Prevalensi Stunting di Jember Capai 30,4 Persen, Tertinggi Se-Jatim Surabaya 23 September 2025

Prevalensi Stunting di Jember Capai 30,4 Persen, Tertinggi Se-Jatim
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        23 September 2025

Prevalensi Stunting di Jember Capai 30,4 Persen, Tertinggi Se-Jatim
Tim Redaksi
JEMBER, KOMPAS.com

Stunting
alias tengkes di Kabupaten Jember, Jawa Timur, masih jadi persoalan serius.
Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024, prevalensi
stunting
di Jember sebesar 30,4 persen, atau tertinggi di Jawa Timur. 
Analis Gizi Dinas Kesehatan (Dinkes) Jember, Farida Hary Anggraini menyampaikan bahwa atas hasil tersebut, Jember menjadi peringkat pertama kasus
stunting
terbanyak dari 38 kabupaten/kota di Jatim.
Anak dengan
stunting
parah mencapai 3,9 persen.

Stunting
yang belum ke tingkat sangat parah 26,5 persen,” ucapnya saat memberikan materi pelatihan di Kantor DPC PDI-P Jember, Minggu (21/9/2025).
Farida mengatakan bahwa survei itu hanya menyasar 836 balita yang kebetulan memiliki permasalahan gizi.
Namun, berdasarkan hasil penimbangan balita oleh Dinkes Jember pada Mei 2024, angkanya tak sampai 10 persen, dengan lokus terbanyak di Kecamatan Rambipuji, Pakusari, Kaliwates, dan Jelbuk.
Anggota Fraksi Jember, Widarto, menuturkan bahwa ia turut prihatin dengan tingginya angka
stunting
di Jember.
Menurutnya, melalui politik,
stunting
yang bisa mengancam masa depan generasi bisa diselamatkan.
Kontribusi yang bisa diberikan, tambahnya, melalui penerjunan kader-kader perempuan partai ke desa-desa atau kelurahan di sejumlah kecamatan yang menjadi lokus stunting tinggi, di antaranya Sukorambi, Sumbersari, Pakusari, Patrang, dan Arjasa.
“Kami akan terjunkan teman-teman mulai dari proses pendataan, berapa remaja-remaja putri yang berpotensi menjadi sumber stunting karena faktor ekonomi atau pendidikan,” ucap Sekretaris DPC PDI-P Jember itu.
Sebanyak 60 kader perempuan, kata dia, telah dilatih dan akan segera terjun.
Mereka akan bekerja sama dengan pihak puskesmas, kader posyandu setempat, dan tokoh agama.
“Prinsipnya yang lebih diutamakan adalah di hulunya. Kami menutup sumber-sumber penyebab stunting,” ucap Widarto yang juga menjabat Wakil Ketua DPRD Jember itu.
Widarto berharap, prevalensi
stunting
di Jember bisa turun dan berada di bawah lima persen.
“Kalau
stunting
-nya semakin kecil, pendidikan aksesnya bagus, ya IPM kita akan naik juga,” kata dia. 
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.