Ponorogo, Beritasatu.com – Berawal dari keisengannya memelihara ikan koi, Rizal Akbar (33 tahun) sukses membudidayakan ikan yang berasal dari Jepang tersebut. Bahkan dari hasil budi dayanya ia berhasil meraup cuan hingga ratusan juta setiap bulannya.
Di kolam miliknya yang ada di Desa Ngadisanan, Kecamatan Sambit, Kabupaten Ponorogo, ikan koi jenis kohaku, shiro, dan showa sukses dikembangkan oleh bapak tiga anak ini. Dari 20 kolam ikan koi miliknya tersebut ia sanggup memanen ribuan ikan koi setiap bulannya.
Menurutnya, dalam pemeliharaan ikan koi tidak sesulit yang dibayangkan, melainkan hanya cukup menyediakan pasokan air yang terus mengalir selama 24 jam, dan pakan yang cukup. Meski begitu, biaya operasional dan pakan ikan justru jauh lebih murah jika dibandingkan dengan ikan konsumsi sekalipun.
“Ini karena ikan koi tidak perlu terlalu banyak makan, yang terpenting harus terus menjaga kualitas air,” kata Rizal.
Ia menceritakan, kesuksesannya dalam berbisnis ikan koi berawal dari Pandemi Covid-19 lalu. Ia yang awalnya hanya penikmat ikan koi kemudian berpikir untuk menjual ikannya, dan tidak disangka harga ikan koinya ditawar dengan harga mahal dan sangat cepat laku terjual.
“Dari situ saya kemudian berpikir, bagaimana kalau saya membudidayakan ikan hias ini, lalu saya belajar dari beberapa teman penghobi juga, bahkan setelah pandemi, saya nekat ke Jepang untuk belajar bagaimana budi daya dan menghasilkan ikan yang bagus,” cerita Rizal.
Dalam masa pemeliharaannya, mulai dari tebar benih hingga proses sortir selama 6 bulan, Rizal selalu melakukan sortir untuk setiap 1 bulan hingga 2 bulan sekali pada koi yang akan ia jual, mulai dari warna, motif, bentuk badan, dan jenis koi mana yang memiliki kualitas biasa hingga koi yang layak untuk diikutkan kontes.
Bahkan dari 10.000 benih ikan koi yang ia tebar di sejumlah kolam, terkadang hanya tersisa kurang dari 200 ekor koi yang memiliki kualitas super dan layak untuk ikut kontes ikan koi. Maka tidak heran, jika bibit ikan koi yang hanya memiliki panjang sekitar 10 sentimeter saja bisa dihargai mulai dari Rp 200.000 hingga Rp 3 juta.
“Paradigma orang, ikan koi itu susah, mahal, karena sudah dikemas di end user-nya, tetapi kalau kita bicara dalam hal budi daya, justru tidak terlalu susah, yang penting air mengalir terus,” ungkap Rizal.
Pria lulusan STIE Surabaya ini menuturkan, ikan koi yang sudah memenangkan kontes bahkan hingga menjadi grand champion harga jualnya tidak hanya puluhan juta, melainkan bisa mencapai ratusan juta. Itulah mengapa menurutnya budi daya ikan koi sangatlah menjanjikan.
“Pernah jual ikan yang ikut kontes senilai Rp 150 juta, jadi ikan koi itu bisa murah baget, bisa mahal banget,” ucap Rizal.