Produk: Artificial Intelligence

  • Tatkala Kecerdasan Buatan Makin Adaptif di Sektor Keuangan

    Tatkala Kecerdasan Buatan Makin Adaptif di Sektor Keuangan

    Bisnis.com, JAKARTA — Bagaimana pola masyarakat ketika bertransaksi perbankan menggunakan fitur mobile banking?

    Pada umumnya, mereka membuka aplikasi mobile banking, lalu mencari fitur untuk transaksi, misalnya transfer uang, mencari nama calon penerima dana dan nomor rekening, memasukkan nominal transaksi, memasukkan nomor personal identification number (PIN), transaksi berlangsung dan dana terkirim ke penerima.

    Setidaknya ada empat langkah untuk melakukan transaksi transfer dana jika menggunakan model layanan pada umumnya di era teknologi perbankan saat ini.

    Sejalan dengan makin adaptifnya pemanfaatan teknologi di industri perbankan, langkah-langkah itu dapat dipangkas. Misalnya cukup dengan dua langkah saja.

    Hal itu sejalan dengan penggunaan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) di industri jasa keuangan.

    Salah satunya yang coba diperkenalkan oleh PT Sarana Pactindo, perusahaan yang bergerak dalam layanan penyedia teknologi keuangan. Sarana Pactindo merupakan kelompok bisnis afiliasi dari perusahaan penyedia jasa data center kenamaan di Indonesia, PT DCI Indonesia Tbk.

    Dalam ajang Digital Shift into AI: Vision to Value yang berlangsung di Jakarta pada Rabu (16/7/2025), Sarana Pactindo memperkenalkan Intelligent Banking Assistant yakni AnvAla.

    Saat mempresentasikan platform intelligent banking assistant, Head of Solution Architect Sarana Pactindo Satriyo Putranto mengatakan bahwa layanan berbasis fincloud platform itu dibangun dengan mempertimbangkan tingginya kebutuhan teknologi dengan skalabilitas mumpuni untuk menjawab perkembangan di industri jasa keuangan, khususnya perbankan.

    Selain itu, teknologi yang dihadirkan oleh perusahaan dinilai aplikatif dengan regulasi yang berlaku di Indonesia, terutama menyangkut pemanfaatan teknologi dalam sektor jasa keuangan.

    Saat paparan, Satriyo memperkenalkan fitur berbasis chat maupun voice (suara) di mobile banking yang dapat menangkap perintah transaksi keuangan yang ingin dilakukan oleh nasabah.

    Misalnya, pengguna mobile banking cukup menulis pesan chat, “Kirimkan uang sebesar Rp500.000 ke Tuan X.” Maka, dalam sistem mobile banking pengguna akan langsung muncul nama, nomor rekening tujuan, dan nominal dana yang hendak dikirimkan.

    Pengguna mobile banking cukup mengetik nomor PIN secara manual untuk verifikasi dan keamanan data.

    Demikian halnya dengan fitur berbasis suara. Dengan memasukkan voice di fasilitas mobile banking merupakan suara pemilik rekening asli, pengguna cukup mengirim pesan perintah berbasis suara untuk melakukan transaksi.

    Fitur berbasis AI lain yang juga dikembangkan yakni untuk menelusuri riwayat transaksi dan analisis mengenai lalu-lintas penggunaan dana (financial check up).

    Dengan menuliskan pesan, misalnya, “Saya ingin tahu histori transaksi selama 1 bulan terakhir.” Fitur akan langsung memproses semua transaksi nasabah, termasuk catatan penggunaan keuangan.

    RUTINITAS BERULANG

    Menurut President Director Sarana Pactindo Sutjahyo Budiman, pemanfaatan AI di industri keuangan tak dapat dihindari, terutama untuk memecahkan rutinitas yang berulang.

    Salah satu yang bisa dioptimalkan oleh industri keuangan, khususnya bank dengan pemanfaatan AI yakni mendeteksi fraud.

    President Director Sarana Pactindo Sutjahyo Budiman

    “Sekarang fraudsters juga sudah pakai AI. Dengan mengadopsi AI, perbankan makin mudah mendeteksi ribuan transaksi secara cepat. Coba kalau pakai cara manual, dilihat satu-satu, lama. Serangannya udah datang lagi,” kata Sutjahyo.

    Dengan hadirnya layanan baru tersebut, dia berharap industri jasa keuangan di Tanah Air makin adaptif untuk memanfaatkan AI.

    Apalagi, katanya, teknologi yang dikembangkan sejalan dengan ketentuan dari regulator.

    Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada April 2025 telah menerbitkan pedoman Tata Kelola Kecerdasan Artifisial Perbankan Indonesia.

    Hadirnya pedoman itu sebagai panduan bagi perbankan di Indonesia untuk memastikan teknologi kecerdasan buatan dikembangkan dan diterapkan secara bertanggung jawab karena pengembangan dan penerapannya di sektor perbankan berpotensi mentransformasi industri perbankan dengan mendorong inovasi, memberdayakan pengambilan keputusan yang lebih cerdas serta menciptakan pengalaman yang lebih personal dan menarik bagi nasabah.

    OJK mengimbau agar penerapan kecerdasan artifisial mampu memberikan manfaat dengan pengelolaan risiko yang terkendali, sehingga mampu melindungi nasabah termasuk menjaga stabilitas sistem perbankan serta stabilitas sistem keuangan secara luas.

    Sektor keuangan, khususnya perbankan berada dalam kelompok tiga besar yang paling banyak mengadopsi teknologi AI berdasarkan riset Fortune Business Insights pada 2023, selain industri teknologi informasi-telekomunikasi dan otomotif.

    Namun, implementasi AI di sektor perbankan banyak dinilai dil uar prediksi karena secara historis, industri perbankan dikenal sebagai industri konservatif yang lebih mengutamakan keamanan, regulasi ketat, dan stabilitas.

  • Apple Tertinggal dalam Pengembangan AI, Posisi CEO Tim Cook Terancam

    Apple Tertinggal dalam Pengembangan AI, Posisi CEO Tim Cook Terancam

    Bisnis.com, JAKARTA — Analis riset menyarankan Apple untuk mengganti Tim Cook selaku CEO Apple pada sebuah catatan yang diterbitkan pada Rabu (09/07/25).

    Walter Piecyk dan Joe Galone dari firma riset teknologi, media, dan telekomunikasi, LightShed Partners mempertanyakan apakah Cook masih orang yang tepat untuk memimpin salah satu perusahaan paling bernilai di dunia, di tengah tantangan AI yang juga ikut mengguncang Apple.

    “Apple kini butuh CEO yang berfokus pada produk, bukan yang berfokus pada logistik,” kata Piecyk dan Galone dalam catatan mereka, dilansir Times of India (17/07/25).

    Pergantian CEO akan menjadi langkah berisiko bagi Apple, sebab sebelumnya mereka sudah mengalami pergantian kepemimpinan di jajaran eksekutif lainnya. Jika hal tersebut ditambah lagi dengan pergantian CEO, maka itu akan semakin menghilangkan fokus bisnis inti Apple.

    Namun, untuk saat ini, Tim Cook tidak menunjukkan adanya tanda akan segera hengkang, bahkan dia didukung luas oleh dewan direksi Apple dan memiliki daya tahan setara dengan pemimpin industri lainnya, seperti misalnya Bob Iger dari Disney.

    Selain dukungan dari dewan direksi, CEO Apple tersebut juga sukses menaikkan saham perusahaannya. DI bawah kepemimpinannya, dia tak hanya sukses dalam pengembangan iPhone, tetapi juga produk lain seperti smartwatch, earphone, dan layanan digital.

    Meskipun dinilai banyak mendulang kesuksesan, tetap saja ada pandangan dari akademis lainnya bahwa jarang sekali ada perusahaan yang mempertahankan CEO selama lebih dari 10 tahun.

    Hal itu dinyatakan Direktur Akademis Pendidikan Eksekutif Columbia Business School, William Klepper, yang juga berpendapat, waktu 10 tahun bertepatan dengan adanya disrupsi besar, dalam kasus Apple adalah Artificial Intelligence (AI).

    “Kita tidak bisa terus-menerus memegang peran kepemimpinan eksekutif ketika kita berada di titik kritis dan perlu berubah” Kata Klepper menyoroti kepemimpinan Tim Cook di Apple.

    Sementara itu, menurut Profesor Praktik Manajemen Harvard Business School, Sandra Sucher, biasanya ada tiga kemungkinan suatu perusahaan mengangkat CEO baru, yaitu menanggapi skandal, mengatasi krisis, atau karena hilangnya kepercayaan atau kompetensi, yang ketiganya tidak berlaku untuk kasus Apple.

    Tantangan Apple pada 2025

    Apple telah menghadapi sejumlah tantangan seperti ancaman tarif Presiden Donald Trump, hingga gugatan yang menuduh Apple telah memonopoli pasar smartphone.

    Akan tetapi, tantangan yang kini disorot, yang sampai membuat perbincangan mengenai penggantian CEO Apple adalah lambatnya kemajuan iPhone di bidang AI.

    Perusahaan itu sudah mengumumkan sejak Maret akan adanya penundaan pembaruan Siri. Rencananya, pembaruan tersebut akan memungkinkan Siri menjawab pertanyaan yang lebih kompleks dengan jawaban yang dipersonalisasi. Ini artinya, pembaruan Siri juga berkemungkinan dikaitkan dengan agen AI yang lebih modern, seperti ChatGPT, atau Google Gemini.

    Lebih dari kekhawatiran pada pembaruan Siri, Apple juga tampaknya belum menunjukkan hasil pada upaya AI-nya secara keseluruhan sejauh ini.

    Mereka sebetulnya sudah menghadirkan Apple Intelligence tahun lalu bertepatan dengan peluncuran iPhone 16, yang mencakup alat peringkas pemberitahuan, penyalin panggilan telepon, penghapus objek dalam foto, dan alat yang memungkinkan kamera iPhone mencari di Google. Tetapi, jika dibandingkan dengan smartphone lain yang juga mengusung fitur AI, Apple memang dapat dikatakan tertinggal jauh. (Muhamad Rafi Firmansyah Harun)

  • ScaleAI PHK 200 Karyawan Usai Dapat Investasi Rp233 Triliun dari Meta

    ScaleAI PHK 200 Karyawan Usai Dapat Investasi Rp233 Triliun dari Meta

    Bisnis.com, JAKARTA—  Startup teknologi asal Amerika Serikat, Scale AI, melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 200 karyawan atau sekitar 14% dari total tenaga kerjanya. 

    Tak hanya itu, perusahaan juga memutus kontrak kerja sama dengan 500 kontraktor global. Langkah ini menandai pergeseran fokus bisnis perusahaan yang selama ini dikenal sebagai penyedia layanan pelabelan data untuk melatih model kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) 

    Dalam memo internal yang diperoleh Bloomberg, CEO interim Scale AI, Jason Droege, menyatakan perusahaan telah melakukan ekspansi terlalu cepat di lini bisnis pelabelan data yang menjadi inti operasional mereka sejak awal berdiri. 

    Kini, Scale AI memutuskan untuk mengalihkan fokus ke sektor penjualan korporasi dan pemerintahan, yang dinilai lebih menjanjikan secara jangka panjang.

    PHK massal ini terjadi hanya sebulan setelah Meta merekrut CEO Scale AI sebelumnya dalam kesepakatan senilai US$14,3 miliar atau sekitar Rp233 triliun. 

    Seiring dengan langkah tersebut, sejumlah pelanggan utama Scale AI disebut-sebut telah menghentikan kerja sama, memperbesar tekanan internal perusahaan dan mendorong restrukturisasi secara menyeluruh. Scale AI bukan satu-satunya perusahaan AI yang harus melakukan penyesuaian arah bisnis secara drastis. 

    Seiring dengan makin ketatnya persaingan dan dinamika kebutuhan pasar, banyak perusahaan teknologi termasuk yang bergerak di bidang AI dipaksa mengevaluasi ulang strategi dan beban operasional mereka.

    Fenomena PHK yang terjadi di Scale AI menjadi bagian dari gelombang pemangkasan tenaga kerja yang melanda industri teknologi global sejak 2022. 

    Lonjakan investasi di bidang AI membuat banyak perusahaan beralih ke otomatisasi, mengurangi kebutuhan tenaga kerja manusia. Data dari situs pelacak layoffs.fyi mencatat lebih dari 264.000 karyawan teknologi diberhentikan sepanjang 2023, naik dari 165.000 pada tahun sebelumnya.

    Hingga pertengahan 2024, angka PHK terus bertambah, dengan lebih dari 132.900 pekerja di 410 perusahaan kehilangan pekerjaan. 

    Laporan dari Trueup.io dan BestBrokers memperkirakan ada lebih dari 700 pengumuman PHK sejak awal tahun, berdampak pada hampir 204.000 pekerja, terutama di Amerika Serikat dan Inggris.

    Beberapa nama besar seperti Dell, Intel, dan Tesla juga melakukan PHK besar-besaran tahun ini, sebagian besar dikaitkan dengan efisiensi bisnis dan investasi pada AI. 

    Microsoft bahkan secara eksplisit menyebut fokusnya pada pengembangan AI sebagai salah satu alasan restrukturisasi, sementara Google menyampaikan perlunya percepatan kinerja sebagai dasar pengurangan karyawan.

  • Sinyal Kuat RI Sedang Krisis Lapangan Kerja

    Sinyal Kuat RI Sedang Krisis Lapangan Kerja

    Jakarta

    Fenomena minimnya lowongan kerja formal hingga antrean pelamar kerja yang semakin membludak untuk satu lapangan kerja terus terjadi beberapa waktu terakhir. Kondisi ini seolah menjadi sinyal kuat bahwa Indonesia dilanda krisis lapangan kerja.

    Sejumlah konten video hingga foto di media sosial dalam beberapa waktu terakhir viral, menampilkan antrean panjang di job fair maupun walk-in. Terbaru, antrean pelamar kerja terlihat mengular di kawasan Santiong, Cianjur, hanya untuk satu lowongan toko ritel.

    Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Shinta Widjaja Kamdani, mengatakan pada prinsipnya dunia usaha memiliki komitmen untuk menyerap tenaga kerja seluas-luasnya. Namun demikian, realitas di lapangan menunjukkan adanya beberapa faktor krusial yang menimbulkan gap antara supply dan demand tenaga kerja.

    Pertama, RI sedang menghadapi fase yang kompleks, terutama di industri padat karya akibat dinamika geopolitik dan perlambatan global, pelemahan konsumsi di level domestik yang menekan permintaan produk manufaktur, hingga biaya berusaha yang tinggi.

    “Indeks PMI Manufaktur Indonesia terakhir untuk bulan Juni 2025 tercatat turun menjadi 46,9 yang menandakan kontraksi sudah terjadi selama tiga bulan, mencerminkan industri yang semakin tertekan,” kata Shinta, kepada detikcom, Rabu (16/7/2025).

    Kedua, akselerasi transformasi digital, otomasi, hingga teknologi artificial intelligence (AI) juga berkontribusi pada job displacement di level tertentu. Shinta juga melihat, penanaman modal semakin didominasi oleh investasi padat modal yang secara alamiah menyerap jumlah tenaga kerja yang lebih terbatas.

    Ini tercermin pada kecenderungan penurunan daya serap tenaga kerja. Shinta mencontohkan, bila tahun 2013 investasi Rp 1 triliun mampu menyerap lebih dari 4.500 tenaga kerja, sekarang di kuartal I 2025 hanya mampu menyerap 1.277 orang. Artinya, jenis pekerjaan konvensional yang dulunya padat karya, kini mulai berkurang.

    “Tantangannya adalah bagaimana kita menyiapkan talenta yang upskilled dan reskilled agar dapat bermigrasi ke sektor-sektor baru yang lebih produktif dan sesuai dengan kebutuhan industri masa depan,” ujarnya.

    Ketiga, ‘regulatory bottleneck’ yang masih harus dibenahi bersama. Menurutnya, dunia usaha memerlukan iklim investasi yang benar-benar enabling dan pro-growth, agar ekspansi usaha dapat tercipta, dan memberikan multiplier effect pada penciptaan lapangan kerja baru.

    “Jadi jika ditanya, apakah kondisi ini ‘darurat’? kami lebih menyebutnya sebagai ‘wake-up call’. Ini sinyal keras bahwa kita harus melakukan reformasi struktural di pasar kerja, menata ekosistem investasi, dan mendorong peningkatan employability tenaga kerja kita,” kata Shinta.

    Shinta juga mengingatkan bahwa kondisi ini bukan semata-mata sinyal ‘darurat tenaga kerja’, tetapi sebuah cerminan adanya mismatch struktural di pasar tenaga kerja kita. Jika tidak segera diintervensi secara tepat, berpotensi menekan daya saing nasional dalam jangka panjang.

    Tonton juga video “Fenomena Lulusan Sarjana Jadi Sopir hingga ART, Ada Apa?” di sini:

    (shc/rrd)

  • Astra Gandeng Dua Raksasa AS Panaskan Pertarungan Komputasi Awan Berbasis AI

    Astra Gandeng Dua Raksasa AS Panaskan Pertarungan Komputasi Awan Berbasis AI

    Bisnis.com, JAKARTA — PT Astra Graphia Information Technology memanaskan persaingan komputasi awan (cloud) dengan menggandeng Hewlett-Packard Enterprise (HPE) dan  Equinix, Inc. (Equinix). 

    Ketiga perusahaan tersebut mengembangkan solusi private cloud berbasis Artificial Intelligence (AI) yang menyasar berbagai sektor seperti keuangan, manufaktur, dan energi. 

    Presiden Direktur PT Astra Graphia Information Technology Widi Triwibowo mengatakan perusahaan menyediakan layanan end to end yang mencakup pengembangan infrastruktur hingga managed services untuk mendukung kolaborasi ini.

    Layanan-layanan tersebut bertujuan untuk memastikan integrasi solusi AI secara mulus ke dalam lingkungan perusahaan, dengan tetap menjaga efisiensi operasional, keamanan data, serta kepatuhan terhadap regulasi.

    “Sinergi ini diharapkan dapat menunjukkan bahwa dengan kolaborasi yang tepat, pemanfaatan AI dapat diterapkan secara praktis dan aman untuk setiap perusahaan di Indonesia.” kata Widi, dikutip Rabu (16/7/2025).

    Managing Director HPE Meygin Agustina mengatakan kemitraan ini merupakan langkah strategis yang siap untuk merevolusi pendekatan pasar. 

    Sementara itu, Equinix akan menyediakan infrastruktur digital berupa 270 data center, yang terhubung di 36 negara, yang memberikan akses yang aman, serta low latency pada beban kerja AI.

    “Seiring dengan semakin banyaknya perusahaan yang mengintegrasikan AI ke dalam proses operasional mereka, dibutuhkan konektivitas yang andal dengan ekosistem yang tepat,” kata Country Sales Director Equinix Deon Montasser.

    Diketahui pertarungan bisnis komputasi awan di Indonesia makin panas setelah sebelumnya sejumlah perusahaan teknologi menggelontorkan dana besar untuk cloud, salah satunya Microsoft.
    Microsoft resmi membenamkan investasi senilai Rp27 triliun untuk mengembangkan bisnis cloud dan mendukung transformasi digital di Indonesia. 

    Investasi ini bakal difokuskan pada penguatan infrastruktur cloud dan pengembangan kecerdasan buatan (AI), serta menempatkan Indonesia sebagai salah satu kekuatan digital di kawasan Asia Tenggara.

    President Director Microsoft Indonesia Dharma Simorangkir menyampaikan bahwa investasi ini merupakan bagian dari komitmen Microsoft yang disampaikan langsung kepada Presiden Joko Widodo.

    (Muhamad Rafi Firmansyah Harun)

  • Telkomsigma Gandeng Alibaba Cloud Gelar Women in Tech

    Telkomsigma Gandeng Alibaba Cloud Gelar Women in Tech

    Jakarta, CNBC Indonesia – Telkomsigma, sebagai anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) menyelenggarakan Women in Tech dengan tajuk “Leading Through Innovation: Drive Digital Transformation in Tech Business”, beberapa waktu lalu. Kolaborasi event antara Telkomsigma dan Alibaba Cloud ini mengangkat peran women leaders dari berbagai sektor industri dalam mendorong perusahaan melakukan transformasi dan adopsi teknologi digital.

    Direktur Utama Telkomsigma, Dwi Sulistiani menyampaikan bahwa digitalisasi merupakan salah satu kunci utama untuk memperkuat ketahanan ekonomi Indonesia dalam program Asta Cita yang digaungkan pemerintah guna mensejahterakan masyarakat.

    Pemanfaatan teknologi di berbagai segmen industri dan seluruh lapisan masyarakat, menjadikan Indonesia memiliki potensi dalam pengembangan dan pertumbuhan ekonomi digital.

    Menurut dia, acara ini bukan hanya sebagai ajang berbagi pengalaman dan strategi dari para ahli dan pelaku industri dalam mengakselerasi transformasi digital, namun juga sebagai salah satu upaya untuk mendorong pemberdayaan perempuan melalui insight dari women leaders di industri.

    “Menjadi komitmen kami untuk senantiasa melakukan pengembangan kapabilitas dan inovasi layanan guna mendorong pertumbuhan berkelanjutan terhadap ekosistem digital nasional melalui kolaborasi strategis dengan para mitra global,” ujar Dwi dikutip Rabu (16/7/2025).

    Pada sesi diskusi panel, Telkomsigma menceritakan perjalanan bersama Alibaba Cloud memaksimalkan value agar dapat mendukung transformasi perusahaan Business to Business (B2B) yang berfokus pada digitalisasi proses internal perusahaan. Hal ini meliputi Customer Experience, Data Analytics, Artificial Intelligence (AI), Modern Apps, serta Cost Efficiency Infra yang bertujuan untuk memaksimalkan value bisnis perusahaan.

    Sedangkan Alibaba Cloud memaparkan solusi layanan dan use cases berbasis AI dan Data Intelligence yang sudah dimanfaatkan oleh berbagai lini bisnis.

    “Telkomsigma mendukung perusahaan B2B untuk melakukan adopsi teknologi AI yang pastinya memberikan nilai tambah berupa peningkatan customer experience, seamless experience data analytics AL/ML, serta skalabilitas infrastruktur cloud yang reliable dan aman kepada pelanggan,” kata dia.

    Sesi ini juga menghadirkan para pelaku industri yang turut membagikan strategi transformasi digital. Termasuk tantangan serta experience dari inovasi digital yang dirasakan langsung oleh pengguna layanan.

    Selain itu, berlangsung diskusi dalam melakukan kepemimpinan lintas generasi, pemberdayaan talenta perempuan, serta bagaimana menyelaraskan digitalisasi dengan kesiapan SDM dan budaya organisasi.

    “Kolaborasi strategis Telkomsigma bersama mitra global, salah satunya Alibaba Cloud, memperkuat posisi Telkomsigma dalam memberikan layanan dan inovasi dibidang teknologi, juga dapat terus menunjukkan dukungan kepada para pelaku industri di berbagai sektor dalam mengakselerasi adopsi transformasi digital menuju ekosistem ekonomi digital Indonesia yang tangguh dan berdaya saing global,” pungkas dia.

    (dpu/dpu)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Women in Tech, Kolaborasi Telkomsigma & Alibaba Cloud Berdayakan Talenta Digital Perempuan – Page 3

    Women in Tech, Kolaborasi Telkomsigma & Alibaba Cloud Berdayakan Talenta Digital Perempuan – Page 3

    Pada sesi diskusi panel, Telkomsigma menceritakan perjalanan bersama Alibaba Cloud memaksimalkan value agar dapat mendukung transformasi perusahaan B2B (Business to Business) yang berfokus pada digitalisasi proses internal perusahaan yang meliputi, Customer Experience, Data Analytics, Artificial Intelligence (AI), Modern Apps, serta Cost Efficiency Infra yang bertujuan untuk memaksimalkan value bisnis perusahaan.

    Sedangkan Alibaba Cloud memaparkan solusi layanan dan use cases berbasis AI dan Data Intelligence yang sudah dimanfaatkan oleh berbagai lini bisnis. Telkomsigma mendukung perusahaan B2B untuk melakukan adopsi teknologi AI yang pastinya memberikan nilai tambah berupa peningkatan customer experience, seamless experience data analytics AL/ML, serta skalabilitas infrastruktur cloud yang reliable dan aman kepada pelanggan.

    Sesi ini juga menghadirkan para pelaku industri yang turut membagikan strategi transformasi digital yang dilakukan, termasuk tantangan serta experience dari inovasi digital yang dirasakan langsung oleh pengguna layanan. Selain itu, juga berlangsung diskusi mengenai bagaimana melakukan kepemimpinan lintas generasi, pemberdayaan talenta perempuan, serta bagaimana menyelaraskan digitalisasi dengan kesiapan SDM dan budaya organisasi.

    Melalui kolaborasi strategis Telkomsigma bersama mitra global, salah satunya Alibaba Cloud ini, tidak hanya memperkuat posisi Telkomsigma dalam memberikan layanan dan inovasi di bidang teknologi, namun juga dapat terus menunjukkan dukungan kepada para pelaku industri di berbagai sektor dalam mengakselerasi adopsi transformasi digital menuju ekosistem ekonomi digital Indonesia yang tangguh dan berdaya saing global.

     

    (*)

  • Siap-siap Jadi Pengangguran! 19 Pekerjaan Ini Bakal Hilang di 2030

    Siap-siap Jadi Pengangguran! 19 Pekerjaan Ini Bakal Hilang di 2030

    Jakarta

    Seiring dengan perkembangan teknologi dan perkembangan artificial intelligence (AI), pekerjaan manusia lambat laun bisa tergeser eksistensinya. Pergeseran demografi juga tengah membentuk kembali pasar tenaga kerja baru.

    Riset dari Future Jobs Report 2025 memperkirakan pekerjaan yang paling cepat ‘hilang’ dalam kurun waktu lima tahun mendatang mencakup berbagai peran pendukung, misalnya kasir dan petugas tiket, staf admin dan sekretaris, tukang percetakan, serta akuntan dan auditor.

    Riset ini mengungkap, perluasan akses digital, teknologi AI dan pemrosesan informasi, robotik dan sistem otonom merupakan pendorong utama penurunan kebutuhan dari pekerjaan-pekerjaan tersebut. Populasi usia kerja yang kian menua, ditambah pertumbuhan ekonomi yang melambat juga berkontribusi terhadap penurunan peran profesi-profesi tersebut dalam pasar kerja.

    Sementara itu, Future Jobs Report 2025 mengungkap pekerja di sektor pertanian menduduki urutan teratas di daftar posisi pekerjaan dengan pertumbuhan terbesar dalam lima tahun ke depan.

    “Diperkirakan akan mendapatkan 35 juta lapangan kerja lagi pada tahun 2030. Tren transisi hijau, termasuk peningkatan upaya dan investasi untuk mengurangi emisi karbon dan beradaptasi dengan perubahan iklim, merupakan kekuatan pendorong di balik pertumbuhan lapangan kerja ini,” tulis laporan tersebut, dikutip detikcom pada Rabu (16/7/2025).

    Lebih lanjut, riset ini juga menyatakan teknologi menjadi penyebab utama bagi perubahan pasar tenaga kerja. Dengan perluasan akses digital, diperkirakan akan menciptakan dan menggantikan lebih banyak lapangan kerja.

    Namun yang paling utama ialah karena melambatnya pertumbuhan ekonomi. Ekonomi yang melambat menyebabkan tergerusnya lapangan pekerjaan ketimbang penciptaan lapangan kerja baru.

    Di sisi lain, perkembangan teknologi dan hadirnya AI juga diramal akan menciptakan 11 juta lapangan kerja, sekaligus menggantikan 9 juta lapangan kerja lainnya.

    19 pekerjaan yang bakal ‘hilang’ di 2030

    1. Kasir dan petugas tiket
    2. Sekretaris
    3. Petugas kebersihan dan asisten rumah tangga
    4. Petugas administratif
    5. Pekerja percetakan dan yang terkait
    6. Staf keuangan seperti payroll
    7. Akuntan dan auditor
    8. Kenek angkutan dan Kondektur
    9. Satpam
    10. Teller bank
    11. Petugas data entry
    12. Pekerja costumer service
    13. Desainer Grafis
    14. Manajer layanan bisnis dan administrasi
    15. Bagian umum
    16. Tukang pos
    17. Door-to-door sales
    18. Bagian legal
    19. Telemarketer

    Tonton juga video “Deretan Pekerjaan yang Paling Banyak Kena PHK di RI” di sini:

    (fdl/fdl)

  • Video: Solusi Cisco Perkuat Keamanan Data Center-Tangkal Ancaman Siber

    Video: Solusi Cisco Perkuat Keamanan Data Center-Tangkal Ancaman Siber

    Jakarta, CNBC Indonesia- President & Chief Product Officer CISCO, Jeetu Patel memastikan dukungan CISCO sebagai perusahaan teknologi penyedia produk dan layanan jaringan komputer dan komunikasi digital dalam percepatan transformasi teknologi di Indonesia.

    Di tengah meningkatnya adopsi teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI), CISCO mendorong pembangunan pusat data center di Indonesia dengan sistem pertahanan keamanan yang kuat untuk mengantisipasi gempuran serangan siber.

    Guna membangun data center yang kuat dan aman, diperlukan jaringan teknologi terintegrasi sehingga kinerja, latensi dan kecepatan sistem keamanan dalam jaringan dapat dilakukan dengan cepat.

    Selain itu juga diperlukan peningkatan kapasitas dan kapabilitas Digital talent guna mendukung keamanan pusat data.

    Selengkapnya simak dialog Safrina Nasution dengan President & Chief Product Officer CISCO, Jeetu Patel dalam Profit, CNBC Indonesia (Rabu, 16/07/2025)

  • Ditjen Pajak Awasi Orang yang Suka Pamer Harta dan Endorse di Medsos, Pejabat Masuk Radar

    Ditjen Pajak Awasi Orang yang Suka Pamer Harta dan Endorse di Medsos, Pejabat Masuk Radar

    Bisnis.com, JAKARTA — Direktorat Jenderal Pajak mengawasi aktivitas di media sosial atau medsos, terutama bagi wajib pajak yang suka pamer barang mewah hingga menerima banyak endorsement.

    Direktur Jenderal Pajak Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Bimo Wijayanto menjelaskan bahwa pihaknya melihat medsos sebagai sumber informasi untuk mencari ketidakcocokan gaya hidup dengan profil perpajakan seseorang.

    “Misalnya siapa tahu ada aset yang belum dilaporkan, yang beda sama SPT [surat pemberitahuan tahunan], beda sama LHKPN [Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara]. Itu sudah sejak lama kita lakukan,” ungkap Bimo di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (15/7/2025).

    Mantan Tenaga Ahli Utama di Kantor Staf Presiden itu mengungkapkan Direktorat Jenderal Pajak memanfaatkan kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI) dalam mendeteksi potensi pajak di medsos. Menurutnya, AI sangat mudah dilatih untuk mendeteksi penyimpangan.

    Dia mencontohkan dari data yang ada, misalnya laporan SPT yang disampaikan 5—10 tahun terakhir, AI akan melihat pola profilnya perpajakan. Setelahnya, AI mencocokan aktivitas wajib pajak itu di medsosnya.

    “Jadi, ya, generally [umumnya], prinsipnya seperti machine learning [pembelajaran mesin], ya,” jelas Bimo.

    Sementara itu, Direktur Peraturan Perpajakan I Direktorat Jenderal Pajak Kemenkeu Hestu Yoga Saksama mengungkapkan pihaknya ingin menangkap semua potensi penerimaan yang ada, salah satunya dari media sosial di tengah akselerasi perkembangan digital.

    “Kita sudah melakukan crawling, data-data, ya. Kalau suka pamer mobilnya di medsos gitu, pasti diamati sama teman-teman pajak,” ungkap Hestu dalam media briefing di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak, dikutip Selasa (15/7/2025).

    Hanya saja, dia mengakui pihaknya belum membuat satu regulasi yang memungkinkan pemungutan pajak secara langsung dari aktivitas pamer harta hingga endorsement di medsos. Pemungutan hanya dilakukan melalui pemeriksaan pajak.