Perusahaan: The New York Times

  • Nostalgia BlackBerry: Sudah Tenggelam, Kini Diburu Gen Z Demi Tren TikTok – Page 3

    Nostalgia BlackBerry: Sudah Tenggelam, Kini Diburu Gen Z Demi Tren TikTok – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Kamu yang tumbuh remaja hingga dewasa di tahun 2000-an pasti kenal dengan ponsel BlackBerry. Sebelum eranya iPhone atau Android, BlackBerry selalu di hati. 

    Bagaimana tidak, ponsel pintar BlackBerry turut menemani hari-hari penggunanya. Ketimbang ponsel lain di zamannya, BlackBerry dulu bisa dipakai untuk chat melalui aplikasi chatting bawaan BlackBerry Messenger (BBM-an). 

    Khusus untuk sesama pengguna BlackBerry, BBM ini juga memungkinkan pengguna update status. Sesuatu yang kini terasa biasa saja karena semua media sosial dan aplikasi pesan punya fitur ini. Tapi kalau dulu jadi hal yang istimewa. 

    BlackBerry booming di awal tahun 2000-an. Kesuksesannya terbukti dari pangsa pasar hampir 50 persen di Amerika Serikat dan 20 persen secara global. Namun, waktu mengubah segalanya.  

    Tombol keyboard qwerty BlackBerry alias BB yang nyaman untuk mengetik berbagai hal pun harus kalah dengan touchscreen alias layar sentuh yang diperkenalkan iPhone dan Android. Akhirnya, BlackBerry harus menyerah total tahun 2022. 

    Uniknya, baru-baru ini The New York Times membuat artikel tentang berbagai hal (dan benda) yang pernah terkenal bagi generasi milenial, dan kini mulai dikenal lagi. Salah satunya, tentunya ada BlackBerry.  

     

    Blackberry disuntik mati oleh perusahaannya sendiri. Sebelum iPhone dan Android mendominasi, Blackberry pernah jadi raja smartphone dengan beragam layanan dan fitur. Begini perjalanan Blackberry di Indonesia.

  • Usia Bukan Halangan, The Rolling Stones Dikabarkan Siap Merilis Album Baru

    Usia Bukan Halangan, The Rolling Stones Dikabarkan Siap Merilis Album Baru

    JAKARTA – Usia tampaknya bukan halangan untuk terus berkarya bagi The Rolling Stones yang dikabarkan tengah menggarap album baru untuk melanjutkan perjalanan musik mereka yang luar biasa.

    Seperti diketahui, Stones merilis album studio ke-24, “Hackney Diamonds” pada tahun 2023, dilanjutkan dengan 20 pertunjukan besar di Amerika Utara yang menghasilkan 235 juta dolar AS – menjadikannya tur dunia terlaris keenam sepanjang tahun 2024.

    Awal tahun ini, muncul rumor Stones telah membatalkan rencana untuk menggelar tur ke Inggris dan Eropa karena masalah penjadwalan. Namun, para personel tampaknya menggunakan waktu itu untuk kembali ke studio rekaman.

    Menurut laporan dari The Sun, The Rolling Stones – yang saat ini digawangi Mick Jagger (vokal), Keith Richards (gitar), Ronnie Wood (gitar), dan Steve Jordan (drum) – telah bersama-sama mengerjakan tindak lanjut dari ‘Hackney Diamonds’ sejak April.

    Mereka telah memiliki 13 lagu yang digarap di Metropolis Studios, London Barat, serta disebut sedang dalam pembicaraan dengan label mengenai tanggal perilisan untuk album baru.

    “Awalnya, rencananya adalah mereka akan menggelar tur besar ke Inggris dan Eropa musim panas ini, tetapi promotor tidak dapat mengatur tanggalnya,” kata seorang sumber kepada publikasi yang berbasis di Inggris itu.

    “Alih-alih, The Stones memutuskan untuk kembali ke studio dan merilis album berikutnya. Album ini sangat berarti bagi para penggemar mereka yang tidak berkesempatan untuk menonton mereka secara langsung tahun ini,” lanjutnya.

    Laporan itu menyatakan, produser terkenal Andrew Watt – yang memproduseri dan ikut menulis tiga lagu di “Hackney Diamonds” – kembali terlibat untuk album mendatang.

    Sampai artikel ini ditulis, belum ada pernyataan resmi dari Stones. Namun, para personel pernah menyatakan minat untuk merilis lebih banyak musik.

    Menjelang perilisan “Hackney Diamonds”, Jagger mengatakan kepada The New York Times bahwa ia tidak akan menganggapnya sebagai album terakhir Rolling Stones, karena para anggotanya telah mengerjakan tiga perempat album berikutnya.

    Pada November 2023, Richards juga menyampaikan hal senada kepada SiriusXM, dengan mengatakan: “Masih banyak lagi yang tersisa. Akan selalu ada (album) lain hingga kami merilisnya… Inilah yang kami lakukan. Kami harus melihat Rolling Stones ini sampai tuntas.”

  • Mark Zuckerberg Ingin Bentuk Tim Elit untuk Ciptakan AI Terpintar di Dunia – Page 3

    Mark Zuckerberg Ingin Bentuk Tim Elit untuk Ciptakan AI Terpintar di Dunia – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Meta dilaporkan makin berambisi dalam pengembangan AI buatan perusahaan. Hal itu diketahui dari langkah CEO Meta Mark Zuckerberg yang dilaporkan tengah membentuk tim elit untuk menciptakan AI superintelligence.

    Menurut laporan Bloomberg dan The New York Times, Mark Zuckerberg kini tengah aktif merekrut para ahli terbaik di bidang AI, mulai dari peneliti hingga insinyur infrastruktur.

    Menariknya, seperti dikutip dari Engadget, Kamis (12/6/2025), perekrutan itu dilakukan lewat grup WhatsApp internal yang diberi nama ‘Recruiting Party’. Llau, para kandidat diajak makan siang atau malam di kediamannya di California.

    Sekadar diketahui, ambisi Meta untuk menciptakan AI superintelligence disebut akan menjadi lompatan besar melewati batas Artificial General Intelligence (AGI) yang saat ini jadi tujuan utama banyak perusahaan teknologi.

    Jika AGI disebut sebagai mesin yang memiliki kecerdasan buatan setara manusia, superintelligence merupakan AI yang memiliki kemampuan intelektual jauh melampaui manusia. Ini yang disebut jadi target jangka panjang Zuckerberg.

     

  • Pekerjaan Ini Terancam PHK Massal Gara-gara Google

    Pekerjaan Ini Terancam PHK Massal Gara-gara Google

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sejumlah alat AI milik Google mengancam pekerjaan di dunia jurnalistik. Karena pengguna tinggal menggunakan alat-alat seperti AI Overviews hingga chatbot untuk mendapatkan informasi yang diinginkan.

    Laporan Wall Street Journal menyebutkan tools AI tersebut menghancurkan lalu lintas untuk penerbit berita. Karena pengguna lebih mudah meminta jawaban dari alat tersebut dan tak perlu lagi masuk ke portal berita.

    AI Overviews, misalnya, akan menyajikan ringkasan informasi yang dicari pengguna. Ini biasanya berasal dari informasi di internet, termasuk konten berita.

    Laporan tersebut, yang dikutip Tech Crunch mengatakan Overviews menghantam trafik ke situs seperti panduan liburan, kiat kesehatan dan ulasan produk. Kemungkinan, fitur masa depan yang bernama AI Mode akan berdampak lebih keras lagi.

    Salah satu contohnya The New York Times yang mengalami penurunan trafik baik ke situs desktop dan seluler. Catatan Similarweb menunjukkan pada bulan April trafiknya hanya 36,5%, turun dari 44% tiga tahun lalu.

    Di sisi lain, Google mengatakan fitur Overviews telah meningkatkan trafik pencarian.

    Masalah ini memang disadari betul oleh para penerbit. Bahkan dua perusahaan besar seperti The Atlantic dan The Washington Post mengatakan perlu mengubah model bisnis untuk menghindari ancaman pada industri jurnalistik.

    Beberapa penerbit juga akhirnya melakukan kesepakatan berbagi konten dengan perusahaan AI. Cara ini dilakukan untuk mereka bisa mendapatkan tambahan pendapatan.

    Salah satunya The Times yang bekerja sama dengan Amazon. Kolaborasi itu untuk lisensi konten editorial yang digunakan melatih platform AI milik raksasa teknologi.

    Sementara itu OpenAI bekerja sama dengan sejumlah penerbit termasuk The Atlantic. Startup AI Perplexity berencana membagi pendapatan iklan dengan para penerbit iklan saat chatbotnya menampilkan konten dari perusahaan tersebut.

    (dem/dem)

  • OpenAI Lawan New York Times Demi Jaga Rahasia ChatGPT!

    OpenAI Lawan New York Times Demi Jaga Rahasia ChatGPT!

    JAKARTA – OpenAI telah mengajukan banding terhadap perintah pengadilan dalam kasus hak cipta yang diajukan oleh The New York Times (NYT), yang mewajibkan perusahaan untuk menyimpan data output ChatGPT tanpa batas waktu. OpenAI menilai perintah tersebut bertentangan dengan komitmen privasi yang telah dijanjikan kepada para penggunanya.

    Perintah tersebut dikeluarkan bulan lalu oleh pengadilan setelah NYT meminta agar semua data log hasil output ChatGPT dipertahankan dan dipisahkan secara khusus. Dalam dokumen pengadilan tertanggal 3 Juni, OpenAI secara resmi meminta Hakim Distrik AS, Sidney Stein, untuk membatalkan perintah tersebut.

    CEO OpenAI, Sam Altman, menyatakan keberatannya melalui sebuah unggahan di platform X pada Kamis malam: “Kami akan melawan permintaan apa pun yang mengorbankan privasi pengguna kami; ini adalah prinsip inti kami.”

    “Kami menganggap permintaan [NYT] ini tidak pantas dan menciptakan preseden buruk.”

    The New York Times menolak memberikan komentar atas pengajuan banding ini.

    Gugatan yang diajukan oleh NYT pada tahun 2023 terhadap OpenAI dan Microsoft menuduh kedua perusahaan tersebut telah menggunakan jutaan artikel NYT tanpa izin sebagai bagian dari data pelatihan untuk mengembangkan model bahasa besar (LLM) di balik ChatGPT.

    Dalam putusannya bulan April 2025, Hakim Stein menyatakan bahwa NYT telah menyampaikan argumen yang cukup kuat bahwa OpenAI dan Microsoft bisa saja turut bertanggung jawab karena mendorong pengguna untuk melanggar hak cipta milik NYT.

    Ia juga menegaskan bahwa contoh-contoh ChatGPT yang menampilkan konten dari artikel NYT secara langsung — yang telah “banyak dipublikasikan” — cukup untuk membiarkan gugatan ini terus berlanjut ke tahap berikutnya.

    Masalah ini merupakan salah satu kasus penting dalam perdebatan hukum seputar penggunaan materi berhak cipta oleh teknologi kecerdasan buatan. Hasil akhirnya bisa membentuk arah hukum untuk perusahaan AI lainnya dalam menangani data pelatihan dan privasi pengguna.

    Sementara OpenAI mengklaim perlindungan privasi sebagai prioritas, NYT berargumen bahwa pelanggaran terhadap hak cipta jurnalis dan institusi berita tidak bisa diabaikan, terutama jika digunakan secara komersial tanpa kompensasi atau izin.

  • Ayumi Hamasaki Bantah Rumor Elon Musk Ayah Anak-anaknya

    Ayumi Hamasaki Bantah Rumor Elon Musk Ayah Anak-anaknya

    Jakarta, Beritasatu.com – Bintang pop Jepang, Ayumi Hamasaki, membantah rumor yang menyebut Elon Musk sebagai ayah dari anak-anaknya.

    Rumor ini bermula dari pernyataan penulis Ashley St Claire dalam wawancara dengan The New York Times pada akhir Mei, yang menyebut Elon Musk sebagai ayah dari anak ‘seorang bintang pop Jepang’.

    Lewat akun Instagram pribadinya, Ayumi Hamasaki, dengan tegas membantah rumor tersebut. Ia mengatakan Elon Musk bukan ayah dari kedua anaknya yang masih kecil.

    “Saya memperhatikan rumor ini cukup lama, dan saya rasa sudah waktunya bagi saya untuk berbicara. Elon Musk bukanlah ayah dari salah satu atau kedua anak saya,” kata Ayumi, dikutip dari Channel News Asia, Jumat (6/6/2025).

    Ayumi menambahkan, meski orang lain mungkin menganggap rumor hubungannya dengan Elon Musk masuk akal, namun rumor tersebut tetap tidak benar.

    “Saya mengerti jika orang lain bisa berpikir itu terlihat seperti hal yang akan saya lakukan. Tapi saya tegaskan rumor itu tidak benar,” tegasnya.

    Sebelumnya, Ayumi pernah menikah dengan aktor dan model asal Austria, Manuel Schwarz, dari tahun 2011 hingga 2012. Setelah bercerai, pada 2015 ia menikah kembali  dengan mahasiswa kedokteran Amerika, Tyson Bodkin hingga 2016.

    Pelantun hit Seasons dan Blue Bird tersebut menyampaikan, rumor hubungannya dengan Elon Musk ini ia bantah agar tak merugikan kedua anaknya di masa depan.

    “Ketika anak-anak saya sudah cukup besar untuk mulai mencari-cari di Google, saya tidak ingin mereka mengetahui rumor-rumor itu dan menganggapnya benar, jadi saya dengan tegas membantahnya,” pungkas Ayumi.

  • Elon Musk Dituduh Pakai Narkoba Kelas Berat, Begini Klarifikasinya

    Elon Musk Dituduh Pakai Narkoba Kelas Berat, Begini Klarifikasinya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Elon Musk dilaporkan mengonsumsi narkoba dalam jumlah di atas wajar. Hal ini pertama kali diungkap The New York Times, berdasarkan informasi dari beberapa sumber dalam.

    Miliarder berusia 53 tahun tersebut dikatakan mengonsumsi ketamin dengan dosis berlebihan, bahkan sampai memengaruhi kandung kemihnya.

    Sebagai informasi, ketamin merupakan obat bius yang membuat pasien tidur sebelum menjalankan operasi. Namun, ketamin kerap disalahgunakan sebagai obat-obatan terlarang dengan tujuan non-medis.

    Lembaga Pangan dan Obat-obatan AS (FDA) hanya mengizinkan penggunaan ketamin dalam prosedur bius medis.

    Tak cuma ketamin, Musk juga diduga menggunakan ekstasi dan jamur psikedelik. Dalam laporan The New York Times, Musk disebut membawa kotak obat-obatan yang menyimpan 20 pil saat bepergian.

    Di dalamnya terdapat beberapa narkoba, termasuk stimulan Adderall, dikutip dari Yahoo Entertainment, Selasa (3/6/2025), berdasarkan laporan The New York Times.

    US Weekly telah menghubungi pengacara dan perwakilan Musk untuk memberikan komentar terkait laporan yang menghebohkan tersebut. Namun, Musk menanggapi tudingan tersebut melalui akun X personalnya.

    “Saya tidak mengonsumsi narkoba. The New York Times berbohong,” tulisnya.

    Tidak jelas kapan Musk diduga mengonsumsi obat-obatan tersebut dan apakah itu bertepatan dengan masa kerjanya di bawah pemerintahan Presiden AS Donald Trump sebagai kepala Lembaga Efisiensi Pemerintah (DOGE).

    Pada Maret 2024 lalu, Musk bersikeras bahwa ia tidak menyalahgunakan obat-obatan. Ia menekankan bahwa resep ketaminnya untuk “keadaan kimia negatif”.

    “Jika menggunakan terlalu banyak ketamin, Anda tak bisa bekerja. Sementara saya memiliki banyak pekerjaan,” kata Musk kepada jurnalis Don Lemon kala itu.

    Musk menambahkan waktu kerja normalnya tembus 16 jam per hari. Ia juga mengatakan jarang mengambil waktu istirahat saat akhir pekan, sebab harus mengurusi banyak perusahaan sekaligus.

    Laporan terbaru dari The New York Times muncul setelah Musk mengumumkan berhenti menjabat sebagai pegawai khusus di pemerintahan Trump pada 28 Mei 2025 silam.

    “Berkaitan dengan berakhirnya masa jabatan saya sebagai Pegawai Spesial Pemerintah, saya ingin menyampaikan terima kasih terhadap Presiden Donald Trump untuk kesempatan yang diberikan kepada saya untuk mengurangi pemborosan anggaran,” tulis Musk di akun X personalnya pada pekan lalu.

    “Misi DOGE akan memperkuat pemerintah dari aktu ke waktu,” ia menambahkan.

    Foto: REUTERS/Nathan Howard
    Elon Musk muncul dengan mata memar saat menghadiri konferensi pers bersama Presiden AS Donald Trump di Ruang Oval di Gedung Putih di Washington, D.C., AS, Jumat (30/5) lalu. (REUTERS/Nathan Howard)

    Di hari terakhir jabatannya, Musk dan Trump menggelar konferensi pers di Gedung Putih. Penampilan Musk menjadi sorotan, pasalnya matanya terlihat lebam dan kelakuannya disebut aneh. Hal ini membuat spekulasi soal penggunaan narkoba makin kencang.

    Sebelumnya, Musk mengatakan kemundurannya dari pemerintahan Donald Trump dilakukan agar lebih fokus mengurus bisnisnya yang anjlok pasca menjadi kepala DOGE.

    Selain kesibukan mengurusi perusahaan-perusahaannya (Tesla, SpaceX, X, Neuralink, dkk), Musk juga menjalankan tanggung jawab sebagai ayah belasan anak dari beberapa perempuan.

    Bulan lalu, The Wall Street Journal melaporkan bahwa Musk menawarkan uang tutup mulut sebesar US$15 juta (Rp244 miliar) dan uang bulanan (Rp1,6 miliar) kepada influencer konservatif Ashley St. Clair. Uang tutup mulut itu agar sang influencer merahasiakan keberadaan anak mereka.

    Pada Februari 2025, Sr. Clair yang berusia 26 tahun mengklaim di X bahwa ia baru saja melahirkan anak ke-13 Musk 5 bulan sebelumnya. Ia mengaku merahasiakan keberadaan anak tersebut untuk melindungi privasi dan keamanan sang anak. Musk tak merespons klaim tersebut.

    (fab/fab)

  • Tingkah Aneh dan Mata Lebam, Elon Musk Dicurigai Kena Narkoba

    Tingkah Aneh dan Mata Lebam, Elon Musk Dicurigai Kena Narkoba

    Jakarta

    The New York Times belum lama ini menerbitkan laporan yang mengklaim Elon Musk mengonsumsi obat-obatan terlarang. Musk membantah laporan tersebut dan menuduh The New York Times berbohong.

    Bantahan itu dimulai dengan gurauan setelah akun Whole Mars Catalog mencuit di X, “Mengingat rekam jejak Elon Musk, obat apa pun yang ia konsumsi seharusnya dimasukkan ke dalam air minum.”

    Musk membalas cuitan tersebut dengan emoji tertawa sambil menangis dan “100”, sebelum mengeluarkan bantahannya dan menuduh The New York Times berbohong.

    “Saya TIDAK mengonsumsi narkoba. The New York Times berbohong,” tulis Musk dalam postingannya di X, seperti dikutip dari Variety, Selasa (3/6/2025).

    “Saya mencoba ketamin yang diresepkan beberapa tahun yang lalu dan mengungkapnya di X, jadi ini bukan berita baru. (Obat) itu membantu untuk keluar dari kondisi mental yang, tapi saya tidak mengonsumsinya lagi sejak saat itu,” sambungnya.

    Laporan The New York Times tersebut dirilis bersamaan dengan hari terakhir Musk di Department of Government Efficiency (DOGE) pekan lalu. Musk dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump menggelar konferensi pers di Gedung Putih, di mana penampilan Musk menjadi sorotan karena matanya terlihat lebam dan perilakunya terlihat aneh, yang membuat spekulasi tentang konsumsi narkoba menguat.

    Laporan tersebut mengklaim Musk mengonsumsi obat-obatan terlarang seperti ketamin dalam jumlah yang sangat banyak sampai mempengaruhi kandung kemihnya. Ketamin adalah obat bius kuat yang biasanya dipakai untuk menenangkan hewan seperti kuda.

    Selain ketamin, Musk juga diklaim mengonsumsi ekstasi dan jamur ajaib. Orang terkaya di dunia itu juga selalu bepergian membawa kotak berisi obat-obatan yang salah satunya diberi label Adderall, salah satu merek obat stimulan.

    The New York Times juga mengklaim Musk menerima pemberitahuan dari jauh-jauh hari sebelum melakukan tes narkoba yang diwajibkan untuk mendapatkan izin keamanan sebagai kontraktor pemerintah.

    Ini bukan pertama kalinya Musk dilaporkan mengonsumsi narkoba. Tahun lalu, The Wall Street Journal melaporkan bos Tesla dan SpaceX itu mengonsumsi kokain, LSD, dan jamur ajaib di pesta, dan kebiasaan itu membuat perilakunya jadi tidak menentu.

    (vmp/vmp)

  • Ada Perubahan Pola Aliran Senjata, India Pakai Senjata AS & Barat, Pakistan Pakai Senjata dari China – Halaman all

    Ada Perubahan Pola Aliran Senjata, India Pakai Senjata AS & Barat, Pakistan Pakai Senjata dari China – Halaman all

    Perbandingan India vs Pakistan Sama dengan Perbandingan AS vs China dalam Hal Penjualan Senjata

    TRIBUNNEWS.COM- Meningkatnya dukungan militer Barat terhadap India, dan dukungan Cina terhadap Pakistan, menandakan adanya pergeseran dalam keberpihakan global — dan titik api potensial lainnya bagi ketegangan internasional.

    Terakhir kali India dan Pakistan berhadapan dalam konfrontasi militer, pada tahun 2019, pejabat AS mendeteksi cukup banyak pergerakan dalam persenjataan nuklir kedua negara sehingga mereka merasa khawatir. 

    Menteri Luar Negeri Mike Pompeo terbangun di tengah malam. Ia menelepon “untuk meyakinkan masing-masing pihak bahwa pihak lain tidak sedang mempersiapkan perang nuklir,” tulisnya dalam memoarnya.

    Bentrokan itu dengan cepat mereda setelah pertikaian awal. 

    Namun enam tahun kemudian, kedua negara Asia Selatan yang bermusuhan itu kembali terlibat dalam konflik militer setelah serangan mematikan terhadap wisatawan di Kashmir yang dikuasai India. 

     

     

     

     

     

     

    Dan kali ini ada unsur ketidakpastian baru karena aliansi militer terpenting di kawasan itu telah dibentuk ulang.

    Perubahan pola dalam aliran senjata menggambarkan penyelarasan baru di sudut Asia yang sangat tidak stabil ini, di mana tiga kekuatan nuklir — India, Pakistan, dan Cina — berdiri dalam jarak yang tidak nyaman.

    India, negara yang secara tradisional tidak memihak dan telah menyingkirkan sejarah keraguannya terhadap Amerika Serikat, telah membeli peralatan senilai miliaran dolar dari Amerika Serikat dan pemasok Barat lainnya. 
    Pada saat yang sama, India telah secara drastis mengurangi pembelian senjata berbiaya rendah dari Rusia, sekutunya di era Perang Dingin.

    Pakistan, yang relevansinya dengan Amerika Serikat telah memudar sejak berakhirnya perang di Afghanistan, tidak lagi membeli peralatan Amerika yang dulu didorong oleh Amerika Serikat untuk dibeli. 

    Pakistan kemudian beralih ke China untuk sebagian besar pembelian militernya.

    Hubungan-hubungan ini telah menyuntikkan politik negara adidaya ke dalam konflik terpanjang dan paling sulit diatasi di Asia Selatan.

    Amerika Serikat telah menjadikan India sebagai mitra dalam melawan China, sementara Beijing telah memperdalam investasinya dalam advokasi dan perlindungannya terhadap Pakistan seiring dengan semakin dekatnya India dengan Amerika Serikat.

    Pada saat yang sama, hubungan antara India dan Cina telah memburuk dalam beberapa tahun terakhir karena klaim teritorial yang saling bersaing, dengan bentrokan yang terjadi antara kedua militer pada waktu-waktu tertentu. 

    Dan hubungan antara dua kekuatan terbesar dunia, Amerika Serikat dan Cina, telah mencapai titik terendah karena Presiden Trump telah melancarkan perang dagang terhadap Beijing.

    Campuran yang mudah meledak ini menunjukkan betapa rumit dan berantakannya aliansi seiring dengan retaknya tatanan global pasca-Perang Dunia II. 

    Ketidakstabilan ini diperparah oleh sejarah Asia Selatan yang sering terjadi konfrontasi militer, dengan angkatan bersenjata di kedua belah pihak yang rentan melakukan kesalahan, sehingga meningkatkan risiko eskalasi yang bisa menjadi tidak terkendali.

    “AS sekarang menjadi pusat kepentingan keamanan India, sementara China semakin memainkan peran yang sebanding di Pakistan,” kata Ashley Tellis, mantan diplomat yang merupakan peneliti senior di Carnegie Endowment for International Peace.

    Ketika India mengambil tindakan militer terhadap Pakistan, Amerika Serikat telah berada di pihaknya dengan lebih kuat daripada sebelumnya dalam beberapa tahun terakhir.

    Perdana Menteri India Narendra Modi berbicara dengan Tn. Trump dan Wakil Presiden JD Vance pada hari-hari awal setelah serangan teroris pada tanggal 22 April di Kashmir. 

    Dukungan kuat yang disuarakan oleh pejabat pemerintahan Trump dipandang oleh banyak pejabat di New Delhi sebagai lampu hijau bagi rencana India untuk membalas Pakistan, meskipun pejabat AS mendesak agar menahan diri.

    Indikasi perubahan dinamika tersebut adalah ketidakhadiran Presiden Vladimir V. Putin dari Rusia saat Tn. Modi menerima telepon dari lebih dari selusin pemimpin dunia beberapa hari setelah serangan. 

    Menteri luar negeri Rusia berbicara dengan mitranya dari India seminggu setelah serangan, dan Tn. Modi dan Tn. Putin akhirnya berbicara minggu ini, kata para pejabat.

    Sementara itu, Tiongkok telah memimpin dukungan publik bagi Pakistan, dengan menggambarkannya sebagai “sahabat karib dan mitra kerja sama strategis dalam kondisi apa pun.”

    Tren ini semakin dapat tercermin dalam konflik militer.

    “Jika Anda memikirkan seperti apa konflik masa depan antara India dan Pakistan, konflik itu akan semakin terlihat seperti India yang berperang dengan platform AS dan Eropa dan Pakistan yang berperang dengan platform China,” kata Lyndsey Ford, mantan pejabat senior pertahanan AS yang saat ini menjadi peneliti senior di Observer Research Foundation America. “Mitra keamanan dekat kedua negara telah berkembang secara signifikan dalam dekade terakhir.”

    Hingga beberapa tahun terakhir, perhitungan Perang Dingin telah membentuk aliansi di Asia Selatan.

    India, meskipun memainkan peran utama dalam gerakan nonblok, semakin dekat dengan Uni Soviet. Senjata dan amunisi dari Moskow mencakup hampir dua pertiga peralatan militer India.

    Di sisi lain, Pakistan bersekutu erat dengan Amerika Serikat, menjadi mitra garis depan dalam membantu mengalahkan Soviet di Afghanistan. 

    Pada tahun 1980-an, militer Pakistan memanfaatkan hubungan itu untuk memperkuat persenjataannya, termasuk memperoleh puluhan pesawat tempur F-16 yang didambakan, yang membantu mengikis dominasi udara yang dinikmati India.

    Setelah Perang Dingin, kedua negara menghadapi sanksi Amerika karena menguji senjata nuklir pada tahun 1990-an. Selama lebih dari satu dekade, Pakistan ditolak pengiriman puluhan F-16 yang telah dibayarnya.

    Namun, nasib negara itu berubah lagi setelah serangan 11 September 2001 di New York dan Pentagon, karena sekali lagi menjadi mitra garis depan Amerika Serikat, kali ini dalam perang melawan terorisme.

    Bahkan ketika Pakistan dituduh melakukan permainan ganda, melindungi para pemimpin Taliban di wilayahnya sambil membantu kehadiran militer Amerika di Afghanistan, militer AS menggelontorkan puluhan miliar dolar dalam bentuk bantuan militer. Amerika Serikat menjadi pemasok senjata utama Pakistan, sementara China tetap berada di posisi kedua.

    Ketika pentingnya Pakistan bagi Amerika Serikat telah menurun, Pakistan kemudian beralih ke China, yang telah lama menawarkan pelukan terbuka.

    Beijing, yang hanya menjadi sumber 38 persen senjata Pakistan pada pertengahan tahun 2000-an, telah menyediakan sekitar 80 persen selama empat tahun terakhir, menurut Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm, yang mempelajari secara dekat aliran senjata global.

    Pada saat yang sama, India telah memangkas ketergantungannya pada senjata Rusia hingga lebih dari setengahnya. 

    Antara tahun 2006 dan 2010, sekitar 80 persen senjata utama India berasal dari Rusia. 

    Selama empat tahun terakhir, angka tersebut telah turun menjadi sekitar 38 persen, dengan lebih dari setengah impor India berasal dari Amerika Serikat dan sekutu seperti Prancis dan Israel.

    Satu-satunya pengecualian untuk hubungan Pakistan dengan Amerika Serikat adalah program F-16. Pakistan telah memperluas persenjataan F-16-nya selama dua dekade terakhir, dan pemerintahan Biden mendorong kontrak senilai hampir $400 juta untuk layanan dan pemeliharaan jet tempur tersebut.

    Pada tahun 2019, Pakistan menggunakan F-16 untuk menjatuhkan jet India buatan Rusia. 

    New Delhi memprotes bahwa tindakan tersebut merupakan pelanggaran perjanjian penjualan AS dengan Pakistan, dengan alasan bahwa perjanjian tersebut hanya mengizinkan misi kontraterorisme.

    Beberapa pejabat Amerika tampaknya mencoba menenangkan India dengan mengatakan bahwa mereka telah menegur Pakistan. 

    Namun, kabel diplomatik AS telah lama menjelaskan bahwa mereka mengetahui niat Pakistan dalam membangun angkatan udaranya: untuk penggunaan potensial dalam konflik dengan India.

    Bentrokan tahun 2019 — di mana salah satu helikopter milik India juga ditembak jatuh, menewaskan setengah lusin personel — mengungkap masalah militernya . 

    Pada tahun-tahun berikutnya, India telah menggelontorkan miliaran dolar untuk memodernisasi pasukannya. Saat India kini berhadapan dengan Pakistan, ancaman yang lebih besar, Tiongkok, tidak hanya mengawasi tetapi juga membantu musuhnya.

    Bagi banyak pejabat Amerika yang mengamati perkembangan tahun 2019 dengan saksama, kesalahan manusia memperjelas bagaimana situasi dapat meningkat di luar kendali.

    Para pejabat AS khawatir bahwa dengan hiper-nasionalisme di India dan Pakistan, di mana dua militer yang dipersenjatai dengan baik beroperasi di koridor udara yang sempit dan di tengah kecurigaan bersama, bahkan kesalahan terkecil atau pelampauan perintah dapat menyebabkan eskalasi bencana.

    “Krisis yang melibatkan serangan udara lintas batas dan pertempuran udara, seperti yang kita lihat pada tahun 2019, membawa risiko eskalasi yang signifikan,” kata Ibu Ford, mantan pejabat pertahanan AS. “Dan itu semakin bermasalah jika melibatkan dua negara tetangga yang bersenjata nuklir.”

     

     

    SUMBER: THE NEW YORK TIMES

  • Tetangga Elon Musk Ngamuk, Kelakuan Liar Diumbar

    Tetangga Elon Musk Ngamuk, Kelakuan Liar Diumbar

    Jakarta, CNBC Indonesia – Elon Musk kembali bikin gaduh, kali ini dengan tetangga di lingkungan elite rumahnya di Austin, Texas.

    Mengutip laporan The New York Times, Musk membeli sebuah rumah mewah enam kamar tidur di kawasan elite West Lake Hills pada 2022.

    Rumah ini berada di jalan sempit di area perumahan yang tenang, lokasi yang tak lazim bagi seseorang seperti Musk yang membutuhkan pengamanan ketat 24 jam.

    Namun demi keamanan, Musk membangun pagar kawat setinggi 4,8 meter mengelilingi propertinya.

    Masalahnya, pagar ini melebihi batas tinggi yang diizinkan, selisih sekitar 3 meter dari aturan kota. Tak hanya itu, pembangunan pagar dan gerbang logam tersebut melanggar enam peraturan kota sekaligus, dan tidak memiliki izin resmi.

    Musk kini sedang berupaya mendapatkan izin pembangunan, baru setelah pagar tersebut berdiri. Namun, prosesnya masih berlarut-larut.

    Di sisi lain, warga sekitar mulai gerah. Banyak yang mengeluh atas gangguan akibat renovasi rumah Musk, dari lalu lintas kendaraan pekerja hingga aktivitas 24 jam yang mengusik ketenangan lingkungan.

    “Mobil para pekerja parkir sembarangan, lalu-lalang angkut laundry dari satu rumah ke rumah lain, ini harus dihentikan,” ujar warga lokal Paul Hemmer kepada Komisi Zonasi dan Perencanaan.

    Aksi Musk ini dianggap mencerminkan pola lamanya, yakni membangun dulu, izin belakangan. Pola yang juga pernah menyeret perusahaan-perusahaannya ke banyak masalah hukum.

    CEO Tesla dan SpaceX itu juga dikenal semakin paranoid. Ia bahkan pernah menyatakan bahwa dirinya adalah target pembunuhan nomor dua setelah Trump.

    Mansion Musk di West Lake Hills adalah bagian dari tiga properti yang membentuk semacam “kompleks keluarga”, tempat tinggal para ibu dari anak-anaknya.

    Mantan kekasihnya, penyanyi Grimes, pernah tinggal di sana, sementara eksekutif Neuralink Shivon Zillis, ibu dari empat anak Musk, tinggal hanya 10 menit jalan kaki.

    Alih-alih menciptakan tempat nyaman untuk keluarga, sikap Musk justru bikin warga lokal geram.

    “Saya sebut itu Fort Knox,” kata Paul Hemmer, ketua asosiasi warga setempat.

    Sidang Dewan Kota West Lake Hills dijadwalkan pada 14 Mei untuk membahas pelanggaran zonasi ini. Situasinya diperkirakan akan memanas.

    (dem/dem)