Pramono Janji Tanggung Biaya Pengobatan Warga Terjangkit ISPA Akibat Polusi RDF Plant Rorotan

Pramono Janji Tanggung Biaya Pengobatan Warga Terjangkit ISPA Akibat Polusi RDF Plant Rorotan

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Gerald Leonardo Agustino

TRIBUNJAKARTA.COM, CILINCING – Gubernur Jakarta, Pramono Anung berjanji akan menanggung biaya pengobatan warga yang terdampak polusi udara dari tempat pengolahan sampah RDF Plant, Rorotan, Jakarta.

Hal ini menindaklanjuti banyaknya keluhan warga yang mengalami dampak kesehatan, misalnya penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) yang diduga akibat pencemaran RDF Jakarta.

Pramono mengatakan, Pemprov DKI Jakarta akan menanggung pengobatan tak cuma anak-anak, tapi juga orang dewasa yang terdampak polusi.

“Sudah saya putuskan, siapapun, baik itu anak umur berapapun, termasuk dewasa dan sebagainya, yang sekarang ini terdampak karena kemarin, kesalahan kami dan saya sudah minta maaf untuk itu, maka pemerintah Jakarta bertanggung jawab untuk kesehatannya,” kata Pramono di RDF Plant, Kamis (20/3/2025).

Pramono akan berkoordinasi dengan dinas terkait untuk menangani masalah kesehatan itu.

Ia kembali menegaskan pemerintah akan bertanggungjawab soal dampak kesehatan yang diderita warganya.

“Nanti segera dikoordinasikan di dalam, untuk diselesaikan. Kami bertanggungjawab,” tegasnya.

Di kesempatan yang sama, Pramono juga mengungkap penyebab munculnya bau busuk dan polusi berupa asap hitam dari uji coba operasional RDF Plant.

Menurut Pramono, pencemaran itu muncul hingga merebak ke permukiman dan akhirnya dikeluhkan warga sekitar karena ada kesalahan terkait kondisi sampah-sampah yang diolah.

Ia menjelaskan, sampah-sampah yang diolah dalam tahap uji coba atau commissioning adalah sampah yang sudah menumpuk lama.

“Kami melihat persoalan yang ada, maka ketika commissioning dilakukan, sampah yang digunakan itu sampah yang sudah lama,” katanya.

Padahal, kata Pramono, seharusnya secara teknis sampah yang masuk ke RDF Plant harus diolah maksimal tiga hari setelah ditampung di sana.

Sementara itu, saat ini sampah yang menumpuk di RDF Plant usianya sudah lebih dari satu bulan.

“Sehingga inilah yang kemudian menimbulkan bakteri, bau, cerobong asap hitam, dan sebagainya. Maka saya sudah menginstruksikan kepada Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan jajaran terkait untuk memperbaiki,” ucapnya.

Selain itu, Pramono juga meminta Dinas Lingkungan Hidup memperbaiki alat peredam bau atau deodorizer di RDF Plant.

Filter asap juga dimintanya agar ditambahkan supaya bisa menghilangkan polusi dalam proses pengolahan sampah.

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan DKI Jakarta Asep Kuswanto mengatakan, saat ini memang masih ada sampah yang belum diolah dan menumpuk di dalam RDF Plant.

Jumlahnya yang tersisa di dalam bunker sampah RDF Plant sekitar 800 ton, dari yang awalnya 2.500 ton.

“Jadi waktu kami kirimkan sampah sampai di bunker 2.500 ton, itu karena memang diharapkan bisa mengolah sampah hingga 2.500 ton. Tetapi kemarin sempat ada bau dan ada asap, akhirnya kami stop,” katanya.

“Sampai itulah yang sampai sekarang itu masih ada di bunker, tapi memang jumlahnya sudah berkurang karena pernah ada commissioning beberapa hari, itu akhirnya tinggal sisa sekitar 700 sampai 800 ton, dan itu akan kami keluarkan,” jelas Asep.

Asep memastikan RDF Plant tidak akan beroperasi sampai ada perbaikan-perbaikan yang benar-benar maksimal.

Kini, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta juga akan mengeluarkan sisa sampah itu untuk melakukan pembenahan di dalam RDF Plant.

Diberitakan sebelumnya, keluhan dan protes warga terkait uji coba operasional RDF Plant terus bermunculan sejak Februari 2025 lalu.

Warga mengeluhkan bau busuk yang muncul dari aktivitas pengolahan sampah di sana.

Tak cuma itu, polusi udara juga merebak sampai ke permukiman, membuat sejumlah orang, termasuk anak-anak, mengalami masalah pernafasan.

Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya