Perusahaan: Twitter

  • Threads Tambahkan Fitur Podcast untuk Menarik Pendengar ke Platformnya

    Threads Tambahkan Fitur Podcast untuk Menarik Pendengar ke Platformnya

    Sebelumnya, Threads, platform media sosial pesaing X (sebelumnya Twitter), merilis dua fitur penting yang dirancang untuk mempermudah pengguna dalam mengendalikan percakapan.

    Dilansir Tech Crunch, Minggu (2/11/2025), fitur utama yang diluncurkan adalah ‘Persetujuan Balasan (Reply Approvals)’ dan ‘Activity Feed Filters’.

    Pembaruan ini dilakukan seiring dengan meningkatnya jumlah pengguna Threads yang dilaporkan telah mencapai lebih dari 150 juta pengguna aktif harian.

    Fitur andalan dalam pembaruan ini adalah Persetujuan Balasan. Dengan fitur ini, pengguna dapat menyaring dan memilih balasan mana saja yang diizinkan untuk muncul di bawah postingan mereka secara publik.   

    Pengguna dapat mengaktifkan opsi Reply Approvals untuk postingan individu. Selain itu, setiap balasan yang masuk akan ditahan sementara di tab ‘Diabaikan (Ignored)’, menunggu persetujuan dari pembuat postingan.

    Pembuat postingan bisa meninjau balasan tersebut dan memilih ‘Menyetujui’ agar balasan tersebut tampil di publik atau membiarkannya. Namun, pengguna tetap dapat membuka kolom balasan untuk semua orang.

    Meta menjelaskan tujuan fitur ini adalah untuk membantu pengguna menetapkan topik percakapan mereka sendiri dan menjaga diskusi agar tetap fokus.

    Selain Persetujuan Balasan, Threads juga meluncurkan pembaruan pada Activity Feed. Pengguna dapat menggunakan filter Activity Feed untuk mengatur notifikasi balasan mereka. Fitur ini memungkinkan pengguna untuk melihat balasan dari orang yang diikuti dan balasan yang menyebutkan (mentions) pengguna.

    Filter ini akan sangat membantu bagi pengguna yang selalu berinteraksi sehingga mereka dapat memastikan tanggapan dari koneksi yang penting. Pembaruan ini menandakan Threads sebagai platform yang lebih ramah pengguna.

  • Fenomena Aneh di Dasar Laut Alaska, Penemuan Benda Mirip Telur Emas

    Fenomena Aneh di Dasar Laut Alaska, Penemuan Benda Mirip Telur Emas

    Jakarta

    Para peneliti dibuat bingung dengan temuan benda berwarna emas dan berlubang di dasar laut lepas pantai Alaska. Benda berkilau itu halus saat disentuh, seperti jaringan kulit.

    National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) menyebutkan, para ahli tidak yakin apa sebenarnya benda itu. Mereka menduga benda itu mungkin sisa-sisa cangkang telur atau spons laut.

    “Sesuatu mencoba masuk atau keluar dari benda ini,” kata seorang peneliti saat siaran langsung penemuan benda tersebut, dikutip dari Daily Mail.

    Foto: NOAA

    ‘Telur’ itu ditemukan di kedalaman sekitar 3.000 meter selama ekspedisi yang dipimpin oleh NOAA dan disiarkan secara online. NOAA memposting foto tersebut ke Twitter (sekarang X) dan menyebutnya bola emas. Mereka mengatakan, kemungkinan besar benda itu adalah cangkang telur.

    NOAA mengerahkan lengan robot yang dioperasikan dari jarak jauh untuk ‘menggelitik’ objek tersebut dan mengeluarkannya dari batunya.

    Makhluk tersebut kemudian disedot ke dalam tabung untuk membawanya ke pantai untuk dilakukan tes DNA di laboratorium. Hasil tes DNA nantinya diharapkan dapat mengungkap lebih banyak tentang makhluk tersebut.

    Para ahli masih ragu-ragu mengenai apa yang menyebabkan lubang menganga di bagian depan benda itu. Namun bisa jadi hal tersebut disebabkan oleh pertengkaran dengan makhluk laut lain.

    Foto: NOAA

    Mengingat dua pertiga kehidupan di lautan dalam masih banyak yang tidak diketahui, temuan ‘telur emas’ ini dapat menjadi pengetahuan baru yang menarik.

    Kerry Howell, seorang profesor ekologi laut dalam di Plymouth University, sepakat bahwa objek tersebut aneh dan misterius.

    “Selama 20 tahun menjelajahi laut dalam, saya belum pernah melihat yang seperti ini. Selalu menarik untuk melihat hal-hal baru dan saya akan menunggu analisis sampel untuk memahami apa sebenarnya benda itu,” ujarnya.

    “Ada banyak spesies yang belum ditemukan di laut dalam sehingga hal ini dapat dengan mudah dikaitkan dengan spesies baru,” tambahnya.

    (rns/rns)

  • OpenAI Rilis GPT-5.1 dengan Model Instant dan Thinking, Tawarkan 8 Gaya Percakapan

    OpenAI Rilis GPT-5.1 dengan Model Instant dan Thinking, Tawarkan 8 Gaya Percakapan

    Sebelumnya, Studo Ghibli bersama dengan sejumlah penerbit Jepang secara resmi melayangkan tuntutan kepada OpenAI, di mana pelopor teknologi kecerdasan buatan (AI) itu diminta berhenti memakai karya mereka untuk melatih model video AI terbaru, yakni Sora 2.

    Langkah hukum ini diajukan oleh The Content Overseas Distribution Association (CODA), organisasi antipembajakan yang mewakili Studio Ghibli, Bandai Namco, Square Enix, Aniplex, Kadokawa, dan Shueisha.

    “Sebagian besar hasil video Sora 2 terlihat sangat mirip dengan karya atau gambar Jepang yang dilindungi hak cipta,” kata CODA. “Menyalin karya tanap izin bisa dianggap sebagai pelanggaran hak cipta.”

    Dilansir The Verge, Rabu (5/11/2025), Sora 2 yang dirilis pada 30 September menghasilkan banyak konten bergaya Jepang, memicu reaksi keras dari pemerintah Jepang dan komunitas kreatif.

    Masalah ini memperpanjang deretan kontroversi OpenAI. Sebelumnya, internet sempat dibuat ramai dengan tren “Ghibli Style” di ChatGPT sempat viral karena pengguna bisa mengubah foto pribadi mereka menjadi gambar ala film Studio Ghibli.

    Saking populernya, CEO OpenAI Sam Altman, pernah memasang gambar bergaya Ghibli sebagai foto profilnya di X (Twitter). Altman sendiri telah berjanji memperbaiki kebijakan opt-out, di mana pemilik hak cipta bisa meminta karyanya dikeluarkan dari data pelatihan AI.

    Meski begitu, CODA menganggap langkah itu tidak cukup karena intinya masalah adalah penggunaan konten tersebut di awal.

    CODA menuntut dua hal utama dari OpenAI, yaitu:

    Dalam pengoperasian Sora 2, CODA meminta agar konten anggota-anggotanya tidak digunakan untuk pembelajaran mesin tanpa izin mereka.
    OpenAI menanggapi dengan tulis klaim dan pertanyaan dari perusahaan-perusahaan anggota CODA terkait pelanggaran hak cipta yang berkaitan dengan output Sora 2.

    “Perkembangan teknologi AI tidak boleh mengorbankan hak cipta. Kami berharap OpenAI mau bekerja sama untuk membangun kerangka adil bagi kreator,” tegas CODA.

  • BLT Kesra Rp900 Ribu Anda Belum Cair? Ini Cara Mengatasinya

    BLT Kesra Rp900 Ribu Anda Belum Cair? Ini Cara Mengatasinya

    Bisnis.com, JAKARTA – Pencairan BLT Kesra sebesar Rp900.000 untuk periode Oktober–Desember 2025 sudah resmi dimulai. Namun, masih ada sejumlah Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang mengeluhkan dana belum masuk ke rekening mereka.

    Bagi penerima yang mengalami keterlambatan, penting untuk memahami penyebabnya, cara mengecek status pencairan, serta langkah melaporkan kendala melalui jalur resmi Kementerian Sosial (Kemensos).

    Penyebab BLT Kesra Belum Cair

    Faktor yang menjadi penyebab dana BLT Kesra belum diterima KPM antara lain:
    Penyaluran Bertahap
    Dana BLT Kesra tidak dicairkan secara serentak di seluruh wilayah. Setiap daerah memiliki jadwal berbeda, sehingga beberapa penerima harus menunggu lebih lama.
    Data Tidak Valid atau Tidak Sesuai
    Keterlambatan sering terjadi akibat ketidakcocokan data di sistem DTSEN, misalnya:

    Nama berbeda dengan e-KTP
    Nomor Induk Kependudukan (NIK) salah
    Nomor rekening tidak aktif atau berbeda
    Ketidakcocokan ini membuat proses transfer bantuan tertunda.
    Jadwal Pencairan PT Pos Berbeda
    KPM tanpa rekening bank Himbara menerima BLT Kesra melalui Kantor Pos. Pencairan melalui Pos sering memiliki jadwal berbeda, sehingga waktu penerimaan bisa lebih lama.

    Cara Melaporkan BLT Kesra yang Belum Cair

    Jika Anda memenuhi syarat tapi belum menerima dana BLT Kesra, segera laporkan melalui jalur resmi Kemensos untuk verifikasi data dan penyelesaian kendala.

    Kontak resmi untuk melapor:
    Hotline Bansos Kemensos: 0811-10-222-10
    SMS: 1708 (Telkomsel, Indosat, 3)
    Twitter/X: @lapor1708
    Email: bansos@kemensos.go.id
    Tips: Siapkan data lengkap seperti NIK, nama, alamat, dan alasan pengaduan agar proses verifikasi lebih cepat. Selalu pantau informasi resmi di Instagram @kemensosri
    atau situs Kemensos untuk menghindari informasi palsu.

  • Gary Iskak Meninggal Usai Kecelakaan, Warganet Berduka & Kenang Latahnya

    Gary Iskak Meninggal Usai Kecelakaan, Warganet Berduka & Kenang Latahnya

    Jakarta

    Dunia hiburan Tanah Air kembali kehilangan sosok penting. Aktor senior Gary Iskak meninggal dunia pada Sabtu (29/11/2025) pagi setelah mengalami kecelakaan motor di kawasan Bintaro, Jakarta Selatan. Kepergiannya pada usia 52 tahun memicu gelombang duka dari rekan artis hingga warganet yang mengenang dirinya sebagai komedian berbakat dengan ciri khas “latah” yang ikonik.

    Dilansir dari detikHot, kabar duka ini pertama kali beredar melalui unggahan Instagram Stories milik Ade Jigo, sahabat dekat sekaligus sesama komedian. Ia menerima rekaman kecelakaan dari grup WhatsApp Persatuan Seniman Komedi Indonesia (PaSKI).

    Dalam video tersebut, Gary terlihat tergeletak di aspal Jalan Kesehatan Raya, Bintaro. Sepeda motor yang dikendarainya rusak parah, dan helmnya terlepas akibat benturan keras setelah menabrak sebuah pohon, menurut keterangan kepolisian setempat.

    Gary segera dilarikan ke RS Suyoto Veteran Bintaro untuk mendapatkan penanganan medis. Namun nyawanya tidak tertolong. Ia menghembuskan napas terakhir pada pukul 09.24 WIB. Kabar ini dikonfirmasi langsung oleh Ajeng, manajer istri Gary, Richa Novisha.

    “Iya (benar), Mas Gary meninggal dunia,” ujar Ajeng singkat kepada detikcom.

    Tak butuh waktu lama, lini masa X (Twitter) langsung dipenuhi ucapan duka dan unggahan kenangan. Tagar Gary Iskak melesat ke trending.

    “Selamat jalan Mas Gary, lawakan latahmu jadi kenangan dan amal jariahmu, karena sdh bikin orang tertawa..!!” ucap @bebasbaru.

    “Innalillahi wa inna ilaihi rojiun Gary Iskak. Gue selalu inget peran dia di D’bijis dan di video musik Krisdayanti,” ungkap @shura_ni.

    “Hah ya Allah.. barusan lewat ibunya raisa, sekarang gary iskak…. Innalillahi… :(” tulis @blushandoff.

    Dalam unggahan terakhir di Instagram Story, Gary tampak tertawa bersama Demian Aditya dan Carrisa Perusset. Tak ada yang menyangka momen hangat itu menjadi unggahan terakhir sebelum ia pergi untuk selamanya.

    Kolom komentar postingan video Reels cuplikan Sitkom MamiKost dibanjiri ucapan duka.

    “Sungguh kematian itu rahasia Allah. IGS nya masih belum hilang tapi yang punya sudah berpulang 😢.Allahumaghfir lahu warhamhu wa aafihi wa fu anhu. Husnul khotimah, aamiin,” ujar @hikmah_ummufatih.

    “Ya Allah gar. Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fu ‘anhu 🤲. Istirahat dibtamannya taman surga ya gar. Aamiin,” tulis artis Mona Ratuliu.

    (afr/afr)

  • Meme Lo Lucu, Tapi Pasalnya Enggak: Gegara KUHAP, Roasting Pejabat Bisa Ditangkap
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        28 November 2025

    Meme Lo Lucu, Tapi Pasalnya Enggak: Gegara KUHAP, Roasting Pejabat Bisa Ditangkap Megapolitan 28 November 2025

    Meme Lo Lucu, Tapi Pasalnya Enggak: Gegara KUHAP, Roasting Pejabat Bisa Ditangkap
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Coba cek grup WhatsApp kalian yang namanya aneh itu, atau moots kamu di X sekarang. Isinya penuh meme muka pejabat yang lagi di-
    roasting
    , kan?
    Awas, bisa jadi ternyata salah satu mutual kamu itu ternyata intel aparat yang lagi nyamar buat nyari bukti pidana.
    Kedengarannya kayak lagi
    overthinking
    , tapi
    sorry to say
    , ketakutan ini makin valid dan nyata.
    Gara-garanya? Revisi Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (RKUHAP) yang kini sudah disahkan.
    Kamu yang hobi marah-marah atau bikin gambar meme dengan muka pejabat harus makin hati-hati, karena batas antara bercanda di medsos dan tindak pidana jadi makin buram.
    Kamu bisa ketawa lihat meme roasting pejabat hari ini, tapi besok bisa jadi kamu diciduk aparat karena dinilai melanggar hukum karena adanya KUHAP.
    Salah satunya, pasal soal polisi yang bisa menyamar alias
    undercover
    dan pasal karet yang bikin hobi spill kemarahan dan reposting meme kita jadi ngeri-ngeri sedap.
    Artikel ini mencoba untuk ngajak kamu, anak-anak muda Generasi Z buat membedah soal seberapa valid ketakutan soal pembatasan ekspresi di ruang digital dan bagaimana implementasi hukumnya setelah RKUHAP disahkan.
    Jujur aja deh, seberapa sering sih kamu bener-bener baca ratusan halaman naskah undang-undang yang tebalnya kayak kitab kera sakti itu?
    Bagi Gen Z yang dibombardir ribuan konten tiap harinya dari medsos, otak kita biasanya akan memilih informasi yang enteng dan mudah dicerna.
    Termasuk, meme yang jadi bahasa politik sekaligus ungkapan ekspresi keresahan kita semua.
    Zeta (22 tahun), seorang karyawan swasta di Jakarta Barat salah satunya.
    Baginya, isu hukum yang berat seperti KUHAP itu membosankan dan seringkali lewat begitu saja kalau tidak dikemas dengan bahasa visual.
    “Jujur sebenarnya persoalan KUHAP tuh tiba-tiba banget kan ya munculnya dan susah pula pahamnya.
    The moment
    orang tau ada KUHAP, enggak lama setelah itu sah gitu aja, tanpa masyarakat tau sebenernya apa sih si KUHAP ini,” cerita Zeta.
    Di tengah kebingungan buat
    keep up
    dengan RKUHAP, meme hadir sebagai penyelamat untuk dia bisa cari tau lebih dalam.
    Zeta mencontohkan sebuah meme viral yang menggambarkan situasi yang bikin semua orang bisa masuk penjara kalau berisik mengkritik kebijakan politik.
    Buat dia, meme ”
    This could be us, but you choose stop playing medsos
    ” jadi salah satu yang bikin
    awareness
    -nya soal RKUHAP muncul, karena takut hobi main medsosnya terusik.
    “Itu paling seru sih kayaknya. Meme itu beneran dapet respon positif, malah orang-orang lebih senang dengan konsep kalau ntar penjara penuh karena kita kritik pemerintah. Itu menarik banget,” kata Zeta.
    Hal yang sama ternyata juga dialami Kharina (23), warga Bekasi yang punya
    screentime Twitter
    alias
    X
    mencapai 8 jam sehari.
    Menurut dia, meme cukup jitu buat jadi bentuk edukasi politik sekaligus hiburan.
    “Jujur lebih suka dalam bentuk meme, anggap aja hiburan tapi serius, gitu.
    Somehow
    saya tuh seneng, ada beberapa yang kritik pake meme, tapi isinya berbobot,” ujar Kharina.
    Bahkan, dia mengakui lebih suka mencerna informasi atau kritik-kritik yang dibungkus dengan konsep meme, karena bisa sekaligus jadi hiburan.
    “Kalo liat kritik pakai meme, jujur sering banget, sampai di tahap kalau liat meme kritik pemerintah tuh pasti langsung pencet
    retweet
    . Soalnya pergerakan kritik pakai meme itu keliatan lebih masif di kalangan netizen,” ucap dia.
    Nah, masalahnya, seperti kata Kharina, ketika kritik digital ini makin masif dan efektif, sepertinya aparat negara mulai merasa perlu untuk “menertibkan” narasi tersebut, salah satunya lewat KUHAP.
    Buat Gen Z, politik itu nggak melulu soal debat kaku ala generasi boomer di acara televisi.

    Justru, meme di medsos yang sering dianggap enggak penting sama orang-orang tua, ternyata memang terbukti bisa jadi ekspresi politik anak muda secara ilmiah, guys!
    Berdasarkan riset Fatanti & Prabawangi (2021) di Universitas Negeri Malang terbukti kalau meme politik juga bentuk partisipasi politik anak muda.
    “Melalui meme, warga negara bukan hanya dapat menyuarakan pendapatnya, namun juga memperoleh dan menyebarkan informasi sekaligus hiburan. Selain itu, meme juga dapat bertindak sebagai medium edukasi dan literasi politik bagi anak muda,” jelas hasil riset itu.
    Enggak cuma itu, riset internasional Limor Shifman (2014) di Massachusets Institute of Technology (MIT) juga bilang kalau meme itu bisa jadi fundamental edukasi politik paling simpel di internet.
    Daripada darah tinggi liat kelakuan pejabat yang
    red flag
    , Gen Z lebih milih nge-
    roasting
    lewat visual kocak dan satir yang bikin kritik terasa lebih seru dan gampang dicerna.
    Nggak cuma itu, meme juga sering jadi
    entry point
    atau pintu gerbang pertama yang bikin kita melek sama isu berat—mulai dari kasus korupsi sampai drama pemilu—yang mungkin males kita baca kalau cuma lewat teks berita panjang.
    Well
    , mau nonton berita di televisi atau lewat meme konyol di medsos,
    It’s still politics, but just make it fun, right
    ?
    Eits
    , tapi kita harus tau nih, ada salah satu bagian di KUHAP yang bisa bikin para Gen Z
    anxiety
    , yaitu pasal soal penyamaran, yang dinilai jadi pasal karet.
    Dalam KUHAP yang baru, tepatnya di Pasal 136, aparat penyidik punya kewenangan buat memakai teknik penyamaran alias undercover untuk mendalami suatu tindak pidana.
    Skenarionya gini, misalnya, kamu sering diskusi soal politik, bahkan sampai marah-marah ke pejabat publik di media sosial.
    Ternyata, ada satu orang mutual anonim kamu di medsos yang sering mancing emosi dengan ngasih unjuk kebijakan yang cukup ngeselin, sampai akhirnya kamu memaki para pejabat pakai kata-kata kasar.
    Cekrek. Chat itu di-screenshot dan langsung bisa jadi alat bukti sampai kamu diciduk karena dianggap mencemarkan nama baik atau menghina lembaga negara.
    Pengacara Publik Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, Fadhil Alfathan bilang, sebenarnya penyamaran itu cuma boleh dipakai buat kasus narkotika, termasuk di dalam KUHAP yang disebut lewat bagian penjelasan.
    “Nah tapi problemnya, itu kan adanya di penjelasan umum ya, khawatirnya ini kemudian sangat rentan ada misuse pada penggunaan teknik investigasi khusus ini, digunakan tanpa pemahaman yang jelas dari aparat penegak hukum,” kata Fadhil.
    Buat kalian yang udah punya
    trust issue
    ke aparat yang melakukan proses hukum enggak sesuai prosedur, cukup wajar kalau khawatir penyamaran ini dilakukan di luar kasus narkotika.
    “Tentu menurut saya valid gitu ya (kekhawatiran), karena memang tidak ada jaminan bagi warga negara untuk kemudian terbebas dari penyalahgunaan kekuasaan aparat, tentu itu suatu hal yang valid. Apalagi, tidak ada mekanisme pengawasan dan tanggung jawab yang jelas di hukum kita,” ucap Fadhil.
    Pakar Hukum Pidana Universitas Trisakti Abdul Fickar Hadjar ikut memvalidasi ketakutan ini.
    Fickar menyoroti tajam soal praktik penyamaran yang dilakukan aparat sebagai sebuah penjebakan.
    “Menurut saya, kalau undercover itu sudah terlalu jauh. Dan ini menurut saya bertentangan dengan asas-asasnya sendiri, asas dari hukum acara pidana,” kata Fickar.
    Fickar menjelaskan sebuah prinsip hukum dasar yaitu asas praduga tak bersalah yang membuat orang harus dianggap baik sampai terbukti jahat.
    Tapi, dengan teknik
    undercover
    yang tidak dibatasi secara jelas, Fickar menilai polisi bisa melakukan apa yang disebut entrapment alias penjebakan.
    Misalnya, praktik memancing orang lain buat menjelek-jelekkan atau menghina seseorang di media sosial alias
    rage baiting
    .
    “Itu kan memancing orang untuk memancing orang melakukan tindak pidana, yang tadinya tidak mau berbuat pidana, karena dipancing itu jadi pidana,” jelas Fickar.
    Simpelnya gini, kamu itu tadinya anak baik-baik yang cuma mau keluh kesah biasa aja.
    Tapi, saat kamu diincar karena sering mengkritik, ada intel yang nyamar dan memprovokasi di medsos sampai jadi ikut-ikutan ngomong kasar atau menyebar info yang belum tentu benar.
    Kalau kata Fickar, orang yang tadinya enggak punya niat jahat, jadi bisa terpancing untuk punya niat jahat karena dorongan dari penyamar tadi.
    Fickar juga menegaskan bahwa teknik
    undercover
    dan penjebakan itu hanya masuk akal untuk kasus narkotika, di mana peredarannya tertutup dan tingkat kerusakan terhadap generasi bangsanya sangat besar.
    “Mestinya ketentuan menjebak lewat penyamaran itu jangan diatur di dalam ketentuan yang umum. Karena kalau di ketentuan umum maka berlaku secara umum, untuk kasus apa saja,” kata Fickar.
    “Misalnya ada orang sengaja dikentutin biar marah, terus pas dia mukul, langsung dikenain pasal penganiayaan,” sambungnya memberikan analogi satir.
    Jadi, ketakutan Gen Z yang ngerasa KUHAP jadi bikin aparat makin
    red flag
    itu ternyata cukup punya alasan yang kuat. Duh, ngeri juga, ya.
    Dis aat netizen panik soal potensi kriminalisasi, DPR RI akhirnya juga ikut
    speak up
    .
    Kalau kata Ketua Komisi III DPR RI, Habiburokhman, narasi seram yang seliweran di
    timeline
    itu cuma berlebihan dan salah kaprah.
    Menurut dia, KUHAP yang baru disahkan 18 November 2025 kemarin justru bikin syarat penangkapan jadi jauh lebih ribet dibanding aturan lama.
    “Syarat penangkapan dalam
    revisi KUHAP
    jauh lebih banyak dan lebih berat dibandingkan dengan KUHAP lama,” kata Habiburokhman di Gedung DPR RI, Selasa (18/11/2025) lalu.
    Jadi, buat kamu yang takut tiba-tiba diciduk pas lagi repost meme lucu itu, DPR minta kamu tenang dulu. Katanya sih, polisi enggak bisa asal main tangkap tanpa kepastian tindak pidananya.
    Habiburokhman juga menjelaskan kalau di
    KUHAP baru
    , polisi enggak bisa sembarangan menetapkan tersangka, alias harus punya dua alat bukti dulu.
    Terus soal penahanan, aturannya diklaim lebih objektif dan enggak cuma mengandalkan subjektivitas penyidik.
    Menurut Habiburokhman, kamu baru akan ditangkap kalau beneran red flag banget kelakuannya, misalnya, ngeghosting alias mangkir dari panggilan polisi dua kali berturut-turut, memberikan informasi palsu, menghambat pemeriksaan, mau kabur, atau menghilangkan barang bukti.
    “Nah, kalau di KUHAP baru, ini sangat obyektif, sangat bisa dinilai, gitu lho,” kata politisi Gerindra itu.
    Terus, dia juga bilang kalau narasi soal isu HP kita yang bisa disadap atau disita seenak jidat itu misleading.
    Katanya, semua aksi “mata-mata” kayak penyadapan, penbekuan rekening, sampai penyitaan handphone itu wajib ada izin dari pengadilan.
    Jadi, polisi enggak bisa jadi stalker dadakan yang intip chat WA kamu tanpa prosedur hukum yang sah.
    Nantinya, aturan detail soal penyadapan ini bakal diatur lebih lanjut di Undang-undang yang terpisah.
    Walaupun begitu, Pengacara Publik LBH, Fadhil Alfathan ngaku enggak mau percaya begitu aja sama polisi soal penyadapan ini.
    Menurut Fadhil, meskipun poin mengenai penyadapan ini belum diatur secara detail, tetap aja sudah ada dasar hukum buat polisi melakukan penyadapan.
    Malahan, jadi lebih bahaya karena belum dikasih aturan main yang jelas, karena belum adanya UU Penyadapan.
    “Tetap saja kita harus khawatir dan sangat valid, karena ya itu, walau belum detail, tapi tetap udah ada dasar hukum buat polisi menyadap. Malah jadi bahaya kalau polisi menginterpretasikan sendiri cara-cara penyadapannya,” ucap Fadhil.
    Selain takut dijebak intel, kekhawatiran terbesar Gen Z di medsos adalah soal konten yang kadang dianggap sensitif, tapi sebenarnya lucu, termasuk meme.
    Apa jadinya kalau meme muka pejabat yang kita edit dan bikin ketawa itu ternyata dianggap penghinaan? Apakah kita harus berhenti mengkritik lewat gambar?
    Zeta, sebagai sosok yang hobi lihat muka pejabat dijadikan meme, merasa aturan ini cukup tidak masuk akal.
    “Padahal main sosial media kan bebas ya, meme juga ekspresi aja gitu, keluh kesah. Itu malah ganggu kita sebagai masyarakat buat punya suara. Kalau diatur bahkan diancam gitu mah parah banget,” keluhnya.
    Tapi tenang, Pak Fickar ternyata cukup ngasih rasa lega, walau tetap ada batasan dalam bikin meme.
    Menurut Fickar, ada perbedaan besar yang harus dipahami pejabat saat menghadapi meme di media sosial, yaitu antara mengkritik kebijakan publik dan menyerang pribadi.
    Fickar mengingatkan kita pada konsep dasar negara demokrasi, pejabat publik itu pelayan rakyat yang digaji pakai uang pajak kita.
    “Sekeras apapun kritik warga negara terhadap pejabat publik, sepanjang ia masih pejabat publik, itu tidak berlaku itu hukum pidananya seharusnya. Penuntutan terhadap warga negara itu harusnya enggak boleh ada,” tegas Fickar.
    Lalu bagaimana dengan meme edit wajah pejabat yang blunder sampai seliweran di seluruh media sosial?
    “Sepanjang itu karikatur, tidak merusak wajah aslinya, itu tidak apa-apa. Kan gini, kalau karikatur digambar jadi kritik, tiap hari di koran Kompas juga ada, itu semua isinya sindiran kan. Itulah cerminan dari negara kita,” jelasnya.
    Artinya, kalau bikin meme yang menyindir kebijakan, misalnya kebijakan pajak naik, jalanan rusak, atau korupsi, itu adalah hak sebagai warga negara.
    Jadi, kalau kamu edit foto pejabat jadi badut untuk mengkritik “kinerjanya yang lucu kayak sirkus”, itu masih bisa diperdebatkan sebagai kritik satir.
    Tapi, kalau kamu edit foto pejabat dengan gambar porno, atau menghina bentuk fisiknya alias
    body shaming
    , atau menuduh urusan rumah tangganya, itu ada potensi masuk ranah pidana.
    Walaupun didukung ahli hukum, tapi dampak dari enggak jelasnya pasal karet di KUHAP tetap bikin sejumlah Gen Z ketar-ketir buat mengkritik.
    Bisa jadi, orang jadi takut bicara bukan karena mereka salah, tapi karena mereka takut dicari-cari kesalahannya.
    Kharina adalah salah satu bukti nyata korban fenomena ini dan berujung enggak lagi berani bersuara lantang pakai akun aslinya di media sosial.
    Dia memilih “bergerilya” lewat akun anonim atau
    fan account
    yang biasanya digunakan untuk urusan K-Pop.
    “Kalau posting kritik lumayan sering meskipun bukan pake akun pribadi, mostly pakai
    fan account
    . Karena itu akun publik satu-satunya dan anonim, jadi lebih ngerasa aman,” akunya sambil tertawa.
    Strategi
    hit and run
    pakai akun alter ini memang kerasa aman, tapi ini juga ironis.
    Bayangin aja, buat bertanya “uang pajak rakyat ke mana?”, kita harus effort sembunyi di balik foto profil idol K-Pop atau karakter anime favorit kita.
    Zeta menambahkan, rasa takut blunder dan fakta yang diputarbalikkan menjadi alasan utama kenapa banyak Gen Z mulai mengerem setelah adanya pengesahan KUHAP.
    “Aku sendiri nyoba kritik dalam batas wajar aja sih, enggak berani terlalu gimana-gimana, karena tetep takut blunder dan malah bisa diputerbalikin,” kata Zeta.
    Kondisi hukum negara kita memang enggak lagi baik-baik aja, tapi bukan berarti kita harus berhenti peduli.
    Dari wawancara panjang dengan para pakar hukum pidana, berikut rangkuman survival guide di tengah-tengah situasi ini biar kamu bisa tetap kritis dan juga aman:
    Sesuai peringatan Pak Fickar tadi, kita harus tetap waspada walaupun di ruang-ruang privat, seperti direct message medsos ataupun grup WhatsApp.
    Kalau ada orang yang terlalu agresif memancing buat ngejelek-jelekin politisi, bikin kerusuhan, apalagi sampai hal-hal radikal, mundur pelan-pelan! Ingat,
    entrapment
    itu nyata.
    Salah satu kunci buat selamat dari jeratan UU ITE adalah pastikan setiap meme atau tweet kamu punya basis argumen pada kebijakan publik.
    Do: “Kebijakan ini merugikan rakyat karena data menunjukkan…”
    Don’t: “Pejabat X mukanya jelek kayak…”
    Paham sih, kadang-kadang meme yang lucu emang lebih sering masuk FYP atau
    hit tweet
    , tapi inget, jangan sampai kamu beneran ketemu sama
    bestie
    -mu itu di dalam sel yang udah kalian janjikan, ya!
    Penggunaan gaya bahasa meme, sarkasme, atau karikatur itu dilindungi sebagai ekspresi seni dan demokrasi.
    Tapi jangan memanipulasi fakta sekadar untuk mencari sensasi atau menyulut amarah netizen yang kesabarannya setipis tisu dibagi dua, apalagi mengomentari urusan pribadi pejabat.
    Kita bisa belajar dari kedua Gen Z yang membagikan ceritanya: Zeta dan Kharina yang mungkin merasa takut, tapi tetap sepakat buat mencari cara supaya suaranya tetap didengar, meski harus lewat cara-cara anonim.
    Sebagai pengacara publik LBH Jakarta, Fadhil Alfathan juga nitipin satu pesan untuk para Gen Z supaya tetap bersuara.
    “Ekspresi itu bukan sekedar ngomong, itu bagian dari kebutuhan masyarakat. Mau ada seribu yang dipenjara sekalipun, harus dan pasti akan tetap ada orang yang terus berisik,” kata dia.
    Fadhil juga menegaskan kalau kita harus membuktikan pemidanaan negara terhadap masyarakat yang vokal mengkritik itu sia-sia.
    “Enggak ada pilihan lain selain mengkonsolidasikan kesadaran kolektif karena hukum yangg jelek dan merugikan publik harus terus dipertanyakan dan diperbaiki,” ucapnya.
    Kalau kamu menyaksikan di lingkunganmu ada orang-orang yang menjadi korban penangkapan atau kriminalisasi sesuai prosedur, masyarakat juga harus bisa saling jaga.
    Pada akhirnya, negara demokrasi itu hidup dari suara-suara berisik warganya, frens.
    Kalau kita semua diam karena takut, siapa lagi yang bakal ngingetin mereka yang duduk di kursi empuk sana?
    Tetap bikin meme dan tetaplah berisik, tapi mulai sekarang, Gen Z harus jadi netizen yang lebih cerdik!
    Katanya Gen-Z nggak suka baca, apalagi soal masalah yang rumit. Lewat artikel ini, Kompas.com  coba bikin kamu paham dengan artikel yang mudah.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Anies Baswedan Pakai Istilah NPC Saat Sentil Oxford, Apa Artinya?

    Anies Baswedan Pakai Istilah NPC Saat Sentil Oxford, Apa Artinya?

    Jakarta: Anies Baswedan, menjadi perbincangan hangat di media sosial setelah melayangkan protes terbuka kepada akun resmi Universitas Oxford (@UniofOxford) di platform X (dulu Twitter).

    Protes itu muncul setelah Oxford merilis hasil riset kolaboratif yang melibatkan peneliti Indonesia, tetapi tidak mencantumkan nama mereka. Dalam unggahannya, Anies menggunakan istilah yang akrab di telinga warganet dan komunitas gim, yakni “NPC.”
    Protes Anies ke Oxford
    Anies menyoroti hilangnya kredit bagi para peneliti Indonesia dalam publikasi Oxford tentang penemuan Rafflesia Hasseltii setelah 13 tahun pencarian. Menurutnya, kontribusi mereka tidak boleh diperlakukan seolah tidak penting. Ia kemudian menulis protes langsung:

    “Dear @UniofOxford, our Indonesian researchers — Joko Witono, Septi Andriki, and Iswandi — are not NPCs. Name them too.”

    Istilah NPC yang digunakan eks Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu menjadi sorotan karena jarang muncul dalam konteks akademik maupun diplomasi. Publik pun bertanya-tanya, sebenarnya apa arti NPC?
     

     

    Apa Itu NPC?
    Istilah NPC berasal dari dunia video game dan merupakan singkatan dari Non-Player Character. Dalam gim, NPC adalah karakter yang tidak dapat dikendalikan oleh pemain manusia.

    Mereka digerakkan oleh skrip atau kecerdasan buatan dan biasanya hadir sebagai karakter pelengkap. Fungsinya bisa beragam, mulai dari penjaga toko, pemberi misi, hingga sekadar pengisi suasana dalam dunia permainan. NPC ada, tetapi tidak menentukan alur utama cerita.

    Lama-kelamaan, istilah ini keluar dari ranah gaming dan masuk ke budaya internet. Di media sosial, NPC menjadi metafora untuk menggambarkan seseorang yang dianggap pasif, mudah diprediksi, atau hanya “mengikuti skrip”.

    Dalam percakapan daring, label NPC sering digunakan untuk menyebut orang yang tidak dianggap punya peran penting atau terlihat seperti “figuran” dalam suatu peristiwa. Itulah mengapa istilah ini banyak muncul dalam meme dan komentar satir.

    (Sheva Asyraful Fali)

    Jakarta: Anies Baswedan, menjadi perbincangan hangat di media sosial setelah melayangkan protes terbuka kepada akun resmi Universitas Oxford (@UniofOxford) di platform X (dulu Twitter).
     
    Protes itu muncul setelah Oxford merilis hasil riset kolaboratif yang melibatkan peneliti Indonesia, tetapi tidak mencantumkan nama mereka. Dalam unggahannya, Anies menggunakan istilah yang akrab di telinga warganet dan komunitas gim, yakni “NPC.”
    Protes Anies ke Oxford
    Anies menyoroti hilangnya kredit bagi para peneliti Indonesia dalam publikasi Oxford tentang penemuan Rafflesia Hasseltii setelah 13 tahun pencarian. Menurutnya, kontribusi mereka tidak boleh diperlakukan seolah tidak penting. Ia kemudian menulis protes langsung:
     
    “Dear @UniofOxford, our Indonesian researchers — Joko Witono, Septi Andriki, and Iswandi — are not NPCs. Name them too.”

    Istilah NPC yang digunakan eks Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu menjadi sorotan karena jarang muncul dalam konteks akademik maupun diplomasi. Publik pun bertanya-tanya, sebenarnya apa arti NPC?
     

     

    Apa Itu NPC?
    Istilah NPC berasal dari dunia video game dan merupakan singkatan dari Non-Player Character. Dalam gim, NPC adalah karakter yang tidak dapat dikendalikan oleh pemain manusia.
     
    Mereka digerakkan oleh skrip atau kecerdasan buatan dan biasanya hadir sebagai karakter pelengkap. Fungsinya bisa beragam, mulai dari penjaga toko, pemberi misi, hingga sekadar pengisi suasana dalam dunia permainan. NPC ada, tetapi tidak menentukan alur utama cerita.
     
    Lama-kelamaan, istilah ini keluar dari ranah gaming dan masuk ke budaya internet. Di media sosial, NPC menjadi metafora untuk menggambarkan seseorang yang dianggap pasif, mudah diprediksi, atau hanya “mengikuti skrip”.
     
    Dalam percakapan daring, label NPC sering digunakan untuk menyebut orang yang tidak dianggap punya peran penting atau terlihat seperti “figuran” dalam suatu peristiwa. Itulah mengapa istilah ini banyak muncul dalam meme dan komentar satir.
     
    (Sheva Asyraful Fali)
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di

    Google News


    Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id

    (RUL)

  • Game Lokal Terinspirasi Resident Evil, Judulnya Agni: Village of Calamity

    Game Lokal Terinspirasi Resident Evil, Judulnya Agni: Village of Calamity

    Jakarta

    Developer game asal Indonesia kembali membuktikan kualitasnya kepada dunia. Kali ini lewat Separuh Interactive, sebuah studio game indie yang ada di Jakarta, memperkenalkan karya perdananya berjudul Agni: Village of Calamity.

    Co-Founder sekaligus Marketing Director Separuh Intercative, Bayu Arafat, menyebutkan kalau game ini terinspirasi dari sejumlah game horor kondang besutan Konami, Capcom, dan PlayStation. Dirinya juga mengungkapkan, Agni: Village of Calamity menyisipkan beberapa elemen film horor.

    “Inspirasinya dari Resident Evil, Silent Hill, element Until Dawn, dan beberapa film-film horor lokal maupun luar negeri,” kata Bayu kepada detikINET, Selasa (25/11/2025).

    Bayu mengatakan, untuk proses pembuatannya, saat ini ada 10 orang yang terlibat, yang mana tujuh di antaranya merupakan founder Separuh Interactive. Ia bilang, rencananya game ini akan rilis terlebih dahulu di Steam dan Xbox, baru setelah itu menyambangi PS5 dan Nintendo Switch.

    “Jika kita dapat strategic publisher dan investor, Insya Allah bisa release di akhir 2026,” ucapnya.

    Dirinya menyampaikan, sebelumnya Agni: Village of Calamity merupakan sebuah prototype yang dibuat pada awal 2024. Ketika itu, orang yang mengembangkannya ialah Leo Avero, CEO Separuh Interactive.

    “CEO kita Leo Avero waktu itu punya ide soal Agni ini dan post prototype-nya di Twitter (sekarang X), kemudian mendapat positive feedback sampai bang Jokan (Joko Anwar) juga ikutan komen. Lalu sekitar tengah tahun ini, prototype-nya berkembang terus ke Alpha stage,” jelas Bayu.

    Bayu meneruskan, bahwa saat ini stage-nya masih alpha development sekitar 30-40%. Selama pengembangannya, ia dan timnya juga sembari mencari funding strategic mitra investor dan publisher.

    Bayu pun memaparkan urutan dalam tahan pengembangan suatu game. Sederhananya, kurang lebih seperti ini.

    Pre-Production (rancang konsep, bikin prototype)Production (konten & fitur dibuat)Alpha (sudah bisa dimainkan dari awal-akhir, tapi banyak bug)Beta (hampir final, fokus perbaikan bug & optimasi)Release / Launch (game dirilis ke publik)Post-Launch (patch, update, DLC, maintenance)

    “Jadi urutannya simpel: Pre-Production → Production → Alpha → Beta → Release → Post-Launch,” imbuhnya.

    Namun sebenarnya, Bayu menegaskan kalau implementasi pengerjaannya jauh lebih rumit. Apalagi jumlah timnya yang tidak sebanyak studio game AAA.

    “Bandingkan sama studio AAA macam Kojima Productions dengan ratusan highly skilled team, dan unlimited budget aja 1 game mereka development-nya bisa sampai 5-6 tahun sampai ke released,” jelas Bayu.

    Bayu mengaku kalau pada founder Separuh Interactive bekerja begitu keras dalam masa pengembangan Agni: Village of Calamity. Selebihnya, ada sejumlah orang yang turut terlibat dalam pembuatannya, tapi dibayar berdasarkan kinerjanya selama mengerjakan tugasnya.

    Adapun sejumlah founder Separuh Interactive yang dimaksud ialah Leo (Creative Director dan CEO), Ardhan (Operations Director), Yudi (Business Director), Bayu (Marketing Director), Kusuma (Technical Director), Habib (Lead 3D Artist), dan HAR (Narrative Designer).

    Sebagai tambahan informasi, video terkait gambaran bagaimana mekanisme permainan yang ditawarkan Agni: Village of Calamity telah dirilis oleh Separuh Interactive pada 3 September 2024. Kemudian pada 29 Oktober 2025, mereka meluncurkan trailer baru dalam acara ID@Xbox Showcase Fall 2025.

    Dari trailer tersebut, Separuh Interactive menghadirkan sebuah kejutan. Mereka memperkenalkan karakter Joko Anwar.

    Bayu bercerita, bahwa dirinya kebetulan kenal dengan Joko Anwar, karena beberapa kali sempat membantunya membuat action figure Gundala dan Pengabdi Setan 2.

    “Singkat cerita, melalui beberapa kali diskusi, bang Jokan bersedia masuk ke dalam salah satu character kita,” pungkasnya.

    Terakhir Bayu mengungkapkan, Agni: Village of Calamity bercerita tentang Agni seorang investigator, yang kehilangan temannya. Orang yang sudah dianggapnya sebagai adik sendiri itu sudah satu minggu menghilang di suatu desa bernama Desa Purba. Di sini lah petualangan Agni yang seru dan mencekam di mulai.

    (hps/fay)

  • Konflik Tak Berkesudahan Nahdlatul Ulama adalah Cermin Gejolak Elit Politik Indonesia

    Konflik Tak Berkesudahan Nahdlatul Ulama adalah Cermin Gejolak Elit Politik Indonesia

    JAKARTA – Konflik berulang yang terjadi di tubuh Nahdlatul Ulama (NU) terjadi karena organisasi dengan basis nilai spiritual terlibat dalam politik dan bisnis.

    Polemik di tubuh NU kembali menyeruak setelah beredar risalah Rapat Harian Syuriah Pengurus Besar NU.  Dalam risalah tersebut ada lima poin keputusan, yang salah satunya menyatakan bahwa musyawarah antara Rais Aam dan Wakil Rais Aam memutuskan Yahya Cholil Staquf harus mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Ketua Umum PBNU.

    Awal mula konflik ini terjadi karena Yahya dinilai melanggar nilai dan ajaran Ahlussunah wal Jamaah An Nahdliyah serta bertentangan dengan Muqaddimah Qanun Asasi NU lantaran mengundang tokoh pro-zionis, Peter Berkowitz dalam kegiatan Akademi Kepemimpinan Nasional Nahdlatul Ulama (AKN NU).

    Pengamat politik Adi Prayitno menilai, isu yang mencuat ke publik tentang PBNU baru sebagian dari dinamika yang lebih besar.

    Rais Aam PB Nahdlatul Ulama, KH Miftahul Akhyar. (ANTARA)

    Polemik Melebar

    Isu yang mencuat ke permukan sekarang ini adalah pentolan PBNU dianggap pro-Zionis, lantaran mengundang akademisi asal AS yang dikenal pro Israel, Peter Berkowitz dalam AKN NU. Selain itu, muncul dugaan adanya masalah tata kelola keuangan organisasi yang dipimpin Yahya.

    Terkait kedekatan NU dengan Zionis, ini bukan isu baru. Pada pertengahan Juli 2024, lima simpatisan NU atau Nahdliyin bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog di tengah meningginya konflik Gaza dan Israel.

    Lebih jauh ke belakang, tepatnya pada 2018, Yahya Staquf sendiri pernah bertemu dengan PM Israel Benjamin Netanyahu saat menghadiri sebuah forum di Yerusalem.

    “Saya itu tahun 2018 sudah pernah pergi ke Israel. Saya bertemu Netanyahu, saya bertemu dengan Presiden Israel, saya bertemu dengan berbagai elemen di sana di dalam berbagai forum,” kata Yahya.

    Peter Berkowitz salam sebuah acara PBNU. (Istimewa)

    Ia menegaskan, kunjungannya ke Israel kala itu tidak pernah menjadi masalah di internal NU. Buktinya, mayoritas pengurus NU memilihnya sebagai Ketua Umum pada Muktamar NU ke-34 di Bandar Lampung 2021.

    Bahkan sebelum riuh tudingan NU pro-zionis sekarang ini, Presiden Keempat RI Aburrahman Wahid sempat dikecam lantaran wacana membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Derasnya kritik yang dilontarkan kepada Gus Dur membuat rencana tersebut batal terlaksana. 

    Di tengah konflik berulang, sejumlah pengamat meyakini ini lebih dari sekadar kisruh biasa. Bahkan isu kedekatan NU dengan Zionis hanya sebagian kecil dari masalah internal ormas tersebut, seperti dituturkan pengamat politik Adi Prayitno.

    Yahya Cholil Staquf saat bertemu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada 15 Juni 2018 di Yerusalem. (Twitter Benjamin Netanyahu/Anadolu Agency)

    Berawal dari isu pro-zionis, polemik melebar karena PBNU adalah organisasi besar dengan pengaruh politik, sosial, dan kultural yang luas. Artinya, setiap gesekan internal secara otomatis menjadi bahan perbincangan, terutama menyangkut kursi ketua umum.

    “Ada juga yang mengaitkan dengan banyak hal, mulai isu soal izin pengelolaan tambang, suksesi kepemimpinan, dan lainnya. Namanya publik, spekulasinya banyak sekali,” ujarnya.

    Masalah Kompleks

    NU menjadi sorotan ketika mereka melayangkan permintaan izin tambang usai organisasi kemasyarakatan keagamaan mendapat karpet merah dari Presiden Ketujuh Joko Widodo (Jokowi) mengelola tambang. Hal ini Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 25 tahun 2024 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 96 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara. 

    “Nahdlatul Ulama telah siap dengan sumber-sumber daya manusia yang mumpuni, perangkat organisasi yang lengkap, dan jaringan bisnis yang cukup kuat untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab tersebut,” tegas Yahya waktu itu.

    Dengan ini, ia juga berharap dapat memberikan kemaslahatan yang seluas-luasnya kepada umat.

    Keputusan NU untuk menerima konsesi tambang ini kemudian menjadi sorotan. Tak sedikit kalangan cedekiawan memberi respons negatif. Mereka mengingatkan soal dampak yang terjadi jika ormas keagamaan mau menerima konsesi tambang dari pemerintah.

    Bisnis tambang, diyakini memiliki daya destruktif, baik kepada lingkungan maupun manusia itu sendiri. Ormas keagamaan justru harus mengkritik tambang, bukan sebaliknya, malah menjadi aktor tambang.

    Sejumlah alat berat beroperasi di kawasan penambangan batu bara Desa Sumber Batu, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat, Aceh, Jumat (24/5/2024). (ANTARA/Syifa Yulinnas/foc/am)

    Bagi pengamat politik Rocky Gerung, prahara yang terjadi saat ini mencerminkan dilema klasik NU, antara bertahan di jalur kultural keagamaan atau terjun lebih dalam ke kubangan pragmatisme politik.

    Memang, undangan Peter Berkowitz menimbulkan kontroversi hingga berujung desakan mundur Yahya. Tapi menurut keyakinan Rocky, akar masalah sebenarnya jaluh lebih dalam dan kompleks. Ia juga menyinggung soal polemik konsesi tambang era Presiden Ketujuh RI Joko Widodo, yang kabarnya nasibnya masih menggantung sampai sekarang.

    “Rentetan masalah ini berakumulasi sekarang dalam persaingan antar tokoh. Ada yang menerima bisnis tambang sebagai potensi organisasi massa, ada yang menduga terjadi tukar tambah dan kepentingan pribadi lebih diuntungkan ketimbang organisasi NU sendiri,” jelas Rocky.

    “Jadi ini bukan cuma soal satu undangan yang salah. Ada sejarah panjang dan kepentingan yang bertumpuk di baliknya,” sambungnya.

    Ia menduga ada persaingan internal dalam tubuh NU yang turut mendasari kisruh organisasi tersebut. Meski demikian, menurut dia, adanya persaingan atau kompetisi internal di tubuh NU adalah hal yang wajar, terutama di dunia politik Indonesia, di mana sudah banyak tokoh yang lahir dari NU.

    Rocky menyebut konflik berulang di NU seperti “nasib historis” organisasi yang didirikan dengan basis nilai spiritual kuat namun terlibat dalam politik dan bisnis. Nahdlatul Ulama, kata dia, akan selalu ada dalam kondisi prahara.

    “Ini dilema antara memilih menjadi organisasi kultural berbasis keagamaan atau organisasi kultural yang ada arah politiknya. Organisasi yang dirancang untuk memelihara nilai etika namun terlibat dalam soal-soal politik-pragmatis,” ungkap Rocky.

    “Gejolak NU, bagaimanapun adalah cermin dari gejolak elit politik nasional. Dan kegelisahan ini, dipastikannya, akan memengaruhi dinamika politik nasional,” pungkasnya.

  • Doa dan Harapan Warganet untuk Masa Depan Pendidikan Indonesia Ramai di X

    Doa dan Harapan Warganet untuk Masa Depan Pendidikan Indonesia Ramai di X

    Liputan6.com, Jakarta – Peringatan Hari Guru Nasional pada hari ini, Selasa (25/11/2025), menjadi momen berharga dan hangat untuk para guru Indonesia atas dedikasi mencerdaskan anak-anak yang kelak menjadi penerus bangsa.

    Tidak hanya diperingatkan di lingkungan sekolah, Hari Guru Nasional turut dirayakan di berbagai platform media sosial, salah satunya X (dulunya Twitter). Sejak pagi, kalimat “Selamat Hari Guru Nasional” menjadi trending topik pembahasan di platform tersebut.

    Pantauan Tekno Liputan6.com, sejumlah warganet mengucapkan peringatan Hari Guru Nasional 2025 dengan doa dan harapan masa depan pendidikan di Indonesia.

    “Terimakasih untuk semua pengajar di Indonesia. Yang di ruang kelas, di pasar, di jalan, hingga di pelosok bangsa. Setiap tempat adalah sekolah, setiap orang adalah guru. Selamat Hari Guru Nasional 2025,” ujar @tahu***

    “Selamat Hari Guru Nasional, semoga kesejahteraan meningkat, berkurang beban administrasi, tidak ada lagi kriminalisasi, serta diberikan ruang dan kebebasan berkreasi,” tulis @Hae***

    Serupa dengan tulisan tersebut, warganet lain menyoroti pentingnya dukungan dari pemerintah.

    “Selamat hari Guru Nasional semoga guru-guru di negara ini makin mendapatkan kesejahteraan dan makin sabar mendidik anak-anak, Amin,” ucap @story***

    “Selamat Hari Guru Nasional. Pahlawan tanpa tanda jasa, tanpa guru kita tidak akan jadi pintar dan berbakat, semoga Indonesia terus menghasilkan guru-guru yang kelak juga menghasilkan generasi penerus bangsa yang cerdas, tak lupa juga semoga kesejahteraan guru (apalagi honorer) dipikir pemerintah,”  cuit @Kur***

    Bukan hanya tulisan doa dan harapan, tetapi juga cerita dibalik mengajar anak murid. 

    “Menjadi guru bukan cuma soal mengajar, tapi menenangkan anak yang rapuh, sambil menyembunyikan lelahnya sendiri. Selamat Hari Guru,” tulis @man***