Warga JGC Adukan Masalah RDF Rorotan ke DPR: Dampaknya Sudah Lintas Provinsi
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Warga Jakarta Garden City (JGC) mengadukan masalah uji coba pengolahan sampah atau Refuse Derived Fuel (RDF) Rorotan, Jakarta Utara ke Komisi IX DPR RI, Rabu (26/11/2025).
Warga bertemu Wakil Ketua Komisi IX
DPR
RI Nihayatul Wafiroh dan anggota Komisi XII DPR RI, Ratna Juwita Sari.
Ketua RT 18 RW 14 Klaster Shinano, JGC, Jakarta Timur, Wahyu Andre, mengatakan alasan mengadukan masalah uji coba
RDF Rorotan
karena tidak hanya dirasakan oleh warga Jakarta, tapi sudah lintas kota dan provinsi.
“Kenapa kami ke DPR? Karena dampak
uji coba RDF
kemarin sudah lintas kota/kabupaten dan provinsi,” ujar Wahyu saat dihubungi
Kompas.com
, Rabu.
Dalam pertemuan itu, Wahyu menjelaskan, Komisi IX DPR mendorong Kementerian Lingkungan Hidup melakukan evaluasi menyeluruh terhadap dokumen AMDAL RDF Rorotan, termasuk meninjau kembali kelayakan lingkungan, kepatuhan terhadap baku mutu emisi, dan kualitas pengelolaan udara.
Komisi IX DPR juga meminta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membuka dokumen AMDAL sebagai bentuk transparansi dan pemenuhan hak warga atas informasi lingkungan.
Selain itu, Komisi IX DPR menginstruksikan Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan DKI Jakarta untuk melakukan penelitian epidemiologis guna memastikan ada tidaknya hubungan antara operasional RDF Rorotan dan peningkatan kasus ISPA atau gangguan kesehatan lainnya.
Komisi IX DPR mendorong Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) maupun Inspektorat Pemprov Jakarta melakukan audit kinerja dan anggaran terhadap proyek pembangunan RDF yang menelan biaya Rp 1,28 triliun, demi memastikan efektivitas dan integritas penggunaan dana publik.
“Mereka mengusulkan pembentukan satuan tugas lintas wilayah untuk menangani dugaan
dampak kesehatan
dan lingkungan yang meluas ke beberapa wilayah administratif,” ucap Wahyu.
Selanjutnya warga akan melakukan pertemuan dengan DPRD Jakarta. Dia berharap Gubernur Pramono Anung atau Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno hadir dalam pertemuan itu.
“Kami sudah menyampaikan (permohonan audiensi) melalui WhatsApp ke Pak Pramono, tapi tampaknya permohonan kami belum direspons,” ujarnya.
Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung meluruskan kabar soal penghentian sementara proyek Refuse Derived Fuel (RDF) di Rorotan, Jakarta Utara.
Ia menegaskan uji coba RDF tidak dihentikan, melainkan kapasitas pengolahan sampahnya dikurangi untuk sementara waktu.
“Tidak dihentikan. Sekarang kapasitasnya kita batasi sampai 1.000 (ton),” kata Pramono saat ditemui di Balai Kota Jakarta, Kamis (6/11/2025).
Pramono menjelaskan, sebelumnya fasilitas RDF sempat beroperasi dengan kapasitas 2.000 hingga 2.500 ton
sampah
per hari.
Namun, peningkatan kapasitas tersebut justru menimbulkan sejumlah masalah teknis dan lingkungan, terutama bau tak sedap yang tercium hingga ke permukiman warga sekitar.
“Ketika dinaikkan jadi 2.000 (ton), bahkan sempat 2.500 (ton), mulai muncul problem. Sampahnya kena hujan, prosesnya terganggu, lalu truk-truk pengangkut yang lama meneteskan air lindi dan menimbulkan bau,” jelasnya.
Menurut dia, persoalan utama bukan pada teknologi RDF, melainkan sistem pengangkutan dan kondisi sampah yang dikirim ke lokasi.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Perusahaan: WhatsApp
-
/data/photo/2025/11/26/6926e0d4baf32.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Warga JGC Adukan Masalah RDF Rorotan ke DPR: Dampaknya Sudah Lintas Provinsi Megapolitan 26 November 2025
-

Cara Melacak Lokasi Pasangan via Google Maps dan Operator Seluler
Bisnis.com, JAKARTA — Kebutuhan memantau keberadaan lokasi anggota keluarga, pasangan, atau kerabat kini makin mudah berkat integrasi teknologi pada smartphone.
Pengguna smartphone dapat memanfaatkan fitur berbagi lokasi secara langsung untuk memastikan keamanan dan estimasi waktu tiba di tujuan tanpa perlu aplikasi tambahan yang rumit.
Saat ini, metode paling efektif dan akurat yang tersedia adalah dengan memanfaatkan fitur Location Sharing atau Berbagi Lokasi yang terdapat pada Google Maps.
Fitur ini memungkinkan pengguna untuk membagikan titik koordinat mereka secara langsung kepada orang lain melalui tautan khusus.
Untuk mengaktifkan fitur ini, terdapat langkah-langkah teknis yang perlu dilakukan pada perangkat yang ingin dipantau.
Pertama, buka aplikasi Google Maps dan ketuk ikon foto profil yang terletak di pojok kanan atas layar. Selanjutnya, pilih menu “Berbagi lokasi” dan tekan opsi “Bagikan yang baru” dan “Lanjutkan”.
Pengguna kemudian dapat mengatur durasi pembagian lokasi sesuai kebutuhan, mulai dari 15 menit, satu jam, hingga opsi aktif terus-menerus sampai dinonaktifkan secara manual.
Setelah durasi ditentukan, pengguna cukup memilih kontak penerima atau menyalin tautan (link) untuk dikirimkan melalui aplikasi pesan instan seperti WhatsApp.
Jika tautan tersebut telah diakses oleh penerima, peta digital akan menampilkan posisi terkini secara langsung.
Keunggulan fitur ini selain berbagi lokasi, penerima juga dapat melihat informasi status daya baterai perangkat target dan indikator apakah ponsel tersebut sedang diisi dayanya atau tidak.
Selain mengandalkan koneksi internet dan GPS melalui Google Maps, pelacakan lokasi juga dapat dilakukan melalui layanan berbasis jaringan (USSD) yang disediakan oleh operator seluler.
Metode ini menjadi alternatif praktis jika pengguna tidak memiliki akses paket data yang stabil.
Adapun bagi pelanggan Telkomsel, fitur pencari lokasi dapat diakses melalui menu panggilan dan ketik *250# atau mengirim SMS ke 5200 dengan format “Teman Nama Nomor”. Sementara itu, pengguna Indosat dapat mengakses menu pelacakan melalui *777*6*6# atau SMS ke 9111 dengan format “CARI NoHP”.
Bagi pengguna layanan XL, fitur serupa tersedia melalui kode akses *123*573*1# atau dengan mengirimkan SMS ke 9111 menggunakan format “CARI NoHP”.
Pemanfaatan fitur-fitur ini dirancang untuk memudahkan koordinasi dan memberikan rasa aman bagi pengguna yang ingin memastikan keberadaan orang-orang terdekat mereka secara cepat dan akurat. (Muhammad Diva Farel Ramadhan)
-

Telegram Tak Aman, Malware Android Sturnus Dapat Curi Pesan Terenkripsi
Bisnis.com, JAKARTA— Perusahaan keamanan siber ThreatFabric menemukan trojan Android baru bernama Sturnus yang mampu mencuri pesan dari aplikasi pesan terenkripsi seperti WhatsApp, Signal, dan Telegram, serta mengambil alih perangkat Android secara penuh.
Meski masih dalam tahap pengembangan, malware ini sudah sepenuhnya berfungsi dan mulai menargetkan pengguna di sejumlah negara Eropa dengan teknik overlay yang disesuaikan menurut wilayah. Sturnus juga dinilai lebih canggih dibandingkan banyak malware Android lain yang saat ini beredar.
Melansir BleepingComputer, Rabu (26/11/2025), trojan ini menggunakan kombinasi komunikasi plaintext, RSA, dan AES dengan server command-and-control (C2), menandakan kemampuan teknis yang lebih maju.
ThreatFabric menjelaskan Sturnus dapat membaca isi pesan dari aplikasi yang menggunakan end-to-end encryption. Kemampuan ini bukan diperoleh dengan membobol sistem enkripsinya, melainkan dengan menangkap teks yang muncul di layar setelah didekripsi secara normal oleh aplikasi. Teknik tersebut dijalankan melalui penyalahgunaan fitur Accessibility Service di Android.
Selain memantau pesan, Sturnus dapat mencuri kredensial perbankan menggunakan overlay HTML palsu dan memberikan kendali penuh kepada pelaku melalui sesi VNC, sehingga perangkat dapat dioperasikan secara real time layaknya ponsel milik mereka sendiri.
Malware ini disebarkan melalui file APK berbahaya yang menyamar sebagai aplikasi seperti Google Chrome atau Preemix Box. Meski jalur distribusinya belum teridentifikasi, peneliti menduga metode penyebarannya melalui malvertising atau pesan langsung ke calon korban.
Setelah berhasil dipasang, Sturnus akan mendaftarkan perangkat korban ke server C2 melalui pertukaran kriptografi, kemudian membuka kanal HTTPS terenkripsi untuk pencurian data dan kanal WebSocket AES untuk kendali jarak jauh melalui VNC.
Dengan memanfaatkan akses Accessibility Service, Sturnus dapat membaca teks di layar, mendeteksi aplikasi yang dibuka, mencatat input keyboard, menekan tombol, menggulir layar, hingga menavigasi antarmuka ponsel. Malware ini juga meminta hak Device Administrator, yang membuatnya sulit dihapus bahkan menggunakan ADB.
Ketika pengguna membuka WhatsApp, Signal, atau Telegram, Sturnus dapat mendeteksi dan merekam seluruh percakapan, nama kontak, pesan masuk dan keluar, serta teks yang sedang diketik.
Melalui sesi VNC, pelaku dapat melakukan berbagai aksi secara diam-diam, termasuk menyetujui transaksi perbankan, memasukkan kode OTP, mengubah pengaturan sistem, hingga memasang aplikasi tambahan. Untuk menyamarkan aktivitas tersebut, Sturnus dapat menampilkan layar palsu seperti “Android System Update” atau overlay hitam.
ThreatFabric menilai serangan Sturnus masih berskala kecil dan kemungkinan besar merupakan fase pengujian. Namun fitur-fiturnya yang sudah setara dengan malware kelas atas membuatnya berpotensi berkembang menjadi ancaman besar. Saat ini, serangan terutama terdeteksi di Eropa Selatan dan Eropa Tengah.
Untuk mencegah infeksi, pengguna Android disarankan agar tidak mengunduh APK dari luar Google Play, memastikan Google Play Protect tetap aktif, serta berhati-hati saat memberikan izin Accessibility pada aplikasi apa pun.
-

Ngeri! Malware Android Ini Bisa Intip Pesan WhatsApp dan Bobol Rekening
Jakarta –
Peneliti keamanan siber menemukan trojan perbankan Android baru yang diberi nama Sturnus. Malware ini tidak hanya bisa membobol rekening bank tapi juga mengintip pesan WhatsApp dan mengambil alih ponsel dari jarak jauh.
Laporan dari ThreatFabric menemukan malware Sturnus bisa mencuri pesan dari aplikasi perpesanan yang aman setelah fase dekripsi dengan menangkap konten yang ditampilkan di layar ponsel.
Dengan mengeksploitasi layanan Aksesibilitas di ponsel Android, malware Sturnus bisa membawa teks yang ada di layar, menangkap input korban, mendeteksi aplikasi dibuka, menekan tombol, scroll, injeksi teks, dan navigasi ponsel.
Ketika pengguna membuka aplikasi WhatsApp, Telegram, atau Signal, malware ini akan menggunakan izin aksesnya untuk mendeteksi konten pesan, teks yang diketik, nama kontak, dan konten percakapan.
“Karena mengandalkan pencatatan Accessibility Service daripada mencegat jaringan, malware ini bisa membaca semua yang muncul di layar – termasuk kontak, alur percakapan penuh, serta konten pesan yang masuk dan keluar – secara real-time,” tulis ThreatFabric dalam laporannya, seperti dikutip dari BleepingComputer, Selasa (25/11/2025).
“Hal ini menjadikan kemampuan tersebut sangat berbahaya: malware ini bisa sepenuhnya menghindari enkripsi end-to-end dengan mengakses pesan setelah didekripsi oleh aplikasi resmi, sehingga memberikan penyerang akses langsung ke percakapan yang seharusnya bersifat pribadi,” sambungnya.
Selain itu, malware Sturnus juga bisa menampilkan halaman login palsu untuk aplikasi perbankan untuk mencuri kredensial korban. Setelah mendapat kredensial yang dibutuhkan, hacker mulai beraksi secara diam-diam untuk mengirim uang, mengubah pengaturan, atau instal aplikasi baru.
Untuk mengontrol ponsel secara penuh, malware ini merebut hak Android Device Administrator yang memungkinkan virus ini untuk memonitor perubahan password, percobaan membuka kunci, dan mengunci ponsel dari jarak jauh. Malware ini juga bisa mencegah pengguna menghapus hak istimewa atau menghapusnya dari perangkat.
ThreatFabric mengatakan infeksi malware ini berawal dari instalasi file APK Android berbahaya yang menyamar sebagai Google Chrome atau Preemix Box. Peneliti belum mengetahui bagaimana malware ini menyebar, namun mereka meyakini metode yang dipakai adalah malvertising atau pesan langsung.
Pengguna Android bisa menghindari malware mengerikan ini dengan tidak download file APK dari luar Play Store, selalu aktifkan Play Protect, dan jangan berikan izin Aksesibilitas ke sembarang aplikasi.
(vmp/vmp)
-
/data/photo/2025/11/25/6925a2d9ccdd8.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Hannan Abdullah, Guru Disabilitas Netra yang Punya Semangat Tinggi Mengajar Surabaya 25 November 2025
Hannan Abdullah, Guru Disabilitas Netra yang Punya Semangat Tinggi Mengajar
Tim Redaksi
SURABAYA, KOMPAS.com
– Hannan Abdullah (28), merupakan seorang guru yang menyandang disabilitas tuna netra di SMALB-A Yayasan Pendidikan Anak Buta (YPAB) Gebang Putih, Surabaya.
Hannan mengawali pendidikannya, kuliah D3 jurusan Bahasa Inggris di Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Lalu, dia melanjutkan hingga mendapatkan S1 di Universitas Terbuka (UT).
Kemudian, Hannan yang juga pernah bersekolah di YPAB tersebut dipanggil pihak yayasan. Dia diminta mengajar anak yang memiliki keterbatasan sama dengan dirinya.
“Mulai mengajar Bahasa Inggris di SMALB-A YPAB tahun 2021, angkatan pandemi, masih lima tahun,” kata Hannan, saat ditemui di Gedung Wanita Candra Kencana, Surabaya, Selasa (25/11/2025).
Hannan mengungkapkan, keterbatasan visual tersebut tidak membuat semangat mengajarnya memudar. Dia memilih memanfaatkan teknologi untuk mengatasi kekurangannya.
“Kalau tuna netra itu biasanya menggunakan huruf braille, tapi sekarang anak-anak rata-rata sudah bisa pakai ponsel atau laptop. Mereka biasanya pakai aplikasi pembaca layar,” jelasnya.
Tak hanya itu, Hannan sempat menemui kendala ketika anak didiknya hanya penasaran dengan hal tertentu. Akhirnya, dia harus berpikir kreatif untuk menyelesaikan masalah itu.
“Fenomena anak sekarang itu enggak penasaran sama banyak hal, jadi lebih spesifik sama bidang mereka. Rasa penasaran yang kurang itu jadi tantangan dan PR aku sendiri,” ucapnya.
“Jadi kalau mengajar aku share link tertentu ke grup WhatsApp pembelajaran, kaya yang sering audio listening. Nanti mereka yang baca sendiri, pelajari sama aku minta praktekan,” tambahnya.
Guru bahasa Inggris menyebut, kerap meminta muridnya berani berbicara dengan orang lain. Hal tersebut untuk memupuk rasa kepercayaan diri mereka ketika berada di masyarakat.
“Sulitnya ketika lulusan tuna netra ini ingin bekerja, kadang perusahaan-perusahaan rata-rata belum ngerti, tuna netra ini bekerja seperti sebagai apa. Tapi beberapa ada yang terbuka,” ujarnya.
“Aku berharapnya perusahaan ini mencari tahu, kan sudah eranya digital, tuna netra itu belajarnya lebih cepat. Sama bisa menyediakan bidang yang lebih luas saja,” tutupnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/11/25/6925a5c162287.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Cerita Mushoddiq Bangkit Usai Tertipu Kripto, Berjualan Majalah Anak di Halte Megapolitan 25 November 2025
Cerita Mushoddiq Bangkit Usai Tertipu Kripto, Berjualan Majalah Anak di Halte
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Mushoddiq (65), pria yang berjualan majalah anak, di Halte Transjakarta Bundaran HI, Jakarta Pusat, berbagi cerita soal jatuh bangun mencari nafkah di usia yang tak lagi muda.
Ia merupakan seorang
pensiunan guru
sejarah dari satu sekolah negeri di Jakarta pada 2016.
Usai pensiun sembilan tahun lalu, bapak dua anak itu masih ingin bekerja kembali untuk mengisi waktu.
Mushoddiq
lantas melamar kerja di sejumlah perusahaan bagi warga lansia.
“Waktu itu dapat. Jadi posisinya sebagai marketing untuk kredit PNS dan pensiunan di salah satu bank swasta,” ujar Mushoddiq saat dijumpai
Kompas.com
di Halte Transjakarta Bundaran HI, Jakarta Pusat, Selasa (25/11/2025).
Awalnya, pekerjaan berjalan lancar dan menguntungkan. Namun, setelah berjalan selama tiga tahun lebih, posisinya sebagai marketing terdampak pandemi Covid-19.
Saat itu, bisnis kredit perbankan pun ikut berhenti.
Mushoddiq lantas kehilangan pekerjaan dan beristirahat saat pandemi.
Di saat masa-masa istirahat itulah, ada sejumlah pihak yang menawarkan investasi kripto kepadanya.
Tergiur untuk mencoba, Mushoddiq pun menginvestasikan tabungan pensiun dan pendapatan dari pekerjaan marketing untuk kripto.
“Tapi ternyata, (perusahaan tempat investasi) tidak terdaftar. Ternyata odong-odong. Habislah itu (modal yang disetorkan),” katanya.
“Jujur saya memang kurang paham. Memang diperlukan yang ahli untuk urusan investasi kripto. Sementara kan saya lulusan S1 jurusan sejarah, sudah lama pula, zaman purbakala,” ujar Mushoddiq sambil berseloroh.
Setelah peristiwa penipuan itu, ia mengaku keuangan keluarganya sempat jatuh.
Sehingga Mushoddiq harus kembali mencari pekerjaan untuk membiayai hidup.
Ia sempat menjalani sejumlah pekerjaan sebelum akhirnya memutuskan berjualan koran dan majalah.
Mushoddiq mengungkapkan, ia awalnya tertarik membuka lapak koran dan majalah lantaran sering melihat orang lain yang juga melakukan hal serupa di halte Transjakarta.
Selain itu, ia juga seorang yang gemar membaca sejak kecil.
“Saya sejak SMP tahun 1970-an sudah baca Harian Kompas. Kalau adik-adik saya baca Bobo. Jadi memang tidak asing dengan koran dan majalah anak,” tuturnya.
Mushoddiq yang punya latar pendidikan S2 manajemen mencoba mengemas lapaknya dengan lebih profesional.
Awalnya, untuk membuka lapak Mushoddiq mengeluarkan uang Rp 400.000. Modal itu ia belikan perlengkapan untuk berjualan.
Khusus untuk lapak berwarna biru tempat menggelar dagangan diberikan oleh pihak Kompas.
Setiap hari, Mushoddiq berpakaian kemeja rapi saat berangkat dari rumahnya di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur.
Setelah sampai Halte Transjakarta Bundaran HI sekitar pukul 06.45 WIB, dia segera membuka lapak dan menata dagangannya.
“Buka dari jam 07.00-12.00 WIB, Senin sampai Jumat. Kalau ada pesanan majalan Bobo dari pelanggan, saya buka lagi lapaknya sore pas jam warga pulang kerja. Jadi warga yang memesan bisa ambil di lapak saya di halte ini,” tuturnya.
Di lapaknya, tertulis harga masing-masing majalah dan koran yang dijual. Pembayaran bisa dilakukan dengan tunai (cash) atau transfer.
Selain itu, untuk penjualan majalah Bobo, Mushoddiq mencetak kartu informasi khusus.
Kartu itu berisi informasi seputar majalah Bobo edisi khusus yang sudah terbit, dilengkapi cara pemesanan, nomor telepon dan nomor rekening Mushoddiq untuk pembayaran secara online.
“Langsung saya kasih kartunya kepada warga yang terlihat tertarik untuk beli majalahnya. Jadi mereka bisa akses informasi bagaimana cara belinya meski tidak membeli on the spot ya,” tuturnya.
Saat ditanya soal sosoknya yang kini dikenal luas oleh warganet, Mushoddiq mengaku senang.
Ia mengatakan, putranya memberitahu bahwa ia saat ini sedang
viral di media sosial
.
“Alhamdulillah ya. Jadi banyak yang lebih tahu, banyak yang beli dagangan saya. Alhamdulillah ada peningkatan omzet saya,” tutur Mushoddiq.
Murid-murid yang dulu pernah diasuhnya di sekolah pun banyak yang mengingat dan datang mengunjungi lapaknya.
Ia pun berterima kasih kepada salah seorang gen Z yang membuatkan video dan mengunggahnya di media sosial.
Berkat video itu, Mushoddiq dikenal luas sebagai pensiunan guru sejarah yang menjual majalah dan koran di Halte Transjakarta.
Kini pendapatannya pun mengalami kenaikan dari yang sebelumnya ratusan ribu menjadi menyentuh angka jutaan rupiah dari
berjualan majalah
dan koran.
Dari penghasilan itu, ia mengaku bisa menyambung biaya hidup sehari-hari.
“Cukup untuk biaya sehari-hari. Namanya kita kan usaha. Ada motivasi the power of kepepet. Menurut saya, lansia masih bisa bekerja, berkarya. Ini juga untuk motivasi lansia lainnya yang senasib dengan saya,” tutur Mushoddiq.
Menurut Mushoddiq, dia sudah tujuh bulan ini berjualan majalah anak dan koran di Halte Transjakarta Bundaran HI.
Sebelumnya, sekitar tujuh bulan ia berjualan di Halte Tegal Mampang, Jakarta Selatan.
Saat mengawali usahanya, ia baru berjualan Harian Kompas, The Jakarta Post dan tabloid otomotif.
Ia kemudian ditawari untuk berjualan majalah Bobo.
“Alhamdulillah Bobo paling laris. Seminggu bisa 100 eksemplar. Apalagi kalau ada yang edisi khusus, banyak sekali yang cari. Bisa 100 lebih terjual per Minggu,” kata Mushoddiq.
Ia bilang, pelanggan majalah Bobo yang dijualnya berasal dari kalangan ibu-ibu muda, bapak-bapak muda hingga anak muda yang ingin bernostalgia dengan majalah tersebut.
Para pelanggan itu juga mencari majalah Bobo untuk anak-anak mereka.
Sementara itu untuk koran lebih banyak dicari oleh karyawan swasta, eksekutif muda hingga lansia yang masih ingin membaca berita surat kabar.
Mushoddiq sangat senang karena masih banyak warga yang mau membaca koran dan majalah.
Selain itu, pelanggan yang bertukar cerita dengannya saat membeli majalah Bobo edisi khusus juga membuatnya terharu.
“Ada yang terlihat senang sekali saat cerita dulu saya baca ini saat kecil, isinya ini-ini. Saya ikut senang karena bisa membantu orang bernostalgia,” ungkap Mushoddiq.
“Tapi ada sedihnya juga, kalau pelajar jarang sekali yang berminat baca. Sudah lebih banyak akses handphone saja,” lanjutnya ketika ditanya apakah ada kalangan pelajar yang membeli koran dan majalah dagangannya.
Mushoddiq berpesan kepada generasi Z agar tetap mau banyak membaca dan belajar dari berbagai sumber.
Terutama di tengah perkembangan digital yang semakin pesat.
“Gen Z teruslah membaca, karena dengan baca kita jadi cerdas. Yang paling penting kita bisa membedakan mana informasi hoaks, mana yang bukan,” tutur mantan guru SMPN 74, Rawamangun, Jakarta Timur itu.
Ia pun menitipkan pesan, bagi warga yang ingin membeli koran atau majalah untuk referensi berita sehari-hari bisa datang ke lapaknya yang berada di Halte Transjakarta Bundaran HI.
Selain itu, warga juga bisa memesan lewat nomor WhatsApp 085 813 888 000.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Modus Gaji Rp12 Juta, Warga Surabaya Hampir Dikirim ke Kamboja
Surabaya (beritajatim.com) – Bayu Saputra, S.H., terdakwa percobaan perdagangan orang ke Kamboja, diadili di PN Surabaya. Terdakwa berhasil mengelabui korban dengan iming-iming gaji Rp12 juta di Kamboja. Terdakwa menjanjikan korban akan dipekerjakan sebagai staf Shopee bodong.
Dalam sidang yang dipimpin hakim Soekamto ini, Jaksa Penuntut Umum (JPU) Anoek Ekawati dan Yusup dari Kejati Jatim mendatangkan saksi korban, yakni Ferdian Candra Wijaya.
Di persidangan, saksi menerangkan bahwa dia mengenal terdakwa pada bulan Juni 2025. Ia ditawari kerja di Kamboja. “Saya dikenalkan oleh Agung, tetangga saya, kerja sebagai staf Shopee bodong/scammer. Jadi kerjanya katanya mencari konsumen yang mau beli barang, tapi setelah dibayar, barang tidak dikirimkan,” terangnya.
Menurut saksi, dia sudah sempat disuruh mengurus paspor, namun akhirnya tidak jadi diberangkatkan ke Kamboja.
Sidang akan dilanjutkan pada Senin, 1 Desember 2025, dengan agenda masih saksi dari JPU.
Diketahui, mulanya Ferdian Candra meminta pekerjaan ke Agung Purnomo. Selanjutnya Agung mengenalkan Ferdian ke terdakwa Bayu Saputra, S.H., karena dapat memberangkatkan ke Kamboja.Terdakwa menjanjikan pekerjaan ke Ferdian di Kamboja sebagai staf Shopee bodong/scammer, tugas mencari konsumen membeli barang; setelah konsumen mentransfer uang, barang tidak dikirim kepada konsumen.
Dijanjikan gaji Rp12.000.000 hingga Rp14.000.000 per bulan.
Pada Kamis, 19 Juni 2025 pukul 13.00 WIB, Ferdian Candra Wijaya bersama terdakwa berencana ke Kantor Imigrasi Gresik, namun sistem pembuatan paspor di Kantor Imigrasi Gresik sedang error/gangguan.Terdakwa kemudian menghubungi Anton (makelar paspor) untuk dibuatkan paspor atas nama Ferdian Candra Wijaya. Anton mengarahkan terdakwa dan Ferdian menuju Kantor Imigrasi Kelas I Khusus TPI Surabaya Unit Layanan Paspor BG Junction.
Setelah bertemu anak buah Anton, keduanya diberi nomor antrian. Setelah selesai, paspor akan dikirim ke alamat Ferdian Candra Wijaya, dengan biaya pembuatan paspor Rp2.200.000 menggunakan uang terdakwa.
Terdakwa kenal dengan Jhon, warga negara Malaysia, dikenalkan oleh Agung. Kemudian Jhon mengirimkan WhatsApp ke terdakwa: “Yu, tolong bikinkan paspornya aja. Untuk kerjaan yang lain, Jhon yang ngurus.”
Terdakwa mendapat chat WhatsApp dari seseorang yang mengaku bernama Jhon, mengatakan: “Jika paspornya jadi, maka send ke mari.” Setelah terbitnya paspor, terdakwa mengirimkan paspor nama lengkap Ferdian Candra Wijaya, warga Indonesia, habis berlaku 20 Juni 2030, kantor yang mengeluarkan Surabaya.
Informasi dari Jhon, penyedia tiket pesawat atas nama Ferdian Candra Wijaya adalah pemberangkatan dari Bandara Soekarno-Hatta Jakarta ke Phnom Penh International Airport.
Terdakwa dijanjikan oleh Jhon, apabila Ferdian Candra Wijaya berhasil berangkat ke Kamboja menjadi Pekerja Migran Indonesia dengan pekerjaan sebagai penipu atau scamming, terdakwa mendapat komisi 300 USD (kurs rupiah Rp4.900.000). Terdakwa membantu percobaan tindak pidana perdagangan orang. [uci/kun]
-

KemenPPPA Soroti Temuan Kasus Anak Meninggal usai Hilang 8 Bulan di Jaksel
Jakarta –
Kasus temuan kerangka manusia anak berusia 6 tahun berinisial (AKN) ikut disorot Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA). Menteri PPPA, Arifah Fauzi ikut berbelasungkawa terkait korban diduga penculikan dan pembunuhan di Jakarta Selatan tersebut, yang semula dinyatakan hilang sejak 6 Maret 2025.
“Kami mengucapkan duka cita yang mendalam kepada keluarga korban dan berharap proses identifikasi dapat segera memberikan kepastian penyebab dan waktu kematian AKN. Kami juga mengapresiasi kerja keras pihak kepolisian yang selama sembilan bulan melakukan pencarian tanpa henti. Seluruh upaya pengembangan petunjuk hingga ditemukannya titik terang kasus ini adalah bentuk komitmen aparat penegak hukum,” beber Arifah, dalam keterangannya, Senin (25/11/2025).
Kasus AKN disebut menjadi pengingat pentingnya meningkatkan pengawasan anak-anak di ruang publik. Hal ini dinilai bukan menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi seluruh lapisan masyarakat.
Arifah menyesalkan kasus terkait dan berharap tidak kembali terjadi di masa mendatang.
“Tidak boleh ada lagi anak yang menjadi korban kekerasan ataupun hilang tanpa pengawasan. Masyarakat harus lebih peka terhadap kondisi anak-anak di lingkungan sekitar. Kewaspadaan kolektif dapat mencegah terulangnya kejadian serupa, terutama terhadap anak-anak yang paling rentan menjadi target kekerasan dan eksploitasi,” kata Menteri PPPA.
Aparat kepolisian disebut bakal melakukan tes DNA terhadap kerangka yang ditemukan.
“Kemen PPPA mendukung proses tes DNA untuk memastikan identitas kerangka, siap mendukung proses pemulihan keluarga korban, mendorong langkah-langkah pencegahan melalui edukasi, meningkatkan keamanan lingkungan, kerja sama dengan aparat, dan masyarakat di daerah,” sorotnya.
“Semua pihak dapat berbagi peran untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi anak-anak kita, apalagi ini wilayah DKI Jakarta yang memiliki sumberdaya mumpuni dan lebih dari cukup. Kita harus memastikan setiap anak mendapatkan perlindungan penuh. Tragedi seperti ini tidak boleh terulang,” beber dia.
Kepolisian sebelumnya menangkap terduga pelaku AI yang teridentifikasi sebagai ayah tiri dari ibu korban pada Rabu (19/11/2025).
Namun, pada Minggu (23/11) dini hari, AI ditemukan meninggal dunia di ruang konseling Polres Metro Jakarta Selatan.
Bila melihat kasus serupa, Arifah mengajak publik untuk berani melapor ke kepolisian, maupun unit pelaksana teknis daerah (UPTD) terdekat di daerah, hingga bisa mengadu ke layanan aduan kekerasan Kemen PPPA di call center 24 jam Sahabat Perempuan dan Anak (SAPA) 129, WhatsApp di 08111-129-129.
Tonton juga video “Hilangnya Alvaro Tak Lagi Misteri: Ternyata Dibunuh Ayah Tiri”
Halaman 2 dari 2
(naf/kna)
/data/photo/2025/11/25/6925c53702e92.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)