Produk: Artificial Intelligence

  • Astra Agro Terus Berinovasi di Industri Sawit, Optimalkan Digitalisasi dan Pengendalian Hama

    Astra Agro Terus Berinovasi di Industri Sawit, Optimalkan Digitalisasi dan Pengendalian Hama

    Fajar.co.id, Yogyakarta — Persoalan hama menjadi tantangan bagi peningkatan produktivitas perkebunan sawit. Namun, penanganan dampak negatif serangga yang tidak menerapkan prinsip-prinsip sustainability juga bisa mengakibatkan kerugian lain, terutama kerusakan lingkungan.

    Olehnya, butuh inovasi sebagai terobosan demi keberlanjutan. “Upaya pengendalian serangga berbasis teknologi adalah bagian dari strategi besar kami menuju operasional perkebunan sawit yang rendah emisi,” kata Direktur PT Astra Agro Lestari Tbk, Bandung Sahari dalam keterangan resmi, Jumat 12 Desember 2025.

    Hal tersebut juga disampaikan saat Bandung Sahari menjadi pemateri International Conference Indonesian Plan Protection Summit 2025, di Yogyakarta, Jumat lalu.

    Ia menjelaskan, sebagai perusahaan perkebunan kelapa sawit yang memiliki visi menjadi perusahaan agribisnis paling produktif dan inovatif di dunia, Astra Agro yakin bahwa pendekatan ilmiah dan teknologi adalah kunci masa depan perkebunan sawit yang berkelanjutan.

    Dalam konferensi yang mengangkat tema Redesigning The Future of Plant Protection: Strengthening Collaboration for Future Resilience and Food Sovereignty, Bandung memaparkan penerapan AI dalam Pest Monitoring System.

    Melalui penggunaan teknologi berbasis digital ini, Astra Agro dapat lebih presisi dalam memprediksi serangan hama. Pola kemunculan berbagai hama pun dapat lebih mudah dikenali, sehingga teknik pengendalian hama yang tepat dapat ditentukan lebih cepat dan presisi.

    Teknologi digital dengan artificial intelligence (AI) telah diterapkan sehingga informasi dapat diiterima dari lapangan secara real time dengan tingkat presisi yang tinggi. Keputusan pengendalian hama dapat dilakukan dengan cepat, tanpa menunggu kompilasi data karena sudah terselesaikan dengan bantuan AI.

  • Robot Humanoid Berbasis AI Karya Anak Bangsa Jadi Petugas Layanan Pelanggan Mal

    Robot Humanoid Berbasis AI Karya Anak Bangsa Jadi Petugas Layanan Pelanggan Mal

    Liputan6.com, Jakarta – Pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) di Indonesia terus menunjukkan perkembangan signifikan dan mulai diimplementasikan secara nyata di ruang publik, salah satunya berupa robot humanoid.

    Alfabeta Solusi Nusantara, perusahaan teknologi AI lokal yang merupakan bagian dari Centrepark Group, baru-baru ini meluncurkan robot layanan pelanggan (customer service/CS) humanoid berbasis AI di salah satu pusat perbelanjaan (mal) di Jakarta.

    Chief Technology Officer Alfabeta Solusi Nusantara, Yuri Ardila, menjelaskan bahwa teknologi AI yang ditanamkan dalam robot ini merupakan kombinasi dari artificial intelligence, computer vision, dan natural language processing.

    “Teknologi AI CS Robot ini menggabungkan artificial intelligence, computer vision, dan natural language processing untuk menghadirkan interaksi yang natural dan informatif,” ujar Yuri dalam keterangannya, Sabtu (13/12/2025).

    Ke depan, ia menambahkan, sistem ini siap dikembangkan untuk mendukung personalisasi layanan dan analitik operasional.

    Kehadiran robot humanoid berbasis AI ini diklaim menjadi salah satu implementasi nyata AI karya anak bangsa di sektor properti dan retail Indonesia. 

     

     

  • Menkeu Purbaya Sebut Teknologi AI Bea Cukai Beda dengan Kemenkes

    Menkeu Purbaya Sebut Teknologi AI Bea Cukai Beda dengan Kemenkes

    Jakarta, Beritasatu.com – Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengaku, tersinggung saat sistem artificial intelligence (AI) milik Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) disamakan dengan AI di kementerian lain.

    Menurutnya, AI Bea Cukai dirancang sebagai learning system yang terus berkembang dan menjadi tulang punggung pengawasan kepabeanan, bukan sistem sekali jadi.

    “Jangan bandingin dengan Kementerian Kesehatan. Tersinggung gue,” kata Purbaya saat meresmikan alat pemindai peti kemas (X-Ray) dan inovasi digital Self Service Report Mobile (SSR-Mobile) serta Trade AI di Terminal 3 dan Terminal Mustika Alam Lestari, Pelabuhan Tanjung Priok, Jumat (12/12/2025).

    Purbaya Sadewa menjelaskan, perbedaan mendasar AI Bea Cukai terletak pada kemampuannya belajar dari data lapangan.

    Karena bersifat adaptif, akurasi AI tidak ditargetkan sempurna sejak awal, melainkan meningkat seiring proses pembelajaran dari hasil verifikasi di lapangan. Saat ini, akurasi AI Bea Cukai diklaim mendekati 90%.

    “Saya pikir kalau bulan Maret tahun depan sudah mendekati 100 persen akurasinya,” tambahnya.

    Selain mendeteksi kecurangan impor seperti under-invoicing dan over-invoicing, AI juga digunakan sebagai alat pengawasan kinerja aparatur Bea Cukai.

    Sistem memungkinkan perbedaan signifikan antara prediksi dan realisasi lapangan langsung ditelusuri.

    “Nanti ketika realisasinya berubah terlalu banyak, saya bisa langsung ngecek orang yang memverifikasinya. Dia kerja benar atau AI-nya yang salah,” tegasnya.

    Sistem trade AI dikembangkan bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan DJBC untuk membandingkan nilai barang impor dengan harga pasar, termasuk di marketplace dalam dan luar negeri.

    Sistem ini terintegrasi dengan CEISA 4.0, sehingga pengawasan lebih tajam dan keputusan lebih cepat. Uji coba awal pada 145 pemberitahuan impor barang (PIB) menghasilkan tambahan penerimaan negara sekitar Rp 1,2 miliar.

    Selain itu, SSR-Mobile memfasilitasi pelaporan mandiri real-time dengan fitur geotagging dan analisis risiko otomatis.

    Perusahaan dapat melakukan proses gate-in, stuffing, bongkar muat, hingga gate-out secara mandiri, sementara sistem tetap melakukan pengawasan berbasis data.

    “Dahulu urusan Bea Cukai bikin deg-degan, sekarang yang deg-degan justru oknum penyelundup,” ujarnya menanggapi percepatan reformasi di Bea Cukai.

    Ke depan, pemerintah menyiapkan investasi sekitar Rp 45 miliar untuk pengembangan lebih lanjut sistem AI agar dapat diterapkan di seluruh pelabuhan Indonesia.

    “Ke depan untuk pengembangan lebih dalam lagi, supaya lebih canggih di seluruh Indonesia, kita perkirakan perlu investasi sekitar Rp 45 miliar lagi untuk sistem IT-nya,” tutupnya.

  • Kutip Hadis Qudsi di KHI 2025 Surabaya, Khofifah: ‘Bicara Baik’ Adalah Doa untuk Kekuatan Bangsa

    Kutip Hadis Qudsi di KHI 2025 Surabaya, Khofifah: ‘Bicara Baik’ Adalah Doa untuk Kekuatan Bangsa

    Surabaya (beritajatim.com) – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa memberikan dimensi spiritual yang mendalam saat membuka Konvensi Humas Indonesia (KHI) 2025 di Hotel Bumi Surabaya, Sabtu (13/12/2025). Di hadapan ratusan praktisi komunikasi dari seluruh Indonesia, Khofifah tidak hanya berbicara soal strategi teknis, melainkan menekankan bahwa narasi positif atau “Bicara Baik” merupakan manifestasi doa yang mampu menjadi kekuatan nyata bagi bangsa di tengah benturan peradaban digital.

    Dalam pidatonya yang menyentuh hati, Khofifah mengutip sebuah Hadis Qudsi sebagai landasan filosofis bagi profesi humas. Ia mengingatkan bahwa kata-kata dan persepsi yang dibangun oleh humas memiliki dampak psikologis dan spiritual yang besar, karena Tuhan bekerja sesuai dengan prasangka hamba-Nya.

    “Hadis ini menyebut, ‘Aku akan memberikan apa yang dipersepsikan oleh hambaku.’ Maka memang bicara baik menjadi penting. Kalau Perhumas selalu menyampaikan bicara baik, bicara baik, bicara baik. Maka nanti yang di langit itu akan memberikan kekuatan kepada kita,” ujar Khofifah dengan nada optimis.

    Gubernur perempuan pertama di Jatim ini menyadari bahwa tantangan humas saat ini sangat kompleks, mulai dari disrupsi Artificial Intelligence (AI) hingga arus informasi digital yang tak terbendung. Namun, ia meyakini bahwa benturan persepsi dan budaya tersebut hanya bisa diredam jika praktisi humas konsisten membangun narasi positif dan menjauhkan diri dari pesimisme.

    “Meskipun mungkin kita berhadapan sangat banyak hal bahwa benturan-benturan budaya, benturan-benturan persepsi dan seterusnya melalui digital IT, melalui AI, tetapi yakinkan bahwa ana inda dhani abdihi,” tegasnya mengingatkan peserta untuk memegang teguh prinsip tersebut.

    Khofifah mengajak seluruh peserta untuk menanamkan keyakinan kolektif bahwa Indonesia adalah bangsa yang kuat dan inovatif. Menurutnya, optimisme ini harus terus disuarakan agar menjadi realitas yang terwujud dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

    “Tetaplah berprasangka yang baik. Tetaplah berprasangka yang positif, tetaplah berprasangka bahwa Indonesia kuat, warga Indonesia adalah warga yang punya daya saing yang bagus dan punya kekuatan inovasi yang bagus,” imbuh Khofifah.

    Selain pesan spiritual, Khofifah juga menekankan semangat persatuan yang digaungkan dari “Bumi Majapahit”. Ia mengundang para tamu untuk meresapi semangat Nusantara yang lahir dari tanah Jawa Timur, di mana persatuan bukan sekadar narasi, melainkan aksi nyata untuk memastikan pemerataan pembangunan.

    “Provinsi, selamat datang di Jawa Timur. Ini Bumi Mojopahit. Jadi, usahakan minum air Bumi Mojopahit supaya kenuntaraan kita terwujud lahir batin,” sapanya hangat kepada para delegasi.

    Menutup sambutannya, Khofifah berharap forum KHI 2025 ini tidak sekadar menjadi ajang diskusi teknis, tetapi menjadi titik tolak untuk “menjahit” kembali persatuan Indonesia secara lahir dan batin. Dengan memadukan kekuatan inovasi—di mana Jatim baru saja dinobatkan sebagai provinsi dengan Indeks Inovasi Terbaik oleh Kemendagri—dan kekuatan spiritual “Bicara Baik”, Khofifah optimis Indonesia mampu menjemput masa keemasan di tahun 2045. [beq]

  • Boy Kelana: Humas Bukan Lagi Pendukung, Tapi Aktor Strategis Penjaga Kedaulatan Informasi

    Boy Kelana: Humas Bukan Lagi Pendukung, Tapi Aktor Strategis Penjaga Kedaulatan Informasi

    Surabaya (beritajatim.com) – Ketua Umum DPP Perhumas Boy Kelana Soebroto menegaskan bahwa paradigma kehumasan di Indonesia telah bergeser secara fundamental dari sekadar fungsi pendukung (support function) menjadi aktor strategis utama dalam menjaga kedaulatan informasi bangsa. Pernyataan tegas ini disampaikan Boy saat membuka Konvensi Humas Indonesia (KHI) 2025 di Hotel Bumi Surabaya, Sabtu (13/12/2025).

    Di hadapan ratusan praktisi komunikasi, Boy menyoroti urgensi transformasi peran humas di tengah era digitalisasi dan akselerasi global. Menurutnya, humas kini berdiri di garda terdepan untuk memastikan harmoni sosial, membangun optimisme, dan menciptakan konektivitas positif, baik dalam skala nasional maupun internasional.

    “Saat ini dalam mengemban profesi kehumasan kita bukan hanya berbicara tentang komunikasi saja tetapi juga mengenai persatuan narasi, menjaga kedaulatan dan martabat bangsa serta daya saing Indonesia di kancah global,” ujar Boy Kelana.

    Boy memaparkan bahwa tantangan komunikasi hari ini telah meluas jauh melampaui sekadar penyampaian pesan. Praktisi humas kini berhadapan langsung dengan destruksi teknologi, gempuran artificial intelligence (AI), otomatisasi ruang informasi, hingga risiko polarisasi sosial akibat disinformasi yang masif.

    Dalam situasi yang kompleks tersebut, posisi humas tidak bisa lagi dipandang sebelah mata dalam struktur organisasi maupun pemerintahan.

    “Profesi humas bukan lagi sebagai pendukung melainkan aktor strategis pembawa perubahan dan penjaga komunikasi kebangsaan,” tegasnya.

    Lebih lanjut, Boy menjabarkan konsep komunikasi kebangsaan yang harus diemban oleh setiap insan humas. Konsep ini merupakan upaya kolektif untuk menghadirkan narasi yang menyatukan, menenangkan, dan memajukan. Ia menekankan pentingnya membingkai narasi konstruktif yang penuh nilai empati demi menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    “Bingkai narasi konstruktif dan penuh makna dapat membangun komunikasi yang positif penuh dengan nilai empati dan fokus pada kesatuan Indonesia,” tambah Boy.

    Visi ini selaras dengan tema besar konvensi tahun ini, yaitu “Inovasi Bersama Untuk Indonesia Berdaya Saing Global”. Boy juga menyinggung bahwa penguatan peran strategis ini didukung oleh jejaring internasional yang semakin solid, termasuk posisi Perhumas sebagai anggota aktif Global Alliance for Public Relations and Communications Management. Hal ini memungkinkan humas Indonesia untuk memperkuat kanal diplomasi dan reputasi negara di mata dunia.

    “Bersama semangat Indonesia bicara baik, Perhumas berkomitmen untuk semakin memperkuat nation branding dan reputasi Indonesia di dalam negeri dan di luar kancah internasional,” pungkasnya. [beq]

  • Cara Media Jepang Bertahan di Era Disrupsi

    Cara Media Jepang Bertahan di Era Disrupsi

    Bisnis, TOKYO — Industri media di Indonesia mengalami tantangan serius sejak media sosial mendominasi kanal penyebaran informasi. Namun, di Jepang industri media masih cukup tangguh.

    Negeri Samurai tersebut bukannya tidak menghadapi tantangan yang serupa seperti industri media di Indonesia. Namun, rupanya media di sana punya jurus tersendiri untuk dapat tetap relevan di era sekarang.

    Saya bersama sejumlah perwakilan media lain asal Indonesia berkesempatan mengunjungi tiga media mainstream di Jepang dalam kunjungan awal Desember 2025 ini, yakni Nippon TV, The Hokkaido Shimbun Press, dan The NHK Sapporo Broadcasting Station.

    Masing-masing media memiliki karakteristik yang berbeda, tetapi menghadapi tantangan yang kurang lebih serupa, yakni berkurangnya pelanggan seiring dengan depopulasi yang terjadi di Jepang. Minat generasi muda untuk mengakses media juga relatif menurun.

    Hal ini pun menjadi fokus perhatian ketiga media. Nippon TV mengungkapkan minat generasi tua di Jepang untuk menonton TV atau mengakses informasi dari media resmi masih cukup tinggi. Namun, cukup sulit bagi perusahaan media untuk menarik minat pemirsa muda.

    “Kalau menyasar lansia tentu mudah. Namun, Nippon TV ingin menyasar generasi muda, remaja, anak-anak,” kata Fumi Kobayashi, Chief Editor Commentator, International News, NEWS Division Nippon TV saat ditemui di kantornya pada Selasa (2/12/2025).

    Fumi mengatakan bahwa untuk menjaga relevansi mereka, media yang telah beroperasi sejak 1953 ini berupaya memperluas kehadiran secara internasional.

    Serupa seperti media-media di Indonesia, Nippon TV juga membuka kanal YouTube dan telah memiliki 3,1 juta subscriber dengan sekitar 82.000 video. Selain itu, Nippon TV turut menghadirkan channel dan konten untuk audiens berbahasa asing, seperti Mandarin.

    Upaya lainnya yakni dengan melakukan kolaborasi bersama influencer di berbagai negara untuk mendukung penyebaran informasi dan branding, serta menarik minat generasi muda. Di Asia Tenggara, Nippon TV memiliki kantor perwakilan di Bangkok, Thailand, dan berkolaborasi dengan influencer setempat.

    Sejumlah perwakilan media asal Indonesia, Malaysia, dan Thailand berfoto bersama karyawan Nippon TV (jongkok barisan depan) usai mengikuti diskusi tentang tantangan industri media di Jepang dan mengamati cara kerja Nippon TV di Tokyo, Selasa (2/12/2025). Kunjungan ini difasilitasi oleh JENESYS (Japan-East Asia Network of Exchange for Students and Youths), sebuah program pertukaran internasional yang diinisiasi dan didanai oleh Pemerintah Jepang. Bisnis/Jenesys.

    Shinichiro Ochi, Senior Producer, Managing Director, News Center, News, News Department Nippon TV menambahkan bahwa sebenarnya selama media mampu mempertahankan konten yang berkualitas, kepercayaan audiens dan pengiklan akan tetap terjaga.

    “Hal yang tidak dapat dilakukan influencer adalah untuk menampilkan sumber berita yang kaya, penelitian, analisis, kajian yang membutuhkan waktu dan biaya yang tinggi. Misalnya dengan memanfaatkan gambar satelit. Ini pendekatan diferensiasi yang kami lakukan di tengah tantangan konten medsos saat ini,” katanya.

    Shinichiro mengatakan bahwa untuk menambah penghasilan, Nippon TV kini melihat peluang di lini penjualan konten. “Sebagai produsen konten, kami melihat peluang untuk memonetisasi konten itu untuk dipasarkan ke luar negeri,” katanya.

    Sejauh ini, Nippon TV belum sepenuhnya memanfaatkan artificial intelligence (AI) dalam proses produksi, selain untuk penerjemahan. Kendati demikian, perusahaan kini memiliki tim khusus yang mengkaji potensi pemanfaatan AI untuk tujuan pemeriksaan fakta.

     

    MEDIA ANAK-ANAK

    Berbeda dengan Nippon TV, The Hokkaido Shimbun Press punya strategi yang tak kalah unik. Perusahaan media cetak dan online ini secara khusus menghadirkan koran untuk anak-anak. Tujuannya yakni untuk sedini mungkin menanamkan kebiasaan membaca dan menulis pada generasi muda.

    Koran reguler mereka terbit tiap hari dengan ukuran 40×54 cm sebanyak 28 halaman, sedangkan koran untuk anak-anak terbit dua kali sebulan dengan ukuran lebih kecil, yakni 7×40 cm sebanyak 8 halaman.

    “Ukurannya setengah dari koran biasa, disesuaikan dengan tubuh anak SD sehingga ringan, kecil, dan mudah dibawa,” kata Ishimaru, perwakilan The Hokkaido Shimbun Press.

    Ishimaru menjelaskan bahwa media koran tersebut digunakan sebagai bahan ajar di sekolah, terutama untuk mata pelajaran Bahasa Jepang dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

    Koran reguler dan koran anak-anak The Hokkaido Shimbun Press. Bisnis/Emanuel B. Caesario.

    Anak-anak SD turut berpartisipasi dalam penulisan berita di koran tersebut, sehingga mereka dapat berlatih menulis sejak dini dan lebih merasa memiliki terhadap media tersebut. Tema artikel di koran tersebut pun disesuaikan dengan minat anak-anak.

    Sebagai contoh, ketika berkunjung ke kantor The Hokkaido Shimbun Press, koran anak-anak yang saya terima yakni edisi Sabtu, 22 November 2025.

    Koran tersebut memuat headline tentang fenomena penjualan set kartu Pokemon oleh gerai McDonald’s dalam paket menu ‘Happy Meals’. Isu yang diangkat yakni tentang banyaknya pembeli yang hanya memburu kartu Pokemon dan membuang makanan yang dibeli.

    Para pembeli tersebut tidak benar-benar menginginkan kartu tersebut untuk dikoleksi, melainkan untuk dijual kembali dengan harga yang melambung tinggi. Isi tulisan selanjutnya memuat edukasi tentang buruknya praktik tersebut.

    Secara umum, tulisan-tulisan lainnya di dalam koran tersebut berisi tentang edukasi untuk generasi muda Jepang tentang berbagai hal, aktivitas anak-anak di sekolah mereka, prestasi-prestasi anak-anak, tempat wisata unik, games/teka-teki seperti sudoku, dll.

    The Hokkaido Shimbun Press tetap relevan dengan cara tersebut. Media ini masih mampu menjual korannya dengan oplah hingga 710.000 eksemplar per hari. Sebagai gambaran, media besar di Indonesia ada yang hanya mampu menjual di bawah 10.000 eksemplar per hari.

    Daisaku Oya, Digital Editor, AI Coordinator, Editorial Department, The Hokkaido Shimbun Press mengatakan medianya memasarkan paket berlangganan dengan harga 4.300 yen atau sekitar Rp450.000 per bulan. Ini sudah termasuk koran, media digital, dan koran anak-anak.

    Media yang beroperasi sejak 1942 ini mengandalkan sekitar 1.100 orang pegawai tetap untuk mengoperasikan penerbitan media cetak dan platform online berbayar. Berdasarkan penjelasan Daisaku, saya menangkap sistem kerja mereka relatif tidak berbeda dibanding media di Indonesia.

    Konten berita umumnya diterbitkan lebih dahulu di platform online, sebisa mungkin secara realtime. Koran yang terbit keesokan harinya memuat isu yang kurang lebih sama, tetapi dengan sedikit pengayaan informasi.

    “Namun, pembaca lebih suka membaca koran dibanding online,” kata Daisaku.

    Daisaku OYA, Digital Editor, AI Coordinator, Editorial Department, The Hokkaido Shimbun Press menjelaskan cara kerja media digital mereka. Bisnis.com/Emanuel B. Caesario

    Daisaku juga menjelaskan bahwa pada prinsipnya media mereka tidak begitu mengejar kuantitas berita, melainkan kedalaman dan ketepatan informasi.

    “Kami lebih mementingkan kualitas pembaca ketimbang jumlah pembaca, lamanya pembaca membaca artikel dibanding jumlah artikel. Sebab, artikel banyak juga belum tentu dibaca sampai habis,” katanya.

     

    LAYANAN INFORMASI BENCANA ALAM

    Hal lain yang membuat media di Jepang tetap relevan yakni layanan informasi bencana alam yang update dan cepat. Sebab, Jepang merupakan wilayah yang sangat rawan terhadap bencana alam, khususnya gempa bumi.

    Media-media berbayar umumnya tetap menyediakan kanal informasi bencana yang dapat diakses secara gratis. The NHK Sapporo Broadcasting Station, misalnya, menjadi salah satu media yang memiliki perhatian besar terhadap layanan keselamatan publik ini.

    Hiroyuki Hamada, Full Time Manager, Media Center, The NHK Sapporo Broadcasting Station mengatakan perusahana yang berdiri sejak 1953 ini telah memiliki sistem deteksi bencana di ruang kontrol.

    “Selalu ada piket malam untuk selamatkan pemirsa, memberi informasi tentang potensi bencana. Tiap bulan ada tayangan latihan evakuasi jika terjadi bencana,” katanya.

    Hiroyuki mengatakan NHK juga menyediakan channel khusus untuk orang asing yang akan memberikan imbauan secara lisan dalam berbagai bahasa untuk melakukan evakuasi saat bencana alam terjadi.

    Perusahaan media ini juga menghadirkan program khusus untuk pelanggan disabilitas. Secara umum, NHK Sapporo Broadcasting Station berorientasi pada kepentingan publik. Seluruh pendapatan bersumber dari langganan pemirsa, tidak dari iklan atau sponsor negara.

    Biaya iuran yang dipungut NHK bervariasi tergantung jenis akses siaran, yakni sekitar 1.100 yen per bulan untuk rumah tangga yang hanya menerima siaran terestrial, dan sekitar 1.450 yen per bulan bagi pelanggan dengan akses siaran satelit.

    “Pelanggan kami ada sekitar 40 juta keluarga di seluruh Jepang. Ada sekitar 20 juta pelanggan yang membayar layanan terestrial dan satelit sekaligus,” kata Hiroyuki.

    Berbeda dengan banyak negara lain, Jepang menerapkan skema iuran wajib bagi penyiaran publik, di mana kepemilikan televisi otomatis mewajibkan rumah tangga membayar iuran bulanan kepada NHK.

    Keandalan media Jepang dalam memberitakan informasi bencana ini turut saya rasakan saat berada di Jepang. Pada Senin (8/12/2025) malam, gempa bumi dengan skala M7,6 mengguncang Jepang.

    Kala itu, gempa berpusat di Prefektur Aomori, di utara Jepang, sedangkan saya tengah berada di Tokyo, sekitar 730 km dari Aomori. Meski cukup jauh, gempa bumi tetap terasa, khususnya di lantai atas bangunan tinggi.

    Saya yang saat itu berada di lantai bawah nyaris tidak begitu merasakan adanya guncangan. Namun, beberapa rekan di lantai atas hotel merasakan guncangan yang keras dan cukup lama. Hampir bersamaan dengan itu, siaran TV Jepang menghadirkan informasi terkait bencana tersebut dan memberikan peringatan akan adanya tsunami.

    Masyarakat Jepang yang tampaknya sudah terbiasa dengan kondisi bencana tampak tidak begitu panik. Tidak ada evakuasi besar-besaran dari gedung-gedung tinggi. Gedung-gedung itu pun tetap kokoh berdiri, bahkan rak-rak di supermarket tetap stabil. Seakan tidak terjadi apa-apa.

     

    UPAYA MENJAGA RELEVANSI

    Kunjungan kami ke media-media di Jepang dilengkapi pula oleh paparan dari Kurasawa Haruo, Direktur Bee Media dan jurnalis senior dengan pengalaman panjang di industri media Jepang.

    Dia menjelaskan bahwa publik Jepang menghadapi tantangan serius terkait dengan penyebaran informasi palsu atau hoax. Hal ini justru menjadikan media di Jepang kembali mendapatkan kepercayaan publik sebagai sumber utama informasi yang terpercaya.

    Di sisi lain, minat baca masyarakat Jepang relatif sangat tinggi, sehingga masih sangat mudah untuk menemukan media cetak seperti koran dan majalah dijual di minimarket atau supermarket.

    Koran masih umum ditemui dijual bebas di gerai minimarket di Jepang. Bisnis/Emanuel B. Caesario.

    Meski oplah media cetak di Jepang cenderung terus menurun, penurunannya tidak separah yang terjadi di Indonesia. Haruo menjelaskan bahwa masih ada sekitar 4.000 koran di Jepang dengan total sirkulasi sekitar 30 juta eksemplar per hari.

    Jumlah tersebut tergolong masih sangat banyak, meskipun pada dekade 1990-an oplah koran di Jepang sempat mencapai lebih dari 50 juta eksemplar per hari. Artinya, hanya terjadi penurunan sekitar 40% dalam 30 tahun terakhir.

    Sebagai pembanding, berdasarkan pemberitaan Antara, Serikat Perusahaan Pers (SPS) mencatat dalam 10 tahun terakhir saja, oplah media cetak di Indonesia mengalami penurunan drastis dari 24 juta tiras pada 2014 menjadi hanya 4,5 juta pada 2024. Dengan kata lain, anjlok 90%.

    Terlepas dari itu, Kurasawa mengonfirmasi tantangan yang disampaikan para petinggi media sebelumnya, bahwa Jepang menghadapi tantangan unik tersendiri, terutama dari sisi populasi yang terus menua dan menurun.

    “Masyarakat makin menua, generasi muda makin menurun, lansia yang makin dominan, sehingga profit yang dapat didapatkan dari siaran maupun penjualan media cenderung makin menurun. Itu masalah serius di Jepang,” katanya.

    Pada akhirnya, industri media di mana pun mengalami tantangan yang serupa, yakni peralihan minat publik ke media digital, terutama media sosial.

    Masing-masing pelaku usaha media dituntut untuk memiliki strategi untuk tepat dalam menghapi tantangan uniknya masing-masing.

    Jepang diuntungkan oleh populasi yang masih gemar membaca, tetapi populasi tersebut makin menua dan berkurang. Sebaliknya, sudah menjadi rahasia umum bahwa minat baca di Indonesia sangat rendah. Namun, Indonesia memiliki keunggulan dari sisi struktur demografi yang jauh lebih muda dan terus bertumbuh.

    Kebutuhan terhadap informasi masih tetap tinggi, tinggal bagaimana industri media di Indonesia memperkuat kehadiran dan kredibilitasnya bagi generasi muda.

  • Boy Kelana: Humas Bukan Lagi Pendukung, Tapi Aktor Strategis Penjaga Kedaulatan Informasi

    Respon Tantangan AI, Perhumas Rilis Kode Etik Baru dan Indikator Terukur di KHI 2025

    Surabaya (beritajatim.com) – Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas) resmi meluncurkan pemutakhiran Kode Etik Kehumasan yang mengakomodasi penggunaan Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence/AI) serta memperkenalkan Perhumas Indicators 2025 dalam pembukaan Konvensi Humas Indonesia (KHI) 2025 di Hotel Bumi Surabaya, Sabtu (13/12/2025). Langkah strategis ini diambil untuk menjawab tantangan disrupsi teknologi sekaligus memastikan kinerja humas dapat diukur secara presisi berbasis data.

    Ketua Umum DPP Perhumas, Boy Kelana Soebroto, menegaskan bahwa pembaruan standar profesi ini mendesak dilakukan. Menurutnya, humas kini berhadapan langsung dengan otomatisasi ruang informasi yang menuntut standar etika baru.

    “Tantangan hari ini bukan hanya tentang penyampaian pesan, tetapi juga sudah meluas masuk ke dalam destruksi teknologi. Termasuk artificial intelligence, automatisasi ruang informasi, kompetisi reputasi bangsa, di mata global,” ujar Boy di hadapan ratusan praktisi humas.

    Dalam peluncuran tersebut, Boy menjelaskan bahwa kode etik terbaru ini dirancang untuk menjadi panduan moral praktisi saat menggunakan teknologi canggih. Pemanfaatan AI dalam produksi konten komunikasi tidak boleh mengaburkan fakta atau melanggar privasi.

    “Hari ini kita bersama-sama akan melakukan peluncuran pemutakhiran kode etik Perhumas yang merupakan wujud tekad kita bersama dalam menjaga integritas profesi di tengah kompleks dan perkembangan zaman. Di dalam kode etik ini tertanam prinsip kebenaran, transparansi, akurasi, tanggung jawab, dan keberpihakan pada kepentingan publik. Dan tentu saja sudah memasukkan unsur-unsur terkait teknologi terkini yaitu artificial intelligence,” paparnya.

    Langkah Perhumas ini mendapat dukungan penuh dari Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi). Dirjen Komunikasi Publik dan Media Komdigi, Fifi Aleyda Yahya, yang turut hadir, mengingatkan bahwa regulasi dan etika adalah pagar pengaman agar teknologi tetap memanusiakan manusia.

    “Kami juga membuat regulasi dan etika teknologi termasuk pedoman etika kecerdasan artifisial. Tujuannya agar inovasi tetap manusiawi dan bertanggung jawab insyaallah,” kata Fifi.

    Fifi menambahkan, meski teknologi seperti AI mempercepat proses kerja, peran manusia dalam menimbang rasa tidak tergantikan. “AI bisa membantu menyaring data tapi hanya kita yang bisa memberikan rasa atau empati,” tegasnya.

    Selain aspek etika, sorotan utama dalam KHI 2025 adalah peluncuran Perhumas Indicators 2025. Bekerja sama dengan lembaga riset Populix, instrumen ini dihadirkan untuk mengubah cara praktisi humas dalam menilai keberhasilan komunikasi. Humas tidak lagi sekadar bekerja berdasarkan intuisi, melainkan data konkret yang dapat dipertanggungjawabkan.

    Boy Kelana Soebroto memaparkan bahwa indikator ini berfungsi ganda: mengukur tingkat kepercayaan publik terhadap institusi pemerintah maupun swasta, serta menilai kualitas narasi yang beredar di masyarakat.

    “Perhumas Indicators hadir untuk mengukur tingkat kepercayaan terhadap institusi, pemerintah, swasta, dan juga membaca kualitas narasi publik serta menilai efektivitas strategi komunikasi yang dilakukan oleh sebuah institusi,” jelas Boy.

    Pentingnya pengukuran ini didasari oleh pemahaman bahwa reputasi adalah modal vital bagi keberlangsungan organisasi maupun negara.

    “Kita semua memahami dengan sangat jelas bahwa kepercayaan dan reputasi bukan hanya sekedar persepsi, tetapi juga merupakan aset strategi yang dapat berdampak pada stabilitas pertumbuhan bangsa,” tambah Boy.

    Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyambut baik inisiatif berbasis data dan etika ini. Sebagai tuan rumah, Khofifah menekankan bahwa inovasi dan pengukuran kinerja adalah hal yang juga diterapkan di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

    “Awal tahun biasanya saya berhari-hari untuk mendeteksi, mengetahui dan mengukur inovasi-inovasi yang mereka sudah lakukan,” ungkap Khofifah.

    Ia juga menekankan bahwa narasi positif atau “Bicara Baik” yang dikampanyekan Perhumas harus berjalan beriringan dengan kemampuan adaptasi teknologi. Khofifah menutup pandangannya dengan optimisme bahwa kolaborasi antara data, etika, dan inovasi akan membawa Indonesia lebih kompetitif.

    “Maka memang bicara baik menjadi penting. Kalau perhumas selalu menyampaikan bicara baik, bicara baik, bicara baik. Maka nanti yang di langit itu akan memberikan kekuatan kita,” pungkas Khofifah. [beq]

  • Perhumas Kampanyekan ‘Bicara Baik’ di KHI 2025 Surabaya, Tekankan Inovasi Humanis dan Etika di Era AI

    Perhumas Kampanyekan ‘Bicara Baik’ di KHI 2025 Surabaya, Tekankan Inovasi Humanis dan Etika di Era AI

    Surabaya (beritajatim.com) – Organisasi profesi Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas) secara tegas mengkampanyekan gerakan “Bicara Baik” sebagai pondasi etika dan strategi komunikasi di tengah tantangan akselerasi teknologi, khususnya Kecerdasan Buatan (AI). Kampanye ini menjadi inti dari perhelatan Konvensi Humas Indonesia (KHI) 2025 yang diselenggarakan di Hotel Bumi Surabaya pada Sabtu (13/12/2025).

    Dipilihnya Surabaya sebagai tuan rumah adalah pengakuan atas posisi strategis kota tersebut yang melambangkan inovasi dan transformasi pembangunan Indonesia modern. Agenda utama Perhumas adalah mendorong standar profesionalisme humas yang berdaya saing internasional dengan tetap menjaga narasi konstruktif.

    Ketua Umum DPP Perhumas, Boy Kelana Soebroto, menegaskan bahwa profesi kehumasan telah bertransformasi menjadi aktor strategis yang menjaga harmoni, membangun optimisme, dan menciptakan konektivitas positif bagi bangsa.

    “Saat ini dalam mengemban profesi kehumasan kita bukan hanya berbicara tentang komunikasi saja tetapi juga mengenai persatuan narasi, menjaga kedaulatan dan martabat bangsa serta daya saing Indonesia di kancah global,” ujar Boy Kelana Soebroto dalam sambutannya.

    Ia menyoroti tantangan hari ini yang meluas pada destruksi teknologi, termasuk AI dan otomatisasi ruang informasi. Untuk menjawab tantangan tersebut, Perhumas meluncurkan pemutakhiran Kode Etik Perhumas.

    “Di dalam kode etik ini tertanam prinsip kebenaran, transparansi, akurasi, tanggung jawab, dan keberpihakan pada kepentingan publik. Dan tentu saja sudah memasukkan unsur-unsur terkait teknologi terkini yaitu artificial intelligence,” tegas Boy.

    Peluncuran kode etik baru ini merupakan wujud tekad Perhumas dalam menjaga integritas profesi dan memastikan bahwa inovasi yang dilakukan praktisi humas selalu bersifat manusiawi dan bertanggung jawab.

    Senada dengan Perhumas, Direktur Jenderal Komunikasi Publik dan Media Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), Fifi Aleyda Yahya, menyoroti betapa pentingnya sentuhan manusia dalam komunikasi di tengah laju teknologi.

    “Teknologi memang boleh cepat Ibu Bapak tapi manusia yang memberikan sentuhan, memberikan arah begitu. Jadi tetap unsur manusia ini sungguh sangat penting,” kata Fifi Aleyda Yahya.

    Fifi mengakui bahwa AI dapat membantu menyaring data, tetapi hanya manusia yang mampu memberikan rasa, empati, dan mengelola persepsi publik dengan kearifan. Ia menekankan peran sentral humas sebagai penjaga etika dan kurator kepercayaan publik.

    “Bapak Ibu Humas bukan hanya penyampai informasi tapi Bapak Ibu semua adalah penafsir hasil kebijakan, penjaga etika dan kurator kepercayaan publik,” imbuhnya.

    Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, yang membuka konvensi, mendukung penuh gerakan “Bicara Baik” sebagai energi positif bagi bangsa. Khofifah menekankan bahwa semangat ini harus ditanamkan dari Bumi Majapahit, tempat KHI 2025 diselenggarakan.

    Mengutip Hadis Qudsi, Khofifah mengingatkan tentang kekuatan prasangka (persangkaan) yang dimiliki oleh manusia.

    “Kata Allah, ‘Aku akan memberikan apa yang dipersepsikan oleh hambaku.’ Tetaplah berprasangka yang baik. Tetaplah berpasangka yang positif, tetaplah berpasangka bahwa Indonesia kuat,” pesan Khofifah kepada peserta konvensi.

    Khofifah juga menyoroti pentingnya inovasi dalam birokrasi, menginformasikan bahwa Jawa Timur baru saja meraih penghargaan sebagai provinsi dengan Indeks Inovasi terbaik di Indonesia. Hal ini sejalan dengan tema KHI 2025, yaitu “Inovasi Bersama Untuk Indonesia Berdaya Saing Global.”

    Selain peluncuran kode etik, KHI 2025 juga menghadirkan agenda strategis lainnya, termasuk:

    Peluncuran Perhumas Indicators 2025: Sebuah alat ukur tingkat kepercayaan terhadap institusi pemerintah dan swasta.
    Peluncuran Tiga Paket Buku Kolaborasi Praktisi Humas: Meliputi bahasan tentang Penguatan ESG, Reputasi Nasional, dan Komunikasi Krisis di era digital.
    Penyelenggaraan Anugerah Humas 2025: Penghargaan yang mendorong kualitas profesi humas di seluruh Indonesia.

    Perhumas berkomitmen untuk semakin memperkuat nation branding dan reputasi Indonesia melalui semangat Indonesia Bicara Baik, baik di dalam negeri maupun di kancah internasional. [beq]

  • Gandeng AI Indonesia, MCorp Sebut Teknologi AI Jadi Keharusan

    Gandeng AI Indonesia, MCorp Sebut Teknologi AI Jadi Keharusan

    Jakarta, Beritasatu.com – MCorp menyadari kecerdasan artifisial (artificial intelligence/AI) adalah teknologi yang tidak bisa dihindari oleh dunia industri. Oleh karena itu, Mcorp menggandeng PT AI Indonesia dalam rangka pengembangan tiga produk berbasis kecerdasan artifisial (AI) yang ditujukan untuk memperkuat ekosistem pemasaran nasional.

    Founder & Chair of MCorp Hermawan Kartajaya menegaskan pentingnya kolaborasi lintas disiplin untuk menjawab perkembangan teknologi yang semakin pesat.

    “Saya senang dengan PT AI Indonesia yang menjadi partner kami, karena kami sadar membutuhkan kerja sama dengan perusahaan di bidang artificial intelligence. Perusahaan kami fokus di bidang marketing dan PT AI Indonesia fokus di bidang implementasi teknologi AI,” ujarnya di hadapan ribuan peserta MarkPlus Conference 2026 di Ballroom Hotel Ritz-Carlton, Pacific Place, Jakarta.

    Menurutnya, ketangkasan, efisiensi, serta pemanfaatan teknologi AI, menjadi fondasi utama pertumbuhan industri tahun depan. Ia mengungkapkan seluruh perusahaan wajib menerapkan prinsip lean and agile.

    “Tahun 2026 ini semua perusahaan harus lean and agile. Agile artinya kurus dan lincah. Kalau ada uncertainty, harus cepat berubah,” kata Hermawan.

    Dalam sambutannya di MarkPlus Conference 2026, Hermawan menyoroti AI sebagai salah satu penggerak terbesar transformasi bisnis global. Menurutnya, perusahaan tidak lagi bisa menghindari penggunaan teknologi AI dalam operasional.

    “Kita tidak bisa menghindari AI. Semua bisnis tergantung AI. Mungkin 2026 keluar GPT-6, Grok baru, atau model lain. Perusahaan mau tidak mau harus pilih mana yang dipakai,” katanya.

    Lebih lanjut CEO PT AI Indonesia  Sony Subrata menjelaskan kerja sama ini mencakup pengembangan tiga produk utama yang diklaim mampu mempercepat adopsi kecerdasan artifisial dalam dunia pemasaran.

    “Ketiga produk tersebut, yakni Maistro, Strategic Brand Guidelines 2026, dan SuperSalesAgent dirancang untuk memberikan nilai strategis bagi institusi pendidikan, pemilik brand, hingga korporasi besar. Ini menjadi langkah strategis dalam memperkuat posisi Indonesia di era pemasaran modern yang kian mengandalkan teknologi kecerdasan artifisial,” kata Sony.

  • Alfabeta Luncurkan Robot Pelayan Berbasis AI untuk Pengunjung Mal

    Alfabeta Luncurkan Robot Pelayan Berbasis AI untuk Pengunjung Mal

    Bisnis.com, JAKARTA – PT Alfabeta Solusi Nusantara, perusahaan teknologi AI karya anak bangsa yang merupakan bagian dari Centrepark Group, menghadirkan robot layanan pelanggan berbasis AI di Kuningan City Mall, Jakarta.

    Robot layanan humanoid ini memanfaatkan teknologi AI Alfabeta sebagai ‘otak’ sistemnya, sehingga mampu berinteraksi secara natural dan memberikan informasi secara lengkap kepada pengunjung. Robot ini dapat membantu pengunjung memperoleh data terkait tenant, fasilitas, hingga panduan arah di dalam pusat perbelanjaan.

    Peluncuran robot AI ini dilakukan bertepatan dengan perayaan ulang tahun Kuningan City dan menjadi salah satu implementasi nyata pemanfaatan teknologi lokal di sektor properti dan ritel Indonesia.

    Yuri Ardila, Chief Technology Officer (CTO) PT Alfabeta Solusi Nusantara, menjelaskan, teknologi AI yang dikembangkan perusahaan tidak hanya berfokus pada fungsi informatif, tetapi juga dapat terus dikembangkan sesuai kebutuhan layanan publik.

    “Teknologi AI CS Robot ini menggabungkan artificial intelligence, computer vision, dan natural language processing untuk menghadirkan interaksi yang natural dan informatif. Ke depan, sistem ini siap dikembangkan untuk mendukung personalisasi layanan dan analitik operasional,” ujar Yuri dalam siaran pers, Jumat (12/12/2025).

    Pendekatan ini menegaskan bahwa AI dihadirkan sebagai alat bantu untuk meningkatkan kualitas layanan, bukan untuk menggantikan peran manusia.

    Robot layanan ini dilengkapi fitur tambahan, seperti integrasi kamera dan kemampuan multi-bahasa, sehingga mampu melayani pengunjung dari berbagai latar belakang. Penerapan teknologi ini menjadi bukti bahwa AI karya anak bangsa dapat diimplementasikan secara nyata dan relevan dengan kebutuhan masyarakat.

    Alfabeta berkomitmen untuk terus mengembangkan solusi AI yang aplikatif dan scalable, mendukung transformasi digital di sektor properti, ritel, dan fasilitas publik di Indonesia.