Produk: Artificial Intelligence

  • Motivasi Belajar AI Rendah, Badan Pengentasan Kemiskinan RI: Bawa Keuntungan?

    Motivasi Belajar AI Rendah, Badan Pengentasan Kemiskinan RI: Bawa Keuntungan?

    Bisnis.com, JAKARTA – Kepala Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan Budiman Sudjatmiko mengatakan ketertarikan masyarakat untuk belajar menggunakan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) sangat bergantung pada nilai keuntungan yang diterima. 

    Menurutnya, selama ini masyarakat belum menggunakan AI karena merasa belum mendapat pemasukan tambahan dari teknologi baru tersebut.

    Budiman menuturkan bahwa masyarakat Indonesia tidak malas belajar mengerti menggunakan AI untuk memanfaatkannya di kehidupan sehari-hari.

    Akan tetapi, masyarakat kata Budi bakal melihat keuntungan yang akan didapatkan dari belajar mengerti AI. Terlebih untuk industri kecil menengah yang melihat keuntungan dari penggunaan AI.

    “Kalau kami melihatnya begini, industri kecil itu masalahnya bukan orang yang malas, bukan orang yang tidak mau belajar. Orang mau belajar kalau dia membawa keuntungan kan? Aku mau belajar ini karena kalau aku belajar ini aku dapat keuntungan,” kata Budiman pasca Seminar dan Launching Buku Kagama AI di Jakarta, Kamis (28/11/2024).

    Adapun, Pasar kecerdasan buatan (AI) di Tanah Air diperkirakan menembus US$2,4 miliar pada 2024 dan melesat menjadi US$10,8 miliar atau Rp163,83 triliun pada 2030, dengan rerata pertumbuhan per tahun (CAGR) mencapai 24%. 

    Maka dari itu, pemerintah kata Budiman bakal memberikan pengetahuan dasar terkait dengan digitalisasi bgi industri kecil menengah.

    Pengetahuan ini bertujuan agar para pelaku industri kecil menengah bisa memahami perkembangan digital dan nantinya bisa menerapkan AI.

    “Pengetahuan digital. Tidak harus sampai AI yang kita pahami tadi yang canggih. Penggunaan akal, penggunaan digital. Yang pasti lama-lama juga menggunakan AI juga. Bertahap aja,” ucapnya.

    Sementara itu dalam riset IBM, para pekerja di sebuah perusahaan yang menggunakan kecerdasan buatan akan mendorong perusahaan tersebut berkembang lebih cepat. 

    Dalam sebuah survei Bisnis Value yang diluncurkan oleh IBM, disebutkan bahwa hampir 40% perusahaan di Indonesia dan global sudah memutuskan untuk menggunakan kecerdasan buatan. 

    Sektor yang paling berminat menggunakan solusi AI IBM adalah perbankan, asuransi dan layanan finansial lainnya. 

  • Adopsi Teknologi AI Generatif Butuh Investasi Jumbo, Ini Solusinya

    Adopsi Teknologi AI Generatif Butuh Investasi Jumbo, Ini Solusinya

    Bisnis.com, JAKARTA – Adopsi teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) generatif dinilai memerlukan kolaborasi antara sektor swasta dengan pemerintah seiring dengan biaya investasi yang besar.

    Direktur Regional Asia-Pasifik di ManageEngine, Arun Kumar mengatakan salah satu manfaat AI generatif adalah kemampuannya untuk memproses kumpulan data besar dengan cepat dan efisien. Kemampuan ini memungkinkan bisnis untuk mendapatkan wawasan yang bermakna, memvisualisasikan data dengan lebih baik, dan memprediksi tren masa depan.

    Namun, lanjutnya, adopsi AI generatif memiliki tantangan. Teknologi tersebut membutuhkan investasi infrastruktur yang signifikan, terutama untuk melatih model bahasa yang besar.

    “Biaya untuk transformasi digital cukup tinggi, terutama untuk GPU [Graphic Processing Unit] dan tidak setiap organisasi mampu berinvestasi dalam teknologi tersebut,” kata Arun dalam keterangannya, Kamis (28/11/2024).

    Menurutnya, hal tersebut membutuhkan kolaborasi antara sektor publik dan swasta. Dengan bekerja sama, bisnis dapat mengakses sumber daya dan data yang diperlukan untuk mengembangkan model AI yang efektif yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik mereka.

    Arun juga menekankan pentingnya keamanan siber di era AI. Karena bisnis semakin bergantung pada alat yang digerakkan oleh AI, mereka harus waspada terhadap potensi ancaman siber.

    Dia menyebut AI bisa menjadi pedang bermata dua. Meskipun menawarkan banyak manfaat, AI juga dapat dieksploitasi oleh penyerang siber.

    Peran pemerintah dalam mengatur teknologi AI merupakan aspek penting. Pemerintah perlu menetapkan peraturan yang jelas mengenai penyimpanan dan penggunaan data untuk melindungi privasi warga negara.

    Pendekatan proaktif ini dapat membantu mengurangi potensi masalah siber dan meningkatkan keamanan data secara keseluruhan. Integrasi AI generatif ke dalam operasi bisnis menghadirkan peluang unik untuk pertumbuhan dan inovasi.

    “AI generatif dapat menghemat banyak uang, dapat memberi Anda produktivitas yang luar biasa, dapat membantu Anda mendorong keputusan bisnis,” katanya.

  • Infrastruktur IT Berkualitas Percepat Akselerasi AI, Tak Cukup Internet Merata

    Infrastruktur IT Berkualitas Percepat Akselerasi AI, Tak Cukup Internet Merata

    Bisnis.com, JAKARTA – Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi) Nezar Patria menyebut pemerataan internet tidak cukup untuk mengakselerasi teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) secara maksimal, butuh kehadiran infrastruktur IT berkualitas. 

    Nezar menuturkan untuk mengimplementasikan AI secara maksimal di Tanah Air butuh tiga faktor pendukung. 

    Pertama adalah infrastruktur atau konektivitas internet sebagai wadah solusi AI mengalir. Namun, kehadiran AI tidak boleh sekadar hadir, harus berkualitas yang dapat mengantarkan internet berkecepatan tinggi. 

    “Saat ini kalau untuk konektivitas kita boleh mengeklaim atau boleh menyebut 97% wilayah pertumbuhan di Indonesia itu sudah terkoneksi. Tetapi gap kualitasnya itu masih ada,” kata Nezar dalam Seminar dan Launching Buku Kagama AI di Jakarta, Kamis (28/11/2024).

    Nezar mengatakan konektivitas di daerah rural dan urban berbeda jauh dengan daerah perkotaan. Sebab, di daerah perkotaan kecepatan internet bisa mencapai 100 Mbps, sedangkan di pedesaan kualitasnya cukup kecil.

    Untuk itu, Nezar menjelaskan bahwa pemerintah memiliki program yang akan dimulai pada tahun 2025 hingga tahun 2029. Dimana program tersebut untuk akan memperbanyak infrastruktur konektivitas yang ada agar semua terjangkau.

    “Itu (konektivitas) akan di enhancement gitu, akan diperkaya dengan sejumlah infrastruktur agar bisa didapatkan apa yang kita sebut sebagai meaningful connectivity,” ujarnya.

    Meski demikian, untuk mengimplementasikan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) secara maksimal, Nezar menilai tak hanya butuh konektivitas yang baik. Namun, perlunya juga talent digital yang kompeten.

     Nezar menyampaikan sampai dengan 2024 hanya adanya sekitar 10 juta talent digital yang ada di Indonesia dan angka tersebut masih kurang lebih dari 6 juta talent digital.

    “Jadi masih ada gap 3-4 juta dan sampai 2030 gap juga masih kecil dan di 2030 kita masih ada kebutuhan kurang lebih 2 juta talent digital,” ucap Nezar.

    Ketua Umum Asosiasi IoT Indonesia (Asioti) Teguh Prasetya mengatakan menurut data Statista pertumbuhan tersebut ditopang oleh solusi machine learning sebagai kontributor terbesar, diikuti dengan natural language processing dan autonomous & sensor Tech serta Computer Vision.

    Tidak hanya itu, Teguh juga mengatakan, AI akan mendongkrak GDP negara-negara di Asia, termasuk Indonesia, sebesar 5,6% – 10,4% pada periode 2017 -2030. 

    “Pertumbuhan seiring dengan peningkatan produktivitas, personalisasi, penghematan waktu, hingga peningkatan kualitas,” kata Teguh, Selasa (24/9/2024). 

    Dari sisi industri, kata Teguh, yang paling adaptif dengan solusi AI adalah industri perbankan, pemerintahan, manufaktur dan ritel. Solusi AI dimanfaatkan oleh sektor-sektor tersebut untuk menganalisis fraud hingga menghadirkan rekomendasi produk yang relevan dengan pelanggan. 

    “Keamanan publik dan agen layanan virtual (conversation AI) juga menjadi solusi yang banyak digunakan di industri,” kata Teguh. 

    Teguh memperingatkan meski demikian, implementasi AI di Indonesia memiliki beberapa tantangan. Dari sisi kebijakan, pemerintah perlu mengatur pelindungan data pribadi dan standar struktur & penggunaan bersama data AI. 

  • Global Berlomba Kembangkan AI, Wamenkomdigi: Seperti Persaingan Bikin Nuklir

    Global Berlomba Kembangkan AI, Wamenkomdigi: Seperti Persaingan Bikin Nuklir

    Bisnis.com, JAKARTA – Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi) Nezar Patria menyebut negara-negara global tengah berlomba mengembangkan kecerdasan buatan (AI). Mirip dengan perlombaan pembuatan senjata nuklir saat perang dingin atau Cold War

    Cold War sendiri adalah periode ketegangan politik dan militer yang terjadi antara Dunia Barat dan Dunia Komunis setelah Perang Dunia II. Pada saat itu, negara-negara global membangun nuklir untuk memperkuat posisi.

    “Sekarang AI itu mirip kayak perlombaan menciptakan senjata nuklir pada waktu cold war. Hampir mirip,” kata Nezar dalam Seminar dan Launching Buku Kagama AI di Jakarta, Kamis (28/11/2024).

    Tidak hanya soal perlombaan senjata nuklir, Nezar menjelaskan perkembangan AI juga berkesinambungan dengan regulasi yang ada di sebuah negara.

    Nezar menyebut jika terdapat regulasi tentang AI sudah diadopsi oleh masyarakat global, maka pembuat regulasi tersebut akan menjadi pemain dominan yang besar.

    “Itu yang terjadi pada waktu penyusunan undang-undang soal nuklir misalnya,” ujarnya.

    Nezar menuturkan hal tersebut pernah terjadi dengan undang-undang ruang angkasa. Dimana dalam undang-undang tersebut terdapat beberapa syarat untuk meluncurkan sesuatu ke ruang angkasa.

    Salah satunya adalah soal teknologi yang digunakan dan sejumlah aturan-aturan yang dibuat secara global sebelum meluncurkan sesuatu ke ruang angkasa.

    “Nah jadi ada undang-undang itu. Nah AI sekarang ini menjadi satu wilayah bagaimana diperdebatkan di tingkat global. Apa itu yang disebut dengan responsibly AI,” ucapnya.

    Adapun, pada hari ini Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (KAGAMA) melalui Komunitas Kagama Artificial Intelligence atau Kagam AI meluncurkan buku tentang AI, Kamis (28/11/2024).

    Buku tersebut berjudul Memahami AI Sebuah Panduan Etik yang ditulis langsung oleh Agus Sudibyo yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pengawas LPP TVRI.

    Dalam sambutannya, Agus menyebut pentingnya dualitas sikap dalam menghadapi AI. Dua sikap tersebut adalah optimistis sekaligus skeptis dan bersukacita sekaligus waspada.

    “AI suatu teknologi hari ini yang disambut begitu gegap gempita. Euforia terhadap AI seharusnya dibarengi dengan sikap waspada,” ucapnya.

  • xAI Luncurkan Grok Terbaru untuk Rebut Pasar OpenAI, Perang AI Memanas

    xAI Luncurkan Grok Terbaru untuk Rebut Pasar OpenAI, Perang AI Memanas

    Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan kecerdasan buatan atau artificial intelligence(AI) milik Elon Musk, xAI akan segera meluncurkan aplikasi mandiri untuk chatbot Grok. Digadang-gadang bakal ganggun pasar OpenAI milik Sam Altman.

    Melansir dari The Verge, Kamis (28/11/2024) aplikasi ini dirancang untuk bersaing langsung dengan ChatGPT milik OpenAI. 

    Rencananya, aplikasi baru dari xAI ini bakal diluncurkan pada Desember mendatangi dan menandai langkah signifikan Elon Musk untuk mengukir posisi baru di industri AI.

    Adapun, berdasarkan laporan dari The Wall Street Journal, xAI berencana mengembangkan aplikasi terpisah yang memungkinkan pengguna mengakses Grok secara langsung, tanpa melalui platform X.

    Saat ini, Grok hanya tersedia bagi pengguna X yang berlangganan layanan premium, membuatnya berbeda dari chatbot besar lainnya seperti ChatGPT, Gemini dari Google, dan Claude dari Anthropic.

    Sebab, chatbot tersebut diketahui sudah memiliki aplikasi dan produk gratis yang bisa diakses lebih luas oleh masyarakat tanpa perlu berlangganan.

    Selain berfokus pada Grok, xAI juga dilaporkan turut berperan dalam pengembangan fitur dukungan pelanggan untuk Starlink, layanan internet satelit dari SpaceX yang juga dimiliki oleh Musk. Namun, pihak xAI belum memberikan tanggapan resmi terkait laporan tersebut.

    Sebelumnya, memperkenalkan model multimodal generasi pertama perusahaan, yaitu Grok-1.5V atau Grok 1.5 Vision.

    xAI ditujukan untuk pengguna premium aplikasi X (dahulu bernama Twitter), menyaingi ChatGPT milik OpenAI.

    Hal itu terungkap saat xAI membagikan pratinjau Grok-1.5V pada 12 April 2024, dengan memperkenalkan versi model bahasa Grok yang dapat memproses visual. Model chatbot AI pertama milik Elon Musk ini memproses video dan teks.

    Ini artinya, kini Grok dapat memproses informasi visual seperti dokumen, foto, diagram, dan lainnya, serta menjadikan model tersebut kompetitif dengan platform multimoda lainnya.

    “Selain kemampuan teksnya yang kuat, Grok kini dapat memproses berbagai macam informasi visual, termasuk dokumen, diagram, bagan, tangkapan layar, dan foto. Grok-1.5V akan segera tersedia untuk penguji awal kami dan pengguna Grok yang sudah ada,” demikian yang dikutip dari laman resmi xAI, Minggu (14/4/2024).

  • Video: Peran Teknologi Robotik & AI Dukung Industri 4.0 Indonesia

    Video: Peran Teknologi Robotik & AI Dukung Industri 4.0 Indonesia

    Jakarta, CNBC Indonesia- Kemajuan dunia industri terus melesat seiring dengan perkembangan Teknologi dan aplikasi sistem otomastisasi yang mampu meningkatkan efisiensi dan produktivitas industri.

    CEO anda Co-Founder Widya Group Indonesia, Alwy Herfian Satraitama mengungkapkan perkembangan implementasi teknologi di dunia industri, termasuk penerapan robotik dan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI).

    Dalam mendukung implementasi deep technology di dunia industri, Widya Robotics fokus mengembangkan 3 segmen teknologi yakni Robotika, AI dan Otomasi yang mencakup teknologi perangkat keras maupun perangkat lunak atau kemampuan komputasional.

    Saat ini implementasi Robotika, AI dan Otomasi Widya Robotics saat ini masuk ke sektor konstruksi, tambang dan manufaktur. Lalu seperti apa peran teknologi Robotik & Ai mendukung industri 4.0 RI?

    Selengkapnya simak dialog Bramudya Prabowo dengan CEO anda Co-Founder Widya Group Indonesia, Alwy Herfian Satraitama dalam Profit, CNBC Indonesia (Kamis, 28/11/2024)

  • Dunia Hadapi Ancaman ‘Kebal’ Antibiotik, Puluhan Juta Orang Bisa Meninggal

    Dunia Hadapi Ancaman ‘Kebal’ Antibiotik, Puluhan Juta Orang Bisa Meninggal

    Jakarta

    Temuan antibiotik menjadi salah satu terobosan medis terbesar pada abad ke-20. Sebelum ada antibiotik, kejadian risiko persalinan, infeksi saluran kemih, hingga luka kecil bisa berujung kematian.

    Antibiotik, sejenis antimikroba, telah memungkinkan banyak prosedur medis modern, dan kini sistem perawatan kesehatan global bergantung padanya. Karena meningkatnya penggunaan antimikroba, mikroba seperti bakteri, jamur, dan parasit telah mengembangkan kemampuan mereka untuk melawan kerja obat-obatan ini. Walhasil, obat tidak lagi mempan.

    Infeksi umum yang dulunya mudah diobati menjadi semakin sulit disembuhkan dan dalam beberapa kasus kembali rentan berakibat fatal. Misalnya, pengembangan penisilin pada pertengahan 1940-an, banyak kelas antibiotik baru dikembangkan.

    Namun, sejak 1980-an hanya ada sedikit investasi dalam pengembangan kelas baru dan sangat sedikit yang telah disetujui. Ada kebutuhan mendesak untuk antibiotik baru yang bekerja melawan bakteri yang resisten atau ‘kebal’ terhadap obat.

    Infeksi yang resisten terhadap obat diperkirakan akan merenggut lebih dari 39 juta jiwa sejak saat ini hingga 2050, bila tidak ada tindakan lebih lanjut. Mengapa hanya sedikit antibiotik baru yang berhasil dikembangkan untuk penggunaan medis?

    Dikutip dari Japan Today, Alistair Farley adalah Kepala Sains, Universitas Oxford dan Helen Smith adalah Rekan Peneliti Pascadoktoral, Universitas Oxford mencoba menjabarkan sejumlah alasan.

    Banyak perusahaan farmasi dinilai telah meninggalkan bidang penelitian ini.

    “Selain itu, menemukan jenis antibiotik baru dan berbeda yang tidak akan cepat menjadi tidak efektif karena resistensi antimikroba (AMR) yang ada merupakan tantangan yang berat,” terang para peneliti.

    “Mengembangkan obat baru merupakan usaha yang rumit, sangat mahal, dan memakan waktu. Diperlukan waktu 10 hingga 15 tahun dari penemuan awal hingga persetujuan, dan menghabiskan biaya lebih dari US$1 miliar. Sebagian besar antibiotik yang ada murah dan mudah didapat. Semua antibiotik baru umumnya dianggap sebagai obat pilihan terakhir yang hanya digunakan ketika semua pilihan pengobatan lain telah habis,” lanjut mereka.

    Hal ini dilakukan demi mencegah perkembangan resistensi terhadap antibiotik tersebut. Ini berarti bahwa pengembalian investasi untuk antibiotik jauh lebih rendah dibandingkan dengan obat-obatan untuk banyak penyakit lain. Oleh karena itu, perusahaan farmasi tidak mungkin memperoleh kembali biaya yang terkait dengan pengembangan antibiotik baru di akhir proses penelitian panjang.

    Saat mencari antibiotik potensial baru, para peneliti menyaring ekstrak, pustaka senyawa dan juga menggunakan pendekatan artificial intelligence (AI) untuk mencari senyawa yang menunjukkan aktivitas antimikroba yang menjanjikan.

    Para ilmuwan kemudian menyempurnakan dan meningkatkan temuan awal di laboratorium dengan mengujinya terhadap patogen penyebab infeksi. Pada saat yang sama, mereka memastikan senyawa tersebut tidak akan berbahaya bagi manusia.

    “Agar antibiotik bekerja pada pasien, antibiotik harus mencapai area tubuh tempat patogen penyebab penyakit berada dalam konsentrasi yang cukup tinggi untuk membersihkan infeksi. Pada saat yang sama, antibiotik harus meminimalkan efek samping apa pun.”

    “Para ilmuwan perlu memodifikasi banyak parameter molekul untuk keamanan dan kemanjuran sebelum melakukan tahap pengembangan berikutnya. Setelah pengembangan tahap awal, senyawa utama harus menjalani serangkaian uji klinis pada manusia dalam kondisi yang dikontrol dengan cermat. Hal ini untuk memastikan bahwa senyawa tersebut pertama dan terutama aman dan efektif dalam mengobati penyakit,” tutur riset.

    Para ahli mendesak perlunya komitmen dari pemerintah, industri farmasi, dan badan kesehatan masyarakat global untuk mendukung dan mempertahankan efektivitas antibiotik.

    (naf/kna)

  • Ini yang Bikin Produk Pangan Olahan UMKM Belum Punya Izin Edar BPOM

    Ini yang Bikin Produk Pangan Olahan UMKM Belum Punya Izin Edar BPOM

    Jakarta: Survei yang dilakukan Pasar Digital (PaDi) UMKM menunjukkan sebanyak 84 persen produk pangan olahan belum memiliki izin edar Badan Pengelola Makanan dan Obat (BPOM). Kendala utamanya, terletak pada biaya perizinan dan minimnya pemahaman tentang proses registrasi.
     
    Kepala BPOM Taruna Ikrar mengatakan ada peluang besar untuk memperbaiki kualitas dan keamanan produk UMKM. Hal ini dilakukan melalui pendampingan yang lebih terfokus.
     
    “Perlu sinergi untuk memastikan produk UMKM, terutama yang dipasarkan melalui platform PaDi UMKM, memenuhi standar keamanan, kualitas, dan manfaat, sekaligus memperluas akses pasar, baik di tingkat nasional maupun global,” kata Taruna saat menandatangani MoU tentang Koordinasi Tugas dan Fungsi dalam Mendukung Peningkatan Kemandirian dan Daya Saing Produk UMKM di Bidang Obat dan Makanan, Selasa, 26 November 2024.
     
    Ikrar menerangkan, MoU dilakukan guna meningkatkan daya saing UMKM di bidang obat dan makanan. Selain itu, kerja sama ini sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi dan kemandirian industri nasional.
     
    Dalam kerja sama ini, BPOM dan Kementerian BUMN memprioritaskan percepatan perizinan dan pendampingan bagi UMKM yang terdaftar di platform PaDi UMKM. Saat ini, PaDi UMKM telah menjembatani lebih dari 400 ribu produk UMKM dengan pembeli dari BUMN, perusahaan swasta, dan pemerintah.
     
    “Platform PaDi UMKM juga akan menjadi perpanjangan tangan BPOM dalam memberikan informasi mengenai cara produksi yang baik dan proses perizinan yang cepat dan sederhana,” lanjut Taruna.
     

     

    Permudah proses perizinan dan pengawasan
     
    BPOM juga terus memanfaatkan teknologi digital untuk menyederhanakan proses perizinan dan pengawasan. Sistem registrasi daring yang ramah pengguna diharapkan mampu memotong birokrasi dan memberikan efisiensi bagi pelaku UMKM.
     
    “Dengan teknologi yang semakin canggih, seperti big data dan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), BPOM dapat menganalisis pola konsumsi dan potensi risiko produk secara lebih mendalam,” jelas dia.
     
    Sementara itu, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan akan dilakukan pembinaan terhadap UMKM prasejahtera. Termasuk melalui program UMK Mekaar yang melibatkan ibu rumah tangga dalam mengembangkan usaha mikro berbasis rumah tangga.
     
    “Program ini bukan hanya mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi juga menjadi upaya konkret dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di berbagai lapisan,” ujar Erick Thohir.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (HUS)

  • Gegara AI, Makin Banyak Puluhan Juta Perangkat Dibuang Setiap Tahun

    Gegara AI, Makin Banyak Puluhan Juta Perangkat Dibuang Setiap Tahun

    Jakarta

    Setiap kali artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan generatif punya kemampuan baru, planet yang kita tinggali ini membayarnya.

    Sebagai gambaran, membuat dua gambar dapat menghabiskan energi sebanyak mengisi daya smartphone, satu pertukaran chat dengan ChatGPT dapat memanaskan server sedemikian rupa sehingga memerlukan sebotol air untuk mendinginkannya.

    Dalam skala besar, biaya ini melonjak. Pada 2027, sektor AI global dapat menghabiskan listrik sebanyak yang dihabiskan Belanda setiap tahunnya, menurut sebuah studi baru-baru ini.

    Dan sebuah penelitian baru di Nature Computational Science mengidentifikasi kekhawatiran lain, AI berkontribusi besar terhadap tumpukan sampah elektronik dunia yang terus meningkat.

    Studi tersebut menemukan bahwa aplikasi AI generatif sendiri dapat menambah 1,2 juta hingga lima juta metrik ton sampah berbahaya ke Bumi pada 2030, tergantung pada seberapa cepat industri tersebut tumbuh.

    Kontribusi semacam itu akan menambah puluhan juta ton produk elektronik yang dibuang dunia setiap tahunnya. Ponsel, oven microwave, komputer, dan produk digital lain yang ada di mana-mana sering kali mengandung merkuri, timbal, atau racun lainnya.

    Jika dibuang secara tidak benar, produk-produk tersebut dapat mencemari udara, air, dan tanah. Perserikatan Bangsa-Bangsa menemukan bahwa pada 2022, sekitar 78% limbah elektronik dunia berakhir di tempat pembuangan sampah atau di tempat daur ulang tidak resmi, tempat para pekerja mempertaruhkan kesehatan mereka untuk mencari logam langka.

    Ledakan AI di seluruh dunia dengan cepat mengubah perangkat penyimpanan data fisik, ditambah unit pemrosesan grafis dan komponen berkinerja tinggi lainnya yang dibutuhkan untuk memproses ribuan kalkulasi secara bersamaan.

    Seperti dikutip dari Science Alert, Selasa (26/11/2024) perangkat keras ini bertahan selama dua hingga lima tahun, tetapi sering kali diganti segera setelah versi yang lebih baru tersedia.

    Asaf Tzachor, seorang peneliti keberlanjutan di Reichman Israel University yang turut menulis studi baru tersebut, mengatakan temuannya menekankan perlunya memantau dan mengurangi dampak lingkungan dari teknologi ini.

    Untuk menghitung seberapa besar kontribusi AI generatif terhadap masalah ini, Tzachor dan rekan-rekannya memeriksa jenis dan volume perangkat keras yang digunakan untuk menjalankan model bahasa besar (large language model), lamanya waktu komponen-komponen ini bertahan, dan tingkat pertumbuhan sektor AI generatif.

    Para peneliti memperingatkan bahwa prediksi mereka adalah perkiraan kasar yang dapat berubah berdasarkan beberapa faktor tambahan. Misalnya, lebih banyak orang mungkin mengadopsi AI generatif daripada yang diantisipasi oleh model para para peneliti.

    Sementara itu, inovasi desain perangkat keras dapat mengurangi limbah elektronik dalam sistem AI tertentu, tetapi kemajuan teknologi lainnya dapat membuat sistem lebih murah dan lebih mudah diakses oleh publik, sehingga meningkatkan jumlah penggunaannya.

    Shaolei Ren, peneliti di University of California, Riverside, Amerika Serikat (AS), menyebutkan bahwa nilai terbesar dari studi ini berasal dari perhatiannya terhadap dampak AI yang luas terhadap lingkungan.

    “Kita mungkin ingin perusahaan-perusahaan (AI generatif) ini sedikit melambat,” katanya.

    Hanya sedikit negara yang mewajibkan pembuangan limbah elektronik dengan benar, dan negara-negara yang mewajibkannya sering kali gagal menegakkan hukum yang berlaku.

    Dua puluh lima negara bagian AS misalnya, memiliki kebijakan pengelolaan limbah elektronik, tetapi tidak ada hukum federal yang mewajibkan daur ulang elektronik.

    Pada Februari, Senator Demokrat Ed Markey dari Massachusetts memperkenalkan sebuah RUU yang mewajibkan lembaga federal untuk mempelajari dan mengembangkan standar dampak lingkungan AI, termasuk limbah elektronik.

    Namun, RUU tersebut, Undang-Undang Dampak Lingkungan Kecerdasan Buatan tahun 2024 (yang belum disahkan Senat), tidak akan memaksa pengembang AI untuk bekerja sama dengan sistem pelaporan sukarela.

    Namun, beberapa perusahaan mengklaim telah mengambil tindakan independen. Microsoft dan Google telah berjanji untuk mencapai nol limbah bersih dan nol emisi bersih masing-masing pada 2030. Upaya ini kemungkinan akan melibatkan pengurangan atau daur ulang limbah elektronik terkait AI.

    Perusahaan yang menggunakan AI memiliki banyak pilihan untuk membatasi limbah elektronik. Misalnya, server dapat diperpanjang masa pakainya melalui perawatan dan pembaruan rutin atau dengan mengganti perangkat yang usang ke aplikasi yang tidak terlalu intensif.

    Tzachor dan rekan penulisnya mencatat dalam studi baru tersebut, dengan memperbarui dan menggunakan kembali komponen perangkat keras yang usang. Desain chip dan algoritma yang lebih efisien dapat mengurangi permintaan AI generatif terhadap perangkat keras dan listrik. Menurut perkiraan penulis studi, menggabungkan semua strategi ini akan mengurangi limbah elektronik hingga 86%.

    “Namun, ada kendala lain. Produk AI cenderung lebih sulit didaur ulang daripada elektronik standar karena produk AI sering kali berisi banyak data pelanggan yang sensitif,” kata Kees Baldé, peneliti limbah elektronik di United Nations Institute for Training and Research, yang tidak terlibat dalam studi baru tersebut.

    Meski demikian, perusahaan teknologi besar mampu menghapus data tersebut dan membuang barang elektronik mereka dengan benar. “Ya, memang ada biayanya. Tetapi manfaatnya bagi masyarakat jauh lebih besar,” sebutnya.

    (rns/fay)

  • iPhone 16 Dilarang di RI, Ini Alasan Kemenperin Bilang Apple Tak Adil

    iPhone 16 Dilarang di RI, Ini Alasan Kemenperin Bilang Apple Tak Adil

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengatakan baru menerima proposal investasi terbaru dari Apple dan sedang mengkajinya lebih lanjut.

    “Jadi kami belum menolak ya, ini sudah muncul di media kata menolak, kami belum menolak,” ujar Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Febri Hendri Antoni Arif dalam segmen Tech A Look di CNBC Indonesia, Senin (25/11) kemarin.

    Selanjutnya, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang mengatakan proposal yang diajukan Apple sejauh ini belum memenuhi asas berkeadilan. Pemerintah mengatakan akan menyurat ke Apple dan bernegosiasi lebih lanjut.

    “Kami rapat tadi berdasarkan assessment ini didasari dengan pendekatan sangat teknokratis, hitung-hitungan lengkap. Terhadap usulan Apple yang mengusulkan investasi US$100 juta. Pertama angka tersebut belum meet memenuhi angka yang kita anggap berkeadilan,” kata Agus kepada awak media, Senin (25/11) kemarin.

    Di sisi lain, pemerintah juga ingin Apple membangun manufaktur di Indonesia supaya ada nilai tambah di dalam negeri. Supaya Indonesia tidak hanya sedang menjadi pasar untuk penjualan produk-produk Apple, tapi juga bisa menciptakan nilai tambah dan menyerap tenaga kerja di Indonesia.

    Selain itu, Kemenperin sebenarnya berharap agar Apple juga bisa mengembangkan research and development terutama bagaimana kemampuan atau research terkait dengan artificial intelligence (AI) dan beberapa perangkat yang menunjang dari Apple.

    “Kami juga berharap agar industri dan negeri dijadikan sebagai bagian dari global value chain-nya Apple karena ada beberapa industri dan negeri sebenarnya sudah bisa memproduksi komponen-komponen dari Apple,” pungkasnya.

    Sebagai informasi, Apple menaikkan tawaran investasi di Indonesia senilai US$ 100 juta atau sekitar Rp1,58 triliun di Indonesia selama dua tahun.

    Jumlah tersebut naik 10 kali lipat dari rencana awal Apple yang ingin investasi sebesar USD 10 juta (Rp158 miliar) untuk membangun pabrik aksesoris dan komponen di Bandung, Jawa Barat.

    Tawaran ini bisa dibaca sebagai upaya lobi Apple untuk memuluskan jalan iPhone 16 masuk ke pasar lokal di tengah larangan dari pemerintah.

    Menurut laporan Kemenperin, penjualan Apple di Indonesia menjadi yang terbesar di Asia Tenggara. Pada tahun lalu, sebanyak 2,61 juta unit iPhone terjual di Tanah Air.

    Sebagai perbandingan, penjualan Apple di Vietnam hanya 1,43 juta unit.

    Sementara itu, produsen lain yang berinvestasi di Indonesia seperti Samsung dan Xiaomi diketahui memiliki investasi dengan nilai lebih besar. Kemenperin mengatakan Samsung sudah berinvestasi Rp 8 triliun, sementara Xiaomi Rp 5,5 triliun di Tanah Air.

    Lebih lanjut, Kemenperin juga tetap menagih komitmen investasi Apple sebelumnya yang belum direalisasikan senilai US$10 juta. Sebelum komitmen itu dipenuhi, Apple belum bisa menjual seri iPhone 16 di Tanah Air.

    (fab/fab)