Produk: Artificial Intelligence

  • Pelaku Juga Sebar Video Hoaks Gubernur Jateng Ahmad Luthfi, Tawarkan Motor Rp500 Ribu Tanpa COD

    Pelaku Juga Sebar Video Hoaks Gubernur Jateng Ahmad Luthfi, Tawarkan Motor Rp500 Ribu Tanpa COD

    TRIBUNJATENG.COM, SURABAYA – Tak hanya Khofifah Indar Parawansa, ketiga pelaku ini ternyata juga membuat video hoaks atas nama Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi.

    Modusnya pun sama, yakni menawarkan sepeda motor seharga Rp500 ribu tanpa COD.

    Video hoaks tersebut pun disebarluaskan pelaku melalui beberapa platform media sosial, khususnya TikTok.

    Polda Jatim menangkap tiga warga Pangandaran, Jawa Barat karena menyebarkan video hoaks atas nama Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa. 

    Tiga tersangka yang ditangkap adalah HMP (22), AH (34), dan UP (24).

    Mereka mengedit video bergambar wajah Khofifah sedang berbicara sesuai narasi yang mereka buat.

    “Di sini, kalau dilihat menurut keterangan tersangka, mereka mengedit video Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI),” kata Kapolda Jatim, Irjen Pol Nanang Avianto seperti dilansir dari Kompas.com, Selasa (29/4/2025).

    Video asli menunjukkan Khofifah menyampaikan imbauan kepada masyarakat untuk lebih berhati-hati saat mengunjungi tempat wisata di momentum libur Lebaran 2025.

    Sementara narasi yang diedit dalam video palsu, Khofifah menawarkan motor seharga Rp500.000 kepada masyarakat Jawa Timur tanpa COD dengan surat-surat lengkap atas nama pribadi.

    “Narasi video diubah menjadi penawaran murah seharga Rp500.000 yang diklaim sebagai amanah dari Gubernur khusus untuk warga Jawa Timur.”

    “Kemudian video ini juga diunggah ke platform TikTok untuk menjerat korban agar mentransfer uang,” jelasnya.

    Selain Gubernur Jatim, tersangka juga membuat video TikTok serupa dengan narasi penipuan mengatasnamakan Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi dan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.

    “Di sini juga dijelaskan sebagai teknik manipulasi media baik rupa gambar, video, dan suara yang menggunakan Artificial Intelligence untuk meniru seseorang,” terangnya.

    Tiga tersangka tersebut dijerat tindak pidana ITE terkait manipulasi data (deepfake) video pernyataan kepala daerah melalui media sosial yang digunakan untuk melakukan penipuan.

    Sementara itu, Direktur Reskrimsus Polda Jatim, Kombes Pol Raden Bagoes Wibisono Handoyo menjelaskan bahwa para tersangka mendapatkan keuntungan Rp87.600.000 dari korban yang tertipu video palsu tersebut.

    “Untuk jumlah korban yang kami ketahui, ada 100 orang dan para korban yang diperiksa ada 17 saksi.”

    “Para tersangka menjalankan aksinya selama 3 bulan,” pungkasnya.

    Tersangka dijerat Pasal 51 ayat (1) Jo Pasal 35 dan atau Pasal 45A ayat 1 Jo Pasal 28 Ayat 1 UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE dengan penjara paling lama 12 tahun dan denda maksimal Rp12 miliar. (*)

  • OJK Peringatkan DeepFake – Transparansi Algoritma Tantangan AI bagi Perbankan

    OJK Peringatkan DeepFake – Transparansi Algoritma Tantangan AI bagi Perbankan

    Bisnis.com, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyoroti beberapa tantangan dalam penerapan kecerdasan artifisial dalam sektor perbankan. 

    Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan terdapat beberapa tantangan dalam penerapan AI di perbankan, salah satunya DeepFake.

    “Kecerdasan artifisial juga diiringi seperti halnya kemajuan teknologi lain, ini diiringi dengan tantangan yang tidak ringan seperti penyalahgunaan DeepFake,” kata Dian dalam peluncuran Buku Tata Kelola Kecerdasan Artificial Perbankan Indonesia, Selasa (29/4/2025).

    Deepfake adalah teknologi berbasis kecerdasan artifisial, khususnya deep learning, yang digunakan untuk membuat manipulasi gambar, video, atau suara sehingga tampak sangat meyakinkan seolah-olah asli, padahal palsu.

    Teknologi ini sering digunakan untuk meniru wajah dan suara seseorang secara realistis, terutama wajah dan suara orang terkenal.

    Selain deepfake, Dian kurangnya transparansi algoritma atau black box menjadi tantangan juga dalam penerapan kecerdasan artifisial di perbankan.

    “Kemudian tantangan bias dalam pengambilan keputusan, kerentanan terhadap serangan siber, serta isu etika dan kesiapan sumber daya manusia,” ujar Dian.

    Adapun, pada hari ini OJK meluncurkan buku tata kelola kecerdasan artifisial perbankan Indonesia. Peluncuran buku ini sebagai bentuk dukungan terhadap akselerasi transformasi digital sektor perbankan.

    Dian mengatakan penerbitan buku ini berdasarkan berbagai referensi internasional dan nasional, termasuk hasil diskusi dari lembaga-lembaga global. 

    “Dan juga sebenarnya bisa dikatakan kita memperhatikan berbagai regulatory yang dikeluarkan seperti Basel Committee on Banking Supervision’s,” tutur Dian.

    Selain itu, OJK juga mengacu kepada Artificial Intelligence Act dari Uni Eropa, serta pedoman dari Office of the Comptroller of the Currency di Amerika Serikat.

  • OJK Merujuk ke Eropa – AS Susun Buku Tata Kelola Kecerdasan Artifisial Perbankan

    OJK Merujuk ke Eropa – AS Susun Buku Tata Kelola Kecerdasan Artifisial Perbankan

    Bisnis.com, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meluncurkan buku tata kelola kecerdasan artifisial perbankan Indonesia, dengan merujuk pada regulasi AI di Amerika Serikat (AS) dan Eropa. 

    Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan penerbitan buku ini berdasarkan berbagai referensi internasional dan nasional, termasuk hasil diskusi dari lembaga-lembaga global. 

    “Dan juga sebenarnya bisa dikatakan kita memperhatikan berbagai regulatory yang dikeluarkan seperti Basel Committee on Banking Supervisions,” kata Dian dalam peluncuran Buku Tata Kelola Kecerdasan Artificial Perbankan Indonesia, Selasa (29/4/2025)

    Selain itu, OJK juga mengacu kepada Artificial Intelligence Act dari Uni Eropa, serta pedoman dari Office of the Comptroller of the Currency di Amerika Serikat.

    Dian menegaskan, nilai-nilai yang diusung dalam buku tata kelola kecerdasan artifisial perbankan Indonesia bersifat universal. 

    Namun telah diselaraskan dengan norma dan nilai yang berlaku di Indonesia, serta sejalan dengan prinsip-prinsip internasional.

    OJK menekankan bahwa penerapan kecerdasan artifisial yang bertanggung jawab tidak dapat dilakukan secara parsial. Diperlukan pendekatan yang menyeluruh dan terintegrasi dalam sistem tata kelola yang komprehensif.

    “Implementasi kecerdasan artifisial yang bertanggung jawab tidak cukup dilakukan secara parsial melainkan harus menyeluruh dan terintegrasi dalam sistem tata kelola yang komprehensif,” ujarnya.

    Adapun, IBM, perusahaan teknologi informasi dan komunikasi multinasional, memperkirakan adopsi AI Generatif (Gen AI) di sektor perbankan dan finansial akan melesat dalam beberapa tahun ke depan.

    Dalam laporan tahunan IBM Institute for Business Value 2025 Outlook for Banking and Financial Markets disebutkan bahwa 8% bank yang mengembangkan AI generatif secara sistematis pada 2024, dan 78% menggunakan pendekatan taktis.

    Adapun saat ini semakin banyak perbankan yang melakukan pendekatan strategis untuk ekspansi layanan, termasuk program AI agen (Agentic AI). 

    Global Managing Director Banking & Financial Markets IBM Consulting, Shanker Ramamurthy melihat perubahan signifikan penerapan AI generatif di seluruh industri perbankan.

    Hal ini terjadi dikarenakan industri perbankan mulai pindah dari eksperimen di berbagai segmen perusahaan ke pendekatan secara strategis yang memprioritaskan teknologi AI.

    “Kami mengantisipasi industri mulai berfokus pada inisiatif AI generatif untuk meningkatkan pengalaman pelanggan, meningkatkan efisiensi operasional, mengurangi risiko, dan modernisasi infrastruktur TI,” kata Shanker dalam keteranganya, Jumat (14/3/2025).

  • 3 Warga Jabar Mendekam di Penjara, Bikin Konten Video Palsu Empat Gubernur

    3 Warga Jabar Mendekam di Penjara, Bikin Konten Video Palsu Empat Gubernur

    Liputan6.com, Jakarta – Tiga warga Jawa Barat (Jabar) inisial HMP (34), UP (24) dan AH (34) mendekam di rumah tahanan Mapolda Jatim. Mereka terlibat dalam pembuatan konten video palsu dengan Artificial intelligence (AI) yang mencatut empat gubernur sekaligus.

    Empat gubernur yang dicatut ialah Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi dan Gubernur Maluku Utara Sherly Tjoanda. Para pelaku mengedit empat video yang seolah keempat kepala daerah itu menawarkan sepeda motor murah.

    “Ketiga pelaku kami tangkap setelah kami mendapat laporan adanya penipuan yang menggunakan video Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menggunakan teknologi Artificial Intelligence, menjual motor murah,” ujar Kapolda Jatim, Irjen Pol Nanang Avianto, Senin (28/4/2025).

    Nanang menjelaskan selama menjalankan aksinya, para pelaku membagi peran yang berbeda. Pelaku HMP bertugas membuat video menggunakan terknologi AI. Selain itu, ia juga bertugas membuat rekening.

    “Selain itu, UP yang mengupload di Medsos serta pelaku AH bertugas menjadi admin Whatsapp (WA),” ungkap Alumni Akademi Kepolisian (Akpol) 1990 itu.

    Ketiga pelaku, lanjut Nanang, memperoleh keuntungan hasil menipu menggunakan video hoaks Gubernur Jatim sebesar Rp 87 juta. “Keuntungan tersebut diperoleh para pelaku selama tiga bulan melancarkan aksi penipuan ini,” jelas eks Kapolda Kaltim itu.

    Dalam waktu tiga bulan sekitar 100 korban yang sudah menyetorkan uang ke pelaku. “Para korban tersebar diberbagai tempat di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Maluku Utara,” beber Perwira tinggi (Pati) kelahiran Malang, Jawa Timur itu.

    Atas perbuatannya tersangka dijerat pasal berlapis, yaitu Pasal 35 juncto Pasal 51 ayat 1 dan Pasal 11 Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), serta Pasal 378 KUHP tentang penipuan.

    “Ancaman hukuman yang dijatuhkan mencapai 12 tahun penjara dan denda maksimal Rp 12 miliar,” jelas Nanang.

    Sementara itu, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Jatim, Sherlita Ratna Dewi Agustin mengapresiasi langkah cepat Polda Jatim mengungkap kasus ini.

    Pihaknya sendiri sudah memasifkan informasi di media sosial bahwa video yang beredar dengan mengatasnamakan Gubernur Khofifah tersebut ialah hoaks.

    “Terima kasih Pak Kapolda Jatim atas pengungkapan kasus ini. Kami terus bersinergi dengan kepolisian untuk menangkal maupun melawan hoaks di Provinsi Jawa Timur,” pungkasnya.

     

    Rieke Diah Pitaloka Komisi VI DPR RI, Rempang Sudah Bukan PSN

  • Komdigi Kaji Penerapan DMA dan DSA, Cegah Monopoli Google

    Komdigi Kaji Penerapan DMA dan DSA, Cegah Monopoli Google

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mengkaji penerapan Digital Services Act (DSA) dan Digital Markets Act (DMA) dalam mempercepat transformasi digital. 

    Dalam pertemuan bilateral dengan Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Denis Chaibi, di Kantor Kementerian Komdigi, Jakarta Pusat, Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, Nezar Patria mengatakan Indonesia telah menjalin kerja sama dalam tata kelola digital. 

    Kerja sama akan diperluas untuk merespons perkembangan teknologi mutakhir. Salah satunya dalam hal regulasi yang komprehensif untuk mengelola ekosistem digital yang berkembang pesat seperti regulasi DSA dan DMA.

    DMA adalah hukum Uni Eropa yang bertujuan untuk menciptakan pasar digital yang adil dan kompetitif serta mencegah praktik monopoli, dengan mengatur perilaku platform digital besar atau “gatekeeper”. 

    DMA bertujuan untuk mengatasi kekuatan pasar yang dominan dari gatekeeper, seperti Google, TikTok dan lain sebagainya. Pada Februari 2025, Google sempat terancam dikenakan sanksi miliaran Euro atas dugaan pelanggaran praktik layanan percarian dan periklanan.  

    Sementara itu DSA bertujuan untuk mengatur layanan digital seperti platform media sosial, toko aplikasi, dan pasar daring. agar tercipta ruang digital yang lebih aman, adil, dan transparan bagi pengguna. 

    DSA mencegah penyebaran konten ilegal dan berbahaya, menciptakan lingkungan platform daring yang lebih adil dan terbuka hingga menegakkan transparansi dan akuntabilitas platform. 

    “Kami pikir DSA dan DMA adalah salah satu kerangka kerja terbaik. Tentu saja, kami perlu menyesuaikannya di beberapa titik dan telah menjadi tolok ukur bagi banyak negara untuk diperhatikan, begitu pula dengan regulasi artificial intelligence,” kata Nezar, dikutip Senin (28/4/2025). 

    Menurutnya, Indonesia menjadikan dua undang-undang Uni Eropa yang mengatur layanan digital tersebut sebagai acuan utama dalam penyusunan regulasi serupa di dalam negeri.

    Dia menekankan bahwa transformasi digital harus diimbangin dengan cara mengelola platform. 

    Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Denis Chaibi, menyambut baik kerja sama ini dan menyatakan bahwa Indonesia dan Uni Eropa akan memperoleh banyak manfaat dari kolaborasi di bidang digital. 

    “Yang berarti bahwa regulasi menjadi lebih penting, terutama ketika kita membahas kecerdasan buatan, disinformasi, dan keamanan infrastruktur,” tegas Chaibi.

  • Khofifah Sebut Polisi Tangkap 3 Pembuat Hoaks Gubernur Jual Motor Rp 500.000
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        27 April 2025

    Khofifah Sebut Polisi Tangkap 3 Pembuat Hoaks Gubernur Jual Motor Rp 500.000 Surabaya 27 April 2025

    Khofifah Sebut Polisi Tangkap 3 Pembuat Hoaks Gubernur Jual Motor Rp 500.000
    Tim Redaksi
    SURABAYA, KOMPAS.com
    – Gubernur Jatim
    Khofifah Indar Parawansa
    menyebut polisi sudah menangkap tiga orang pembuat dan penyebar
    berita hoaks
    tentang dirinya yang menggunakan
    artificial intelligence
    (AI).
    Menurutnya, tiga orang tersebut saat ini sudah ada di
    Polda Jatim
    , dan besok jam 2 akan dirilis resmi oleh Polda Jatim.
    “Tiga orang pembuat hoaks tentang Khofifah sudah ditangkap. Besok jam 2 akan dirilis di Polda Jatim,” kata Khofifah, Minggu (27/4/2025).
    Menurutnya, ketiga orang tersebut bukanlah orang Jawa Timur, tetapi dari luar Jawa Timur.
    “Video hoaks tentang Khofifah memang banyak sejak musim kampanye Pilkada. Bahkan sampai saat ini mungkin masih berproduksi,” jelasnya.
    Menurutnya, perkembangan teknologi tergantung pada siapa yang memanfaatkan.
    Bisa dimanfaatkan secara positif, bisa juga dimanfaatkan untuk perbuatan negatif.
    Pekan lalu, sebuah video yang memberikan informasi bahwa Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menawarkan motor seharga Rp 500.000 viral di media sosial.
    Dalam video berdurasi kurang dari satu menit tersebut, tampak wajah Khofifah seperti digerakkan dengan teknologi AI berbicara menawarkan motor seharga Rp 500.000.
    Video juga dilengkapi gambar motor yang dijual tertata berjejer.

    Assalamualaikum pemberitahuan bagi seluruh warga Jawa Timur, saya selaku Gubernur Jawa Timur, siapa saja yang belum mempunyai motor atau ingin motor baru silakan untuk pesan motor murahnya harganya cuma Rp 500.000. Ini amanah dari saya, pesan sekarang juga tidak bisa COD ya. Pengiriman bisa hari ini, surat-surat lengkap, bisa atas nama sendiri, hanya untuk warga Jawa Timur ya
    ,” ujar Khofifah dalam video yang beredar.
    Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Provinsi Jatim Sherlita Ratna Dewi Agustin mengaku sudah melakukan penelusuran dan analisis.
    “Video beredar pertama melalui TikTok dan kami pastikan hoaks. Video diedit sedemikian rupa dengan teknologi AI,” katanya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • GITEX Asia 2025: Kebangkitan Teknologi Asia Tenggara

    GITEX Asia 2025: Kebangkitan Teknologi Asia Tenggara

    Bisnis.com, SINGAPURA – Perkembangan ekonomi digital di kawasan Asia Tenggara telah mampu memikat investor global untuk melirik kawasan ini, baik sebagai basis produksi maupun hub untuk investasi.

    Kehadiran kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) telah membuka peluang-peluang baru untuk kebangkitan teknologi Asia Tenggara lewat hadirnya perusahaan-perusahaan rintisan (startup) maupun adaptasi regulasi yang dilakukan pemerintah di kawasan ini.

    Bisnis.com, berkesempatan untuk mewawancarai Executive Vice President Dubai World Trade Centre (DWTC) Trixie LohMirmand di sela-sela GITEX Asia 2025 x Ai Everything Singapore, yang diselenggarakan di Marina Bay Sands Expo & Convention Centre, Singapura, Kamis (24/4/2025). Berikut petikannya.

    Apa yang anda lihat dari potensi pasar Asia Tenggara, terutama untuk pertumbuhan bisnis dan investasi teknologi di kawasan ini?

    Asia Tenggara memiliki peran penting sebagai hub inovasi dan AI. Saat anda berselancar di search engine atau AI, Asia Tenggara menduduki peringkat atas. Ini kemudian menimbulkan rasa ingin tahu dan ketertarikan.

    Apalagi ada keinginan yang sangat kuat dari pemerintah untuk transformasi khususnya dalam hal ekonomi dari AI. Anda bisa melihat itu di Thailand dan Filipina, di mana banyak peningkatan pemanfaatan AI untuk sektor pertanian dan perkebunan, serta otomatisasi. Di Indonesia, peningkatan pemanfaatan AI dilakukan pada sektor usaha kecil dan menengah, serta industri manufaktur. Singapura bahkan telah mengalokasikan 500 juta dolar dalam roadmap AI mereka.

    Di kawasan ini juga banyak talenta digital yang terus bertumbuh dan dikembangkan. Ini tidak hanya untuk bagaimana menggunakan AI, tetapi juga bagaimana membangun AI, lewat berbagai unikorn yang ada di wilayah ini.

    Jadi dengan beberapa hal ini, kita dapat melihat bahwa kawasan ini kini tengah bangkit. AI telah memberikan daya saing kompetisi bagi kawasan ini. Oleh karena itu, ini adalah momentum yang tepat bagi pemerintah di kawasan ini untuk menyesuaikan aturan guna beradaptasi dengan perubahan teknologi yang saat ini terjadi di berbagai belahan dunia.

    Thailand menurut saya merupakan negara dengan daya tarik turis yang amat besar. Salah pariwisata yang tengah berkembang adalah wisata kesehatan. Pemanfaatan AI di sektor ini dapat memberikan transformasi dalam diagnosa, produktivitas, dan efisiensi, juga termasuk pelatihan bagi profesional di bidang kesehatan.

    GITEX Asia yang akan hadir di Thailand pada tahun ini akan memberikan dampak signifikan dalam mengakselerasi kemampuan dan meningkatkan industri ini, baik adaptasi dan pengembangan teknologi terutama dalam hal pemanfaatan AI.

     

    Apa yang membuat anda melakukan ekspansi ke Asia Tenggara?

    Misi GITEX adalah untuk memperluas koneksi komunitas global. Mereka [komunitas teknologi] di mana pun mereka berada, dapat mendapatkan peluang dan kesempatan untuk berhubungan. Seperti saya katakan sebelumnya, bahwa AI memiliki daya tarik, mengundang ketertarikan untuk berkolaborasi.

    Ini tidak hanya untuk memahami apa yang sedang terjadi di perkembangan teknologi saat ini, tetapi juga bagaimana regulasi di sektor ini saat ini. Hal ini lantaran di berbagai negara, aturan dalam hal pemanfaatan AI berbeda-beda. Padahal di sisi lain, apabila seseorang ingin membuat produk, harapan mereka tentu saja dapat dijual dan diekspor secara global.

    Oleh karena itu, kami memutuskan untuk menggelar GITEX di kawasan ini. Hal ini dapat menjadi peluang berbagai perusahaan untuk mencari peluang kerja sama baru, baik dengan pemerintah maupun swasta.

    Dengan melihat situasi global saat ini, bagaimana hal ini akan memengaruhi kolaborasi tersebut?

    Saya kira AI tidak akan terpengaruh oleh risiko-risiko tersebut. Hal ini dapat dilihat bahwa teknologi telah menjadi bagian dari agenda untuk negara, kawasan, maupun ekonomi di berbagai belahan dunia.

    AI telah menjadi modal besar. Setiap wilayah ingin menjadi peringkat atas dalam hal ini. Setiap orang ingin berhubungan dan bergerak maju untuk mengembangkan ini. Oleh karena itu, kami menghadirkan wadah ini untuk berkolaborasi dan bekerja sama.

    Jadi saat anda berkompetisi, Anda juga tetap memerlukan kerja sama, terutama dari mereka yang telah berada di garis depan. Kolaborasi dalam hal ini saya kira akan terus dilakukan untuk menumbuhkkembangkan AI di masing-masing negara.

     

    Selain kolaborasi, apa yang Anda harapkan dengan menghadirkan GITEX di Singapura, Thailand, dan Vietnam?

    Kami ingin menciptakan adanya peluang untuk mereka yang fokus di bidang teknologi, terutama AI, agar dapat menjalin kerja sama dan meningkatkan bisnisnya. Wilayah ini, Asia Tenggara, memiliki energi dan kekuatan.

    Populasi sangat banyak, pemerintahan juga tengah berubah untuk beradaptasi. Pemerintah di kawasan ini menjadi lebih ramah dan terbuka untuk investasi guna mengejar dengan apa yang tengah terjadi baik di Eropa maupun Amerika.

    Ini mendasari kami untuk hadir di Singapura sebagai hub dari kawasan ini. Vietnam, dengan populasi yang besar juga memiliki kapasitas untuk mengembangkan, dengan dukungan pemerintah mereka,  guna meningkatkan kemampuan ekonomi digital mereka.

    Dengan anda melihat berbagai aspek ini, inilah yang memikat investor global, perusahaan global, maupun peneliti teknologi. Mereka akan amat tertarik dengan kawasan ini yang didukung oleh generasi muda. Apalagi, pengembangan ekosistem AI juga amat membutuhkan peran dari talenta muda ini.

     

    Apakah akan ada sesi khusus pengumuman investasi dalam GITEX Vietnam 2026?

    Apa yang akan kami lakukan di Vietnam mirip seperti apa yang kami lakukan di Singapura dan di lokasi-lokasi lainnya di belahan dunia. Di Vietnam, kami tidak hanya menghadirkan perusahaan-perusahaan teknologi, tetapi juga para peneliti.

    Hal ini karena di Vietnam, ada banyak penelitian yang tengah dikembangkan, manufaktur juga tengah berkembang. Apalagi, produksi semikonduktor saat ini juga tengah diintegrasikan dengan AI. Selain itu ada juga pembahasan lain seperti teknologi finansial, keberlanjutan, teknologi pertanian, dan kesehatan. Di sini Anda dapat melihat bahwa AI telah menjadi pilar yang amat penting bagi strategi transformasi yang dilakukan oleh Vietnam.

    GITEX Vietnam akan dilakukan pada Pekan Inovasi dan Investasi Vietnam. Jadi dapat anda bayangkan ini akan menjadi momentum bagi investor, peneliti, dan pabrikan, untuk hadir di sana dan mendapatkan peluang.

    Saya juga amat optimistis, di GITEX Vietnam, akan ada pengumuman perubahan regulasi, serta adanya kerja sama baru selama event tersebut, bagaimana Vietnam akan bekerja sama di tingkat global.

     

    Selain Vietnam, daerah mana yang akan menjadi lokasi penyelenggaraan GITEX selanjutnya?

    Kami selalu terbuka kepada masyarakat global untuk berkolaborasi dengan ambisi dan komitmen untuk meningkatkan ekosistem [digital] mereka. Misi kami adalah untuk memastikan terciptanya peluang bagi semua orang untuk mengembangkan dan bekerja sama dengan berbagai pihak.

     

    Apakah ada rencana untuk menyelenggarakan di Indonesia?

    Kami harapkan, kami bisa hadir di Indonesia.

     

    Pewawancara: Lukas Hendra T.M

  • Menaker: AI Menjanjikan Efisiensi Sekaligus Memperlebar Kesenjangan – Halaman all

    Menaker: AI Menjanjikan Efisiensi Sekaligus Memperlebar Kesenjangan – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia, Yassierli, menilai kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) bukan sekadar tren, tapi kekuatan transformasional yang mengubah cara dunia bekerja, termasuk di Indonesia.

    “AI telah mengubah industri dan mendefinisikan ulang keterampilan. Namun, dengan potensi sebesar itu, transformasi ini harus dikelola secara bijaksana dan inklusif,” ujar Menaker Yassierli pada Pertemuan Menteri Ketenagakerjaan BRICS di Brasil, dikutip Minggu (27/4/2025).

    Menurutnya, AI menghadirkan dua sisi tantangan. Di satu sisi, AI menjanjikan efisiensi, peningkatan produktivitas, serta peluang kerja dan inovasi baru.

    Namun di sisi lain, tanpa tata kelola yang inklusif, AI berisiko memperlebar kesenjangan dan meninggalkan sebagian tenaga kerja.

    “Indonesia tidak melihat AI sebagai ancaman, melainkan sebagai kekuatan yang harus dimanfaatkan secara bertanggung jawab. Teknologi harus melayani kemanusiaan, bukan sebaliknya,” tegasnya.

    Menaker menjelaskan bahwa Indonesia mengedepankan pendekatan berbasis masyarakat (people-centric approach) dalam adopsi AI, dengan tujuan menciptakan peluang yang lebih luas, melindungi martabat manusia, dan memperkuat keadilan sosial. Pendekatan tersebut diwujudkan melalui empat fokus utama.

    Pertama, inklusi digital. Pemerintah memandang akses terhadap teknologi, infrastruktur, dan literasi digital sebagai hak dasar.

    Indonesia berkomitmen memastikan masyarakat pedesaan, pekerja informal, dan kelompok rentan tidak tertinggal dalam transformasi digital. 

    Kedua, penyiapan keterampilan. Untuk menjawab kesenjangan keterampilan akibat pesatnya kemajuan teknologi, Indonesia mendorong modernisasi pelatihan vokasi melalui kemitraan industri dan pendidikan.

    Program pelatihan nasional dirancang agar pemanfaatan AI dapat dilakukan secara luas, efisien, dan menjangkau lebih dari 280 juta penduduk.

    “Kami juga tengah membangun Pusat Produktivitas Nasional dengan AI sebagai tema strategis, baik sebagai subjek riset maupun alat transformasi ketenagakerjaan,” tambahnya.

    Ketiga, perlindungan sosial adaptif. Sistem perlindungan sosial harus mampu mengakomodasi masa transisi pekerjaan.

    Program Asuransi Kehilangan Pekerjaan di Indonesia merupakan contoh nyata, karena menggabungkan dukungan penghasilan, pelatihan ulang, dan fasilitasi penempatan kerja kembali.

    Keempat, dialog sosial inklusif. Ia mengatakan, partisipasi aktif pemerintah, pengusaha, dan pekerja menjadi kunci dalam menyusun kebijakan dan kerangka tata kelola AI yang adil dan bertanggung jawab.

    Dalam forum tersebut, Indonesia juga mengajak negara-negara BRICS memperkuat kerja sama global, khususnya dalam investasi keterampilan digital, pertukaran kebijakan ketenagakerjaan inklusif, kolaborasi tata kelola AI, serta promosi inovasi berbasis keadilan dan keberlanjutan.

    “Masa depan pekerjaan bukan hanya ditentukan oleh algoritma, tetapi oleh pilihan-pilihan yang kita ambil hari ini.”

    “Indonesia memilih melangkah dengan tekad, menjunjung keadilan, dan berpegang pada semangat kolaborasi,” pungkas Menaker.

     

  • Di Forum BRICS, Menaker RI Dorong Tata Kelola AI yang Adil dan Kolaboratif
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        26 April 2025

    Di Forum BRICS, Menaker RI Dorong Tata Kelola AI yang Adil dan Kolaboratif Nasional 26 April 2025

    Di Forum BRICS, Menaker RI Dorong Tata Kelola AI yang Adil dan Kolaboratif
    Penulis
    KOMPAS.com –
    Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia, Yassierli, menegaskan bahwa kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/
    AI
    ) bukan sekadar tren, melainkan kekuatan transformasional yang mengubah cara dunia bekerja, termasuk di Indonesia.
    “AI telah mengubah industri dan mendefinisikan ulang keterampilan. Namun, dengan potensi sebesar itu, transformasi ini harus dikelola secara bijaksana dan inklusif,” ujar Menaker pada Pertemuan Menteri Ketenagakerjaan
    BRICS
    di Brasilia, Brasil, Jumat (25/4/2025) waktu setempat.
    Pertemuan tersebut membahas tema tentang “Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Pekerjaan”.
    Menurutnya, AI menghadirkan dua sisi tantangan. Di satu sisi, AI menjanjikan efisiensi, peningkatan produktivitas, serta peluang kerja dan inovasi baru. Namun di sisi lain, tanpa tata kelola yang inklusif, AI berisiko memperlebar kesenjangan dan meninggalkan sebagian tenaga kerja.
    “Indonesia tidak melihat AI sebagai ancaman, melainkan sebagai kekuatan yang harus dimanfaatkan secara bertanggung jawab. Teknologi harus melayani kemanusiaan, bukan sebaliknya,” tegasnya.
    Menaker menjelaskan bahwa Indonesia mengedepankan pendekatan berbasis masyarakat
    (people-centric approach)
    dalam adopsi AI, dengan tujuan menciptakan peluang yang lebih luas, melindungi martabat manusia, dan memperkuat keadilan sosial.
    Pendekatan tersebut diwujudkan melalui empat fokus utama.
    Pertama, inklusi digital. Pemerintah memandang akses terhadap teknologi, infrastruktur, dan literasi digital sebagai hak dasar. Indonesia berkomitmen memastikan masyarakat pedesaan, pekerja informal, dan kelompok rentan tidak tertinggal dalam transformasi digital.
    Kedua, penyiapan keterampilan. Untuk menjawab kesenjangan keterampilan akibat pesatnya kemajuan teknologi, Indonesia mendorong modernisasi pelatihan vokasi melalui kemitraan industri dan pendidikan.
    Program pelatihan nasional dirancang agar pemanfaatan AI dapat dilakukan secara luas, efisien, dan menjangkau lebih dari 280 juta penduduk.
    “Kami juga tengah membangun Pusat Produktivitas Nasional dengan AI sebagai tema strategis, baik sebagai subjek riset maupun alat transformasi ketenagakerjaan,” tambahnya.
    Ketiga, perlindungan sosial adaptif. Sistem perlindungan sosial harus mampu mengakomodasi masa transisi pekerjaan.
    Program Asuransi Kehilangan Pekerjaan di Indonesia merupakan contoh nyata, karena menggabungkan dukungan penghasilan, pelatihan ulang, dan fasilitasi penempatan kerja kembali.
    Keempat, dialog sosial inklusif. Ia mengatakan, partisipasi aktif pemerintah, pengusaha, dan pekerja menjadi kunci dalam menyusun kebijakan dan kerangka tata kelola AI yang adil dan bertanggung jawab.
    Dalam forum tersebut, Indonesia juga mengajak negara-negara BRICS memperkuat kerja sama global, khususnya dalam investasi keterampilan digital, pertukaran kebijakan ketenagakerjaan inklusif, kolaborasi tata kelola AI, serta promosi inovasi berbasis keadilan dan keberlanjutan.
    “Masa depan pekerjaan bukan hanya ditentukan oleh algoritma, tetapi oleh pilihan-pilihan yang kita ambil hari ini. Indonesia memilih melangkah dengan tekad, menjunjung keadilan, dan berpegang pada semangat kolaborasi,” pungkas Menaker.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Pemanfaatan Teknologi AI Dorong Ekosistem Industri Tambang RI

    Pemanfaatan Teknologi AI Dorong Ekosistem Industri Tambang RI

    Bisnis.com, JAKARTA — Percepatan digitalisasi industri dan peningkatan efisiensi, keberlanjutan, keselamatan, dan keamanan kerja diperlukan mendorong daya saing Indonesia di kancah global.

    Menteri Hilirisasi dan Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani menyampaikan penggunaan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) merupakan sebuah keharusan di seluruh sektor kehidupan.

    “Teknologi AI merupakan sesuatu keharusan ya, bukan hanya di sektor pertambangan saja tetapi di segala sektor kehidupan kita,” ujarnya dilansir Antara, Sabtu (26/4/2025). 

    Menurutnya, teknologi AI akan membuat pekerjaan menjadi lebih efisien, meningkatkan produktivitas, menciptakan lapangan kerja, dan menimbulkan daya saing yang tinggi. Hal ini akan membuat kualitas Indonesia menjadi lebih baik dan meningkatkan peran ekonomi ke depan.

    “Adopsi AI dalam hilirisasi sumber daya alam di Indonesia, dapat meningkatkan efisiensi sehingga menjadikan sektor ini lebih kompetitif, berkelanjutan, dan inklusif secara ekonom,” ucapnya. 

    Rosan menambahkan penyelenggaraan Indonesia AI Day for Mining Industry 2025 memberikan pencerahan pentingnya AI khususnya di bidang pertambangan. Apalagi sektor pertambangan kian memainkan peranan penting di Indonesia dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

    President Director and Chief Executive Officer Indosat Ooredoo Hutchison Vikram Sinha menuturkan sebagai perusahaan yang tengah bertransformasi menjadi AI TechCo, pihaknya percaya masa depan industri pertambangan Indonesia akan sangat ditentukan oleh pemanfaatan teknologi.

    “Melalui Indonesia AI Day for Mining Industry, kami ingin membangun ekosistem yang cerdas, aman, dan berkelanjutan, serta memastikan bahwa transformasi digital ini berdampak langsung pada pertumbuhan ekonomi yang merata dan inklusif,” ucapnya. 

    Pihaknya mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk memperkuat sinergi dalam membangun ekosistem pertambangan digital yang tangguh. Kolaborasi lintas sektor, adopsi teknologi canggih, serta pengembangan talenta digital diharapkan mampu menciptakan masa depan industri yang lebih cerdas, inklusif, dan berdaya saing tinggi di panggung global.

    Menurutnya, saat ini sudah banyak investasi teknologi yang masuk ke Indonesia sehingga menjadi pekerjaan rumah (PR) pemerintah adalah mendekatkan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk memahami secara baik dan benar penggunaan AI.