Perusahaan: Uber

  • Elon Musk Tukang Bohong, Tesla Makin Hancur Lebur

    Elon Musk Tukang Bohong, Tesla Makin Hancur Lebur

    Jakarta, CNBC Indonesia – Industri taksi otomatis (robotaxi) yang membawa ‘kiamat’ bagi profesi driver online kian kompetitif. Pabrikan otomotif dari China dan Amerika Serikat (AS) berbondong-bondong mengembangkan teknologi pengemudian otomatis paling canggih dan aman.

    Layanan ride-hailing seperti Uber dan Lyft juga makin kencang menggandeng mitra untuk mewujudkan layanan transportasi online berbasis robotaxi.

    Konsep mobil tanpa sopir sebenarnya sudah lama digaungkan oleh CEO Tesla, Elon Musk. Pada 2016 lalu, Tesla pertama kali memperkenalkan sistem pengemudian otomatis penuh (Full Self-Driving/FSD).

    Namun, kebohongan Musk terungkap. Tesla ternyata menggunakan video rekayasa untuk menampilkan mobil otomatis tanpa sopir yang berjalan aman di kondisi menantang. Video itu sudah dihapus dan Tesla mengklaim teknologinya sudah ada, hanya tinggal memvalidasi software-nya.

    Tak berhenti sampai di situ, 6 tahun lalu Musk menggembar-gemborkan rencana Tesla untuk mengoperasikan 1 juta robotaxi di jalanan pada 2020. Lagi-lagi, omongan itu hanya bualan.

    Bahkan, perusahaan robotaxi asal China seperti WeRide sudah mulai mengoperasikan armadanya hingga ke Abu Dhabi. Pabrikan robotaxi asal AS seperti Waymo juga terus memperluas jangkauan operasionalnya di beberapa negara bagian.

    Di kala perusahaan lain sudah berkembang pesat, Tesla masih jalan di tempat, berkutat pada izin operasional dan isu keamanan. Beberapa kali Musk memasang tenggat untuk pengoperasian robotaxi Tesla, tak beberapa kali pula mengalami penundaan.

    Beberapa saat lalu, Musk mengatakan robotaxi Tesla akan mulai beroperasi di Austin, Texas, pada 22 Juni 2025 mendatang. Namun, Musk menyebut tanggal itu ‘tentatif’. Kita tunggu saja apakah omongan kali ini terbukti benar atau lagi-lagi kebohongan semata.

    Tesla Makin Kacau

    Masalah bertubi-tubi dihadapi Tesla akibat kebohongan Musk, berbagai kecelakaan dan isu keselamatan pengemudi, hingga sikap politik Musk di pemerintah Trump yang memicu gerakan boikot di mana-mana.

    Di saat bersamaan, Tesla menghadapi tekanan kompetisi mobil listrik dari pabrikan China seperti BYD, Xpeng, Chery, dan Geely. Terbaru, muncul laporan bahwa Tesla menghentikan produksi Cybertruck dan Model Y selama sepekan di Austin, Texas.

    Business Insider melaporkan pemberhentian produksi akan dimulai pada 30 Juni mendatang, menurut informasi dari pertemuan para staf ketika penghentian produksi tersebut diumumkan.

    Hal ini menandai kali ketiga fasilitas Tesla di Austin mengalami penghentian produksi sepanjang tahun lalu hingga sekarang, menurut laporan Business Insider.

    Investor langsung bereaksi dan membuat saham Tesla anjlok 4% pada Selasa (17/6) waktu setempat. Sebagai informasi, Model Y merupakan salah satu model paling laris Tesla.

    Selain itu, Model Y juga merupakan salah satu model yang akan ditanamkan sistem FSD Tesla untuk peluncuran robotaxi pada 22 Juni 2025 mendatang.

    Saat Musk mengumbar soal robotaxi, ia membagikan klip video Model Y dan Model X yang dibenamkan teknologi robotaxi dan melintas di jalan raya Austin.

    Demo Besar-besaran

    Kelompok advokasi keselamatan publik mengatakan bahwa sistem pengemudian otomatis parsial Tesla (Autopilot) memiliki masalah keselamatan. Namun, fitur premium FSD juga belum sepenuhnya aman.

    Kendaraan dengan sistem FSD, yang mencakup fitur-fitur seperti menjaga lajur, kemudi, dan parkir otomatis, telah terlibat dalam ratusan tabrakan, termasuk puluhan kematian, menurut data Administrasi Keselamatan Lalu Lintas Jalan Raya Nasional (NHTSA).

    Robotaxi Tesla yang direncanakan meluncur pada 22 Juni 2025 dilengkapi dengan software FSD terbaru. Teknologi FSD “tanpa pengawasan” itu belum tersedia untuk umum.

    Beberapa kelompok di Austin pada pekan lalu memprotes peluncuran pilot robotaxi Tesla dan keterlibatan Musk dalam pemerintahan Trump.

    Dawn Project, kelompok keselamatan teknologi yang mengkritik kemampuan FSD Tesla, mendemonstrasikan situasi keselamatan menggunakan Model Y yang dilengkapi dengan software yang tersedia saat ini.

    Dalam demonstrasi FSD, Model Y melaju melewati bus sekolah yang berhenti dengan tanda berhenti dan menabrak manekin seukuran anak-anak yang ditarik di depan mobil yang sedang melaju, yang mensimulasikan seorang anak berlari menyeberang jalan untuk mengejar bus.

    Pendiri Dawn Project Dan O’Dowd juga mengelola Green Hills Software, yang menjual teknologi kepada pesaing Tesla.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Grab Ungkap Perbedaan Driver Berpendapatan Rp6,8 Juta vs Rp1,3 Juta

    Grab Ungkap Perbedaan Driver Berpendapatan Rp6,8 Juta vs Rp1,3 Juta

    Bisnis.com, JAKARTA —  Country Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi mengatakan pendapatan tertinggi mitra driver Grab untuk roda dua dapat menyentuh Rp6,8 juta per bulan. Sementara itu untuk pengemudi roda empat dapat menyentuh Rp18 juta. Di sisi lain, pendapatan terendah sekitar Rp1,3 juta. 

    Neneng menuturkan Grab Indonesia membagi kelas mitra pengemudi menjadi 4 kelas yaitu Jawara, Ksatria, Pejuang, dan Anggota. Untuk kelas Jawara, pendapatan yang dibukukan dapat menyentuh Rp6,8 juta per bulan di wilayah Bali. 

    “Kalau jawara pendapatan rata-rata ya ini 6,8 juta. Dia jumlah harinya dia narik tuh 25 hari. Dari 1-30 April. Jumlah jam nariknya dia itu sekitar 6 jam, jumlah orderannya sekitar 20 per hari,” kata Neneng, dikutip Senin (16/6/2025). 

    Neneng mengatakan pendapatan besar tersebut berhasil dibawa pulang karena driver bersangkutan sangat fokus dalam mengejar penumpang dan hanya menggunakan satu aplikasi. 

    Sementara itu yang terjadi di lapangan, kata Neneng, pengemudi driver memiliki banyak yang punya 4-5 aplikasi. 

    Adapun bagi driver yang mendapat pendapatan rendah Rp1,6 juta per bulan, menurut Neneng, karena statusnya mereka hanya Anggota, dengan waktu bekerja hanya 13 hari. 

    “Karena dia juga cuma nariknya rata-ratanya cuma 13 hari kok. Terus jumlah jam nariknya juga cuma 3 jam. Mungkin pagi-pagi dia narik sebentar sebelum ke kantor gitu ya. Terus siang dia narik sebentar sambil makan, sambil dia narik. Atau malam dia sambil pulang, sambil bawa penumpang juga gitu. Jumlah orderannya 9,” kata Neneng. 

    Sementara itu driver Grab pengemudi roda empat yang full time di Bali, bisa mengantongi pendapatan hingga Rp18 juta per bulan.

    “26 hari, 6 jam, 11 strip. Dia menggunakan satu aplikasi biasanya kan. Gak mungkin jawara itu dua aplikasi. 18 juta. Nah yang anggota kurang lebih 3,2 juta,” kata Neneng. 

    Nasib Status Mitra

    Neneng juga menyampaikan, jika mitra pengemudi diubah statusnya menjadi pekerja, maka peluang untuk mendapatkan kesempatan berusaha melalui platform digital menjadi terbatas. Hanya sebagian kecil dari mitra dengan kinerja terbaik yang masih dapat terserap.

    “Kalau jadi karyawan, berapa persen yang bisa diserap?” kata Neneng.

    Pada 2021, Neneng menuturkan bahwa Spanyol telah mengeluarkan Riders Law yang menjadikan mitra online delivery menjadi karyawan. Kendati begitu, hanya 17% mitra yang dapat terserap menjadi karyawan tetap. 

    Kondisi ini terjadi pada salah satu aplikasi yang masih bertahan di Spanyol, Glovo, yang hanya bisa menyerap 17% dari jumlah mitra terdaftar, sedangkan 83% mitra diputus mitra dan tidak memiliki kesempatan pendapatan.

    Sementara itu, aplikasi Uber melakukan putus mitra pengemudi dan aplikasi Deliveroo memilih untuk hengkang dari Spanyol. 

    “Kebayang kalau di Indonesia ternyata hanya 17% saja yang bisa diserap. Yang lain mau kemana? Bagaimana cara mereka mendapatkan income?” ujar Neneng.

  • Mitra Ojol Tuntut Ubah Status Jadi Pekerja Tetap, Grab Wanti-wanti Hal Ini

    Mitra Ojol Tuntut Ubah Status Jadi Pekerja Tetap, Grab Wanti-wanti Hal Ini

    Bisnis.com, JAKARTA – Grab Indonesia menyebut, adanya perubahan status dari mitra pengemudi transportasi online menjadi pekerja tetap dapat menimbulkan efek domino.

    Country Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi menyampaikan, jika mitra pengemudi diubah statusnya menjadi pekerja, maka peluang untuk mendapatkan kesempatan berusaha melalui platform digital menjadi terbatas. Hanya sebagian kecil dari mitra dengan kinerja terbaik yang masih dapat terserap.

    “Kalau jadi karyawan, berapa persen yang bisa diserap?” kata Neneng dalam diskusi bersama media di Jakarta Pusat, dikutip Sabtu (14/6/2025).

    Pada 2021, Neneng menuturkan bahwa Spanyol telah mengeluarkan Riders Law yang menjadikan mitra online delivery menjadi karyawan. Kendati begitu, hanya 17% mitra yang dapat terserap menjadi karyawan tetap. 

    Kondisi ini terjadi pada salah satu aplikasi yang masih bertahan di Spanyol, Glovo, yang hanya bisa menyerap 17% dari jumlah mitra terdaftar, sedangkan 83% mitra diputus mitra dan tidak memiliki kesempatan pendapatan.

    Sementara itu, aplikasi Uber melakukan putus mitra pengemudi dan aplikasi Deliveroo memilih untuk hengkang dari Spanyol. 

    “Kebayang kalau di Indonesia ternyata hanya 17% saja yang bisa diserap. Yang lain mau kemana? Bagaimana cara mereka mendapatkan income?” ujar Neneng.

    Terlebih, lanjut Neneng, ada hak dan kewajiban yang perlu dilakukan oleh pekerja. Neneng menyebut, para mitra yang telah berubah statusnya ini tidak dapat memilih jam kerja atau jenis layanan sesuai keinginan.

    Selain itu, ada persyaratan administratif dan kualifikasi tertentu yang harus dipenuhi sesuai kebutuhan perusahaan.

    Di sisi lain, Neneng menyebut bahwa menyusutnya jumlah mitra pengemudi juga dapat menimbulkan efek domino terhadap UMKM di Indonesia.

    Neneng mengatakan, menyusutnya jumlah mitra pengemudi dapat mengurangi layanan pengantaran makanan dan barang dari UMKM. 

    Dia mencontohkan, setelah pengadilan di Jenewa, Swiss menerapkan kebijakan serupa, jumlah pengemudi menurun menjadi 67%, terutama mereka yang membutuhkan fleksibilitas dikarenakan perusahaan menetapkan syarat yang lebih ketat.

    Akibatnya, kata Neneng, permintaan terhadap layanan pemesanan makanan turun sebesar 42%. Potensi pendapatan yang hilang bagi restoran diperkirakan mencapai 16 juta Euro atau setara Rp260 miliar.

    “Kalau kita lihat 90% dari Merchant Grabfood itu adalah UMKM. Nah, penyusutan jumlah mitra, itu akan menggerus arus ekonomi UMKM yang mayoritasnya mengandalkan pesanan online,” tuturnya. 

  • Grab nilai skema pengangkatan karyawan rugikan mitra pengemudi

    Grab nilai skema pengangkatan karyawan rugikan mitra pengemudi

    Ilustrasi – Sejumlah pengemudi ojek daring menunggu penumpang di Jalan Raya Margonda, Kota Depok, Jawa Barat, Rabu (20/3/2024). ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/foc/pri. (ANTARA FOTO/YULIUS SATRIA WIJAYA)

    Grab nilai skema pengangkatan karyawan rugikan mitra pengemudi
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Sabtu, 14 Juni 2025 – 07:19 WIB

    Elshinta.com – Country Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi menilai bahwa mengubah status mitra pengemudi menjadi karyawan tetap berpotensi menimbulkan dampak negatif bagi para mitra pengemudi ojek daring.

    Menurut Neneng dalam jumpa pers di Jakarta Selatan, Jumat (13/6), apabila seluruh mitra pengemudi harus diangkat menjadi karyawan, hanya sebagian kecil yang kemungkinan besar bisa diserap oleh perusahaan. Keterbatasan itu didasari oleh pertimbangan hak-hak yang harus dipenuhi perusahaan kepada karyawan seperti gaji, cuti, pensiun, dan lainnya.

    Ia mencontohkan kasus di Spanyol di mana pada tahun 2021 pemerintah negara tersebut mengeluarkan kebijakan Riders’ Law yang mewajibkan mitra kurir daring diangkat menjadi karyawan. Saat penerapannya, salah satu aplikasi yang beroperasi di negara tersebut hanya mampu mengangkat 17 persen mitra pengemudi menjadi karyawan tetap.

    “Kebayang kalau di Indonesia hanya 17 persen yang bisa diserap, yang lain mau ke mana? Bagaimana mereka mendapatkan income (pendapatan)?” ujar Neneng.

    Lebih lanjut, ia menekankan bahwa status sebagai karyawan memiliki hak dan kewajiban yang berbeda dibandingkan dengan skema kemitraan. Dengan status sebagai karyawan, pengemudi akan memiliki jam kerja tetap, melalui proses seleksi ketat seperti wawancara dan evaluasi rutin, serta bisa diberhentikan jika kinerja tidak memenuhi standar perusahaan.

    “Begitu dia di-PHK, panik cari kerja, kan nggak gampang. Kecuali memang banyak sekali lapangan pekerjaan tersedia,” jelasnya.

    Di samping dampaknya terhadap pengemudi, Neneng juga menyoroti efek domino terhadap sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Menurut Neneng, menyusutnya jumlah mitra pengemudi akan berdampak langsung terhadap layanan pengantaran makanan dan barang dari pelaku UMKM, yang selama ini bergantung pada platform daring.

    Ia mengambil contoh di Jenewa, Swiss, di mana setelah Uber Eat diwajibkan menjadikan mitra pengemudi sebagai karyawan, permintaan layanan makanan menurun hingga 42 persen.

    “Sebanyak 90 persen merchant GrabFood adalah UMKM. Kalau jumlah mitra menyusut, ini bisa menggerus arus ekonomi UMKM yang mayoritas mengandalkan pesanan online,” katanya.

    Sumber : Antara

  • Raja Ojol Tutup di RI, Makin Ganas Bawa Kiamat Driver Online

    Raja Ojol Tutup di RI, Makin Ganas Bawa Kiamat Driver Online

    Jakarta, CNBC Indonesia – Raksasa ride hailing, Uber bekerja sama dengan perusahaan teknologi tanpa pengemudi, Wayve. Ini menjadi tanda perusahaan yang pernah beroperasi di Indonesia itu ikut masuk ke sektor mobil otonom.

    Wayve yang berasal dari London, Inggris merupakan pengembang software untuk kendaraan tanpa pengemudi. Perusahaan itu menggunakan AI untuk kendaraan bisa menilai lingkungan di sekitarnya.

    Kolaborasi keduanya akan meluncurkan uji coba kendaraan otonom di Inggris pada 2026 mendatang. Nantinya penumpang bisa menggunakan Uber tanpa pengemudi atau sebagai standar Level 4 pada uji coba yang jadi pertama untuk perusahaan.

    “Kerja sama dengan Wayve membawa selangkah lebih dekat dengan visi menjadikan otonom sebagai pilihan aman dan andal bagi pengendara di mana saja,” kata Presiden dan kepala operasi Uber, Andrew MacDonald, dikutip dari CNBC Internasional, Kamis (12/6/2025).

    Sementara itu, CEO dan salah satu pendiri Wayve, Alex Kendall menjelaskan ini menjadi momen penting bagi kendaraan otonom di Inggris. Pihak perusahaan juga tengah menyiapkan penerapan AI Driver di jalanan kota London.

    “Bersama Uber dan mitra OEM global, kami mempersiapkan diri menerapkan teknologi AI Driver kami di jalanan London,” jelasnya.

    Baik Uber dan Wayve menyatakan bekerja sama dengan pemerintah Inggris serta Transport for London, otoritas utama pengawas transportasi di kota tersebut. Dari keduanya, mereka mendapatkan persetujuan dan izin sebelum bisa melakukan uji coba.

    Pemerintah Inggris diketahui sudah membuka jalan untuk menguji kendaraan tanpa supir di negaranya. Tahun lalu aturan soal itu telah disahkan untuk bisa dijalankan mulai tahun depan.

    Sebagai informasi, Uber dulunya pernah tersedia di Indonesia dan menjadi salah satu ‘raja’ platform ojek online. Namun, Uber akhirnya angkat kaki dari Indonesia dan menjual semua unit bisnisnya di Asia Tenggara ke Grab pada 2018 silam.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Koalisi Ojol hingga DPR Tolak Konvensi ILO, Ini Alasannya

    Koalisi Ojol hingga DPR Tolak Konvensi ILO, Ini Alasannya

    Jakarta: Koalisi ojek online (ojol) bersama DPR menyampaikan sikap menolak intervensi lembaga internasional terhadap sistem kemitraan ojek online di Indonesia.

    Penolakan itu disampaikan sebagai respons atas pernyataan Dirjen PHI dan Jamsos Kemnaker, Indah Anggoro Putri, yang mewakili Menteri Ketenagakerjaan dalam forum ILO.

    Indonesia diketahui mendukung konvensi tersebut, yang dianggap KON bertentangan dengan realitas kemitraan ojol.

    “ILO nggak ada urusannya dengan nasib ojol di Indonesia, karena ojol bukan pekerja dan bukan buruh. Kami tolak intervensi ILO,” ujar Ketua Umum Koalisi Ojol Nasional (KON), Andi Kristiyanto dalam keterangan resminya, Rabu, 11 Juni 2025.

    Andi juga menilai ada pihak-pihak tertentu yang berupaya mengarahkan opini publik agar ojol dianggap sebagai pekerja tetap. Ia meminta pemerintah dan DPR tidak terpengaruh oleh narasi yang dianggap ditunggangi kepentingan tertentu. 
     

    Dukungan terhadap posisi Koalisi Ojol juga datang dari anggota Komisi IX DPR RI Fraksi Gerindra, H. Obon Tabroni. Menurutnya, ojol bukan pekerja, melainkan mitra.

    “Awalnya saya ragu, tapi setelah mendengarkan masukan dari Koalisi Ojol, saya sadar bahwa benar mereka bukan buruh. Mereka mitra,” ujar Obon, yang kini tergabung dalam tim revisi UU Ketenagakerjaan.

    Koalisi Ojol Nasional juga membacakan petisi berisi empat poin penolakan, termasuk menolak politisasi isu ojol, keberatan atas pemotongan 10% tanpa kajian, serta menolak pengakuan ojol sebagai pekerja tetap.

    Sebelumnya, rencana penerapan Konvensi ILO untuk mereklasifikasi mitra ojek online menjadi pekerja tetap dinilai bisa memicu gejolak ekonomi. Direktur Eksekutif Modantara, Agung Yudha, menyebut dampaknya bisa merembet ke UMKM, layanan publik, hingga meningkatnya angka pengangguran. 

    Menurut Agung, jika reklasifikasi dipaksakan hanya 10–30% mitra pengemudi yang bisa terserap sebagai karyawan. Sisanya, 70-90%, diprediksi akan kehilangan pekerjaan.

    “Pemaksaan kebijakan ini dapat menyebabkan efek domino berupa menurunnya pendapatan jutaan UMKM, meningkatnya pengangguran, dan hilangnya kepercayaan investor,” kata Agung.

    Industri pengantaran dan mobilitas digital disebut menyumbang hingga 2% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Jika sistem kemitraan diganti total, kontribusi ini diperkirakan menurun drastis, dengan potensi kerugian mencapai Rp178 triliun.

    Beberapa temuan dampak serupa juga terjadi di negara lain. Di Spanyol, setelah reklasifikasi, Uber memutus kemitraan dan Deliveroo hengkang dari pasar. Di Inggris dan AS, harga layanan naik dan volume pemesanan menurun drastis. Penurunan pendapatan UMKM, gangguan layanan logistik, dan risiko krisis sosial menjadi kekhawatiran utama.

    Jakarta: Koalisi ojek online (ojol) bersama DPR menyampaikan sikap menolak intervensi lembaga internasional terhadap sistem kemitraan ojek online di Indonesia.
     
    Penolakan itu disampaikan sebagai respons atas pernyataan Dirjen PHI dan Jamsos Kemnaker, Indah Anggoro Putri, yang mewakili Menteri Ketenagakerjaan dalam forum ILO.
     
    Indonesia diketahui mendukung konvensi tersebut, yang dianggap KON bertentangan dengan realitas kemitraan ojol.

    “ILO nggak ada urusannya dengan nasib ojol di Indonesia, karena ojol bukan pekerja dan bukan buruh. Kami tolak intervensi ILO,” ujar Ketua Umum Koalisi Ojol Nasional (KON), Andi Kristiyanto dalam keterangan resminya, Rabu, 11 Juni 2025.
     
    Andi juga menilai ada pihak-pihak tertentu yang berupaya mengarahkan opini publik agar ojol dianggap sebagai pekerja tetap. Ia meminta pemerintah dan DPR tidak terpengaruh oleh narasi yang dianggap ditunggangi kepentingan tertentu. 
     

     
    Dukungan terhadap posisi Koalisi Ojol juga datang dari anggota Komisi IX DPR RI Fraksi Gerindra, H. Obon Tabroni. Menurutnya, ojol bukan pekerja, melainkan mitra.
     
    “Awalnya saya ragu, tapi setelah mendengarkan masukan dari Koalisi Ojol, saya sadar bahwa benar mereka bukan buruh. Mereka mitra,” ujar Obon, yang kini tergabung dalam tim revisi UU Ketenagakerjaan.
     
    Koalisi Ojol Nasional juga membacakan petisi berisi empat poin penolakan, termasuk menolak politisasi isu ojol, keberatan atas pemotongan 10% tanpa kajian, serta menolak pengakuan ojol sebagai pekerja tetap.
     
    Sebelumnya, rencana penerapan Konvensi ILO untuk mereklasifikasi mitra ojek online menjadi pekerja tetap dinilai bisa memicu gejolak ekonomi. Direktur Eksekutif Modantara, Agung Yudha, menyebut dampaknya bisa merembet ke UMKM, layanan publik, hingga meningkatnya angka pengangguran. 
     
    Menurut Agung, jika reklasifikasi dipaksakan hanya 10–30% mitra pengemudi yang bisa terserap sebagai karyawan. Sisanya, 70-90%, diprediksi akan kehilangan pekerjaan.
     
    “Pemaksaan kebijakan ini dapat menyebabkan efek domino berupa menurunnya pendapatan jutaan UMKM, meningkatnya pengangguran, dan hilangnya kepercayaan investor,” kata Agung.
     
    Industri pengantaran dan mobilitas digital disebut menyumbang hingga 2% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Jika sistem kemitraan diganti total, kontribusi ini diperkirakan menurun drastis, dengan potensi kerugian mencapai Rp178 triliun.
     
    Beberapa temuan dampak serupa juga terjadi di negara lain. Di Spanyol, setelah reklasifikasi, Uber memutus kemitraan dan Deliveroo hengkang dari pasar. Di Inggris dan AS, harga layanan naik dan volume pemesanan menurun drastis. Penurunan pendapatan UMKM, gangguan layanan logistik, dan risiko krisis sosial menjadi kekhawatiran utama.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (PRI)

  • INDEF dorong kebijakan koperasi Prabowo diterapkan di Kota: Jadi pilar keadilan sosial

    INDEF dorong kebijakan koperasi Prabowo diterapkan di Kota: Jadi pilar keadilan sosial

    Sumber foto: Istimewa/elshinta.com.

    INDEF dorong kebijakan koperasi Prabowo diterapkan di Kota: Jadi pilar keadilan sosial
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Selasa, 10 Juni 2025 – 16:57 WIB

    Elshinta.com – Urbanisasi di Indonesia terus melaju cepat. Data terbaru menunjukkan bahwa 59 persen penduduk Indonesia – atau sekitar 167 juta jiwa – kini tinggal di wilayah perkotaan.

    Angka ini diperkirakan melonjak menjadi 70 persen pada tahun 2045. Di tengah lonjakan ini, kemiskinan kota menjadi tantangan nyata yang harus dijawab dengan kebijakan inovatif, adil, dan berkelanjutan.

    Ekonom senior INDEF, Prof. Didik J. Rachbini menilai langkah Presiden RI Prabowo Subianto, melalui arah kebijakan ekonominya, akan dapat mendorong transformasi struktural yang tidak hanya bertumpu pada pertumbuhan semata, tetapi juga pada pemerataan.

    Salah satu gagasan strategis yang mencuat adalah pengembangan koperasi digital sebagai jawaban atas ketimpangan model bisnis digital saat ini.

    “Teknologi, sistem keuangan, inovasi, dan kewirausahaan di kota lebih siap. Contoh bisnis digital yang hebat dan sukses besar adalah Gojek. Tetapi model seperti ini hanya menguntungkan perusahaan dan meninggalkan masa depan pengemudi,” ujar Didik dalam keterangannya, dikutip Selasa (10/6).

    Menurut Didik, dalam kerangka ideologi sosialisme pasar yang kini dijalankan pemerintahan Prabowo, platform digital seperti Gojek seharusnya dikembangkan menjadi koperasi, agar para pengemudi juga memiliki hak kepemilikan atas platform yang mereka jalankan setiap hari.

    “Gojek akan lebih baik dibangun dan ditransformasikan menjadi koperasi. Para driver menjadi pemilik entitas bisnisnya. Platform dan aplikasinya dijalankan oleh pengurus koperasi,” jelas Didik.

    Lebih jauh, ia menyarankan agar pemerintah melalui entitas seperti Danantara membangun platform transportasi digital nasional dengan model bisnis koperasi. Contohnya bisa mengacu pada Co-op Ride di New York City—layanan ride-sharing yang dimiliki dan dikelola langsung oleh para pengemudinya, bukan oleh korporasi teknologi besar seperti Uber dan Lyft.

    “Model koperasi transportasi digital ini lebih feasible secara ekonomi karena masyarakat perkotaan kini jauh lebih banyak dibandingkan masyarakat pedesaan. Ini lebih sesuai dengan ideologi pemerintah saat ini,” tambahnya.

    Meskipun koperasi pedesaan seperti Koperasi Merah Putih tetap penting dalam distribusi logistik dan pemberdayaan desa, model koperasi digital untuk kota besar dinilai juga strategis untuk menjawab tantangan ketimpangan di era ekonomi digital.

    Didik juga menyoroti bahwa kebijakan ekonomi Presiden Prabowo sangat dipengaruhi oleh pemikiran Prof. Sumitro Djojohadikusumo, tokoh ekonomi nasional yang juga ayahanda Prabowo.

    “Presiden Prabowo pasti dipengaruhi oleh pemikiran Prof. Sumitro. Ideologi Sumitro sulit dipisahkan dari corak nasionalisme yang menempatkan ekonomi Pancasila sebagai pengejawantahan nilai-nilai UUD 1945. Perubahan ekonomi harus diarahkan untuk kepentingan rakyat banyak dengan peran negara yang kuat,” jelas Didik.

    Dalam bukunya Paradoks Indonesia, Prabowo menegaskan pentingnya ekonomi konstitusi—sebuah pendekatan ekonomi yang mengedepankan keadilan sosial dan peran aktif negara dalam melindungi rakyat dari ketimpangan struktural pasar bebas.

    “Model bisnis [Gojek] yang tidak menyertakan pengemudi sebagai stakeholders utama adalah cerminan kapitalisme murni. Pemerintahan Prabowo lebih menekankan sosialisme pasar,” tegas Didik.

    Sumber : Elshinta.Com

  • Nasib Raja Ojol Makin Sengsara Usai Tutup di RI

    Nasib Raja Ojol Makin Sengsara Usai Tutup di RI

    Jakarta, CNBC Indonesia – Bisnis transportasi Uber terus memburuk di Amerika Serikat (AS). Pendapatan perusahaan terus melambat sejak pandemi hingga sekarang.

    Pendapatan Uber pada kuartal I-2025 naik 14% menjadi US$11,53 miliar (Rp 189,9 triliun). Sementara unit pemesanan naik 15% dan pengiriman bertambah 18%.

    Perusahaan memperkirakan pemesanan dan laba pada kuartal kedua akan berada di atas target Wall Street. Reuters melaporkan perkiraan ini karena perkembangan Uber di dunia internasional dan bisnis pengiriman yang terus meluas.

    Bisnis raksasa ojek online yang tutup di Indonesia pada 2018 itu masih tertolong dari pasar internasional dan kemitraan dengan kendaraan otonom.

    “Perusahaan melihat perjalanan internasional lebih tinggi dan sedikit karena perjalanan masuk AS yang lebih rendah,” kata CFO Uber, Prashanth Mahendra-Rajah, dikutip dari Reuters, Kamis (8/5/2025).

    Sebelumnya, Uber diketahui membeli 85% saham Trendyl Go, sebuah platform pengiriman makanan dan bahan makanan. Jumlah saham yang dibeli mencapai US$700 juta (Rp 11,5 triliun).

    Selain itu, Uber juga bermitra dengan perusahaan China bernama Pony AI. Kerja sama tersebut terkait penggunaan kendaraan pengembang robotaxi ke dalam platform ride hailing.

    Uber telah meluncurkan robotaxi di Austin, Texas tahun 2025. Proyek tersebut adalah hasil kerja sama antara perusahaan dengan Waymo yang dimiliki Alphabet.

    Menurut Uber, layanan tersebut mengalami peningkatan yang cukup tinggi dari pemanfaatannya. Perusahaan juga berencana terus meningkatkan jumlah kendaraannya.

    (dem/dem)

  • Raja Ojol Terusir dari RI, Makin Ganas Bawa Kiamat Driver Online

    Raja Ojol Terusir dari RI, Makin Ganas Bawa Kiamat Driver Online

    Jakarta, CNBC Indonesia – Raksasa ride-hailing Uber pernah mengadu nasib di pasar Indonesia, sebelum kemudian memutuskan hengkang. Uber menjual bisnisnya di kawasan Asia Tenggara kepada Grab pada 2018 dan fokus menggarap negara-negara lain.

    Dalam beberapa tahun terakhir, Uber gencar mengekspansi layanannya dengan turut berkompetisi di industri taksi otomatis (robotaxi). Hal ini dilakukan dengan menggandeng beberama mitra penyedia teknologi mobil otomatis (autonomous vehicles/AV).

    Terbaru, Uber mengumumkan bermitra dengan startup pengemudian otomatis (self-driving) asal China, Momenta, untuk meluncurkan layanan robotaxi di luar kawasan Amerika Serikat (AS) dan China.

    Pesatnya pertumbuhan robotaxi ini turut memunculkan kekhawatiran ‘kiamat’ driver online. Pasalnya, kendaraan otomatis sudah tak membutuhkan peran manusia sebagai pengemudi.

    Uber mengatakan kemitraan terbarunya bertujuan menggabungkan jaringan ride-hailing global dengan teknologi Momenta untuk memberikan layanan robotaxi yang aman dan efisien.

    Target layanan ini ditargetkan mulai beroperasi di Eropa pada awal 2026 mendatang, dikutip dari CNBC International, Senin (5/5/2025).

    “Kolaborasi ini membawa keahlian jaringan ride-sharing Uber di kancah global dengan teknologi pengemudian otomatis berbasis AI dari Momenta. Hal ini akan menbuka jalan di masa depan yang memungkinkan penumpang di seluruh dunia merasakan manfaat mobilitas robotaxi yang terjangkau dan bisa diandalkan,” kata CEO Dara Khosrowshahi dalam keterangan resminya.

    “Kolaborasi ini merupakan kunci yang dibutuhkan untuk membangun ekosistem yang memperluas pengemudian otomatis di seluruh dunia,” kata CEO Momenta Xudong Cao.

    Momenta merupakan perusahaan berbasis Beijing yang memimpin teknologi pengemudian otomatis yang disebut ‘two-leg’. Teknologinya menawarkan Mpilot, yakni sistem bantuan pengemudian berskala besar, serta MSD yang bertujuan menggelontorkan pengemudian otomatis secara penuh.

    Perusahaan memiliki pengalaman selama bertahun-tahun dalam mengoperasikan kendaraan otomatis di berbagai kota di China. Momenta juga merupakan mitra beberapa manufaktur otomotif besar di China.

    Kompetisi robotaxi memang kian gencar. Uber selama ini telah bermitra dengan perusahaan-perusahaan kawakan seperti Motional dan Waymo di AS. Ini adalah kemitraan pertama Uber dengan startup China.

    (fab/fab)

  • Pencuri Pelat Besi di Kolong Tol Tanjung Priok Sudah Ditangkap, Pelaku Beraksi sejak 2016 – Halaman all

    Pencuri Pelat Besi di Kolong Tol Tanjung Priok Sudah Ditangkap, Pelaku Beraksi sejak 2016 – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pria berinisial SW (43) ditangkap oleh Satreskrim Polres Metro Jakarta Utara atas dugaan pencurian pelat besi di kolong jalan tol, Kelurahan Papanggo, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara.

    Pelaku yang sudah ditetapkan sebagai tersangka ini ditangkap pada Rabu (23/4/2025).

    “Sudah (ditangkap),” ucap Kasatreskrim Polres Metro Jakarta Utara, AKBP Benny Cahyadi, saat dikonfirmasi Warta Kota, Minggu (27/4/2025).

    Menurut Benny, pelaku mencuri pelat besi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

    “Pasal yang dikenakan terkait tindak pidana pencurian,” ucap Benny.

    Pencurian ini dilakukan bertahap sejak tahun 2016.

    Berdasarkan laporan dari pengelola tol, sebanyak 400 lebih pelat besi yang berfungsi sebagai pelapis beton di kolong tol dilaporkan hilang.

    Polisi saat ini masih memburu dua pelaku lain yang diduga terlibat dalam kasus ini.

    Selain itu, penyidik juga sedang mengembangkan kasus untuk mengungkap pihak yang menjadi penadah barang curian.

    “Penadahnya masih dalam pengembangan,” ucap Benny.

    Diberitakan sebelumnya, ratusan pelat besi pelindung beton yang terpasang di bawah jalan tol tersebut dicuri.

    Rangkaian pelat besi ini dicuri oleh orang tak bertanggung jawab dari kolong jalan tol dalam kota, tepatnya di wilayah Kelurahan Papanggo, Kecamatan Tanjung Priok.

    Peristiwa pencurian pelat besi jalan tol ini telah terjadi berkali-kali dan diketahui oleh warga yang tinggal di sekitar kolong tol.

    Pencurian pelat besi ini terakhir kalinya diketahui warga pada Kamis (17/4/2025) dini hari atau beberapa jam setelah kebakaran sampah di kolong tol yang terjadi Rabu (16/4/2025) sore.

    Seorang warga penghuni kolong tol, Jaya, adalah orang yang memergoki para pelaku pencurian itu.

    Menurut Jaya, pada Kamis dini hari, terdengar suara berisik dari salah satu sudut di kolong tol.

    Merasa penasaran, ia pun mendatangi sumber suara dan memergoki bahwa ada dua orang pria yang sedang berupaya mencopot pelat besi itu.

    “Ini yang semalam ini, yang waktu habis kebakaran, pas malamnya. Masih disempetin nyolong.” 

    “Ada bunyi dia ketok-ketok, jangan-jangan ada pencuri pelat,” kata Jaya saat ditemui Tribun Jakarta di lokasi, Rabu (23/4/2025).

    Jaya langsung berusaha mengejar para pelaku, akan tetapi mereka sudah terlanjur lari menjauhi kolong tol.

    Saat itu, Jaya mendapati perkakas berupa obeng milik pelaku tertinggal di kolong tol yang menjadi lokasi pencurian pelat besi.

    “Pelatnya itu panjang hampir 3 meter, lebarnya sekitar 1 meter lebih. Ini alat yang buat nyongkel dia, pakai obeng. Saya mergokin, ini ketinggalan, sudah saya uber (kejar),” ungkapnya.

    Peristiwa pencurian pelat besi ini, jelas Jaya, sudah terjadi berulang kali.

    Bahkan, menurutnya sudah ada ratusan pelat besi yang dicuri orang tak bertanggung jawab untuk dijual ke pengepul.

    Sebagian artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul Polres Metro Jakut Tangkap Pencuri Pelat Baja Kolong Tol di Papanggo, Aksi Dilakukan Sejak 2016.

    (Tribunnews.com/Deni)(WartaKotalive.com/Ramadhan L Q)(TribunJakarta.com/Gerald Leonardo)