Jakarta, Beritasatu.com – Setelah euforia Lebaran selesai dan kebutuhan utama terpenuhi, sebagian orang mungkin masih memiliki sisa tunjangan hari raya (THR) yang belum terpakai. Daripada dihabiskan untuk belanja konsumtif, lebih baik berinvestasi emas atau saham.
Kedua jenis investasi ini memiliki keunggulan dan tantangan masing-masing, tergantung pada tujuan keuangan dan seberapa besar toleransi risiko yang dimiliki.
Emas dikenal sebagai aset aman yang cocok untuk penyimpanan jangka panjang dan perlindungan nilai aset dari inflasi. Sementara itu, saham lebih cocok bagi mereka yang ingin memaksimalkan pertumbuhan dana melalui imbal hasil yang lebih tinggi, meski dibarengi risiko yang lebih besar pula.
Keunggulan dan Perbandingan Investasi Emas dan Saham
Emas telah menjadi pilihan investasi tradisional selama berabad-abad. Orang tua pun kerap menyarankan membeli emas jika memiliki uang lebih. Saran tersebut masih relevan hingga kini karena emas tergolong stabil dan cenderung mengalami apresiasi nilai dari waktu ke waktu.
Dalam satu dekade terakhir, harga emas di Indonesia tercatat meningkat hingga sekitar 70%. Selain itu, emas memiliki kelebihan berupa likuiditas tinggi, mudah dijual kapan saja, serta bentuk fisiknya yang bisa disimpan secara nyata, baik dalam bentuk perhiasan, batangan, atau koin.
Namun, seiring perkembangan teknologi dan literasi finansial, masyarakat mulai melirik saham sebagai alternatif investasi yang potensial. Saham bukan lagi hal yang eksklusif dan membingungkan seperti dahulu. Kini, siapa pun bisa mulai berinvestasi saham hanya dengan modal ratusan ribu rupiah melalui aplikasi digital.
Saham-saham dari perusahaan dengan kinerja keuangan yang baik mampu memberikan return yang jauh melampaui emas. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, saham-saham unggulan bisa menghasilkan keuntungan hingga lima kali lipat dibanding emas.
Selain capital gain, investor saham juga berpotensi mendapatkan dividen, yaitu pembagian keuntungan perusahaan yang dibayarkan setiap tahun.
Sebagai perbandingan nyata, jika pada 2012 Anda membeli emas senilai Rp 13 juta, nilainya saat ini berada di kisaran Rp 22 juta. Namun, jika dana tersebut ditempatkan pada saham-saham unggulan di Bursa Efek Indonesia (BEI), nilainya bisa tumbuh hingga Rp 60 juta, belum termasuk dividen tahunan yang diperkirakan mencapai Rp 4,4 juta.
Hal itu menggambarkan bagaimana saham dapat menjadi kendaraan yang sangat efektif untuk membangun kekayaan dalam jangka panjang, meskipun tetap memiliki fluktuasi harga yang harus dipahami dan diantisipasi.
Menentukan Pilihan: Emas atau Saham?
Pilihan antara emas dan saham sangat bergantung pada karakter dan tujuan keuangan pribadi. Jika Anda termasuk investor pemula dengan profil risiko rendah, atau sisa THR yang dimiliki tidak terlalu besar, maka investasi emas bisa menjadi langkah awal yang bijak.
Emas tidak membutuhkan banyak pengetahuan teknis, cocok untuk disimpan sebagai cadangan nilai, dan relatif bebas dari fluktuasi ekstrem.
Sebaliknya, jika Anda ingin mengejar potensi keuntungan lebih tinggi dan bersedia meluangkan waktu untuk mempelajari pasar, maka saham bisa menjadi pilihan yang lebih menarik. Saham memungkinkan pertumbuhan modal yang lebih agresif dan memberi peluang keuntungan jangka panjang yang signifikan. Apa pun pilihan Anda, yang terpenting adalah memulai kebiasaan investasi sedini mungkin.
Manfaatkan sisa THR tidak hanya untuk memenuhi keinginan sesaat, tetapi untuk membuka jalan menuju stabilitas dan kemandirian finansial. Baik memilih emas maupun saham, keduanya bisa menjadi batu loncatan menuju masa depan yang lebih cerah, asal dijalankan dengan niat, pengetahuan, dan strategi yang tepat.