Laporan Reporter Tribun Solo, Septiana Ayu Lestari
TRIBUNNEWS.COM, SRAGEN – Bendung Winong di Sragen, Jawa Tengah jebol. Imbasnya sawah petani tidak bisa dialiri air.
Solusi sementara agar sawah petani di tiga desa yang ada di Kecamatan Gondang, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah adalah dengan membuat saluran sementara melalui pipa.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Sragen, Albert Pramono Susanto mengatakan nantinya pipa akan diletakkan pada elevasi sungai yang masih normal.
“Untuk irigasi, kami coba desainkan untuk intake menuju ke saluran irigasi utama, diletakkan diatas sungai yang elevasi sungai masih normal,” katanya kepada Tribun, Jumat(20/12/2024).
“Kan ini sungai sudah tergerus dalam, kita ambil yang masih normal, kita gunakan pipa menuju ke intake primer, bendung yang lama,” sambungnya.
Menurutnya, pipa yang digunakan untuk irigasi sementara sepanjang kurang lebih 250 meter. Belum ditentukan akan menggunakan alokasi anggaran untuk membuat saluran irigasi sementara tersebut.
“Kami hanya menyesuaikan dengan kebijakan anggaran, kami hanya mengusulkan beberapa hal yang sifatnya mendesak untuk segera dilaksanakan,” jelasnya.
Selain itu, dampak jebolnya Bendung Winong membuat rumah di sekitar aliran sungai terancam erosi. Penanganan terdekat, menurutnya akan dibangun pengaman bronjong.
“Untuk pengamanan bronjong kita sudah minta bantuan ke Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo, sudah dapat bantuan bronjong, isiannya dari kita,” ujarnya.
“Untuk penempatan-penempatan kita sesuaikan dengan kondisi darurat, penanganan darurat dibronjong dulu,” pungkasnya.
Sebelumnya petani di tiga desa yang ada di Kecamatan Gondang, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah memanfaatkan air hujan untuk mengairi sawah mereka.
Kepala Desa Tunggul, Suntoro mengatakan ada 786,87 hektare sawah di 3 desa yang terdampak.
Menurutnya, karena sudah memasuki musim hujan, petani hanya mengandalkan tadah hujan.
Sedangkan, sebagian petani lainnya mulai membangun sumur dalam.
“Solusi dari petani pertama berharap pada tadah hujan, sebagian bikin sumur dalam,” ujarnya.
Menurutnya, dengan mengandalkan air hujan dan sumur dalam masih belum bisa mencukupi kebutuhan air untuk cocok tanam.
Pasalnya, hampir semua sawah disana masih mengandalkan pengairan dari saluran irigasi tersebut.
“Masih banyak yang mengandalkan irigasi ini, sumur dalam juga masih kurang-kurang,” jelasnya.
“Untuk musim tanam kedua, petani akan mencari solusi bagaimana caranya, kemungkinan masih mengandalkan tadah hujan, juga berharap solusi dari DPU, semoga bisa terealisasi,” pungkasnya.