Produk: Artificial Intelligence

  • Cloudera Data Services Hadirkan Private AI di Data Center

    Cloudera Data Services Hadirkan Private AI di Data Center

    Bisnis.com, SINGAPURA – Cloudera, perusahaan platform data dan artificial intelligence (AI), resmi merilis versi terbaru Cloudera Data Services. Pembaruan ini membawa kemampuan private AI ke lingkungan on premise atau data center perusahaan yang memberikan kapabilitas AI generatif yang aman, didukung GPU, dan langsung di balik firewall perusahaan atau organisasi. 

    Leo Brunnick, Chief Product Officer Cloudera mengatakan Cloudera Data Services On-Premises menghadirkan pengalaman cloud-native yang sesungguhnya di lingkungan on premise, memberikan kelincahan dan efisiensi tanpa mengorbankan keamanan maupun kontrol.

    “Peluncuran ini merupakan langkah penting dalam modernisasi data, beralih dari cluster monolitik ke kumpulan aplikasi yang terkontainerisasi dan lincah, ujarnya di Singapura, Kamis (8/7/2025). 

    Sebagai informasi, dengan tata kelola yang sudah built-in dan portabilitas hybrid dari Cloudera, organisasi kini dapat membangun dan meningkatkan kedaulatan data cloud di pusat data mereka sendiri, yang menghilangkan kekhawatiran soal keamanan. 

    Cloudera mengklaim menjadi satu-satunya vendor yang menghadirkan lifecycle data sepenuhnya dengan layanan cloud-native yang sama, baik di lingkungan on-premise maupun public cloud.

    Langkah Cloudera itu bertujuan menjawab kekhawatiran soal keamanan data sensitif dan kekayaan intelektual selama ini menjadi penghambat utama adopsi AI di berbagai industri.

    Menurut Accenture, 77% organisasi belum memiliki praktik keamanan data dan AI yang mendasar,  untuk melindungi model kritikal, alur data, dan infrastruktur cloud mereka.

    Layanan Cloudera memungkinkan pelanggan dapat mempercepat proses dari prototipe ke produksi, dari yang semula memakan waktu berbulan-bulan, menjadi hanya beberapa minggu.

    Selain itu, pembaruan ini akan menghadirkan manfaat Cloudera Data Services di pusat data organisasi. Pengguna dapat memangkas biaya infrastruktur secara signifikan dan menyederhanakan siklus hidup data, serta meningkatkan produktivitas tim data. 

    Organisasi juga bisa mempercepat penerapan beban kerja, meningkatkan keamanan lewat otomatisasi tugas-tugas yang kompleks, serta lebih cepat mendapatkan nilai nyata dari penerapan AI. 

    Di samping pengalaman pengguna yang lebih baik dan kesiapan perusahaan, pengguna kini menikmati kelincahan cloud-native di balik firewall mereka sendiri, memungkinkan skalabilitas tanpa mengorbankan keamanan.

    Terdapat dua penawaran yang ditawarkan Cloudera. Pertama, Cloudera AI Inference, diakselerasi oleh NVIDIA di lingkungan on premise. Layanan ini disebut sebagai layanan inferensi AI pertama di industri yang menyediakan kapabilitas microservice NIM yang tersemat. 

    Cloudera kini menghadirkan kemampuan untuk menyederhanakan penerapan dan pengelolaan model AI skala besar langsung di pusat data. Engine yang aman dan scalable ini membantu menerapkan dan mengelola lifecycle produksi AI langsung di pusat data, di mana data disimpan dengan aman.

    Kedua, Cloudera AI Studios di lingkungan on premise memungkinkan seluruh lifecycle aplikasi AI diakses secara luas, menyediakan low-code template yang memberdayakan tim untuk membangun dan meluncurkan aplikasi dan agen GenAI.

    Sanjeev Mohan, Industry Data Analyst mengatakan saat ini kebutuhan untuk mengadopsi AI sudah sangat mendesak, tetapi begitu juga dengan kekhawatiran tentang keamanan data.

    “Yang dibutuhkan perusahaan adalah solusi yang dapat menyederhanakan adopsi AI, meningkatkan produktivitas, dan melakukannya tanpa mengorbankan keamanan,” katanya. 

    Di Tanah Air, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) atau BNI menjadi salah satu pengguna awal layanan AI Inference dari Cloudera. 

    Toto Prasetio, Chief Information Officer BNI mengatakan teknologi ini menyediakan infrastruktur esensial untuk memperluas inisiatif AI generatif kami secara aman dan efisien, selaras dengan dinamika regulasi di Indonesia. 

    “Hal ini merupakan lompatan besar dalam misi kami memberikan solusi perbankan digital yang lebih cerdas, lebih cepat, dan lebih andal bagi masyarakat Indonesia,” jelasnya. 

  • Canggih! Indosat Punya Solusi Anti-Scam dan Spam Pakai AI

    Canggih! Indosat Punya Solusi Anti-Scam dan Spam Pakai AI

    Jakarta

    Indosat Ooredoo Hutchison meluncurkan fitur anti-scam dan anti-spam canggih karena mengandalkan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang dirancang untuk melindungi pengguna dari berbagai ancaman penipuan digital yang terus meningkat.

    Berdasarkan laporan Asia Scam Report 2024 yang dirilis Global Anti-Scam Alliance (GASA), sebanyak 65% masyarakat Indonesia menerima upaya penipuan setiap minggunya, mulai dari pesan teks phishing, tawaran kerja palsu, hingga skema penipuan investasi. Kondisi itu yang melandasi Indosat untuk membikin solusi canggih untuk memberikan pelindungan terhadap para pelanggannya.

    “Indosat menyakini bahwa perlindungan digital adalah hak dasar setiap masyarakat Indonesia,” ujar President Director dan CEO Indosat Ooredoo Hutchison, Vikram Sinha di acara ‘AI untuk Kita Semua’ di Kantor Indosat, Jakarta, Kamis (7/8/2025).

    Fitur Anti-Spam dan Anti-Scam ini merupakan hasil kolaborasi dengan Tanla sebagai mitra teknologi AI yang didukung oleh Mastercard, GSMA, dan GASA. Seluruh pihak yang terlibat ini satu suara untuk menanggulangi permasalahan spam dan scam di Indonesia.

    Peluncuran ini juga menyoroti bagaimana inovasi yang diinisiasi perusahaan memainkan peran penting dalam memerangi penipuan dan memastikan akses digital yang lebih aman, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh kawasan Asia Pasifik.

    “Dibangun di atas Sovereign AI Factory milik Indosat yang didukung GPU Nvidia Blackwell tercanggih, solusi ini memperkuat kemampuan Indonesia dalam menghadapi spam dan scam secara real-time, memperkokoh ketahanan digital bangsa dan membangun kepercayaan masyarakat terhadap dunia digital,” tuturnya.

    Fitur Anti-Spam dan Anti-Scam Indosat bekerja secara otomatis dan real-time untuk mendeteksi pengirim pesan atau penelepon mencurigakan, menyaring potensi ancaman, serta memberikan peringatan kepada pelanggan. Teknologi ini dikembangkan di atas fondasi AIvolusi5G, kombinasi kecanggihan AI dengan jaringan 5G milik Indosat yang responsif, adaptif, dan relevan.

    Dengan kemampuan pemrosesan langsung di jaringan (on-network), fitur ini tidak memerlukan perangkat canggih atau koneksi premium, sehingga dapat diakses oleh semua kalangan, di mana pun mereka berada.

    Inovasi ini juga merupakan bagian dari transformasi Indosat menuju AI-TechCo, dengan komitmen menghadirkan solusi yang aman, modern, dan inklusif. Melalui kampanye ‘AI untuk Kita Semua’, Indosat memastikan bahwa teknologi AI dapat diakses dan dirasakan manfaatnya oleh semua orang.

    (agt/fay)

  • Google Bantah Fitur AI Turunkan Trafik Penerbit

    Google Bantah Fitur AI Turunkan Trafik Penerbit

    Bisnis.com, JAKARTA — Google membantah sejumlah studi yang menunjukkan hasil peralihan ke fitur pencarian dan chatbot kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) menurunkan trafik ke situs penerbit.

    Wakil Presiden sekaligus Kepala Penelusuran Google, Liz Reid, mengatakan total volume klik organik dari mesin pencarinya ke situs web “relatif stabil” dari tahun ke tahun dengan kualitas klik rata-rata yang sedikit meningkat.

    “Akan tetapi, tren pengguna mengalihkan lalu lintas/trafik ke situs yang berbeda, mengakibatkan penurunan trafik ke beberapa situs, dan di sisi lain juga meningkatkan trafik ke situs lainnya,” kata Reid dilansir TechCrunch (7/8/2025).

    Kata “beberapa” sangat berpengaruh di sini, karena Google tidak membagikan data lengkap tentang berapa banyak situs yang mengalami penurunan atau peningkatan.

    Meski chatbot seperti ChatGPT memang mengalami peningkatan trafik dalam beberapa bulan terakhir, bukan berarti penerbit online tidak mengalami kesulitan.

    Google sudah merombak mesin pencariannya selama bertahun-tahun, dan kini mereka melakukannya dengan “ikhtisar AI” yang muncul di bagian atas hasil pencarian. 

    Ikhtisar AI tersebut juga memungkinkan pengguna berinteraksi dengan chatbot AI untuk beberapa pertanyaan.

    Perusahaan peramban tersebut menyangkal bahwa hal ini mengubah lanskap pencarian secara signifikan. Sebaliknya, menurut mereka, ini menunjukkan pengguna mengalihkan perhatian ke situs lain untuk memulai pencarian.

    Sudah menjadi rahasia umum, Google sejak 2022 tidak lagi menjadi pilihan utama pengguna dalam melakukan pencarian, setidaknya begitu yang dikatakan oleh SVP Google, Prabhakar Raghavan.

    “Sekitar 40% anak muda membuka Tikok atau Instagram ketika mencari tempat makan siang, tidak lagi memanfaatkan Google Maps atau Google Search,” ungkap Raghavan

    Pihak Google juga telah lama mengkhawatirkan keberadaan Amazon.com yang menjadi situs andalan untuk berbelanja daring, dan Reddit.com yang diminati untuk meneliti suatu topik.

    Untuk mengatasi kekhawatiran terhadap Amazon.com, Google selama bertahun-tahun terus berupaya meningkatkan layanan Google Shopping, mencakup keranjang belanja universal, pemeriksaan inventaris lokal, belanja dari gambar produk di situs web, dan masih banyak lagi.

    Sementara itu, ketika pengguna mengeluhkan penurunan kualitas Google Search, perusahaan itu kemudian melihat begitu tingginya permintaan untuk Reddit, sehingga mereka menambahkan filter “Reddit” yang memungkinkan pengguna mempersempit hasil pencarian berdasarkan kueri yang relevan.

    Kasus-kasus tersebut menunjukkan, ada benarnya penyangkalan Google terkait AI yang bukan jadi faktor utama mesin pencarian, tetapi memang sudah kenyataannya Google Search sekarat.

    Postingan blog terbaru Google juga mencoba sedikit menggeser batasan tentang apa artinya situs web yang menerima klik Google. Kini, ketimbang menghitung klik, mereka ingin para penerbit lebih memikirkan kualitas klik.

    Perusahaan tersebut juga menekankan ketika orang mengklik respons AI terhadap sumbernya, mereka cenderung akan menelusuri lebih dalam, sehingga itu menghasilkan klik yang bernilai.

    Namun, walaupun AI menjadi sumber rujukan yang terus berkembang, itu belum mampu menutupi selisih jumlah klik. Studi terbaru Similarweb menunjukkan pada Mei 2025, jumlah pencarian berita di web yang menghasilkan zero-clicks ke situs web berita mengalami peningkatan dari 56% pada tahun sebelumnya menjadi 69%.

    Google menyadari ini adalah sebuah tren, karena baru-baru ini mereka juga meluncurkan produk bagi penerbit yang membantu untuk memonetisasi trafik yang menurun dengan pembayaran mikro atau pendaftaran buletin

    Fakta bahwa mereka mempromosikan propaganda “AI bukan akhir dari trafik pencarian” sebetulnya malah membuat situasi semakin buruk.

    Seolah-olah Google ingin penerbit tidak mempercayai grafik dan diagram yang mereka lihat sendiri, dan seolah mereka ingin terus mencekoki penerbit dengan klaim “miliaran klik ke situs web” setiap hari.

    (Muhamad Rafi Firmansyah Harun)

  • OpenAI Luncurkan Dua Model Penalaran AI Terbuka yang Lebih Baik dari R1 DeepSeek

    OpenAI Luncurkan Dua Model Penalaran AI Terbuka yang Lebih Baik dari R1 DeepSeek

    Bisnis.com, JAKARTA — OpenAI umumkan peluncuran dua model penalaran kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) bobot terbuka yang diklaim lebih canggih dari R1 DeepSeek. 

    Dua model tersebut adalah gpt-oss-12b yang ukurannya besar dengan kemampuannya yang dapat berjalan pada satu GPU Nvidia dan GPT-OSS-20B dengan ukuran lebih ringan yang dapat berjalan pada laptop dengan memori 16GB.

    Peluncuran tersebut menandai model bahasa terbuka pertama OpenAI sejak GPT-2 dirilis lebih dari lima tahun lalu, dan pada model terbarunya ini, akan mampu mengirimkan kueri kompleks ke model AI di cloud.

    Artinya, jika model terbuka OpenAI tidak mampu melakukan tugas tertentu seperti memproses gambar, pengembang dapat menghubungkan model terbuka tersebut ke salah satu model tertutup perusahaan yang lebih mumpuni.

    Cara Kerja Model Terbuka OpenAI

    Dilansir TechCrunch Kamis (7/8/2025), Pada Codeforces (dengan alat), uji pengodean kompetitif pada gpt-oss-120b dan gpt-oss-20b masing-masing memperoleh skor 2622 dan 2516.

    Angka tersebut mengungguli R1 milik DeepSeek, tetapi masih lebih buruk ketimbang o3 dan o4-mini.

    Pada Ujian Terakhir Kemanusiaan (HLE) yang berisi pertanyaan menantang dari berbagai subjek, gpt-oss-120b dan gpt-oss-20b masing-masing memperoleh skor 19% dan 17,3%, yang artinya, itu tetap masih lebih buruk dari o3, tetapi mengungguli model terbuka dari DeepSeek dan Qwen.

    Model terbuka OpenAI juga berhalusinasi secara signifikan dibanding model penalaran AI terbarunya, o3 dan o4-mini, dan perusahaan belum sepenuhnya memahami penyebabnya.

    Gpt-oss-120b dan gpt-oss20b berhalusinasi masing-masing 49% dan 53% untuk pertanyaan di PersonQA, yang jadi tolok ukur internal perusahaan dalam mengukur akurasi pengetahuan model tentang manusia.

    “Wajar terjadi, karena model yang lebih kecil pasti pengetahuannya juga lebih sedikit dibanding model frontier yang lebih besar,” kata perwakilan OpenAI

    Pelatihan untuk Model Baru

    Perusahaan AI besutan Sam Altman tersebut menyatakan, model terbukanya akan dilatih dengan proses serupa dengan model sebelumnya. 

    Mereka menggunakan pembelajaran penguatan (RL) komputasi tinggi, yang mengajarkan AI membedakan benar dan salah dalam lingkungan simulasi menggunakan kluster besar GPU Nvidia.

    Sebagai hasil proses pasca-pelatihan, model AI terbuka milik OpenAI unggul dalam memberdayakan agen AI dan juga mampu memanggil alat seperti pencarian web atau eksekusi kode Python sebagai bagian dari proses rantai pemikirannya.

    Namun, OpenAI menyatakan, model terbukanya hanya berupa teks, yang artinya tidak akan mampu memproses atau menghasilkan gambar dan audio seperti mode-model perusahaan lainnya.

    OpenAI telah menunda rilis model terbukanya beberapa kali dalam beberapa bulan terakhir, sebagai bagian mengatasi masalah keamanan. Misalnya, kemungkinan aktor jahat menyempurnakan model gpt-oss untuk memanfaatkannya dalam serangan siber atau pembuatan senjata biologis atau kimia.

    Setelah pengujian bersama yang dilakukan OpenAI dan evaluator pihak ketiga, mereka menyatakan, gpt-oss mungkin sedikit meningkatkan kemampuan biologis. 

    Namun, perusahaan tidak menemukan bukti bahwa model terbuka ini dapat mencapai ambang batas “kemampuan tinggi” untuk bahaya di domain tersebut, bahkan setelah penyempurnaan

    Dengan dirilisnya gpt-oss, OpenAI berharap dapat menarik perhatian para pengembang dan juga pemerintahan Donald Trump, yang keduanya telah menyaksikan laboratorium AI China bangkit dan menonjol di ruang sumber terbuka (Open-Source).

    “Kami sangat antusias bahwa dunia dapat membangun tumpukan AI terbuka yang dibuat di Amerika Serikat, berdasarkan nilai demokrasi, tersedia gratis untuk semua, dan memiliki manfaat yang luas,” kata CEO OpenAI, Sam Altman dalam sebuah pernyataan, dilansir TechCrunch. (Muhamad Rafi Firmansyah Harun)

  • Google Temukan Puluhan Kerentanan Keamanan dengan Pemburu Bug AI

    Google Temukan Puluhan Kerentanan Keamanan dengan Pemburu Bug AI

    Bisnis.com, JAKARTA — Google berhasil menemukan 20 kumpulan pertama kerentanan keamanannya berkat pemburu bug tenaga kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), Big Sleep, pada Senin (04/08/25).

    Menurut laporan Wakil Presiden Keamanan Google, Heather Adkins, Big Sleep menemukan kerentanan pertamanya, yang sebagian besar ada pada perangkat lunak sumber terbuka seperti pustaka audio dan video FFmpeg, serta rangkaian penyuntingan gambar ImageMagick.

    Meski begitu, Google belum akan memberitahu dampak atau tingkat keparahannya. Ini merupakan prosedur standar yang dilakukan perusahaan saat menunggu bug diperbaiki.

    Namun, fakta bahwa Big Sleep, yang dikembangkan oleh departemen AI perusahaan DeepMind bersama tim peretas elit, Project Zero, mampu menemukan kerentanan menjadi hal yang signifikan.

    Fakta itu juga menunjukkan alat-alat ini mulai memberikan dampak nyata, walaupun tetap ada campur tangan manusia dalam kasus ini.

    “Kami melibatkan pakar manusia untuk memastikan laporan berkualitas tingg, tetapi setiap kerentanan ditemukan dan direproduksi Agen AI tanpa campur tangan manusia,” kata juru bicara Google, Kimberly Samra, dilansir TechCrunch Rabu (6/8/25).

    Selain Big Sleep, sudah tersedia juga alat-alat berbasis AI lainnya yang dapat mencari dan menemukan kerentanan, seperti RunSybil dan XBOW.

    XBOW menjadi topik pembicaraan publik setelah mencapai puncak salah satu papan peringkat platform bug bounty, HackerOne. 

    Dalam kebanyakan kasus, laporan semacam itu melibatkan manusia di beberapa titik proses untuk memverifikasi pemburu bug bertenaga AI yang bersangkutan menemukan kerentanan yang nyata, seperti halnya Big Sleep.

    Salah satu pendiri dan kepala teknologi di RunSybil, Vlad Ionescu mengatakan, Big Sleep adalah proyek yang sah, mengingat desainnya yang bagus, ditambah orang-orang di baliknya yang merupakan ahli di bidangnya.

    Ionescu juga mengapresiasi tim Project Zero yang berpengalaman dalam menemukan bug, serta DeepMind yang memiliki daya tembak dan token untuk melakukannya.

    Alat-alat pemburu bug semacam Big Sleep, XBOW, atau juga RunSybil memang menjanjikan, akan tetapi juga masih memiliki kekurangan yang signifikan.

    Contohnya seperti beberapa orang pengelola proyek perangkat lunak yang mengeluhkan laporan bug fiktif, hanya merupakan “halusinasi”. Mereka bahkan menyebutnya sebagai bug bounty yang setara dengan AI slop, atau konten berkualitas rendah yang dihasilkan AI.

    “Inilah masalah sebenarnya yang dihadapi banyak orang, kita sering dapat barang yang tampak seperti emas, tetapi sebenarnya hanyalah sampah,” ungkap Vlad Ionescu, mengkritik kekurangan fatal yang ada pada program bug bounty. (Muhamad Rafi Firmansyah Harun)

  • Pemerintah Mau Bikin Platform Agregator Lowongan Kerja Berbasis AI

    Pemerintah Mau Bikin Platform Agregator Lowongan Kerja Berbasis AI

    Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah berencana membuat platform agregator lowongan pekerjaan dengan memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).

    Koordinator Pengembangan Kemitraan dan Jejaring Pasar Kerja Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) Sigit Ary Prasetyo menjelaskan bahwa hal itu menjadi bagian dari pemutakhiran aplikasi terkait yang dimiliki oleh Kemnaker maupun yang merupakan hasil kolaborasi.

    “Dari Kementerian Ketenagakerjaan, kita ingin menjadi suatu agregator besar job atau lowongan-lowongan dan informasi yang valid untuk masyarakat kita,” katan Sigit di sela-sela acara peluncuran aplikasi JobCity.id di Gedung Smesco, Jakarta Selatan, Selasa (5/8/2025).

    Menurutnya, kehadiran suatu platform yang mengumpulkan berbagai lowongan pekerjaan ini diperlukan mengingat banyaknya angkatan kerja yang membutuhkan mata pencaharian.

    Sigit menjelaskan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat sekitar 7,2 juta jiwa yang termasuk dalam kategori pengangguran dari total angkatan kerja sebanyak 153 juta orang di Tanah Air.

    “Kurang lebih sekarang ada 153 juta angkatan kerja di Indonesia itu memerlukan banyak informasi lowongan pekerjaan, yang mana informasi tersebut bukan hanya bisa didapatkan dari pemerintah, melainkan juga swasta,” ujarnya.

    Oleh karena itu, dia meyakini bahwa terdapat potensi besar akan pemanfaatan ekosistem ini.

    Dia menyebut, Kemnaker telah berkolaborasi dengan kementerian dan lembaga lain seperti Kementerian UMKM hingga Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) dalam mewujudkan rencana pembentukan platform tersebut.

    Terkait pemanfaatan AI dalam dunia ketenagakerjaan, Sigit mencontohkan bahwa masyarakat saat ini telah banyak mengakses platform seperti ChatGPT, sehingga proses digitalisasi dapat menjadi lebih cepat.

    “Saya rasa [AI] itu sangat membantu teman-teman kita untuk bisa meraih apa yang mereka inginkan,” ujarnya.

  • AI Google ‘Big Sleep’ Temukan 20 Celah Keamanan di Perangkat Lunak Populer

    AI Google ‘Big Sleep’ Temukan 20 Celah Keamanan di Perangkat Lunak Populer

    Bisnis.com, JAKARTA— Google mengumumkan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) terbarunya bernama Big Sleep, berhasil menemukan 20 celah keamanan pada sejumlah perangkat lunak sumber terbuka yang populer digunakan di seluruh dunia.

    Menurut laman TechCrunch pada Selasa (5/8/2025), kabar tersebut disampaikan oleh Wakil Presiden Keamanan Google Heather Adkins pada Senin (4/8/2025).

    Big Sleep dikembangkan oleh tim AI Google, DeepMind, bekerja sama dengan Project Zero, tim elit Google yang terkenal dalam menemukan bug dan celah keamanan.

    Dari hasil temuan pertamanya, Big Sleep mendeteksi kerentanan di perangkat lunak seperti pustaka audio-video FFmpeg dan aplikasi pengolah gambar ImageMagick. 

    Kedua perangkat lunak ini banyak dipakai oleh berbagai layanan dan aplikasi sehingga celah keamanan di dalamnya berpotensi berdampak luas.

    Meski begitu, Google belum mengungkapkan detail dampak maupun tingkat keparahan dari celah tersebut. Alasannya, perbaikan masih dilakukan dan informasi lengkap akan dibagikan setelah semua celah ditutup, sesuai kebijakan standar keamanan agar tidak dimanfaatkan pihak yang tidak bertanggung jawab.

    Menurut Juru Bicara Google Kimberly Samra, setiap kerentanan yang ditemukan Big Sleep sepenuhnya diidentifikasi dan diuji ulang oleh AI tanpa campur tangan manusia. 

    Namun, sebelum dilaporkan secara resmi, hasil temuan tersebut tetap diperiksa oleh pakar keamanan untuk memastikan keakuratan dan kelayakannya.

    Wakil Presiden Teknik Google Royal Hansen menyebut, penemuan ini sebagai bukti teknologi AI telah memasuki ‘batas baru’ dalam penemuan kerentanan otomatis.

    Big Sleep bukan satu-satunya AI yang mampu mencari bug. Saat ini, ada juga alat serupa seperti RunSybil dan XBOW. 

    XBOW bahkan pernah menempati posisi teratas di salah satu papan peringkat pemburu bug di platform HackerOne. Namun, pada sebagian besar kasus, manusia tetap dilibatkan untuk memverifikasi apakah bug yang ditemukan AI benar-benar nyata.

    Vlad Ionescu, CTO dan salah satu pendiri RunSybil, menilai Big Sleep sebagai proyek yang serius dan terpercaya. Dia menyebut, tim yang mengembangkannya memiliki pengalaman luas, desain sistem yang baik, dan sumber daya besar dari DeepMind untuk menjalankan proses pencarian bug.

    Meski memiliki potensi besar, teknologi ini tidak lepas dari tantangan. Beberapa pengelola perangkat lunak mengaku menerima laporan bug dari AI yang ternyata salah atau bersifat ‘halusinasi’. Laporan semacam ini sering disebut sebagai ‘bug bounty AI slop’ karena terlihat meyakinkan di awal. Namun, ternyata tidak valid.

    “Itulah masalahnya sekarang. Banyak laporan yang kelihatannya seperti emas, tapi sebenarnya hanya sampah,” kata Ionescu.

  • Mau Cuan dari AI dan Investasi Saham? Yuk Belajar di LPS Financial Festival

    Mau Cuan dari AI dan Investasi Saham? Yuk Belajar di LPS Financial Festival

    Jakarta

    Menghasilan cuan sekarang bisa dari mana saja, salah satunya dengan belajar Artificial Intelligence (AI) dan Investasi Saham. detikers bisa belajar langsung dari ahlinya di acara ‘LPS Financial Festival 2025’ yang berlangsung 6-7 Agustus di Dyandara Convention Center, Surabaya.

    Pada hari pertama Educational Class acara ini, Bank Mega x Daud Kurnia akan hadir membahas ‘Jalan Ninja Raih Cuan Dari AI’ pukul 15.00-16.00 WIB di Room 1 Dyandra Convention Center. Daud Kurnia memiliki banyak peran di dunia teknologi, yang merupakan Desainer UI/UX dan Kreatif.

    Daud dikenal sebagai pendiri Negeri AI dan juga seorang Web3 Enthusiast. Daud percaya bahwa dunia kecerdasan buatan sangat menakjubkan. Ia tidak segan untuk menceritakan pengalamannya meraih cuan dengan AI eksklusif di LPS Financial Festival Surabaya.

    Selain Daud, Adrian Maulana juga siap membagikan tips investasi untuk hidup lebih tenang di LPS Financial Festival 2025 dalam sesi Educational Class Bank Mandiri x Adrian Maulana dengan tema “Livin’ Tenang, Investasi Sekarang!”. Sesi bersama Adrian Maulana akan berlangsung pada Rabu, 6 Agustus, di Room 2, pukul 15.00-16.00 WIB.

    Diketahui, selain menjalankan frugal living, pemain sinetron ini juga rajin berinvestasi. Ia tertarik menekuni dunia pasar modal ketika diundang oleh Bursa Efek Indonesia dan diperkenalkan dengan instrumen pasar modal.

    Selanjutnya, sesi Educational Class LPS Financial Festival hari pertama juga akan menampilkan Ellen May, yang akan membahas tema ‘Belajar Saham Dari Nol’ di Room 1 pukul 16.00-17.30. Ellen May dikenal sebagai Trader handal dan sukses membangun bisnisnya di Tanah Air.

    Memulai karier sebagai trader sejak 2010, Ellen adalah Trader dan Investor ternama yang kini aktif berbagi kisah inspiratif melalui buku, kelas, hingga seminar terkait berinvestasi di pasar modal. Meskipun dia mengakui pernah mengalami kerugian cukup besar, namun Ellen berhasil bangkit dan menjadi trader handal serta panutan di pasar modal.

    Sebagai informasi, selain pembicara-pembicara di kelas edukasi, LPS Financial Festival 2025 akan menghadirkan Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa, Pendiri CT Corp Chairul Tanjung, dan Ketua Komisi XI DPR Muhammad Misbakhun. Hadir juga Anggota Dewan Komisioner LPS, Didik Madiyono, Mantan Menteri Kebudayaan Prof. Dr. Mohammad Nuh, dan Cak Lontong serta Raffi Ahmad.

    Tidak ketinggalan, akan turut hadir antara lain Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dadak, Anggota Komisi XI DPR Wihadi Wiyanto, dan Presiden Direktur PT HM Sampoerna Ivan Cahyadi. Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi juga akan hadir dan menyampaikan keynote speech pada hari kedua.

    Untuk meramaikan acara yang dipenuhi pembicara dan tokoh ternama, LPS Financial Festival juga akan menyuguhkan penampilan penyanyi papan atas, mulai dari RAN, Wali, Coldiac, hingga Nassar.

    Yuk tunggu apalagi? Klik link ini untuk mendaftarkan diri kamu di acara LPS Financial Festival Surabaya.

    (akd/akd)

  • Manusia Rp2.300 Triliun: Tak Usah Kuliah Komputer, Pilih Jurusan Ini

    Manusia Rp2.300 Triliun: Tak Usah Kuliah Komputer, Pilih Jurusan Ini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Di tengah tren perkembangan Artificial Intelligence, dua bos raksasa teknologi Elon Musk dan Jensen Huang tak memilih berfokus ilmu seperti coding. Namun mereka lebih pilih belajar hal dasar seperti ilmu fisika.

    Huang, yang merupakan CEO Nvidia, mengungkapkan pandangannya dalam sebuah acara di Beijing China belum lama ini. Menurutnya ilmu fisika akan jauh lebih berguna dalam perkembangan AI.

    Sistem AI di masa depan akan membutuhkan fisika yang mendalam. Khususnya operasional pada lingkungan robotika dan dunia nyata.

    “Gelombang berikutnya mengharuskan pemahaman pada friksi, inersia, serta sebab dan akibatnya,” kata Huang dikutip dari Money Control, Selasa (29/7/2025).

    Ucapannya pria berharta Rp 2.300 triliun tersebut merujuk pada AI Fisik. Saat AI berkembang melampaui persepsi dan penalaran pada interaksi dunia nyata, maka fisika, mekanika dan ilmu material akan kian berharga.

    Sementara itu, bos Tesla, Elon Musk telah lama menyebut pentingnya ilmu fisika. Menurutnya ilmu tersebut adalah fondasi pada pemecahan masalah serius.

    Bahkan dia menambahkan ucapan CEO Telegram Pavel Durov yang meminta agar para siswa menguasai matematika. “Fisika [dengan matematika],” ucapnya.

    Pemahaman prinsip dasar dan kebenaran fundamental dari fisika merupakan kunci membangun inobasi terukur.

    Pemikiran Musk ini juga tercermin dalam proyek ambisius yang dikerjakan oleh perusahaan-perusahaan miliknya seperti roket hingga mobil otonom. Ini menuntut penguasaan fisika melebihi logika software.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Pengguna China Ragukan Keandalan Sistem Keamanan Nvidia

    Pengguna China Ragukan Keandalan Sistem Keamanan Nvidia

    Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan teknologi asal Amerika Serikat, Nvidia diminta membuktikan keamanan mumpuni untuk menghilangkan kekhawatiran pengguna di China atas risiko keamanan pada chip-nya.

    Dalam komentar yang dipublikasikan di akun media sosial People’s Daily yang berjudul “Nvidia, How Can I Trust You?”, masyarakat mengatakan perusahaan asing harus mematuhi hukum China dan menganggap keamanan sebagai prasyarat dasar.

    Di sisi lain, pihak Nvidia juga mengklaim, mereka menganggap keamanan siber adalah sebuah hal yang penting bagi perusahaan.

    “Nvidia tidak memiliki ‘backdoor’ dalam chip kami yang memungkinkan siapapun mengakses atau mengendalikannya dari jarak jauh,” Kata salah satu juru bicara Nvidia, dilansir Reuters (04/08/25).

    Komentar itu muncul sehari setelah Beijing menyuarakan kekhawatirannya atas potensi risiko keamanan yang ada pada chip kecerdasan artifisial (artificial intelligence/AI) milik Nvidia, H20.

    Kekhawatiran terhadap chip H20 kemudian menimbulkan ketidakpastian atas prospek penjualan perusahaan di China beberapa pekan setelah larangan ekspor Amerika Serikat (AS) dicabut.

    Administrasi Dunia Maya China, selaku regulator internet di negara tersebut mengatakan, pihaknya prihatin dengan usulan AS agar chip canggih itu dijual di luar negeri dengan dilengkapi fungsi pelacakan dan pemosisian.

    Mereka juga mengabarkan, pihaknya telah memanggil Nvidia ke sebuah rapat untuk menjelaskan apakah chip AI H20 buatannya memiliki risiko keamanan pintu belakang, karena khawatir itu akan mempengaruhi data dan privasi pengguna di China.

    Backdoor security risks atau risiko pintu belakang adalah metode rahasia untuk menghindari prosedur autentikasi normal, untuk memperoleh akses tidak sah ke suatu sistem.

    Biasanya, para pelaku mengeksekusi serangan tersebut dengan mengeksploitasi kelemahan sistem atau pemasangan software berbahaya yang menciptakan titik masuk.

    Menurut Crowdstrike, ada tiga jalur umum yang digunakan dalam melakukan operasi pintu belakang, yaitu Maintenance Hook, Covert Channels, dan Kernel-level atau Application-level installations.

    Maintenance hook adalah fitur atau perintah yang sengaja dibangun ke dalam sistem atau aplikasi oleh pengembang untuk pengujian, pemecahan masalah, atau pemeliharaan.

    Covert channels, atau saluran rahasia digunakan para penyerang untuk mengirim informasi menggunakan bagian-bagian jaringan atau sistem operasi yang biasanya tidak dirancang untuk transmisi data.

    Sementara itu, peretas juga biasanya memanfaatkan instalasi tingkat kernel atau aplikasi, dengan memasang kode berbahaya di dalam atau yang disebarkan dan dipasang secara diam-diam oleh sebuah software.

    Serangan backdoor security dapat mengakibatkan eskalasi hak istimewa, perpindahan lateral ke sistem lain, eksfiltrasi data sensitif, dan juga gangguan operasional. (Muhamad Rafi Firmansyah Harun)