Perusahaan: TikTok

  • Ramal Ada Gempa Dahsyat di Myanmar, TikToker Ditangkap

    Ramal Ada Gempa Dahsyat di Myanmar, TikToker Ditangkap

    Jakarta

    Pihak berwenang Myanmar menangkap seorang TikToker yang kontennya mengenai ramalan. Ia menyebarkan kepanikan dengan meramalkan akan ada gempa bumi kuat lainnya setelah gempa bulan lalu melanda negara itu.

    John Moe The, yang memiliki lebih dari 300.000 pengikut TikTok, meramalkan pada tanggal 9 April silam, bahwa gempa Bumi sangat kuat akan melanda setiap kota di Myanmar dalam waktu 12 hari.

    “Orang-orang tidak boleh tinggal di gedung-gedung tinggi pada siang hari. Bawa barang-barang penting bersamamu dan larilah dari gedung-gedung selama guncangan.”” katanya di video yang telah ditonton 3,3 juta kali.

    Gempa Bumi bulan lalu di Myanmar menurut PBB menewaskan lebih dari 3.700 orang dan mengakibatkan 60.000 orang tinggal di perkemahan. Banyak yang terlalu takut untuk kembali ke rumah karena gempa susulan terus berlanjut.

    John Moe The yang berusia 21 tahun ditangkap dalam penggerebekan pagi hari di rumahnya di kota Monywa. “Kami mendapat informasi tentang berita palsu yang disebarkan melalui akun TikTok bahwa gempa Bumi dahsyat akan terjadi,” kata pihak pemerintah.

    “Tindakan akan diambil secara efektif terhadapnya sesuai hukum. Demikian pula, kami juga akan mengambil tindakan efektif terhadap mereka yang menulis atau menyebarkan atau membagikan berita palsu,” tambah mereka yang dikutip detikINET dari CBS.

    Seorang warga mengatakan tidak mempercayai TikTok itu, tapi banyak tetangganya yang mempercayainya. Padahal para ahli mengatakan gempa Bumi tidak mungkin diprediksi karena kompleksitas faktor-faktor yang terlibat dalam bencana tersebut.

    Akun TikTok John Moe rutin mengeluarkan prediksi dengan latar belakang kosmos yang berputar-putar mirip astrologi. Ramalannya yang lain termasuk bencana cuaca, pembebasan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi yang digulingkan dalam kudeta negara itu tahun 2021, dan serangan udara Amerika di tanah Myanmar.

    (fyk/agt)

  • Modena Perkenalkan Chest Freezer Terbaru, Cocok untuk Usaha Restoran hingga Frozen Food!

    Modena Perkenalkan Chest Freezer Terbaru, Cocok untuk Usaha Restoran hingga Frozen Food!

    Bisnis.com, PALEMBANG – Modena meluncurkan dua produk unggulan terbaru, yaitu Chest Freezer MD 0910 TCWH dan MD 1300 TCWH untuk mendukung kebutuhan bisnis di berbagai sektor. Dengan kapasitas besar dan fitur canggih, produk ini dirancang untuk memberikan performa optimal dalam penyimpanan bahan makanan.

    Chest Freezer MD 0910 TCWH hadir dengan kapasitas 910 liter dan dilengkapi 2 pintu, sedangkan MD 1300 TCWH menawarkan kapasitas 1.300 liter dengan 3 pintu. Desain multi-pintu ini mempermudah akses sekaligus menjaga suhu tetap stabil, memberikan efisiensi energi yang lebih baik.

    Salah satu keunggulan utama dari kedua model ini adalah material PCM Inner Cabinet yang tidak hanya kuat, tetapi juga mudah dibersihkan. Hal ini menjadikan Chest Freezer ini sangat cocok untuk penggunaan rutin, terutama jika digunakan untuk membekukan bahan seperti daging atau ikan. Material ini membantu menjaga kebersihan dan higienitas, yang sangat penting dalam operasional bisnis makanan.

    Selain itu, produk ini dilengkapi dengan Heavy Duty Compressor yang memastikan proses pembekuan lebih cepat dan efisien. Dengan teknologi Super Freeze, Chest Freezer ini mampu membekukan makanan dalam waktu hanya dua jam, menjaga kesegaran, nutrisi, dan kualitas bahan makanan.

    Fitur ini sangat mendukung pelaku usaha, seperti restoran, katering, hingga retail makanan beku yang mengutamakan kecepatan dan efisiensi.

    Teknologi Power Duo Cooling yang diusung juga memungkinkan kedua Chest Freezer ini berfungsi ganda sebagai chiller maupun freezer melalui dynamic freezing zone, memberikan fleksibilitas bagi pengguna untuk menyesuaikan suhu sesuai kebutuhan spesifik produk mereka.

    “Dengan peluncuran Chest Freezer MD 0910 TCWH dan MD 1300 TCWH, Modena kembali membuktikan komitmennya untuk memberikan solusi penyimpanan yang inovatif dan efisien bagi pelaku usaha,” ujar Product Manager Cooling Category Modena Daniel Marpaung dalam keterangan pers, Sabtu (26/4/2025).

    “Fitur-fitur seperti PCM Inner Cabinet, Super Freeze, dan Power Duo Cooling menjadikan produk ini pilihan yang tepat untuk menjaga kualitas dan kesegaran bahan makanan.” lanjut Daniel.

    Desain modern dan kapasitas luas dari kedua model ini tidak hanya mendukung operasional bisnis, tetapi juga menawarkan efisiensi energi yang lebih baik, menjadikannya investasi ideal untuk bisnis yang mengutamakan kualitas dan performa.

    Rangkaian produk terbaru ini kini tersedia di seluruh toko resmi Modena dan official store Modena di Tokopedia & Tiktok Shop.

  • Hai Sayang, Kangen Deh sama Lu

    Hai Sayang, Kangen Deh sama Lu

    GELORA.CO – Beredarnya rekaman suara diduga Baim Wong sedang membacakan isi pesan pribadi antara sang istri, Paula Verhoeven dan seorang pria bernama Nico.

    Dalam rekaman yang dibagikan akun TikTok @jalankebenaran11, Baim membacakan percakapan yang menurutnya bernuansa mesra antara Paula dan Nico. Ia bahkan menyebut Paula sudah melampaui batas kewajaran dalam sebuah pertemanan.

    Saat membacakan isi percakapan tersebut, Baim terdengar emosional. Dengan nada pelan, Baim menyebut istrinya itu telah banyak berbohong alias tidak jujur.

    “Ini baru, 14 April itu baru 4 hari yang lalu. Ini juga kamu WhatsApp dia tanggal 9 April. Ini mah intens,” ucap Baim.

    Paula mencoba membela diri dan mengatakan bahwa komunikasi tersebut sudah tidak terjadi setelah ia menjalani ibadah umrah.

    “Aku nggak pernah hubungin lagi habis umrah, umrah Maret,” jawab Paula.

    Namun, Baim menemukan bukti lain. “Masih, ini April. Kamu bohong terus lho sama aku. Ini aku lagi baca semua ini. Kenapa harus bohong? Jangan muter-muter, kamu udah kegep sayang,” kata Baim.

    Baim lalu membacakan beberapa isi pesan Paula kepada Nico:

    “Hai sayang, how are u, kangen lu nih.”

    “Tadi siang bobo mimpiin lu, jadi kangen deh sama lu.”

    “Aku deg-degan lho. Kamu gak pernah kayak gini. Baik-baik darling.”

    Isi pesan tersebut membuat Baim merasa dikhianati. Ia menegaskan bahwa dirinya tidak bisa menerima kebohongan dalam sebuah pernikahan.

    Hingga artikel ini ditulis, belum ada konfirmasi ataupun tanggapan dari pihak Nico Surya terkait isi percakapan yang ramai beredar tersebut. Publik kini menanti penjelasan lebih lanjut dari semua pihak yang terlibat.

  • Daftar 10 Orang Terkaya di Asia versi Forbes, Mukesh Ambani Nomor Satu – Page 3

    Daftar 10 Orang Terkaya di Asia versi Forbes, Mukesh Ambani Nomor Satu – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Lanskap kekayaan yang dinamis di Asia secara konsisten telah menarik perhatian global. Dari daftar orang terkaya di Asia tersebut menorehkan prestasi dalam daftar miliarder versi Forbes secara real time.

    Mengutip Forbes India, Sabtu (26/4/2025), pada April 2025, jika melihat data Forbes, 10 orang terkaya di Asia didominasi asal India dan China. Mukesh Ambani memimpin dengan total kekayaan USD 97,3 miliar atau sekitar Rp 1.636 triliun (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.824 pada 21 April 2025).

    Mukesh Ambani sebagai Chairman Reliance Industries yang memiliki bisnis beragam antara lain di petrokimia, minyak dan gas, telekomunikasi, ritel,  media dan layanan keuangan. Reliance didirikan oleh mendiang ayah Mukesh Ambani yakni Dhirubhai Ambani, seorang pedagang bebang pada 1966 sebagai produsen tekstik kecil. Setelah ayahnya meninggal pada 2022, Ambani dan adiknya Anil membagi kerajaan bisnis.

    Posisi kedua dipegang orang terkaya asal China yakni salah satu pendiri TikTok  Zhang Yiming. Kekayaan Zhang Yiming mencapai USD 65,5 miliar atau sekitar Rp 1.101 triliun.

    Zhang Yiming merupakan salah satu pendirik perusahaan teknologi ByteDance yang terkenal dengan TikTok. TikTok salah satu media sosial yang memiliki lebih dari 1 miliar pengguna di dunia. Perusahaan ini juga memiliki minat dalam e-commerce, pendidikan, permainan dan berita.

    Zhang Yimin mengundurkan diri sebagai Chairman ByteDance pada 2021 setelah mengundurkan diri sebagai CEO awal tahun itu.

    Selanjutnya di posisi ketiga orang terkaya di Asia ditempat Gautam Adani. Orang terkaya asal India ini mencatat kekayaan USD 63,5 miliar atau sekitar Rp 1.068 triliun.

    Ia adalah chairman grup Adani yang bergerak di bisnis pelabuhan, bandara, pembangkit listrik dan transmisi, energi hijau dan lainnya. Grup Adani dimulai pada 1988 sebagai perusahaan perdagangan komoditas yang berkembang melalui akuisisi dan dukungan Perdana Menteri India Narendra Modi.

    Adapun Adani adalah operator bandara terbesar di India dan juga mengendalikan Pelabuhan Mundra, terbesar di India.

     

  • VIRAL Pejuang Garis 2 di Bali Enggan Pulang Kampung Karena Dicap Mandul, Akhirnya Dapat Keajaiban

    VIRAL Pejuang Garis 2 di Bali Enggan Pulang Kampung Karena Dicap Mandul, Akhirnya Dapat Keajaiban

    TRIBUNJAKARTA.COM – Kisah mengharukan seorang pejuang garis dua yang berusaha untuk mendapatkan momongan akhirnya terjawab.

    Meski perjuangan untuk mendapatkan buah hati harus melalui banyak cercaan dan gunjingan orang. 

    Ia pun sempat pergi dari kampungnya di Bali. 

    Kisah itu diunggah oleh akun TikTok ary_kencana. 

    Dalam video yang diunggah, seorang perempuan tampak mencucurkan air mata sembari menggendong seorang bayi. 

    Ya, perempuan itu ialah seorang pejuang garis dua selama bertahun-tahun. 

    Sementara anak yang ditimangnya ialah sang buah hati yang dinanti-nanti akhirnya hadir di dunia.

    Perempuan Bali itu kini menjadi seorang ibu yang penuh kasih terhadap anaknya yang tak mudah untuk diperolehnya.

    Terungkap kisah pilu di balik perjuangan sang perempuan dan suaminya dalam mendapatkan momongan. 

    Perempuan itu sampai enggan pulang kampung karena takut dengan stigma negatif warga sekitar. 

    Ia dicap mandul alias tak bisa memiliki anak hingga dianggap lemah. 

    “4 tahun enggak berani pulang karena takut trauma dengar orang ngomongin dia dibilang bekung (mandul) dan sakit-sakitan,” tulis akun tersebut. 

    Namun, akhirnya tuhan menjawab keinginan pasangan suami istri itu. 

    Ia pulang dengan hati lega ke kampung sambil menggendong buah hati. 

    Pejuang garis dua itu pun sampai berurai air mata saat mencurahkan hatinya di depan umum.

    “Sampai saya enggak mau pulang, dibilang bekung (mandul), sakit-sakitan.”

    “Tapi tetap semangat, terutama bapak sama ibu yang selalu berusaha untuk selalu kuat,” ujar perempuan itu sembari terisak.

    Namun, kisah perjuangan perempuan itu membuat keluarga dan saudaranya ikut terharu.

    Mereka tersedu-sedu bahagia mendengar akhirnya perempuan itu dikaruniai seorang anak. 

    Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

     

     

  • Apple-Instagram Ngaku Diperas Minta Tolong Trump, Begini Kronologinya

    Apple-Instagram Ngaku Diperas Minta Tolong Trump, Begini Kronologinya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Apple dan Meta (induk usaha Facebook, Instagram, dan WhatsApp) baru saja dikenai dengan dari Uni Eropa dengan nilai total US$ 800 juta (Rp 13,5 triliun. Denda jumbo tersebut membuat petinggi Apple dan Meta gerah hingga meminta tolong Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

    Denda dan hukuman lain yang dijatuhkan Uni Eropa ke Apple dan Meta adalah bagian dari rangkaian langkah tegas Komisi Uni Eropa untuk mengadang dominasi perusahaan teknologi di ruang digital. Uni Eropa melakukan penertiban lewat aturan Digital Markets Act (DMA), sebuah regulasi baru yang dirancang untuk menciptakan persaingan sehat di pasar digital.

    Tujuan utamanya untuk mengatur perusahaan-perusahaan teknologi besar yang disebut “gatekeepers” agar tidak menyalahgunakan posisi dominannya di pasar digital.

    Digital Markets Act adalah regulasi Uni Eropa yang mulai diimplementasikan secara penuh pada Maret 2024.

    Sebuah perusahaan dikategorikan sebagai gatekeeper jika memenuhi beberapa kriteria. Pertama, omzet tahunan mereka di Eropa minimal 7,5 miliar euro selama tiga tahun terakhir, atau kapitalisasi pasar lebih dari 75 miliar euro.

    Kedua, memiliki platform inti, seperti mesin pencari, jejaring sosial, layanan perpesanan, atau toko aplikasi dengan lebih dari 45 juta pengguna bulanan aktif dan 10.000 pengguna bisnis tahunan di Uni Eropa.

    Selain itu, perusahaan menempati posisi dominan dan stabil di pasar selama tiga tahun berturut-turut.

    DMA menetapkan sejumlah larangan dan kewajiban bagi gatekeeper, di antaranya, tidak boleh memprioritaskan produk mereka sendiri di platform (self-preferencing). Perusahaan juga wajib mengizinkan interoperabilitas dengan layanan pesaing.

    Selain itu, tidak boleh memaksa pengguna untuk menggunakan layanan tertentu, seperti sistem pembayaran milik sendiri. Dan Harus memungkinkan pengguna untuk menghapus aplikasi bawaan.

    Gatekeeper yang melanggar DMA dapat dikenakan denda hingga 10% dari omzet global tahunan, dan hingga 20% untuk pelanggaran berulang. Dalam kasus yang berat, Uni Eropa bahkan dapat memaksa perusahaan untuk membubarkan bagian bisnis tertentu.

    Pada September 2023, Komisi Eropa untuk pertama kalinya menetapkan enam gatekeeper, termasuk di antaranya Alphabet, Amazon, Apple, ByteDance, Meta, Microsoft, di bawah DMA.

    Beda DMA dan DSA

    Selain DMA, Uni Eropa memberlakukan juga Digital Services Act (DSA). Kedua aturan ini dirancang untuk menciptakan ruang digital yang lebih aman dan adil bagi seluruh pengguna dan pelaku usaha di Eropa.

    Kedua aturan ini saling melengkapi, tetapi memiliki fokus dan tujuan yang berbeda.

    DSA fokus pada keselamatan pengguna dan perlindungan hak-hak digital. Undang-undang ini menetapkan aturan bagi layanan digital, khususnya platform online seperti ecommerce, jejaring sosial, platform berbagi konten, toko aplikasi, dan layanan akomodasi online.

    Foto: REUTERS/Dado Ruvic
    REFILE – CLARIFYING CAPTION Silhouettes of mobile users are seen next to a screen projection of Instagram logo in this picture illustration taken March 28, 2018. REUTERS/Dado Ruvic

    Platform yang sangat besar, dengan lebih dari 45 juta pengguna bulanan di UE, wajib memenuhi standar tertinggi dalam regulasi ini.

    Mengutip laman resminya, aturan DSA ingin memastikan bahwa dunia digital aman, transparan, dan bertanggung jawab, melindungi pengguna dari konten ilegal dan penyalahgunaan algoritma.

    Pada September 2024 lalu, Apple mendapat peringatan keras dari regulator antimonopoli Uni Eropa. Peringatan tersebut meminta agar Apple untuk membuka akses perangkat lunak miliknya ke para pesaing, atau ancaman denda menanti.

    Regulator yang berbasis di Brussels itu akan menentukan bagaimana Apple menyediakan interoperabilitas yang efektif dengan fungsionalitas seperti notifikasi, pemasangan perangkat, dan konektivitas.

    Proses kedua menyangkut bagaimana Apple menangani permintaan interoperabilitas yang diajukan oleh pengembang dan pihak ketiga untuk iOS dan iPadOS. Perusahaan diminta untuk memastikan proses yang transparan, tepat waktu, dan adil.

    Namun, enam bulan kemudian Apple gagal mematuhi permintaan Komisi tersebut.

    Minta tolong Trump

    Apple didenda oleh Komisi Eropa sebesar 500 juta euro (Rp 9,6 triliun). Para pejabat mengatakan bahwa Apple gagal mematuhi kewajiban “anti-pengaturan” di bawah DMA.

    Apple diharuskan untuk mengizinkan pengembang secara bebas menginformasikan kepada pelanggan tentang penawaran alternatif di luar App Store.

    Apple mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka berencana untuk mengajukan banding atas denda Uni Eropa sambil melanjutkan diskusi dengan Komisi.

    CEO Meta Mark Zuckerberg memperkenalkan Orion AR Glasses saat ia menyampaikan pidato utama selama acara tahunan Meta Connect di kantor pusat perusahaan di Menlo Park, California, AS, 25 September 2024. (REUTERS/Manuel Orbegozo)

    “Pengumuman hari ini adalah contoh lain dari Komisi Eropa yang secara tidak adil menargetkan Apple dalam serangkaian keputusan yang buruk bagi privasi dan keamanan pengguna kami, buruk bagi produk, dan memaksa kami untuk memberikan teknologi kami secara gratis,” kata Apple dikutip dari CNBC Internasional.

    Sementara itu, Meta didenda 200 juta euro (Rp 3,8 triliun). Komisi Uni Eropa menemukan bahwa Meta secara ilegal mengharuskan pengguna untuk menyetujui pembagian data mereka dengan perusahaan atau membayar layanan bebas iklan.

    Hal ini sebagai tanggapan atas pengenalan Meta atas tingkat langganan berbayar untuk Facebook dan Instagram pada November 2023.

    Joel Kaplan, kepala urusan global Meta, mengatakan bahwa Komisi tersebut berusaha untuk melumpuhkan bisnis asal Amerika. Sementara mengizinkan perusahaan-perusahaan China dan Eropa lain untuk beroperasi dengan standar yang berbeda.

    “Ini bukan hanya tentang denda. Komisi yang memaksa kami untuk mengubah model bisnis kami secara efektif membebankan tarif miliaran dolar kepada Meta sambil mengharuskan kami untuk menawarkan layanan yang lebih rendah,” kata Kaplan.

    “Dan dengan membatasi iklan yang dipersonalisasi secara tidak adil, Komisi Eropa juga merugikan bisnis dan ekonomi Eropa,” imbuhnya.

    Di satu sisi, ByteDance, pemilik TikTok, kalah dalam gugatan di pengadilan Uni Eropa pada Juli 2024. Gugatan itu terkait digolongkannya TikTok sebagai gatekeeper dalam aturan terkait pasar digital di wilayah tersebut.

    Dari UU Pasar Digital Uni Eropa, gatekeeper adalah platform yang punya posisi sangat dominan. Menurut para hakim, Bytedance telah memenuhi ambang batas terkait aturan tersebut. Mulai dari nilai pasar global, jumlah pengguna TikTok di Eropa, dan ambang batas periode penguasaan pasar.

    Bytedance menyatakan kecewa dengan keputusan tersebut. Namun tetap berjanji akan mengambil langkah mematuhi kewajiban relevan dari aturan tersebut.

    “Sekarang kami akan melakukan evaluasi langkah selanjutnya, kami mengambil langkah mematuhi kewajiban relevan aturan sebelum tenggat Maret,” jelas perusahaan.

    Bytedance mengatakan hasil pengadilan bisa melemahkan tujuan UU Pasar Digital. Yakni akan melindungi lebih dulu perusahaan dominan dari pesaing baru seperti TikTok yang tidak punya posisi kuat, dikutip dari Reuters.

    Raksasa teknologi itu masih memiliki kesempatan untuk mengajukan banding ke pengadilan tertinggi di Eropa.

     

    (dem/dem)

  • TikTok Bikin Pencipta Facebook Ketakutan, Bikin Media Sosial Usang

    TikTok Bikin Pencipta Facebook Ketakutan, Bikin Media Sosial Usang

    Jakarta, CNBC Indonesia – CEO Meta, Mark Zuckerberg, secara terbuka mengakui bahwa kehadiran TikTok menjadi ancaman besar bagi bisnis Meta.

    Pernyataan ini disampaikan saat ia memberikan kesaksian dalam sidang anti monopoli terhadap Meta yang digelar oleh Komisi Perdagangan Federal AS (FTC), Rabu (16/4/2025).

    Zuckerberg menegaskan bahwa sejak TikTok muncul 2018 lalu, aplikasi video pendek itu langsung menjadi prioritas utama dan ancaman kompetitif yang serius bagi perusahaannya. Hal ini menggarisbawahi seberapa besar tekanan yang dirasakan Meta akibat pesatnya pertumbuhan TikTok.

    Ia juga mengatakan bahwa aplikasi milik ByteDance terus menjadi fokus upaya kompetitif Meta selama beberapa tahun.

    Mulanya, ByteDance membeli Musical.ly pada 2017, dan menggabungkannya dengan TikTok tahun berikutnya.

    Sekitar waktu yang sama, Meta (saat itu dikenal sebagai Facebook) berhenti melaporkan jumlah pengguna Facebook dalam laporan kuartalannya, dan beralih ke metrik “keluarga aplikasi” baru yang mencakup Instagram dan WhatsApp.

    Perubahan ini dirancang untuk menyembunyikan fakta bahwa aplikasi unggulan Meta mengalami perlambatan pertumbuhan.

    Zuckerberg memberikan komentar menarik lainnya selama persidangan dalam menanggapi pertanyaan tentang efek jaringan platform media sosial. Dia mengatakan bahwa aplikasi media sosial tidak lagi penting untuk meningkatkan koneksi antara teman dan keluarga untuk berkembang.

    “Aplikasi-aplikasi tersebut sekarang berfungsi terutama sebagai mesin pencari,” kata Zuckerberg dalam kesaksiannya, dikutip dari TechCrunch, Jumat (25/4/2025). “Konten tersebut kemudian bisa dibawa ke aplikasi pesan,” imbuhnya.

    Namun di sisi lain, Meta kini berupaya kembali ke akar Facebook dengan menekankan kembali hubungan antar pengguna. Perusahaan bahkan meluncurkan sejumlah fitur baru yang memudahkan interaksi antar teman, termasuk pembaruan tab Friends yang kini menyoroti permintaan pertemanan dan aktivitas teman.

    Zuckerberg sebelumnya juga sempat menyampaikan kepada investor bahwa kembali ke Facebook yang orisinal merupakan salah satu target utama perusahaan untuk tahun 2025.

    (dem/dem)

  • Warga AS Ramai-ramai Serbu Produk China, Tarif Trump Sia-sia

    Warga AS Ramai-ramai Serbu Produk China, Tarif Trump Sia-sia

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Muncul fenomena baru yang menunjukkan solidaritas warga Amerika Serikat (AS) ke pedagang ritel China, menyusul perang dagang yang sengit antara AS dan China.

    Para pedagang China beramai-ramai mempromosikan produk-produk mewah dengan harga miring. Mereka membanjiri TikTok dan media sosial lainnya untuk menyasar pembeli dari AS.

    Para pedagang China mengklaim warga AS bisa membeli legging dan tas mewah yang mirip produk bermerek Lululemon, Hermes, dan Birkenstock, tetapi dengan harga lebih murah.

    Mereka mengklaim merek-merek mewah tersebut diproduksi di pabrik-pabrik China yang sama dengan barang yang mereka jajakan di media sosial.

    Influencer AS turut mempromosikan video-video dari pedagang China. Hal ini mendorong jumlah download aplikasi e-commerce China seperti DHGate dan Taobao di AS.

    Warga AS mewaspadai harga-harga barang yang melonjak tinggi akibat tarif Trump ke barang impor China dengan duluan membeli barang-barang tersebut via e-commerce China.

    Alhasil, DHGate langsung masuk jejeran ‘Top 10’ aplikasi paling banyak di-download di toko aplikasi Apple dan Google sepanjang pekan lalu.

    Video-video dari para pedagang China mendulang popularitas di TikTok dan Instagram. Mereka menghimpun jutaan view dan ribuan like. Unggahan-unggahan itu berhasil mendorong simpati warga AS terhadap China di tengah perang dagang yang dilancarkan Presiden AS Donald Trump.

    Trump memberlakukan tarif resiprokal sebesar 145% untuk barang-barang impor dari China yang masuk ke AS. China balas dendam dengan menetapkan tarif 125% untuk barang-barang impor AS yang dijual ke negaranya.

    “Trump menginjak-injak negara yang salah. China menang dalam perang ini,” kata salah satu netizen AS, dikutip dari The Economic Times, Jumat (25/4/2025).

    Media sosial menjadi jalur komunikasi langsung antara pemilik pabrik dan pedagang China dengan konsumen AS. Warga AS ramai menunjukkan protes terhadap keputusan pemerintahan Trump, sama seperti aksi penolakan saat TikTok hendak diblokir di AS.

    “Fenomena ini mengaktivasi pandangan politik warga AS, sama seperti yang terjadi saat TikTok hendak diblokir. Saat ini konteksnya adalah tarif dan hubungan kedua negara secara umum,” kata Matt Pearl, direktur yang fokus pada isu teknologi di Center for Strategic and International Studies.

    “Hal ini menunjukkan kemampuan komunikasi antara pedagang China dan konsumen AS, sekaligus memperlihatkan ketergantungan AS dengan barang-barang asal China,” kata dia.

    Jumlah video yang mendorong warga AS membeli langsung produk dari pabrik China meningkat 250% sepanjang pekan hingga 13 April 2025, menurut analis Graphika, Margot Hardy.

    Di TikTok, tagar #ChineseFactory (pabrik China) menghimpun 29.500 unggahan per 23 April 2025. Di Instagram, jumlahnya mencapai 27.300.

    Pakar ritel dan vendor di China mengatakan tidak mungkin video viral yang mengklaim sebagai produsen merek seperti Lululemon dan Hermes, menjual produk asli dari merek tersebut.

    Pasalnya, pabrik-pabrik merek mewah tersebut biasanya telah menandatangani perjanjian kerahasiaan yang ketat dan tidak mungkin menghancurkan hubungan jangka panjang mereka dengan merek-merek besar sebagai imbalan atas penjualan langsung beberapa barang, kata Sucharita Kodali, analis ritel di Forrester.

    Kodali berasumsi viralnya video-video dari produsen China di media sosial sepertinya diizinkan oleh pemerintah China.

    “Kepentingan Lululemon atau Chanel saat ini di China mungkin berada di urutan ke-100 dalam daftar hal-hal yang menjadi perhatian menteri perdagangan dan pejabat China di sana,” kata Kodali.

    Para produsen mungkin juga sedang terburu-buru untuk menutup penjualan sebelum tarif baru pada tanggal 2 Mei 2025 mendatang.

    Warga AS Jadi Mitra Afiliasi Ecommerce China

    Elizabeth Henzie, 23, dari Mooresville, North Carolina, mengatakan bahwa ia merasa biaya produksi dan harga eceran yang dijelaskan dalam video tersebut sangat mengejutkan.

    Ia membuat sheet khusus berisi pabrik-pabrik yang mengklaim menjual tiruan sneaker, tas mewah, dan lainnya, dan menautkannya di profil TikTok miliknya. Postingan tersebut telah menarik lebih dari 1 juta penayangan.

    Henzie kini bekerja sebagai mitra afiliasi untuk DHGate. Ia akan menerima produk gratis dari perusahaan tersebut untuk video ulasan dan komisi jika orang melakukan pembelian melalui tautannya. Ia yakin orang-orang di China pada dasarnya berusaha membantu warga AS.

    “Melihat banyak negara yang bersatu untuk mencoba membantu konsumen AS telah menggenjot moral saya,” kata Henzie.

    “Meski kondisi di AS saat ini buruk, menurut saya hal ini mendorong warga untuk lebih solid,” ia menjelaskan.

    TikTok yang dimiliki ByteDance asal China mengatakan telah menghapus beberapa video viral yang mempromosikan barang-barang mewah asal China. Menurut platform, beberapa video tersebut menyalahi kebijakan perusahaan dengan mempromosikan produk palsu.

    Namun, banyak yang mengunggah ulang video-video tersebut. Bahkan banyak video lawas tentang manufaktur China yang tersebar di linimasa media sosial di tengah isu tarif yang kontroversial.

    TikTok menolak berkomentar lebih lanjut. Instagram yang dimiliki Meta juga menolak berkomentar terkait video viral dari China.

    Pedagang China Berdarah-darah

    Para pedagang China mengatakan mereka mengunggah video-video tersebut saat penjualan anjlok. Yu Qiule, 36, pemilik pabrik di Shandong yang memproduksi peralatan fitness, mengatakan ia mulai mengunggah video di TikTok sejak pertengahan Maret 2025.

    Tujuannya adalah mencari konsumen lebih banyak setelah isu tarif menyebabkan gelombang pembatalan pesanan ke pabriknya.

    Louis Lv, general manager untuk ekspor di Hongye Jewelry Factory di Yiwu, Zhejiang, mengatakan perusahaannya mulai mengunggah di TikTok sejak akhir 2024. Kala itu, penjualan domestik mulai menunjukkan penurunan.

    Namun, video-videonya mulai banyak ditonton sejak pemerintahan Trump mengumumkan kebijakan tarif ke produk-produk impor China.

    “Filosofi pebisnis China adalah kami akan pergi ke manapun bisnis berada,” kata dia.

    Hermes Buka Suara

    Salah satu video viral di TikTok menunjukkan seorang pria yang memegang tas mirip Hermes Birkin. Ia mengklaim harga produksi tas mewah tersebut kurang dari US$1.400. Namun, Hermes menjualnya seharga US$38.000.

    Video itu sudah dihapus dari TikTok, tetapi banyak yang mengunggahnya kembali. Pria tersebut mengklaim pabrik di China menggunakan kulit dan hardware serupa Hermes Birkin. Bedanya, tak ada logo Hermes yang terpasang. Tas itu ditawarkan seharga US$1.000.

    Juru bicara Hermes mengatakan tas-tas mereka diproduksi 100% di Prancis dan menolak berkomentar lebih lanjut.

    Juru bicara Birkenstock juga menanggapi video-video yang menunjukkan produk tiruan perusahaannya. Birkenstock mengatakan produknya dirancang dan diproduksi di Uni Eropa. Perusahaan telah menghubungi TikTok dan video tersebut dihapus pada 15 April 2025.

    Lululemon yang juga menjadi target video viral TikTok dari manufaktur China turut angkat bicara. Manufaktur China mengklaim menjual legging serupa Lululemon dengan harga US$5.

    Lululemon telah menghubungi TikTok untuk menghapus konten tersebut. Lululemon juga menegaskan pihaknya tidak bekerja dengan pabrik-pabrik yang mengunggah video viral di TikTok. Perusahaan mewanti-wanti agar konsumen tak terkecoh dengan produk dan informasi palsu.

    (fab/fab)

  • Reels Instagram Kini Bisa Diunduh! Ini Syarat dan Batasannya

    Reels Instagram Kini Bisa Diunduh! Ini Syarat dan Batasannya

    JAKARTA – Instagram akhirnya menghadirkan fitur yang sudah lama dinantikan banyak pengguna: kemampuan untuk mengunduh Reels secara langsung ke ponsel. Namun, jangan terlalu bersemangat, ada beberapa hal penting yang perlu diketahui. Fitur ini saat ini baru tersedia di Amerika Serikat, dan belum ada kepastian kapan akan diluncurkan secara global.

    Selama ini, mengunduh foto atau video dari Instagram secara resmi memang nyaris mustahil. Entah karena alasan hak cipta atau strategi agar pengguna tetap berada di dalam aplikasi, Instagram tampaknya cukup ketat soal ini. Tapi kini, sikap itu berubah—setidaknya untuk Reels.

    Melalui unggahan dari Kepala Instagram, Adam Mosseri, dijelaskan bahwa fitur baru ini sudah mulai digulirkan ke pengguna di AS. Untuk mengunduh, pengguna cukup menekan ikon Share di Reels yang diinginkan, lalu memilih opsi Download. Video hasil unduhan akan langsung tersimpan di galeri ponsel.

    Namun seperti biasa, ada sejumlah batasan yang menyertainya. Reels dari akun privat tidak bisa diunduh, dan tidak semua Reels dari akun publik pun bisa didownload. Instagram memberikan kebebasan kepada kreator untuk menentukan apakah mereka mengizinkan kontennya diunduh atau tidak. Selain itu, semua video yang diunduh akan disertai watermark berupa logo Instagram dan nama akun kreator.

    Fitur ini sebenarnya bukan hal baru di ranah media sosial. TikTok, sebagai rival utama Instagram, telah lama menawarkan fitur unduh video langsung dari aplikasinya. Langkah Instagram ini bisa jadi merupakan upaya menyaingi dominasi TikTok yang unggul dalam distribusi konten video pendek.

    Tak hanya itu, peluncuran fitur unduh Reels ini juga hadir berbarengan dengan peluncuran aplikasi pengedit video baru dari Instagram bernama Edits. Aplikasi ini diklaim menyediakan fitur pengeditan yang lebih canggih dibandingkan editor bawaan di aplikasi Instagram. Menariknya, aplikasi Edits juga sudah dibekali teknologi AI, memberi pengguna keleluasaan lebih dalam berkreasi.

    Beberapa pihak berspekulasi bahwa Instagram mungkin akan memberikan jangkauan lebih luas pada video yang diedit menggunakan Edits, sebagai cara halus untuk mendorong pengguna berpindah dari aplikasi pihak ketiga seperti CapCut ke ekosistem buatan Meta sendiri.

    Meski saat ini fitur unduhan Reels baru menyapa pengguna di Amerika Serikat, banyak yang optimis bahwa pengguna di negara lain, termasuk Indonesia, tak perlu menunggu terlalu lama untuk menikmati fitur ini. Siap-siap saja, karena cara kamu menyimpan dan membagikan konten dari Instagram akan berubah total!

  • Ini Senjata Baru China yang Bikin Amerika Ketakutan

    Ini Senjata Baru China yang Bikin Amerika Ketakutan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Amerika Serikat (AS) kembali dibikin ketar-ketir oleh teknologi dari China, yakni DeepSeek. Chatbot kecerdasan buatan (AI) itu dinilai sebagai ancaman serius terhadap keamanan nasional Negeri Paman Sam.

    Dalam laporan terbaru dari Komite Khusus Kongres AS, DeepSeek disebut bukan sekadar chatbot biasa, melainkan alat strategis yang menyimpan potensi ancaman besar terhadap keamanan data warga Amerika.

    Laporan itu menyebut DeepSeek melakukan pengumpulan data yang sangat agresif, mulai dari riwayat percakapan, detail perangkat, hingga pola mengetik pengguna.

    “DeepSeek adalah ancaman nyata bagi keamanan nasional kita,” tulis laporan Kongres AS, dikutip dari TechRadar, Jumat (25/4/2025).

    Menurut laporan itu, data yang dikumpulkan tersebut diduga dialirkan langsung ke pemerintah China melalui infrastruktur yang terhubung ke China Mobile, perusahaan telekomunikasi yang sudah lebih dulu dilarang beroperasi di AS karena dianggap sebagai ancaman keamanan nasional.

    Temuan ini juga mengonfirmasi laporan dari perusahaan keamanan siber Feroot, yang menemukan adanya tautan tersembunyi di halaman login DeepSeek yang mengarah langsung ke sistem milik China Mobile. Dalam laporan itu, disebutkan bahwa DeepSeek diduga kuat berafiliasi dengan militer China.

    Selain itu, DeepSeek juga dilaporkan menggunakan berbagai alat pelacak dari perusahaan teknologi raksasa China seperti ByteDance (induk TikTok), Baidu, dan Tencent, tiga nama yang sudah lama mendapat sorotan dari pemerintah AS terkait isu sensor dan pengawasan massal.

    “Bersama-sama, perusahaan-perusahaan ini merupakan alat pengawasan, penyensoran, dan eksploitasi data yang terdokumentasi dengan baik, yang diperkuat oleh DeepSeek,” tulis para ahli.

    Sebagai respons, Komite Khusus Kongres AS kini mendorong perluasan kontrol ekspor teknologi AI serta meminta pemerintahan Joe Biden untuk menyiapkan langkah antisipatif terhadap ancaman kejutan strategis dari teknologi AI China.

    (fab/fab)