TRIBUNNEWS.COM – Presiden Iran Masoud Pezeshkian memberikan peringatan keras kepada Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump pada hari Selasa (14/1/2025).
Pezeshkian memperingatkan Trump untuk tidak mengambil risiko perang dengan wilayahnya.
Dalam wawancara yang disiarkan secara langsung, Pezeshkian menegaskan bahwa Iran tidak berniat untuk mengembangkan ‘persenjataan nuklir’ dan berharap Trump akan mengutamakan perdamaian, bukan konfrontasi yang bisa memicu konflik.
“Saya berharap Trump akan membawa perdamaian di kawasan dan dunia, bukan sebaliknya, berkontribusi pada pertumpahan darah atau perang,” kata Pezeshkian, menanggapi ketegangan yang meningkat antara kedua negara, dikutip dari Al-Arabiya.
Pernyataan tersebut muncul setelah Trump, dalam kampanye kepresidenannya baru-baru ini.
Di mana ia mengancam bahwa sekutu AS, Israel, dapat menyerang fasilitas nuklir Iran.
Ancaman tersebut semakin memanas setelah Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, pada November 2024 lalu, dikutip dari WION News.
Katz memperingatkan Iran bahwa situs nuklir negara itu kini ‘lebih rentan dari sebelumnya’ terhadap potensi serangan militer Israel.
Tak terima dengan tuduhan Israel, Pezeshkian memberikan tanggapan tegas terhadap prospek serangan militer yang didukung oleh Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklir Iran.
“Kami akan bereaksi terhadap tindakan apa pun. Kami tidak takut perang, tetapi kami tidak menginginkannya,” ujar Pezeshkian.
Iran telah lama dibebani tuduhan dari Israel dan Amerika Serikat bahwa negara tersebut berusaha mengembangkan senjata nuklir.
Namun, Teheran dengan tegas membantah klaim tersebut, menyatakan bahwa program nuklir Iran difokuskan untuk tujuan damai, seperti pengembangan energi nuklir.
Ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat semakin meningkat setelah pada 2018, di bawah pemerintahan Donald Trump.
Di mana saat itu Trump menarik diri dari perjanjian nuklir 2015 yang membatasi pengembangan nuklir Iran.
Perjanjian tersebut berisi tentang perjanjian Iran dan negara-negara besar dunia, termasuk Prancis, Inggris, dan Jerman untuk mencapai kesepakatan yang meringankan sanksi internasional terhadap Teheran dengan imbalan pembatasan program nuklirnya.
Teheran mematuhi kesepakatan tersebut hingga Washington menarik diri, tetapi kemudian mulai membatalkan komitmennya.
Pezeshkian menambahkan bahwa meskipun ada klaim yang mengatakan Iran berusaha membuat bom nuklir, pihaknya tidak pernah berniat untuk mengembangkan senjata nuklir.
“Kami tidak berusaha untuk membuat persenjataan atau persenjataan nuklir,” tegas Pezeshkian.
Saat ditanya tentang menjalin pembicaraan dengan Trump, Pezeshkian bersikap skeptis.
Menurutnya, saat ini fokus utama dirinya adalah terhadap komitmen Trump.
“Masalah yang kita hadapi bukan pada dialog. Masalahnya terletak pada komitmen yang muncul dari pembicaraan dan dialog yang harus kita patuhi,” jelasnya.
(Tribunnews.com/Farrah)
Artikel Lain Terkait Masoud Pezeshkian dan Donald Trump