Selain itu Bey Machmudin menekankan pentingnya keselamatan warga. Untuk itu, ia meminta Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) untuk menganalisis kelayakan lokasi ini untuk dihuni kembali, atau diperlukan relokasi. Dampak bencana hidrometeorologi berupa longsor, banjir, dan pergerakan tanah.
“Bantuan untuk rumah yang rusak berat sebesar Rp60 juta, rusak sedang Rp30 juta, dan rusak ringan Rp15 juta, dengan syarat melalui assessment lebih lanjut,” ujarnya.
Meskipun puncak musim hujan telah diprediksi, lanjut dia, intensitas hujan khususnya di beberapa wilayah Jawa Barat lebih tinggi dari yang biasanya. Diperkirakan sampai Januari 2025.
Terkait jumlah korban, Bey mengakui ada keterlambatan dalam pengumpulan data akibat terputusnya jaringan komunikasi dan listrik.
“Sekitar 150.000 pelanggan terdampak pemadaman listrik, dengan 60.000 di antaranya sudah teraliri kembali. Data korban juga mengalami keterlambatan, namun kami terus memutakhirkan informasi melalui posko utama di Palabuhanratu,” tuturnya.
Lebih lanjut, terkait pemulihan pasokan listrik, Bey menyampaikan bahwa tim PLN yang terdiri dari 300 orang bekerja 24 jam untuk memperbaiki kerusakan, dengan tetap mengutamakan keselamatan petugas.
“Jika cuaca mendukung, mereka akan terus bekerja, namun jika hujan, mereka akan berhenti demi keselamatan,” sambung dia.
Bey juga mengingatkan pentingnya kerja sama antara TNI, Polri, perangkat desa, dan warga setempat. Pihaknya mengimbau agar masyarakat tetap meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana alam, terutama yang dipicu oleh hujan intensitas tinggi.
“Dalam situasi seperti ini, kita harus saling percaya dan tidak mudah curiga. Jangan sampai ada pihak yang mencoba mengambil keuntungan dari bencana ini,” ungkapnya.