Peternak di Sukabumi Mengeluh, Ikan Nila Sulit Dilirik Jadi Menu MBG

Peternak di Sukabumi Mengeluh, Ikan Nila Sulit Dilirik Jadi Menu MBG

Liputan6.com, Jakarta Peternak ikan nila di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, mengeluhkan sulitnya menyalurkan hasil panen ke program Makan Bergizi Gratis (MBG), yang digagas Presiden Prabowo Subianto.

Keluhan ini muncul meskipun produksi ikan mereka melonjak drastis berkat bantuan teknologi digital, saat saat Panen Raya Tech-Enabled Fisheries di Kampung Cipancur, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, Rabu (15/10/2025).

Ketua Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Telaga Ikan Abdul Agus Salim menyatakan, bantuan teknologi Mikrobubble Aerator dari Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) telah meningkatkan kadar oksigen terlarut (Dissolved Oxygen atau DO) kolam hingga 3 ppm dalam waktu semalam.

“Kalau tanpa teknologi, DO kolam sangat kecil, sampai nol koma. Dengan bantuan Mikrobubble Aerator, produksi nila terus meningkat. Dalam satu siklus (3 bulan) di kelompok saya saja, kami bisa panen 40 ton per hektare,” ujar Abdul Agus Salim.

Meskipun hasil panen melimpah, Pokdakan Telaga Ikan menghadapi tantangan besar dalam pemasaran.

Mereka telah mencoba menyuplai hasil panen ke program MBG di Kabupaten Sukabumi dengan mem-fillet ikan nila berukuran 300-500 gram.

“Kami baru menyuplai satu dapur MBG. Dalam satu minggu, dapur itu hanya mampu menyerap 400 kilogram ikan nila hidup. Ketika sudah di-fillet, ini hanya 3 persen dari total produksi kami yang bisa diserap oleh dapur tersebut,” keluhnya.

Di Kabupaten Sukabumi terdapat lebih dari 250 dapur yang melayani program MBG. Abdul Agus Salim berharap ikan nila dapat menjadi menu wajib dalam program tersebut.

“Kami sudah mencoba negosiasi ke dapur-dapur lain, tetapi masih terkendala persetujuan,” ungkapnya.

Menurutnya, jika satu dapur dapat menyerap 400 kilogram, maka 100 dapur akan membutuhkan 40 ton.

“Ini adalah angka yang luar biasa, sehingga hasil kami bisa diserap oleh dapur MBG di daerah kami sendiri,” tambah dia.

Pihaknya optimistis ketika budidaya terus dikembangkan dan hasilnya melimpah, pasarnya pun ada.

“Kami ingin dari pemerintah ada dorongan agar ikan nila menjadi menu wajib, walau hanya sebulan sekali,” ungkapnya.