597 responden dari berbagai kalangan yang aktif mengikuti perkembangan teknologi. Dari seluruh responden, sebanyak 90% sudah pernah menggunakan AI.

    Adapun rinciannya sebanyak 38% mengaku menggunakannya secara rutin sesuai kebutuhan, 31,80% menggunakannya hanya sesekali, dan 20,26% bahkan memanfaatkannya setiap hari, serta hanya 9,14% yang mengaku tidak pernah mencobanya sama sekali.

    Lebih lanjut, tingginya angka penggunaan ini menunjukkan bahwa AI telah menjadi elemen yang akrab bagi mayoritas detikers bukan lagi teknologi rumit, tetapi alat pendukung yang semakin mudah diadaptasi dalam aktivitas digital.

    Bagi banyak pengguna, AI menawarkan pengalaman yang lebih cepat, terarah, dan interaktif dalam menemukan referensi atau ide awal. Fitur seperti penyusunan ringkasan, rekomendasi ide, hingga penjelasan mendalam membuat AI menjadi ‘teman brainstorming’ yang responsif.

    Selain mencari ide, penggunaan AI yang juga menonjol adalah untuk pembelajaran bahasa asing. Banyak detikers mengaku terbantu dengan kemampuan AI dalam menerjemahkan, menjelaskan grammar, sekaligus memberikan latihan simulasi percakapan.

    Tak kalah menarik, sebagian responden memanfaatkan AI untuk riset mendalam, bukan sekadar menjawab pertanyaan singkat. Pengguna mengaku terbantu untuk menganalisis data, memahami topik kompleks, hingga menyusun referensi secara sistematis, menandakan meningkatnya kepercayaan terhadap kemampuan AI dalam mendukung kegiatan akademik maupun profesional.

    Halaman 2 dari 2

    (fay/rns)

  • Operator Telekomunikasi Belum Siap Adopsi AI, Terkendala Data Debt

    Operator Telekomunikasi Belum Siap Adopsi AI, Terkendala Data Debt

    Bisnis.com, JAKARTA — Operator telekomunikasi di kawasan Asia Pasifik dinilai belum sepenuhnya siap memaksimalkan pemanfaatan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), salah satunya karena persoalan “data debt”.

    Temuan tersebut diungkap dalam laporan terbaru Accenture bertajuk Cracking the Code on Data Debt. 

    Laporan itu menjelaskan bahwa data debt merupakan hambatan yang timbul akibat data perusahaan yang tersebar, tidak konsisten, dan terfragmentasi sehingga sulit dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan maupun inovasi berbasis AI.

    Kondisi ini membuat 71% eksekutif operator telekomunikasi di Asia Pasifik mengaku tidak memiliki visibilitas menyeluruh terhadap jaringan dan portofolio mereka. 

    Dampaknya, pengambilan keputusan menjadi lebih lambat. Selain itu, 66% karyawan operator (CSP) justru lebih banyak menghabiskan waktu untuk membersihkan data dibandingkan menganalisisnya. Hanya 2% operator di kawasan ini yang telah memiliki strategi data terpadu dengan proses berbagi data lintas fungsi yang berjalan mulus.

    Accenture juga merilis laporan pendukung berjudul The Front Runner’s Guide to Scaling AI, yang menunjukkan bahwa hanya 21% perusahaan telekomunikasi di Asia Pasifik berhasil memperoleh manfaat nyata dari investasi AI. 

    Kelompok yang lebih maju ini umumnya menempatkan investasi jangka panjang pada pembaruan fondasi teknologi, pembangunan platform data yang siap untuk AI, serta peningkatan keterampilan tenaga kerja.

    Selain itu, operator di kawasan APAC kini berfokus pada lima area pengembangan AI, termasuk penerapan Self-Healing Automated Network dan Field Engineer Technical Assistant dalam Network & Service Assurance, Agent Co-Pilot pada layanan pelanggan, serta Sales Co-Pilot dan Marketing Content Generation untuk mendukung penjualan dan pemasaran.

    Managing Director and Lead, Communications, Media and Technology Industry, Accenture in APAC Tore Berg mengatakan perusahaan telekomunikasi memiliki peluang besar untuk memanfaatkan AI, data, dan otomatisasi guna menghadirkan pengalaman pelanggan yang lebih mulus dan personal. 

    Menurutnya, inovasi tersebut juga dapat membuka peluang layanan baru agar bisnis konsumer tetap tumbuh di tengah pasar yang semakin kompetitif.

    Dia menambahkan bahwa pertumbuhan AI dan meningkatnya kebutuhan solusi berbasis cloud yang aman memberikan peluang bagi operator untuk memanfaatkan kekuatan jaringan dan kepercayaan pelanggan.

    “Ini dapat mendorong pertumbuhan bisnis B2B sekaligus memperkuat peran mereka dalam ekonomi digital,” kata Tore dalam keterangan resminya pada Rabu (26/11/2025).

    Tore juga menyoroti tumbuhnya kesadaran operator telekomunikasi terhadap potensi AI. 

    Dia mengatakan operator telekomunikasi semakin menyadari potensi kecerdasan buatan dan mulai berinvestasi karena melihat teknologi tersebut mampu meningkatkan produktivitas sekaligus profitabilitas bisnis.

    “Sebagian kecil pemimpin sudah bergerak lebih jauh dengan melakukan investasi mendalam dan konsisten untuk melakukan reinvent bisnis mereka, membuka peluang baru yang mendukung perluasan bisnis di masa depan,” katanya.

    Sementara itu, Vivek Luthra, Senior Managing Director, Data and AI Lead, APAC & South East Asia Business and Global Strategic Pursuits at Accenture, menegaskan peningkatan pemanfaatan AI membutuhkan komitmen besar dari perusahaan.

    Dia menyebut adopsi AI harus berfokus pada inti bisnis dan dipandu langsung oleh manajemen puncak serta didukung transformasi struktural yang nyata.

    “Dua area yang harus menjadi prioritas utama adalah teknologi dan talenta,” katanya. Vivek menjelaskan persoalan technical debt yang selama ini membebani operator kini berkembang menjadi data debt, terutama karena data yang terisolasi dan tidak konsisten.

    “Sistem lama menyerap anggaran namun menghambat kelincahan. Sekarang muncul pula data debt karena data yang tidak konsisten dan terisolasi menghambat inovasi berbasis AI. AI justru dapat membantu operator mempercepat modernisasi dan mengatasi masalah tersebut,” katanya.

    Menurutnya, kebutuhan keterampilan juga berubah seiring meningkatnya otomatisasi di industri telekomunikasi. Tenaga kerja yang dibutuhkan bukan hanya ahli jaringan, tetapi juga memiliki kemampuan data dan AI

    “Operator perlu strategi terarah untuk membangun keterampilan baru sekaligus menyiapkan tenaga kerja masa depan,” ungkapnya.

    Adapun Tejas Rao, Managing Director and Global Network Practice Lead, Communications Media and Technology, Accenture, menilai penerapan agentic AI menjadi kunci akselerasi menuju operasi jaringan otonom atau zero-touch.

    Dia menuturkan teknologi ini memberikan peluang transformasi besar bagi operator telekomunikasi.

    “Sebanyak 63% operator telekomunikasi global kini telah berinvestasi dalam AI agents. Sebagian besar masih pada tahap eksperimen, namun 2 dari 10 sudah mulai menerapkannya secara lebih luas di berbagai fungsi. Teknologi ini memberikan peluang besar bagi operator untuk mentransformasi konektivitas menjadi aset strategis yang mendorong pertumbuhan,” ungkapnya.

    Laporan Cracking the Code on Data Debt disusun berdasarkan survei terhadap 256 eksekutif senior dari 24 negara, termasuk 66 eksekutif asal Asia Pasifik. Adapun riset The Front Runner’s Guide to Scaling AI melibatkan 2.000 eksekutif C-suite dan pakar data dari hampir 2.000 perusahaan global berpendapatan di atas US$1 miliar di 15 negara, termasuk 38 operator telekomunikasi (CSP) di kawasan APAC. 

    Penilaian dilakukan terhadap kesiapan data, talenta, responsible AI, serta kematangan LLM operations untuk memetakan tingkat kesiapan AI perusahaan pada empat kategori, yaitu Experimenting, Progressing, Fast-Followers, dan Front-Runners.

  • Sido Muncul Raih 2 Penghargaan di Ajang TOP 100 Indonesia La Tofi ESG Rating & Sustainability Communication Awards 2025

    Sido Muncul Raih 2 Penghargaan di Ajang TOP 100 Indonesia La Tofi ESG Rating & Sustainability Communication Awards 2025

    Jakarta

    PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk (Sido Muncul), berhasil meraih dua penghargaan dalam ajang Top 100 Indonesia La Tofi ESG Rating & Sustainability Communication Awards 2025. Kategori penghargaan yang didapatkan adalah Platinum Alignment untuk Top 100 Indonesia La Tofi ESG Rating dan The Legend of CSR Storytelling untukThe Sustainability Communication Awards 2025.

    Dalam acara yang diselenggarakan oleh La Tofi School of Social Responsibility tersebut, penghargaan kepada Sido Muncul diberikan oleh Chairman La Tofi School of Social Responsibility La Tofi kepada Direktur Sido Muncul Dr. (H.C.) Irwan Hidayat.

    Adapun penghargaan yang diserahkan pada Selasa (25/11) di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta itu adalah kategori Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB). Irwan Hidayat mengatakan Sido Muncul sukses mendapatkan Platinum Alignment dengan skor 87,85.

    “CSR itu menurut saya sangat dibutuhkan. Maka itu, penghargaan ini mendorong pengusaha seperti saya melakukan (CSR) secara lebih baik,” ujar Irwan usai menerima penghargaan, Jakarta, Selasa (25/11/2025).

    Irwan mengungkapkan Sido Muncul sudah sering melakukan beberapa kegiatan CSR yang bertujuan memberikan kontribusi ke masyarakat. Beberapa contohnya yaitu pariwisata, operasi katarak, stunting, ODGJ hingga menolong pengungsi.

    Menurut Irwan, dalam mengelola Sido Muncul dia menggunakan intelegensia dan akal budi. Karena menurutnya, pengusaha yang sukses disebabkan oleh suatu hal yang ia perbuat.

    “Jadi bukan cuma 2 persen dari keuntungan. Semua dana-dana, iklan segala, kalau bisa memberikan kontribusi, kami berikan,” imbuhnya.

    Tak hanya bagi sesama, Irwan juga memandang lingkungan juga perlu dihargai. Menurutnya, apabila Sido Muncul mampu menjaga lingkungan, maka konsumen akan menaruh kepercayaan.

    “Saya ingin seperti apa orang ingin berbuat kepada. Pokoknya jangan melanggar hukum akal budi lah. Siapa saja, perbuatlah seperti kau ingin diperlakukan,” ungkap Irwan.

    Irwan Hidayat mengucapkan rasa syukur dan terima kasih kepada La Tofi yang sudah memberikan penghargaan kepada Sido Muncul. Menurutnya penghargaan itu jadi bukti komitmen perusahaan dalam menghadirkan praktik bisnis berkelanjutan.

    “Kami sangat berterima kasih atas penghargaan yang diberikan oleh Bapak La Tofi yang sangat care sama lingkungan dan dukungan semua pihak. Ini merupakan bukti nyata dari komitmen kami untuk kedepannya dalam menghadirkan praktik bisnis yang transparan, berkelanjutan, dan bertanggung jawab,” kata Irwan.

    Sementara itu, Chairman La Tofi School of Social Responsibility La Tofi mengatakan penghargaan Top 100 Indonesia 2025 La Tofi ESG rating diberikan kepada perusahan yang dipilih atas pengaruhnya terhadap kehidupan di Indonesia.

    “Karena jujur saja, melalui metodologi La Tofi ESG Rating, kami bisa meneropong hingga ke selimut yang tidak terlihat oleh publik,” ucap La Tofi.

    Adapun metodologi yang dipakai dalam penilaian penghargaan ini bekerja menggunakan Artificial Intelligence. Dengan AI La Tofi membuat penelusuran, membuat solusi, dan menyelesaikan persoalan.

    “Melalui metodologi Latofi ESG Rating, kami juga membantu merumuskan bagaimana cara melihat secara cepat risiko-risikonya di lapangan. Kami membuat penelusuran, kami membuat solusi cepat, dibantu pemain AI. Dan saatnya kita semua di Indonesia juga mengambil cara yang sama,” imbuhnya.

    Menurut La Tofi, Irwan Hidayat adalah sosok yang memiliki moralitas tinggi. Ia juga kagum dengan Irwan Hidayat yang membangun Sido Muncu hingga sukses menjadi sebuah brand besar.

    “Saya tahu bagaimana Pak Irwan Hidayat berjuang untuk menjadi perusahaan terbuka dengan memenuhi semua aturan-aturan yang disyaratkan. Tidak mudah begitu saja langsung listing di bursa, tetapi melalui tantangan-tantangan yang tidak kalah besarnya. Dan beliau bisa atasi dengan perjuangan keras, bisa atasi dengan tekad dan pendidikan yang luar biasa,” ungkapnya.

    Dengan penghargaan ini, Sido Muncul menegaskan tidak hanya menjalankan perannya dalam menciptakan ekosistem bisnis yang sehat dan bermanfaat kepada masyarakat Indonesia, namun juga aktif dalam menjaga keberlanjutan lingkungan.

    Sebagai bentuk kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR), Sido Muncul juga konsisten menggelar program operasi bibir sumbing gratis, bantuan katarak gratis hingga memberikan bantuan untuk anak-anak suspect stunting di berbagai wilayah di Indonesia.

    Melalui acara Top 100 Indonesia 2025 La Tofi ESG Rating sebanyak 100 lebih perusahaan yang berasal dari sektor energi, keuangan, industri dasar, infrastruktur, pembangkit listrik & pendukungnya, produsen barang primer, teknologi digital, farmasi, retail dan jasa.

    Perusahaan-perusahaan itu telah dikurasi menggunakan metodologi La Tofi ESG Rating berdasarkan Sustainability Report 2024 dan analisis data sekunder.

    Masing-masing mereka menerima skor dari yang paling rendah 71 dengan peringkat Silver Alignment hingga skor tertinggi 100 dengan peringkat Platinum Alignment.

    Masing-masing mereka juga menerima dokumen pernyataan resmi kerja metodologi La Tofi ESG Rating dan saran perbaikan yang mereka perlukan.

    La Tofi ESG Rating dikembangkan dengan pendekatan empat pilar yang menekankan pentingnya pemetaan risiko signifikan, keselarasan strategi, efektivitas aksi mitigasi, dan verifikasi dampak.

    Pendekatan ini ditujukan untuk melengkapi keberadaan lembaga rating internasional sekaligus menyediakan perspektif lokal dalam membaca risiko dan kinerja keberlanjutan perusahaan-perusahaan Indonesia.

    La Tofi menegaskan edisi tahun ini merupakan edisi perkenalan dari rating nasional tersebut. La Tofi menjelaskan perusahaan-perusahaan diharapkan dapat memahami cara kerja metodologi ini, termasuk rekomendasi perbaikan yang menjadi pernyataan resmi hasil penilaian.

    Verifikasi lapangan pada edisi perdana masih menggunakan data sekunder, dan mulai tahun depan penilaian akan diperkuat dengan verifikasi langsung di lokasi operasional perusahaan.

    Selain kerja metodologis La Tofi ESG Rating, Sustainability Communication Awards diberikan kepada peserta CSR Storytelling Competition, sebuah kompetisi yang menilai kemampuan perusahaan dalam menghadirkan kisah keberlanjutan yang kredibel dan berdampak.

    Kompetisi ini menggabungkan penilaian naratif melalui paper dan penyampaian video kreatif yang menyoroti praktik sosial, lingkungan, dan tata kelola yang membawa perubahan nyata.

    Dalam penghargaan ini, Irwan Hidayat mengangkat narasi orang-orang di balik program seperti para petani, para pelaku usaha kecil, yang kerap terabaikan, kemudian mengubah perjalanan mereka menjadi pelajaran tentang ketangguhan dan tanggung jawab bersama.

    (adv/adv)

  • 87,42% Responden Pakai AI untuk Kelola Keuangan-Bisnis

    87,42% Responden Pakai AI untuk Kelola Keuangan-Bisnis

    Jakarta

    Artificial Intelligence (AI) kini semakin diandalkan untuk membantu masyarakat mengelola keuangan dan aktivitas usaha secara lebih efisien. Teknologi ini dinilai mampu mengotomatiskan proses kerja, memberikan analisis cepat, hingga mendeteksi potensi risiko dalam transaksi.

    Survei detikInet menunjukkan 87,42% detikers percaya AI berperan penting dalam perencanaan keuangan hingga tata kelola keuangan. Mereka menilai kemampuan AI memproses data secara real-time membuat pengguna lebih mudah memahami kondisi finansial dan menentukan langkah strategis.

    Sebaliknya, 12,58% responden yang tidak setuju menilai kualitas analisis AI masih dipengaruhi oleh cara pengguna memberikan input. Mereka juga menyoroti bahwa pemahaman konteks yang belum sempurna membuat hasil rekomendasi terkadang tidak konsisten.

    Selain membantu pengelolaan keuangan, AI juga berperan sebagai mitra dalam pengembangan ide bisnis. Sebanyak 96% detikers menilai AI mampu mempercepat proses brainstorming dan riset awal, mulai dari pencarian peluang hingga eksplorasi passion baru yang berpotensi menjadi usaha.

    Di luar itu, 56,03% detikers memanfaatkan AI untuk mencari informasi atau ide tertentu dalam aktivitas harian. Sisanya menggunakan AI untuk riset mendalam, pembelajaran bahasa, hingga penyusunan referensi akademik dan profesional secara sistematis.

    Mayoritas responden mengaku terbantu dengan kemampuan AI menghadirkan rekomendasi ide, rangkuman, hingga analisis data. Mereka melihat AI sebagai “teman brainstorming” yang bisa diakses kapan saja untuk mendukung keputusan terkait keuangan maupun bisnis.

    Melihat tingginya ketertarikan publik terhadap pemanfaatan AI, detikcom menghadirkan talkshow bertema Beyond Creativity with Everyday AI. Acara ini dirancang untuk membahas bagaimana AI tidak hanya membantu mencari informasi, tetapi juga mendukung pengembangan bisnis, kreativitas, hingga strategi investasi.

    Melalui kolaborasi dengan Samsung Galaxy AI dan Google Gemini, talkshow ini mengulas bagaimana teknologi dapat menjadi partner strategis bagi kreator dan pelaku bisnis. Galaxy AI membantu penyusunan ide dan konten, sementara Gemini menyediakan analisis real-time untuk riset dan pengambilan keputusan.

    Dalam acara tersebut, Arief Muhammad turut hadir sebagai kreator dan entrepreneur yang akan berbagi pengalaman soal pemanfaatan AI dalam kehidupan sehari-hari.

    (prf/ega)

  • Seberapa Penting Fitur AI dalam Smartphone? Survei Ini Menjawabnya

    Seberapa Penting Fitur AI dalam Smartphone? Survei Ini Menjawabnya

    Jakarta

    Artificial Intelligence (AI) kini semakin menjadi bagian dari keseharian masyarakat. Banyak kegiatan meliputi AI, mulai dari wadah hiburan, pekerjaan, hingga mengatur keuangan, yang mempermudah berbagai aktivitas digital. Tidak terkecuali pada smartphone, teknologi ini mulai menjadi fitur penting yang memengaruhi cara pengguna berinteraksi dengan perangkatnya.

    Data Statista 2024 mencatat terdapat sekitar 200 juta pengguna smartphone di Indonesia. Tidak hanya itu, masyarakat Tanah Air juga tercatat sebagai salah satu pengguna ponsel dengan waktu penggunaan harian yang tinggi di dunia. Aktivitas digital seperti chatting di WhatsApp, menonton video di YouTube, hingga scrolling di TikTok menjadi bagian dari rutinitas sehari-hari. Dengan keterlibatan yang begitu tinggi, tidak mengherankan jika fitur AI dianggap semakin relevan bagi para pengguna.

    Salah satu alasan kehadiran AI penting di smartphone adalah kemampuannya membuat pengalaman pengguna menjadi lebih personal dan menarik. AI mampu menyesuaikan saran, rekomendasi, hingga notifikasi berdasarkan pola penggunaan setiap individu. Misalnya, asisten virtual yang dapat mengingat jadwal, memberikan rekomendasi konten, atau mengatur pengingat sesuai kebiasaan penggunanya.

    Berdasarkan survei detikInet, 89,78% responden menilai fitur AI penting, sementara 10,22% menganggap tidak penting. Angka ini menunjukkan sebagian besar pengguna smartphone mulai menyadari manfaat teknologi ini dalam kehidupan sehari-hari.

    Tidak hanya diakui penting, AI ternyata sudah digunakan secara nyata oleh pengguna. Survei menunjukkan 87,42% detikers sudah menggunakan fitur AI, dengan 38% di antaranya menggunakan AI secara rutin. Hal ini menegaskan bahwa masyarakat Indonesia kini sudah cukup familiar dengan teknologi AI dan mulai mengintegrasikannya dalam aktivitas sehari-hari.

    Kehadiran AI di smartphone tidak lagi sekadar fitur tambahan, tapi juga jadi elemen penting yang meningkatkan pengalaman, efisiensi, serta keamanan pengguna. Dengan semakin tingginya adopsi teknologi ini, smartphone dengan kemampuan AI diperkirakan akan terus menjadi perangkat yang tidak tergantikan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia.

    Melihat antusiasme tinggi terhadap pemanfaatan AI, detikcom menghadirkan talkshow bertema ‘Beyond Creativity with Everyday AI’. Acara ini dirancang untuk membahas bagaimana AI tidak hanya membantu mencari informasi, tetapi juga mendukung pengembangan bisnis, kreativitas, hingga strategi investasi.

    Melalui kolaborasi dengan Samsung Galaxy AI dan Google Gemini, talkshow ini akan mengupas bagaimana teknologi dapat menjadi partner strategis bagi kreator dan pelaku bisnis. Galaxy AI hadir dengan fitur-fitur yang mempermudah penyusunan ide dan eksekusi konten, sementara Gemini menawarkan analisis real-time yang membantu proses riset dan pengambilan keputusan.

    Acara ini menghadirkan Arief Muhammad, kreator sekaligus entrepreneur yang dikenal piawai memanfaatkan teknologi dalam membangun berbagai lini usaha. Dalam acara ini, Arief akan mengupas tuntas soal pemanfaatan AI dalam kehidupan sehari-hari.

    (prf/ega)

  • Lewat Survei, Lebih dari 96% detikers Akui Punya Minat Baru dari AI

    Lewat Survei, Lebih dari 96% detikers Akui Punya Minat Baru dari AI

    Jakarta

    Minat atau passion merupakan kecenderungan seseorang dalam menyukai suatu objek atau kegiatan yang membutuhkan perhatian dan dapat menghasilkan kepuasan bagi dirinya. Contohnya, yaitu ketika seseorang mempunyai hobi.

    Minat juga berhubungan kuat dengan motivasi pada suatu hal dan terkait dengan cita-cita yang menentukan karier seseorang di masa mendatang.

    Motivasi ini bisa semakin kuat ketika seseorang merasa membutuhkan hal itu. Misalnya minat seseorang untuk menjadi wirausaha, maka dia akan termotivasi untuk banyak belajar dan mempraktikkannya.

    Baru-baru ini, detikcom melalui kanal detikInet menggelar survei online terkait penggunaan Artificial Intelligence (AI). Survei ini berlangsung pada 4-14 November 2025, dilakukan melalui artikel detikInet yang diakses lewat perangkat mobile maupun desktop, dengan platform Typeform.

    Dari survei awal tersebut, terkumpul ratusan respons untuk memetakan preferensi dan pandangan detikers mengenai AI, khususnya dalam membantu memulai atau mempelajari hal-hal baru.

    Hasilnya, sebanyak 96,22% responden menyatakan setuju AI membantu mereka mempelajari hal-hal baru sekaligus menemukan minat atau passion baru. Sementara itu, 3,78% responden tidak setuju.

    Beberapa alasan yang disampaikan antara lain:

    Lebih memilih mencari informasi secara manual, baik lewat buku maupun mesin pencari.Menilai jawaban AI masih kurang akurat, tidak konsisten, atau belum sesuai kebutuhan.Ada kekhawatiran terkait dampak dan keterbatasan AI.

    detikers Pakai AI untuk Dalami Passion-Cari Komunitas

    Survei ini juga menunjukkan AI bukan hanya dipakai untuk mencari minat baru, tetapi dimanfaatkan detikers untuk mendalami passion yang sudah dimiliki. Penggunaan AI tercatat membantu proses belajar, seperti memahami topik tertentu lebih cepat, melakukan riset lebih mendalam, hingga mencari komunitas yang relevan dengan bidang yang diminati.

    Melihat antusiasme tinggi terhadap pemanfaatan AI, detikcom menghadirkan talkshow bertema ‘Beyond Creativity with Everyday AI’. Acara ini dirancang untuk membahas bagaimana AI tidak hanya membantu mencari informasi, tetapi juga mendukung pengembangan bisnis, kreativitas, hingga strategi investasi.

    Melalui kolaborasi dengan Samsung Galaxy AI dan Google Gemini, talkshow ini akan mengupas bagaimana teknologi dapat menjadi partner strategis bagi kreator dan pelaku bisnis. Galaxy AI hadir dengan fitur-fitur yang mempermudah penyusunan ide dan eksekusi konten, sementara Gemini menawarkan analisis real-time yang membantu proses riset dan pengambilan keputusan.

    Acara ini menghadirkan Arief Muhammad, kreator sekaligus entrepreneur yang dikenal piawai memanfaatkan teknologi dalam membangun berbagai lini usaha. Dalam acara ini, Arief akan mengupas tuntas soal pemanfaatan AI dalam kehidupan sehari-hari.

    (prf/ega)

  • AI Jadi Andalan, 56,03% detikers Gunakan untuk Cari Informasi

    AI Jadi Andalan, 56,03% detikers Gunakan untuk Cari Informasi

    Jakarta

    Artificial Intelligence (AI) semakin menjadi bagian penting dalam aktivitas digital masyarakat. Tak hanya untuk bantu kerja atau membuat konten, AI kini berkembang menjadi sumber informasi yang cepat, relevan, dan mudah diakses.

    Hal ini tercermin dari hasil survei detikInet yang menunjukkan bahwa 56,03% detikers menggunakan AI untuk mencari informasi atau ide tertentu, menjadikannya alasan paling dominan dalam penggunaan AI sehari-hari. Survei online ini berlangsung pada 4-14 November 2025 melalui artikel di detikInet yang dibuka lewat perangkat mobile maupun desktop.

    Menggunakan platform Typeform, survei ini berhasil menjaring 597 responden dari berbagai kalangan yang aktif mengikuti perkembangan teknologi. Dari seluruh responden, sebanyak 90% sudah pernah menggunakan AI.

    Adapun rinciannya sebanyak 38% mengaku menggunakannya secara rutin sesuai kebutuhan, 31,80% menggunakannya hanya sesekali, dan 20,26% bahkan memanfaatkannya setiap hari, serta hanya 9,14% yang mengaku tidak pernah mencobanya sama sekali.

    Lebih lanjut, tingginya angka penggunaan ini menunjukkan bahwa AI telah menjadi elemen yang akrab bagi mayoritas detikers bukan lagi teknologi rumit, tetapi alat pendukung yang semakin mudah diadaptasi dalam aktivitas digital.

    Sementara itu, alasan paling dominan detikers menggunakan AI adalah untuk mencari informasi atau ide tertentu, yakni sebesar 56,03%. Ini menunjukkan bahwa AI kini menjadi alternatif baru dalam proses pencarian informasi, melengkapi mesin pencari tradisional.

    Bagi banyak pengguna, AI menawarkan pengalaman yang lebih cepat, terarah, dan interaktif dalam menemukan referensi atau ide awal. Fitur seperti penyusunan ringkasan, rekomendasi ide, hingga penjelasan mendalam membuat AI menjadi ‘teman brainstorming’ yang responsif.

    AI Dipakai Buat Belajar Bahasa dan Riset Mendalam

    AI di Samsung Foto: dok. Samsung

    Selain mencari ide, penggunaan AI yang juga menonjol adalah untuk pembelajaran bahasa asing. Banyak detikers mengaku terbantu dengan kemampuan AI dalam menerjemahkan, menjelaskan grammar, sekaligus memberikan latihan simulasi percakapan.

    Tak kalah menarik, sebagian responden memanfaatkan AI untuk riset mendalam, bukan sekadar menjawab pertanyaan singkat. Pengguna mengaku terbantu untuk menganalisis data, memahami topik kompleks, hingga menyusun referensi secara sistematis, menandakan meningkatnya kepercayaan terhadap kemampuan AI dalam mendukung kegiatan akademik maupun profesional.

    Melihat antusiasme tinggi terhadap pemanfaatan AI, detikcom menghadirkan talkshow bertema ‘Beyond Creativity with Everyday AI’. Acara ini dirancang untuk membahas bagaimana AI tidak hanya membantu mencari informasi, tetapi juga mendukung pengembangan bisnis, kreativitas, hingga strategi investasi.

    Melalui kolaborasi dengan Samsung Galaxy AI dan Google Gemini, talkshow ini akan mengupas bagaimana teknologi dapat menjadi partner strategis bagi kreator dan pelaku bisnis. Galaxy AI hadir dengan fitur-fitur yang mempermudah penyusunan ide dan eksekusi konten, sementara Gemini menawarkan analisis real-time yang membantu proses riset dan pengambilan keputusan.

    Acara ini menghadirkan Arief Muhammad, kreator sekaligus entrepreneur yang dikenal piawai memanfaatkan teknologi dalam membangun berbagai lini usaha. Dalam acara ini, Arief akan mengupas tuntas soal pemanfaatan AI dalam kehidupan sehari-hari.

    (prf/ega)