Perusahaan: Telegram

  • BigSocial, Solusi Digital Berbasis AI untuk Dorong Pengembangan Bisnis – Halaman all

    BigSocial, Solusi Digital Berbasis AI untuk Dorong Pengembangan Bisnis – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pesatnya perkembangan teknologi saat ini menjadikan data di media sosial sebagai aset berharga bagi perusahaan dan instansi yang ingin lebih memahami serta mendekatkan diri dengan audiens mereka. Namun, menganalisis data dalam jumlah besar bukanlah tugas yang mudah. Bagi banyak perusahaan dan instansi, tantangan ini dapat menjadi hambatan dalam memperoleh insight berharga yang berpotensi mendorong kesuksesan mereka.

    Untuk mengatasi hal tersebut, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) menghadirkan BigSocial dari BigBox AI, sebuah solusi digital unggulan yang memudahkan pemantauan, pengukuran, serta analisis opini dan tren terkini secara real-time.

    Opini maupun tren di media sosial dapat diolah menjadi data yang berharga. Jika dimanfaatkan dengan baik, data tersebut dapat memberikan banyak wawasan tentang kebutuhan pengguna secara menyeluruh.

    Tidak hanya itu, data opini maupun tren juga bisa memberikan input yang dapat mengoptimalkan strategi perusahaan maupun instansi. Misalnya, digunakan untuk mengambil langkah preventif terhadap sentimen negatif yang muncul di media sosial.

    Kemampuan untuk bertindak cepat dan memahami kebutuhan pengguna dengan tepat dapat mendukung keberhasilan suatu perusahaan atau instansi. Dengan demikian, perusahaan maupun instansi dapat menciptakan peluang baru serta menerapkan strategi yang efektif guna mempertahankan reputasi mereka.

    BigSocial sebagai Solusi AI

    BigSocial bukan sekadar alat pemantau media sosial biasa, tetapi dapat berfungsi sebagai “mata dan telinga” perusahaan untuk memahami publik secara lebih akurat dan tren terkini secara real-time.

    BigBox AI memungkinkan perusahaan maupun instansi untuk mengukur tren, opini publik, ataupun sentimen yang berkembang di berbagai saluran media sosial, dengan memanfaatkan fitur analisis berbasis AI yang ada di BigSocial.

    “BigSocial membantu perusahaan maupun instansi untuk memahami audiens secara lebih menyeluruh, sehingga dapat mengambil langkah strategis dengan cepat  termasuk dalam menjaga citra untuk kepentingan mereka. Kami percaya, untuk mencapai kesuksesan di era digital, perusahaan maupun instansi harus memiliki kedekatan dengan audiens agar tetap relevan dalam memahami kebutuhannya. BigSocial adalah jawabannya,” kata EVP Digital Business & Technology Telkom Komang Budi Aryasa.

    Dengan BigSocial, perusahaan maupun instansi dapat memanfaatkan data di media sosial secara maksimal untuk merancang strategi yang lebih tepat sasaran dan relevan.

    Berbagai fitur unggulan, seperti Social Media Monitoring, membantu pelaku usaha untuk mengidentifikasi tren pasar secara real-time, menemukan influencer teratas, serta melihat potensi isu viral yang mungkin memengaruhi citra perusahaan.

    BigSocial mampu memantau 10.000 kanal media dan jutaan topik dari dalam dan luar negeri, BigSocial membantu perusahaan dan instansi menilai opini publik secara cepat dan efisien.

    Selain memantau tren secara real-time, BigSocial juga menyediakan fitur analisis sentimen yang dapat mengukur pandangan publik terhadap suatu produk atau merek.

    Dalam kondisi krisis, misalnya, perusahaan dapat dengan cepat mengetahui respons masyarakat melalui analisis sentimen yang dikategorikan sebagai positif, negatif, atau netral di dashboard BigSocial. Hal ini memungkinkan perusahaan atau instansi untuk segera mengambil tindakan yang tepat sebelum suatu isu semakin meluas.

    Fitur lainnya adalah dashboard custom yang mampu menampilkan data relevan secara komprehensif. Dashboard yang visualnya mudah dipahami ini bisa menjadi alat untuk menggali insight yang dapat mendukung strategi masing-masing perusahaan maupun instansi.

    Notifikasi otomatis yang dikirim melalui email, Telegram, maupun WhatsApp memudahkan perusahaan maupun instansi tetap mengenai informasi terkini tanpa harus memantau dashboard sepanjang waktu. Ini tentu menghemat waktu dan energi, membuat perusahaan lebih efisien dalam menanggapi perubahan di sekitar yang cepat.

    Tidak hanya unggul dalam fitur, BigSocial juga memberikan dampak positif terhadap keberlanjutan operasional perusahaan dan instansi. Dengan proses otomatisasi yang diberikan, penggunaan BigSocial dapat mendukung efisiensi sumber daya manusia dan sumber daya fisik.

    BigSocial secara langsung mendorong mereka lebih ramah lingkungan seperti membantu dalam mengurangi penggunaan kertas. BigSocial menjadi bukti komitmen Telkom dalam menciptakan teknologi yang berkelanjutan.

    BigSocial hadir sebagai solusi bagi pelaku usaha dan instansi untuk beradaptasi dengan cepat di era digital yang terus berkembang. Sementara itu, BigBox AI, yang berada di bawah naungan umbrella brand Leap Telkom Digital, dapat menjadi mitra strategis dalam membantu perusahaan dan instansi tetap terhubung dengan audiens mereka.

    Informasi lebih lanjut tentang BigSocial dan fitur-fitur unggulannya dapat diakses melalui tautan berikut https://leaptelkom.me/BigSocialDataDigitalSolution. (*)

  • Mengenal Hamster Combat dan Proyeksi XRP di Tahun 2025

    Mengenal Hamster Combat dan Proyeksi XRP di Tahun 2025

    Sekarang ini banyak aset crypto yang tergolong baru bisa mendatangkan cuan. Salah satunya adalah Hamster combat. Pergerakan harga hamster kombat dianggap banyak trader berpendapat bahwa aset crypto ini akan melonjak.

    Begitu juga dengan xrp yang banyak di analisa oleh para ahli trader akan meningkat. Namun mereka juga menerapkan beberapa syaratnya. Dilansir dari berbagai sumber, berikut pembahasan kedua aset crypto tersebut.

    Mengenal Hamster Combat

    Hamster Combat adalah permainan sederhana yang dapat ditemukan di platform Telegram. Meskipun namanya mengisyaratkan pertarungan antar karakter hamster, sebenarnya ini adalah permainan simulasi crypto.

    Permainan ini memiliki fitur-fitur menarik seperti simulasi pasar crypto virtual, sistem rujukan, dan integrasi NFT, serta memberikan kesempatan untuk menghasilkan uang melalui penambangan dan investasi koin yang dikumpulkan.

    Dengan model play-to-earn (P2E), pemain dapat memperoleh token crypto sebagai imbalan dari berbagai aktivitas dan misi yang mereka lakukan. Dalam permainan ini, pemain diharuskan menyelesaikan tugas-tugas sederhana, seperti mengetuk layar dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan, termasuk bermain game, mengundang teman, dan mengikuti event.

    Setelah menyelesaikan tugas, pemain akan mendapatkan koin HMSTR yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan karakter hamster mereka. Selain itu, pemain juga bisa mendapatkan koin melalui event khusus, giveaway, atau airdrop.

    Cara Bermain Game Hamster Kombat

    Berikut adalah langkah-langkah untuk memainkan game Hamster Combat berdasarkan informasi dari bot Hamster combat: 1. Buka Aplikasi Telegram
    Pertama, buka aplikasi Telegram dan cari bot Hamster Kombat. Setelah menemukannya, ikuti petunjuk yang diberikan oleh bot untuk memulai permainan. Pemain akan diperkenalkan dengan dasar-dasar dan cara bermain game ini. 2. Kumpulkan Koin
    Tujuan utama dari game ini adalah untuk memperluas kerajaan crypto. Untuk mencapai hal ini, pemain perlu mengumpulkan koin khusus secara berkala. Berikut beberapa cara untuk mengumpulkan koin:

    Tap to Earn

    Ketuk layar untuk mendapatkan koin. Ini adalah cara paling sederhana dan langsung untuk mengumpulkan koin dalam permainan. Pemain akan mendapatkan 1 koin setiap kali mereka mengetuk layar.

    Mine

    Tingkatkan kartu untuk mendapatkan peluang penghasilan pasif. Dengan cara ini, koin akan diperoleh secara otomatis tanpa harus terus-menerus bermain.

    Profit per Hour

    Nilai koin akan bekerja secara otomatis dan menghasilkan koin bahkan saat pemain tidak aktif bermain selama 3 jam. Setelah periode ini, pemain perlu masuk kembali ke dalam game untuk mengaktifkan kembali proses penghasilan otomatis.

    LVL

    Semakin banyak koin yang dimiliki, semakin tinggi level perolehan nilai koin. Level yang lebih tinggi memungkinkan pemain untuk menghasilkan koin lebih cepat.

    Invite Friends

    Undang teman-teman dan dapatkan bonus. Bantu teman untuk naik ke liga berikutnya agar bisa mendapatkan bonus tambahan.

    3. Lakukan Upgrade dan Ekspansi
    Gunakan koin dan token yang diperoleh dari menyelesaikan tugas harian untuk melakukan upgrade pada hamster dan memperluas kerajaan crypto. Dengan meningkatkan kemampuan hamster dan memperluas kerajaan, pemain dapat menghadapi tantangan yang lebih besar dan mengumpulkan lebih banyak koin.

    Pergerakan Harga Hamster Combat

    Dilansir dari coingecko, harga Hamster Combat hari ini adalah Rp 26,3 dengan volume perdagangan mencapai US$34.597.251 dalam 24 jam terakhir, yang menunjukkan peningkatan sebesar 60,40% dibandingkan satu hari sebelumnya.

    Untuk harga tertinggi yang pernah dicapai oleh Hamster Kombat (HMSTR) adalah US$0,007222, yang tercatat pada 27 September 2024.. Jika dibandingkan, harga saat ini 73,43% lebih rendah dari harga tertinggi sepanjang waktu.

    Sedangkan harga terendah untuk Hamster Kombat (HMSTR) adalah US$0,001919, yang tercatat pada 3 Februari 2025. Jika dibandingkan, harga saat ini 0,00% lebih tinggi dari harga terendah sepanjang waktu.

    Mungkinkah Prediksi Kenaikan XRP hingga Rp 178.200

    Dilansir dari Pintu, XRP mengalami reli yang signifikan, didorong oleh sentimen pasar yang positif. Analis pasar, Ali Martinez, baru-baru ini membagikan grafik harga yang menunjukkan level kunci yang harus ditembus oleh XRP untuk menghindari momentum bearish.

    Menurut Martinez, harga XRP saat ini terkonsolidasi dalam pola “bullish pennant”. Meskipun ada kemungkinan penurunan hingga Rp33.210 sebelum level resistance Rp44.286 ditembus, analis ini optimis XRP bisa mencapai Rp 178.200 setelah koreksi singkat. Pola teknikal seperti ini sering kali menjadi fase akumulasi sebelum pergerakan harga yang besar.

    Selain itu, meningkatnya sentimen bullish di pasar crypto secara keseluruhan memberikan dorongan tambahan bagi XRP. Proyeksi ini mencerminkan fundamental yang kuat dari XRP dan meningkatnya kepercayaan investor terhadap pasar crypto secara umum.

    Pergerakan Harga XRP

    Dilansir dari Pintu Market, harga XRP hari ini Rp 40.144 dengan volume perdagangan harian XRP (XRP) mencapai US$13.934.437.397 dalam 24 jam terakhir, menunjukkan peningkatan sebesar 220,90% dibandingkan dengan satu hari yang lalu.

    Untuk harga tertinggi sepanjang waktu untuk XRP (XRP) adalah US$3,40, yang tercatat pada 7 Januari 2018. Saat ini, harga XRP berada 24,16% lebih rendah dibandingkan dengan harga tertinggi tersebut.

    Sedangkan Harga terendah sepanjang waktu untuk XRP (XRP) adalah US$0,002686, yang tercatat pada 22 Mei 2014. Saat ini, harga XRP 95.852,56% lebih tinggi dibandingkan dengan harga terendah yang pernah tercatat.

    Peluang Menembus Dua Digit

    Prediksi harga XRP selanjutnya datang dari TradingShot, seorang pakar crypto yang menyoroti tren bullish yang kuat. Ia menyebutkan bahwa pola segitiga besar (triangle) telah terbentuk sejak 2018, menunjukkan potensi pergerakan besar yang semakin dekat.

    Sinyal positif lainnya adalah breakout pada Relative Strength Index (RSI), yang sebelumnya berada pada overbought (>70,00). Kondisi ini mirip dengan situasi menjelang rally besar pada tahun 2017 dan 2020. XRP dapat menguji kembali level tertinggi sebelumnya, seperti yang terjadi pada April 2021 dengan harga US$1,97500.

    Jika momentum pasar crypto terus mendukung, bukan tidak mungkin harga XRP akan melampaui level tersebut dan bahkan mencapai dua digit, menembus angka US$10.

    Analisis Pergerakan Harga XRP mencapai lebih dari US$ 5

    Prediksi harga XRP lain yang layak diperhatikan pada 2025 diungkap oleh analis terkemuka dari TradingView, CoreCrypto1. Ia melihat potensi kenaikan altcoin tersebut yang dimulai dengan breakout dari pola segitiga simetris.

    Penembusan level harga US$1 disertai dengan peningkatan volume perdagangan menjadi sinyal kuat bahwa XRP siap untuk terus naik.

    CoreCrypto1 memperkirakan target awal di US$2,4 sebagai langkah pertama sebelum mencapai level berikutnya di US$3,7. Selanjutnya, XRP diproyeksikan dapat menyentuh kisaran US$4,8 hingga US$5. Kenaikan ini didukung oleh perkembangan teknikal yang positif serta sentimen pasar yang stabil.

    “Dengan kondisi saat ini, target di kisaran US$5 menjadi sangat realistis,” jelasnya. Namun, ia juga mengingatkan bahwa volatilitas cryptocurrency tetap menjadi faktor yang perlu diperhatikan.

  • Penyebab Gencatan Senjata di Gaza Kian Rapuh: Trump Makin Bikin Gaduh Saat Hamas dan Israel Gusar – Halaman all

    Penyebab Gencatan Senjata di Gaza Kian Rapuh: Trump Makin Bikin Gaduh Saat Hamas dan Israel Gusar – Halaman all

    Penyebab Gencatan Senjata di Gaza Kian Rapuh: Trump Makin Bikin Gaduh Saat Hamas dan Israel Gusar

    TRIBUNNEWS.COM – Gerakan pembebasan Palestina, Hamas, mengumumkan penundaan pembebasan berikutnya sandera Israel yang dijadwalkan berlansung pada Sabtu (15/2/2025) pekan ini.

    Penundaan ini membuat gencatan senjata sementara yang terjadi makin rapuh. Terlebih, komentar-komentar terbuka Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump justru makin meriuhkan tensi saat Israel dan Hamas tengah gusar menanti langkah-langkah berikutnya.

    Pengumuman Hamas ini dilakukan Senin (10/2/2025), hanya beberapa hari sebelum jadwal pembebasan kelompok sandera berikutnya.

    Juru bicara Brigade Al-Qassam, Abu Obaida, dalam salah satu pernyataan resminya yang dirilis di Telegram kelompok tersebut, menyebut penundaan dilakukan karena Israel melakukan sejumlah pelanggaran mencolok dalam gencatan senjata.

    Dia menyatakan pengumumannya sebagai “peringatan” bagi Israel dan mengatakan kalau mereka memberi mediator perundingan “cukup waktu untuk menekan pendudukan (Israel) agar memenuhi kewajibannya (dalam gencatan senjata) “.

    Dikatakannya “pintu tetap terbuka” untuk rilis (pembebasan sandera Israel) terjadwal berikutnya yang akan dilaksanakan pada hari Sabtu.

    Kelompok perlawanan Palestina tersebut tampaknya memberi waktu agar kebuntuan itu terselesaikan.

    NETANYAHU DAN TRUMP – Foto ini diambil pada Senin (10/2/2025) dari publikasi resmi Netanyahu pada Rabu (5/2/2025), memperlihatkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kiri) berbicara dengan sekutunya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kanan), di Gedung Putih. (Instagram/b.netanyahu)

    Hamas Gusar, Donald Trump yang Malah Bikin Makin Gaduh

    Tapi apa sebenarnya kebuntuannya?

    Kegusaran Hamas ini tergambar dari serangkaian keluhan yang mereka suarakan soal pelanggaran gencatan senjata oleh Israel.

    Pelanggaran itu, mulai dari menunda pemulangan warga terlantar, terus menembaki mereka, dan tidak mengizinkan masuknya jenis bantuan kemanusiaan tertentu.

    BBC melansir, pejabat lain Palestina yang tidak terkait dengan Hamas (dari Otoritas Palestina/PA) telah menyatakan ada keengganan Israel untuk mengizinkan karavan memasuki Gaza untuk menampung sejumlah besar warga Palestina yang rumahnya telah dihancurkan.

    “Pada saat pemerintah Israel secara terbuka membahas cara untuk mendorong warga sipil meninggalkan Gaza, kegagalan memberikan izin untuk akomodasi sementara yang sangat dibutuhkan pasti akan memicu ketakutan warga Palestina akan pengusiran,” tulis BBC, dikutip Selasa (11/2/2025).

    KEMBALI PULANG – Ratusan ribu warga Gaza yang terusir dan mengungsi karena agresi militer Israel. Mereka kembali ke rumah-rumah mereka ke wilayah Gaza Utara, Senin (27/1/2025). (RNTV/TangkapLayar)

    Ketakutan diperburuk, hampir setiap hari, oleh Donald Trump yang justru makin membuat gaduh suasana dan mempertinggi tensi konflik.

    Apa yang awalnya merupakan ‘usulan’ spontan kalau sebagian besar warga Palestina harus pergi sementara Jalur Gaza dibangun kembali telah berubah menjadi ‘tuntutan’ sang presiden bahwa semua orang harus pergi dan bahwa AS harus mengambil alih dan memerintah Gaza.

    “Saat Trump terus menegaskan usulannya yang provokatif, Hamas mungkin bertanya-tanya apakah ada gunanya terlibat dalam tahap kedua perundingan gencatan senjata. Untuk apa sebenarnya perundingan itu?” ulas BBC.

    Jika Trump serius, Palestina tahu bahwa Israel harus memastikan Gaza bebas dari warga sipil.

    Merampas tempat tinggal mereka tidak akan cukup hanya lewat retorika dan diplomasi. Hampir pasti akan Israel melaksanakan ekskusi lewat kekuatan militer.

    Kini Trump telah mengatakan bahwa jika semua sandera yang ditawan di Gaza tidak dikembalikan pada hari Sabtu, ia akan mengusulkan pembatalan gencatan senjata dan “neraka” akan terjadi.

    Namun ia mengatakan bahwa ia berbicara atas nama dirinya sendiri dan “Israel dapat mengesampingkannya”.

    SANDERA ISRAEL DIBEBASKAN – Foto ini diambil pada Minggu (9/2/2025) dari publikasi resmi Brigade Al-Qassam (sayap militer Hamas) pada Sabtu (8/2/2025), memperlihatkan tiga sandera Israel (kiri-kanan); Ohad Ben Ami, Eli Sharabi, Or Levy, berdiri dengan masing-masing diapit oleh dua anggota Brigade Al-Qassam selama pertukaran tahanan ke-5 pada Sabtu (8/2/2025) sebagai bagian dari implementasi perjanjian gencatan senjata Israel-Hamas di Jalur Gaza, dengan imbalan 183 tahanan Palestina. (Telegram Brigade Al-Qassam)

    Keluarga Sandera: Trump Lebih Baik Diam 

    Menghadapi kemungkinan dimulainya kembali perang, Hamas mungkin bertanya-tanya apa insentifnya untuk membebaskan sandera Israel yang tersisa.

    Bagi keluarga dan teman para sandera Israel, kebuntuan saat ini dan campur tangan Trump yang gaduh adalah penyebab kecemasan baru.

    “Setiap pernyataan atau pengumuman ini tentu saja membuat Hamas semakin keras kepala,” kata Dudi Zalmanovich kepada BBC. Keponakan istrinya, Omer Shem Tov, masih ditahan oleh Hamas.

    “Saya lebih suka jika dia bersikap kurang proaktif (diam),” kata Zalmanovich tentang Trump.

    Kegusaran Israel, Sandera yang Kurus 

    Israel mempunyai kecurigaan tersendiri mengenai alasan di balik ancaman penundaan Hamas.

    Tontonan para sandera kurus kering yang dibebaskan pada akhir pekan telah memunculkan kekhawatiran bahwa Hamas mungkin tidak ingin dunia melihat orang lain dalam kondisi yang lebih buruk.

    Selain tayangan di televisi yang memperlihatkan para pejuang Hamas bersenjata lengkap berparade di siang bolong, dan peringatan dari mantan Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, bahwa kelompok tersebut telah merekrut tentara sebanyak jumlah yang hilang selama perang, tidak semua warga Israel yakin bahwa gencatan senjata dapat – atau bahkan seharusnya – dipertahankan.

    Masih terlalu dini untuk mengatakan apakah proses yang dinegosiasikan secara hati-hati dan bertahap ini akan segera runtuh – seperti yang telah diprediksi banyak orang – tetapi setelah permulaan yang sebagian besar positif, proses ini berada di bawah tekanan yang semakin meningkat.

    Dengan kata lain, gencatan senjata yang sedang terjadi secara sementara, makin rapuh yang diperburuk oleh Trump yang tampaknya hobi membuat gaduh.

     

     

    (oln/bbc/*)

  • Tanggapi Hamas, Trump: ‘Neraka Gaza’ akan Dibuka Jika Sandera Israel Tak Dibebaskan Sabtu Pekan Ini – Halaman all

    Tanggapi Hamas, Trump: ‘Neraka Gaza’ akan Dibuka Jika Sandera Israel Tak Dibebaskan Sabtu Pekan Ini – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Sekutu Israel, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) dengan membuka gerbang neraka di Jalur Gaza jika mereka menunda pertukaran sandera Israel pada Sabtu (15/2/2025) pekan ini.

    Donald Trump memberi waktu kepada Hamas sampai hari Sabtu untuk membatalkan penangguhan pertukaran tahanan karena Israel terus menerus melanggar perjanjian gencatan senjata di Jalur Gaza.

    Presiden AS juga mengancam akan meminta sekutunya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, untuk membatalkan perjanjian gencatan senjata.

    “Gerbang neraka akan terbuka jika para sandera tidak dipulangkan dari Gaza. Jika semua sandera tidak dipulangkan sebelum pukul 12 siang pada hari Sabtu, saya akan meminta gencatan senjata dibatalkan,” kata Donald Trump, seperti diberitakan Reuters, Senin (10/2/2025).

    “Israel dapat membatalkan perjanjian gencatan senjata,” tambahnya.

    Donald Trump mengatakan ia akan mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mempertimbangkan hari Sabtu mendatang sebagai batas waktu pemulangan para sandera Israel dari Jalur Gaza.

    “Saya mungkin akan berbicara dengan Benjamin Netanyahu untuk mempertimbangkan hari Sabtu sebagai batas waktu,” ujarnya.

    Dalam pernyataannya, Donald Trump juga mendesak Hamas untuk membebaskan semua sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza.

    “Kita tidak bisa menunggu setiap Sabtu hingga 2 atau 3 sandera meninggalkan Gaza,” katanya.

    Ia lalu membahas kondisi tiga sandera Israel yaitu Or Levy, Ohad Ben Ami, Eli Sharabi, yang dibebaskan pada Sabtu (8/2/2025) akhir pekan lalu.

    “Kami melihat kondisi para sandera yang keluar Sabtu lalu dan dalam kondisi kesehatan yang sulit dan tidak dapat menunggu lebih lama lagi,” kata Donald Trump.

    Hamas: Israel Langgar Perjanjian Gencatan Senjata

    Sebelumnya, Abu Ubaida, juru bicara Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, mengatakan mereka akan menunda pertukaran sandera pada Sabtu (15/2/2025) pekan ini jika Israel terus melanggar perjanjian gencatan senjata.

    “Selama tiga minggu terakhir, pimpinan perlawanan telah memantau pelanggaran dan kegagalan musuh dalam mematuhi ketentuan perjanjian. Mulai dari menunda pemulangan para pengungsi ke Jalur Gaza utara, hingga menargetkan mereka dengan tembakan,” kata Abu Ubaida dalam pernyataannya di Telegram, Senin (10/2/2025).

    “Di berbagai wilayah di Jalur Gaza, dan kegagalan mendatangkan pasokan bantuan dalam segala bentuk seperti yang disepakati, sementara perlawanan telah melaksanakan semua kewajibannya,” lanjutnya.

    “Oleh karena itu, penyerahan tahanan Zionis (Israel) yang dijadwalkan akan dibebaskan Sabtu depan, 15 Februari 2025, akan ditunda hingga pemberitahuan lebih lanjut, dan hingga pendudukan berkomitmen dan memberikan kompensasi atas hak-hak selama beberapa minggu terakhir secara retroaktif,” tambahnya.

    Abu Ubaida mengatakan Hamas terkomitmen terhadap perjanjian gencatan senjata selama Israel juga mematuhinya.

    Ia menjelaskan, Hamas mengumumkan rencana penundaan pertukaran sandera untuk memperingatkan mediator dan Israel agar Israel segera menghentikan pelanggaran terhadap perjanjian tersebut.

    Sejak perjanjian gencatan senjata berlaku pada 19 Januari 2025, Israel-Hamas telah melakukan lima gelombang pertukaran sandera:

    19 Januari 2025: Hamas membebaskan tiga sandera Israel, sementara Israel membebaskan 90 tahanan Palestina.
    25 Januari 2025: Empat tentara wanita Israel ditukar dengan 200 tahanan Palestina.
    30 Januari 2025: Tiga sandera Israel dan lima warga Thailand dibebaskan dengan imbalan 110 tahanan Palestina.
    1 Februari 2025: Tiga sandera Israel dibebaskan dengan imbalan 183 tahanan Palestina.
    8 Februari 2025: Tiga sandera Israel dibebaskan dengan imbalan 183 tahanan Palestina.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

  • Hamas Tunda Pertukaran Sandera, Brigade Al-Qassam: Israel Langgar Perjanjian Gencatan Senjata – Halaman all

    Hamas Tunda Pertukaran Sandera, Brigade Al-Qassam: Israel Langgar Perjanjian Gencatan Senjata – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Abu Ubaida, juru bicara Brigade Qassam,  sayap militer Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), mengumumkan pembebasan tahanan Israel yang ditahan oleh Hamas akan ditunda.

    Brigade Al-Qassam dijadwalkan akan membebaskan tahanan Israel pada Sabtu (15/2/2025) minggu ini, namun mereka mengumumkan untuk menunda pertukaran tersebut.

    Penundaan ini terjadi setelah Hamas memantau pasukan Israel yang terus melanggar sejumlah komitmen dalam perjanjian gencatan senjata yang telah disepakati oleh kedua pihak.

    “Selama tiga minggu terakhir, pimpinan perlawanan telah memantau pelanggaran dan kegagalan musuh dalam mematuhi ketentuan perjanjian. Mulai dari menunda pemulangan para pengungsi ke Jalur Gaza utara, hingga menargetkan mereka dengan penembakan dan tembakan,” kata Abu Ubaida dalam pernyataannya di Telegram, Senin (10/2/2025).

    “Di berbagai wilayah di Jalur Gaza, dan kegagalan mendatangkan pasokan bantuan dalam segala bentuk seperti yang disepakati, sementara perlawanan telah melaksanakan semua kewajibannya,” lanjutnya.

    Abu Ubaida memperingatkan Israel untuk menjalankan komitmen perjanjian gencatan senjata.

    “Oleh karena itu, penyerahan tahanan Zionis yang dijadwalkan akan dibebaskan Sabtu depan, 15 Februari 2025, akan ditunda hingga pemberitahuan lebih lanjut, dan hingga pendudukan berkomitmen dan memberikan kompensasi atas hak-hak selama beberapa minggu terakhir secara retroaktif,”

    “Kami menegaskan komitmen kami terhadap ketentuan perjanjian selama pendudukan berkomitmen terhadapnya,” tambahnya.

    Sejumlah pelanggaran yang dilakukan Israel selama perjanjian gencatan senjata berlangsung sejak 19 Januari 2025:

    Menunda pemulangan para pengungsi ke Jalur Gaza utara.
    Menargetkan rakyat kami dengan pengeboman dan penembakan, dan membunuh banyak dari mereka di berbagai wilayah Jalur Gaza.
    Menghambat masuknya kebutuhan tempat berlindung seperti tenda, rumah prefabrikasi, bahan bakar, dan mesin pembersih puing untuk mengambil mayat.
    Menunda masuknya obat-obatan dan keperluan yang dibutuhkan rumah sakit untuk merenovasi rumah sakit dan sektor kesehatan.

    Hamas menekankan mereka telah melaporkan pelanggaran yang dilakukan Israel kepada mediator Qatar, Mesir, dan sekutu Israel, Amerika Serikat (AS).

    “Perlawanan telah menghitung pelanggaran yang dilakukan Israel dan memberikannya kepada para mediator saat pelanggaran itu terjadi, namun pendudukan (Israel) tetap melanjutkan pelanggarannya,” kata Hamas dalam pernyataannya.

    Abu Ubaida menekankan penundaan pembebasan tahanan Israel merupakan pesan peringatan bagi pendudukan Israel dan untuk menekan agar mematuhi ketentuan perjanjian secara ketat.

    “Maksud dari pengumuman ini lima hari penuh sebelum tanggal penyerahan tahanan adalah untuk memberi mediator kesempatan yang cukup untuk menekan pendudukan agar melaksanakan kewajibannya, dan agar tetap membuka pintu untuk melaksanakan pertukaran tepat waktu jika pendudukan mematuhi kewajibannya,” kata Abu Ubaida.

    Sejauh ini, Israel dan Hamas telah melakukan lima gelombang pertukaran sandera sejak perjanjian gencatan senjata dimulai:

    19 Januari 2025: Hamas membebaskan tiga sandera Israel, sementara Israel membebaskan 90 tahanan Palestina.
    25 Januari 2025: Empat tentara wanita Israel ditukar dengan 200 tahanan Palestina.
    30 Januari 2025: Tiga sandera Israel dan lima warga Thailand dibebaskan dengan imbalan 110 tahanan Palestina.
    1 Februari 2025: Tiga sandera Israel dibebaskan dengan imbalan 183 tahanan Palestina.
    8 Februari 2025: Tiga sandera Israel dibebaskan dengan imbalan 183 tahanan Palestina.

    Sesuai perjanjian gencatan senjata, Hamas akan membebaskan 33 sandera Israel pada tahap pertama, dengan imbalan pembebasan ratusan warga Palestina.

    Saat ini, mediator sedang berupaya menengahi perundingan tahap kedua antara Israel dan Hamas.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

  • Jenderal IDF: Karena Gaza, Israel Hadapi Bahaya Kepunahan Setara Penghancuran Bom Nuklir – Halaman all

    Jenderal IDF: Karena Gaza, Israel Hadapi Bahaya Kepunahan Setara Penghancuran Bom Nuklir – Halaman all

    Jenderal IDF: Israel Hadapi Bahaya Kepunahan Setara Penghancuran Bom Nuklir

    TRIBUNNEWS.COM – Mantan Kepala Militer Israel (IDF), Mayor Jenderal (Purn) Yitzhak Brick memberikan analisisnya terkait perkembangan situasi konflik yang dihadapi Israel di Gaza dan secara regional di Timur Tengah.

    Dalam analisisnya tersebut, Brick memperingatkan bahwa Israel menghadapi ancaman eksistensial yang mirip (setara) dengan penghancuran bom nuklir yang diawali dari penanganan yang salah atas Jalur Gaza sebagai respons serangan Banjir Al-Aqsa Hamas pada 7 Oktober 2023 lalu.

    Dalam sebuah artikel di surat kabar Israel Maariv, Brick menilai kalau rencana Israel dan Amerika Serikat (AS) saat ini tidak memberi Hamas dan warga Gaza horison (cakrawala) dan solusi apa pun untuk masa depan Palestina.

    Rencana Israel-AS ini tergambar melalui niat mereka untuk mengusir penduduk Gaza dan merampas tanah mereka.

    Situasi ini, tambah Brick, dia kaitkan kalau Hamas masih ada dan pelucutan senjata gerakan pembebasan Palestina itu tidak terjadi.

    Artinya, tanpa ada solusi jelas, selain pengusiran dan perampasan tanah, Hamas terus akan melawan dan menghasilkan kerugian bagi Israel. 

    Di sisi lain, Israel terbukti memiliki langkah deterrent yang lemah. Dalam aksi ofensif, IDF juga terbukti gagal dalam invasi darat ke Jalur Gaza selama 15 bulan belakangan.

    Di skenario ini, dia menambahkan kalau saat ini militer Israel telah melemah dan belum mengembangkan konsep keamanan untuk perang saat ini maupun di masa mendatang yang dia prediksi akan menghadirkan lawan gabungan bagi Israel.

    Lawan gabungan ini akan menghadirkan perang multi-front yang lebih kompleks bagi Israel yang dalam 15 bulan agresi di Gaza terbukti kewalahan hanya menghadapi Hamas Cs di Gaza dan Hizbullah di Lebanon. 

    Di sisi lain, Brick menggambarkan, pasukan darat Israel merupakan, “kekuatan kecil dan tidak mampu bertempur di lebih dari satu medan tempur.”

    TENTARA ISRAEL – Foto ini diambil pada Minggu (9/2/2025) dari publikasi resmi Pasukan Pertahanan Israel (IDF) pada Sabtu (8/2/2025) memperlihatkan tentara Israel dari Pasukan Komando Selatan dikerahkan ke beberapa titik di Jalur Gaza. (Telegram IDF)

    Jenderal purnawirawan itu mengatakan bahwa ancaman eksistensial terhadap Israel saat ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan ancaman di masa depan yang datang dari berbagai arah.

    Dia juga menekankan kalau “Israel menghadapi krisis keamanan yang mendesak dan dapat sama menghancurkannya dengan serangan nuklir.”

    Ia lalu mengkritik kepemimpinan militer dan politik Israel, dan menyerukan penggantiannya segera untuk mempersiapkan apa yang ia lihat sebagai “tantangan keamanan paling serius” dalam sejarah negara pendudukan tersebut.

    “Jenderal Brick (76 tahun) dijuluki “Nabi Murka” di Israel, karena ia meramalkan serangan ribuan militan Palestina terhadap permukiman di sekitar Gaza, mirip dengan Operasi “Banjir Nuh”, dan ia juga meramalkan serangan besar-besaran Palestina dalam waktu dekat terhadap para pemukim di Tepi Barat,” kata ulasan Khaberni, dikutip Senin (9/2/2025).

    BERJALAN BERBARIS – Pasukan infanteri militer Israel (IDF) berjalan berbaris di waktu yang tidak dicantumkan di wilayah pendudukan mereka di Palestina. IDF dilaporkan mundur dari Poros Netzarim setelah tercapai kesepakatan pertukaran sandera dengan Gerakan Hamas per 19 Januari 2025. (khaberni/tangkap layar)

    Bencana Memalukan

    Dalam artikel tersebut, Brick menyebut Israel kini dipimpin oleh para pemimpin militer dan politik yang tidak cakap.

    Terbukti, baik dari sisi militer maupun politik, Israel tidak berhasil menuntaskan apa yang ditargetkan saat melancarkan agresi dan bombardemen selama 15 bulan di Gaza.

    “Kepemimpinan yang membawa kita pada bencana yang memalukan dan tak termaafkan di Jalur Gaza tidak memenuhi syarat dan tidak layak untuk memimpin kebijakan keamanan Negara Israel di tahun-tahun mendatang,” katanya.

    Situasi yang dihadapi Israel saat ini, kata dia, sudah berada di ambang perang regional yang nantinya akan melibatkan banyak negara dan milisi perlawanan.

    “Negara Israel hampir memasuki perang regional dan mengancam eksistensinya. Hal itu hanya dapat dicegah oleh mukjizat, karena Hizbullah tidak datang untuk berperang melawan kita pada saat yang sama ketika Hamas menyerang permukiman pada 7 Oktober 2023. Negara yang mengandalkan mukjizat dan bukan kekuatan militer yang nyata tidak akan bertahan lama,” lanjutnya.

    Menurut artikel Brick, “Perang regional bisa saja terjadi dalam situasi yang lebih berbahaya, dan di luar nalar. Beberapa minggu setelah 7 Oktober 2023, ketika kabinet perang memutuskan untuk melancarkan serangan ke Gaza, Kepala Staf Herzi Halevi dan Menteri Pertahanan Yoav Galant menuntut, dalam sebuah diskusi kabinet, agar tentara melancarkan perang melawan Hizbullah secara bersamaan.”

    Jenderal purnawirawan itu yakin, tindakan seperti itu akan berujung pada perang regional, yang akan menimbulkan kerusakan dahsyat dan kerugian sangat besar di dalam negeri Israel, sebab tentara Israel dan dalam negeri sama sekali tidak siap menghadapinya.

    “Brick yakin bahwa Kepala Staf dan Menteri Pertahanan terus berkoar dengan cara dan perspektif yang sama, seperti yang mereka lakukan sebelum Hamas menyerang permukiman Yahudi Israel di sekitar Jalur Gaza,” tulis ulasan tersebut. 

    “Mereka bergabung dengan komentator hukum di saluran televisi utama, yang mengatakan bahwa setelah mengalahkan Hamas di Jalur Gaza, tentara Israel perlu mengalahkan Hizbullah di Lebanon,” kata Brick.

    “Pendekatan ini merupakan kata-kata yang tidak ada hubungannya dengan kenyataan. Mereka tidak belajar apa pun dari pukulan mengerikan yang kami alami dalam perang Gaza, yang merupakan kesalahan langsung mereka, dan mereka terus melanjutkan pernyataan mereka seolah-olah tidak terjadi apa-apa, sekali lagi kesombongan, keangkuhan, dan keterpisahan yang sama dari kenyataan,” kata Brick.

    Ia mengakhiri artikelnya dengan mengatakan, “Rakyat Israel harus berdoa agar ditemukan orang yang bertanggung jawab dan dewasa yang akan mencegah tindakan gegabah ini yang dapat membawa kita pada bencana yang puluhan kali lebih besar daripada bencana yang terjadi di Jalur Gaza.”

     

    (oln/khbrn/*)

     
     

  • Kapal Armada Bayangan Rusia Meledak Dekat ‘Sarang’ Putin, Kenapa?

    Kapal Armada Bayangan Rusia Meledak Dekat ‘Sarang’ Putin, Kenapa?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ledakan dilaporkan terjadi di atas kapal tanker minyak yang diyakini digunakan oleh armada bayangan Rusia yang berlabuh di Ust-Luga di Rusia barat laut, dekat kota asal Presiden Vladimir Putin, St. Petersburg.

    Badan Federal Rusia untuk Transportasi Laut dan Perairan Pedalaman, Rosmorrechflot, mengatakan “ledakan terjadi di ruang mesin” kapal Koala pada Minggu (9/2/2025) pagi. Insiden ini memaksa awak kapal untuk mengungsi.

    Rosmorrechflot juga mengatakan penyelidikan atas insiden tersebut sedang berlangsung.

    “Pada pagi hari tanggal 9 Februari, di pelabuhan Ust-Luga, sebuah insiden buatan manusia terjadi pada kapal tanker Koala saat menghidupkan mesin, yang mengakibatkan ruang mesin rusak,” kata Gubernur wilayah Leningrad Alexander Drozdenko via Telegram, seperti dikutip Newsweek, Senin (10/2/2025).

    “Kapal tanker itu ditambatkan di tempat berlabuhnya. Tidak ada ancaman tumpahan minyak. Awak kapal telah dievakuasi, tidak ada korban jiwa,” tambahnya. “Tindakan sedang diambil untuk memeriksa ruang mesin dan memastikan penyebab kecelakaan.”

    Beberapa media, termasuk Baza, yang terkait dengan dinas keamanan Rusia, dan Fontanka dari St. Petersburg mengatakan sebanyak tiga ledakan terjadi di ruang mesin kapal. Baza mengatakan ledakan terjadi saat kapal bersiap untuk berlayar.

    Media Rusia, Important Stories, mengatakan kapal yang dibangun pada tahun 2023 itu sedang menuju Mesir. Media tersebut mengatakan Greenpeace menggolongkan Koala sebagai bagian dari armada bayangan Rusia.

    Kapal tersebut, yang menurut Kyiv Post membawa 130.000 ton bahan bakar minyak, sedang berlabuh di pelabuhan Ust-Luga, sekitar 100 mil dari kota asal presiden Rusia, St. Petersburg, saat ledakan terjadi.

    Pejabat NATO telah menyuarakan kekhawatiran tentang armada bayangan Rusia dan juga menuduh Moskow menggunakan kapal-kapal tersebut untuk melakukan sabotase terhadap infrastruktur penting seperti kabel bawah laut.

    Rusia menyusun armada bayangan untuk menghindari pembatasan ekspor minyaknya sebagai tanggapan atas sanksi Barat yang dijatuhkan setelah invasi besar-besaran Putin ke Ukraina pada tahun 2022.

    Armada ini beroperasi di Laut Baltik dan terdiri dari kapal-kapal tua yang sering beroperasi dengan kepemilikan yang tidak jelas dan tidak memiliki asuransi yang memadai, sehingga sering kali mengubah registrasi bendera mereka. Kapal-kapal ini mencakup sekitar 17 persen dari kapal tanker minyak di seluruh dunia.

    Bulan lalu, Washington mengumumkan sanksi baru terhadap “jumlah kapal pengangkut minyak yang belum pernah terjadi sebelumnya” yang banyak di antaranya merupakan bagian dari armada bayangan.

    (luc/luc)

  • Bisa Langsung Perang, Mesir Terima Pesan Israel Soal Perjanjian Damai, AS Tak Mau Cari Ribut di Arab – Halaman all

    Bisa Langsung Perang, Mesir Terima Pesan Israel Soal Perjanjian Damai, AS Tak Mau Cari Ribut di Arab – Halaman all

    Bisa Langsung Perang, Mesir Terima Pesan Israel Soal Perjanjian Damai, AS Tak Mau Cari Ribut dengan Arab

    TRIBUNNEWS.COM – Hubungan Mesir dan Israel kembali memanas seiring wacana yang dilontarkan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump yang menyerukan negeri Piramida itu untuk menampung warga Palestina dari Gaza yang hancur.

    Belakangan, Israel menggaungkan rencana Trump ini, namun Mesir secara tegas langsung menolak rencana itu.

    Meski begitu, Israel dikhawatirkan telah menetapkan cara-cara ‘pengusiran’ terstruktur agar warga Gaza bisa ke luar dan tetap berada di luar wilayah kantung Palestina tersebut.

    Mesir mewaspadai hal ini lantaran teritorial mereka berbatasan langsung dengan wilayah Gaza.

    Belakangan, Mesir dilaporkan menerima pesan dari Israel yang mengonfirmasi komitmen Tel Aviv terhadap perjanjian damai 1979.

    Perjanjian damai Mesir–Israel ditandatangani pada tahun 1979 di Washington oleh mendiang Presiden Mesir Anwar El-Sadat dan Perdana Menteri Israel saat itu Menachem Begin, setelah Kesepakatan Camp David tahun 1978.

    Sebagai konteks, Mesir secara terbatas menjadi tujuan dari para warga Palestina di Gaza yang terluka dan memerlukan pengobatan dan perawatan intensif.

    Mesir menerima para warga Gaza ini dengan jumlah terbatas dan dengan ketentuan dan syarat ketat.

    Belakangan, seiring mencuatnya seruan pengusiran paksa warga Gaza, Kairo seperti mencium gelagat buruk Tel Aviv. 

    Menurut sumber yang berbicara kepada saluran TV Al Arabiya pada Sabtu (8/2/2025), Mesir memperingatkan Israel agar tidak memberlakukan pembatasan pada kembalinya warga Palestina setelah menerima perawatan medis di Kairo.

    Sikap Mesir ini mendorong Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengeluarkan komentar provokatif kalau Mesir ikut membuat Gaza menjadi ‘Penjara Terbuka Terbesar di Dunia’ dengan tidak mengizinkan warga Palestina bertolak dan menetap di negaranya.

    Tentara Mesir berpatroli di perbatasan Rafah-Gaza saat kunjungan duta besar Dewan Keamanan PBB, 11 Desember 2023. (Giuseppe CACACE / AFP)

    Bisa Langsung Perang

    Perlu digarisbawahi, Mesir menganggap pengusiran warga Palestina di Gaza, ke wilayahnya, khusunya di daerah Sinai, adalah hal sensitif dan membahayakan keamanan dan stabilitas negara. 

    Mesir juga mengatakan pengungsian warga sipil dari Gaza ke Mesir akan membahayakan perjuangan Palestina.

    Mesir juga menentang gagasan pemindahan paksa warga Gaza tersebut karena masalah ekonomi dan keamanan.

    Begitu sensitifnya, Mesir menilai hal ini sebagai ‘garis merah’ buat Israel.

    Pembatasan pada kembalinya warga Palestina setelah menerima perawatan medis di Kairo berarti Israel secara bulat masih memegang kendali di Koridor Philadelphia, pintu perbatasan Sinai (Mesir) dan Gaza (Palestina yang diduduki Israel).

    Pada awal Januari 2024 silam, Mesir juga memperingatkan Israel untuk tidak semberono di Koridor Philadelpia.

    “Mesir tanpa basa-basi akan selalu merespons secara praktis terhadap aksi yang melewati garis merah, tidak hanya melalui pernyataan,” kata ulasan JN saat itu.

    Apalagi, aksi Mesir yang langsung bertindak saat eskalasi meningkat dan garis merah cenderung dilanggar, pernah terbukti di Sirte-Jufra saat konflik terjadi di Libya pada 2020 silam.

    KERUMUNAN WARGA GAZA – Foto ini diambil pada Selasa (4/2/2025) dari publikasi resmi Brigade Al-Qassam (sayap militer Hamas) pada Sabtu (1/2/2025), menunjukkan kerumunan warga Palestina dan anggota Brigade Al-Qassam selama pembebasan sandera Israel, Keith Siegel, di pelabuhan Kota Gaza, selama pertukaran tahanan ke-4 pada Sabtu (1/2/2025) sebagai bagian dari implementasi perjanjian gencatan senjata Israel-Hamas di Jalur Gaza. Tiga sandera Israel; Ofer Calderon, Yarden Bibas, dan Keith Siegel, dibebaskan dengan imbalan 183 tahanan Palestina. (Telegram Brigade Al-Qassam)

    Terima Pesan AS

    Selain pesan dari Israel, media Ahram mengabarkan kalau Kairo juga menerima pesan dari AS yang menyatakan kalau Washington tidak bermaksud untuk berselisih dengan Mesir atau negara Arab lainnya terkait situasi di Gaza.

    Sumber tersebut selanjutnya menambahkan kalau Mesir menegaskan kembali kepada tim Presiden AS Donald Trump penolakannya terhadap pemindahan paksa apa pun dari Jalur Gaza.  

    Selain itu, Mesir telah menuntut agar Israel memberikan batas waktu yang jelas untuk mengizinkan peralatan berat memasuki Gaza, kata Al Arabiya dalam pernyataan eksklusif.

    Pada hari Kamis, Israel mengatakan telah memulai persiapan untuk pemindahan sejumlah besar warga Palestina dari Gaza sejalan dengan rencana Trump untuk wilayah tersebut. 

    Namun, Trump mengatakan pada hari Jumat kalau dia tidak terburu-buru untuk memajukan rencana kejutannya untuk Gaza, yang akan membuat penduduk Palestina di sana diusir dan AS mengambil alih kendali.

    Sementara itu, Kairo menegaskan kembali penolakan tegasnya terhadap setiap usulan atau rencana untuk melikuidasi perjuangan Palestina dengan mengusir warga Palestina dari tanah mereka, dan memperingatkan tentang konsekuensi dari gagasan tersebut.

     

    (oln/ahrm/*)

  • Itu Bukan Properti tapi Bagian Palestina yang Terjajah

    Itu Bukan Properti tapi Bagian Palestina yang Terjajah

    PIKIRAN RAKYAT – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali menegaskan proposal kontroversialnya untuk mengambil alih Gaza, dengan mengatakan bahwa ia berkomitmen untuk “membeli dan memiliki” wilayah yang hancur akibat serangan Israel Penjajah.

    Berbicara kepada wartawan di dalam pesawat Air Force One, Minggu, 9 Februari 2025, Trump menyatakan, “Gaza seharusnya dipandang sebagai lahan properti besar.”

    Menegaskan maksudnya lagi, Trump mengungkapkan bahwa negara-negara lain di Timur Tengah bisa diberi tanggung jawab untuk menangani pembangunan kembali wilayah Gaza.

    “Tentang pembangunan kembali, kami mungkin memberikannya kepada negara-negara lain di Timur Tengah untuk membangun bagiannya; orang lain mungkin melakukannya, di bawah perlindungan kami,” kata Trump, dalam perjalanan menuju New Orleans untuk menghadiri Super Bowl, dikutip dari Al Jazeera.

    “Tapi kami berkomitmen untuk memilikinya, mengambil alih, dan memastikan bahwa Hamas tidak dapat kembali. Tidak ada yang bisa kembali ke sana. Tempat itu adalah situs penghancuran,” tambahnya.

    “The U.S. will take over the Gaza Strip, and we will do a job with it, too.” –President Donald J. Trump pic.twitter.com/aCqLl9Gwwn— President Donald J. Trump (@POTUS) February 5, 2025

    Meskipun proposalnya mendapat kecaman dari perwakilan Palestina dan sebagian besar komunitas internasional, Trump mengklaim bahwa para pengungsi Palestina sebenarnya lebih memilih untuk tidak kembali ke Gaza.

    “Jika kami dapat memberikan mereka rumah di daerah yang lebih aman, satu-satunya alasan mereka ingin kembali ke Gaza adalah karena mereka tidak memiliki alternatif. Ketika mereka memiliki alternatif, mereka tidak ingin kembali ke Gaza,” kata Trump yakin.

    Respons dari Hamas

    Kelompok Hamas, yang memerintah Gaza, kembali menegaskan penentangannya terhadap proposal Trump. Mereka menyebut pernyataan terbaru presiden AS tersebut “absurd”.

    “Gaza bukan properti yang bisa dibeli dan dijual, dan itu adalah bagian integral dari tanah Palestina yang terjajah,” kata anggota biro politik Hamas, Izzat al-Risheq, dalam sebuah pernyataan yang dibagikan melalui Telegram.

    “Menangani masalah Palestina dengan mentalitas pedagang properti adalah resep untuk kegagalan. Rakyat Palestina akan menggagalkan semua rencana pemindahan dan pengusiran. Gaza adalah milik rakyatnya,” ujar al-Risheq. ***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Apa yang Terjadi jika AS Nekat Serbu dan Duduki Gaza? Pakar Ungkap Prediksinya – Halaman all

    Apa yang Terjadi jika AS Nekat Serbu dan Duduki Gaza? Pakar Ungkap Prediksinya – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sudah mengusulkan negaranya untuk mengambil alih Jalur Gaza.

    Tak hanya itu, Trump juga memunculkan ide untuk memindahkan paksa warga Palestina di Gaza ke negara-negara Arab, misalnya Yordania, Mesir, dan lainnya.

    Usul Trump itu langsung mendapat penolakan keras dari negara-negara Arab, negara lainnya, dan lembaga internasional.

    Robert Inlakesh, seorang jurnalis ternama sekaligus pakar kajian Timur Tengah, mengatakan hanya ada kemungkinan kecil bahwa rencana Trump bakal terealisasikan.

    Inlakesh menduga usul Trump itu hanya disampaikan agar menjaga koalisi sayap kanan Perdana Menteri Israel tetap utuh, menutupi kegagalan Israel mengalahkan Hamas, dan memunculkan tekanan demi memperbesar ekspansionisme Israel.

    Lalu, apa yang akan terjadi jika AS di bawah Trump nekat menyerbu Gaza untuk mengambil alih tanah Palestina itu?

    Dalam kolom opini yang terbit di media Palestine Chronicle hari Jumat, (7/2/2025), Inlakesh memprediksi AS akan menemui kesulitan besar.

    Dia mengatakan ada banyak orang yang menganggap usul Trump sebagai deklarasi perang dan upaya pembersihan etnis Palestina. AS akan memerlukan invasi berskala penuh untuk menjalankan rencananya.

    NETANYAHU DAN TRUMP – Foto ini diambil pada Senin (10/2/2025) dari publikasi resmi Netanyahu pada Rabu (5/2/2025), memperlihatkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kiri) berbicara dengan sekutunya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kanan), di Gedung Putih. (Instagram/b.netanyahu)

    Pada mulanya Inlakesh menyinggung kelompok-kelompok perlawanan Palestina di Gaza yang terus melawan serangan besar Israel yang didukung AS dan negara Eropa selama 15 bulan.

    Netanyahu terus mengatakan Israel punya tujuan besar di Gaza, yakni menghancurkan Hamas. Namun, hingga kini Israel masih gagal mencapai tujuannya.

    “Karena Israel pada kenyataannya tidak pernah membuat rencana untuk menghalahkan kelompok-kelompok bersenjata Palestina, Israel malah melakukan genosida, menghancurkan hampir semua infrastruktur di Gaza, dan terkadang melakukan pembunuhan yang ditargetkan,” katanya.

    “Ide yang muncul pada permulaan perang, yakni tentara Israel akan pergi dari rumah ke rumah, jalan ke jalan, dengan pasukan darat, membersihkan area, terlibat dalam pertempuran sengit, dan menembus sistem terowongan bawah tanah Gaza, benar-benar tidak dapat terealisasikan.”

    Menurut Inlakesh, Israel kesusahan menghadapi aksi sergapan para pejuang Palestina. Bahkan, menurutnya, tentara Israel tidak benar benar-bertempur.

    “Mereka meninggalkan panduan militer,” kata Inlakesh.

    “Malahan mereka memutuskan untuk mengirimkan pasukan di dalam kendaraan lapis baja untuk menerobos area, sebelum membuat perbentengan. Tentara Israel bahkan tidak menmpatkan infantri di depan atau di samping tank ketika bergerak maju, mengandalkan prosedur evakuasi medis dan sistem perlindungan lapis baja demi meminimalkan jumlah kematian tentara.”

    TENTARA ISRAEL – Foto ini diambil pada Minggu (9/2/2025) dari publikasi resmi Pasukan Pertahanan Israel (IDF) pada Sabtu (8/2/2025) memperlihatkan tentara Israel dari Pasukan Komando Selatan dikerahkan ke beberapa titik di Jalur Gaza. (Telegram IDF)

    Israel mengumumkan sudah ada 15.000 tentara yang terluka dan 800 tentara yang tewas. Andaipun jumlah ini dianggap akurat, ada rasio 33 tentara terluka untuk setiap tentara yang tewas.

    “Rasio ini jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan rasio dalam perang perkotaan zaman modern.”

    Lalu, sendainya tentara AS yang menyerbu Gaza, apa yang akan terjadi?

    “Bisa dikatakan bahwa jika militer AS menginvasi Gaza, ini diperlukan untuk melanjutkan rencana Donald Trump membersihkan etnis, tentara Amerika pada kenyataannya akan menghadapi suatu perang, tidak seperti tentara Israel yang terlalu takut mengenai jumlah korban, memburu kelompok Palestina dengan cara yang berguna,” ujar Inlakesh.

    “Seorang pejuang Palestina yang berpengalaman, menggunakan senjata yang terbuat dari bom-bom Israel yang gagal meledak, akan menghadapi pasukan penyerbu AS yang akan bergerak dengan kaki melewati daerah demi daerah dan menembus sistem terowongan bawah tanah.”

    Namun, kata Inlakesh, tentara AS akan terus disergap dan menjadi korban senapan, artileri, dan bom milik pejuang Palestina.

    Jika para tentara AS membuat titik pemeriksaan, mereka barangkali juga masih akan diserang.

    “Jika tujuannya adalah menduduki Gaza, artinya bakal ada kematian tentara AS secara terus-menerus selama periode bertahun-tahun. Meski jumlah tentara yang tewas sangat sulit diprediksi, bisa dikatan bahwa ribuan tentara AS bisa tewas.”

    Menurut Inlakesh, apabila AS memang berencana menginvasi Gaza, AS mungkin akan mengerahkan sekitar 150.000 tentara. Hal itu memerlukan persiapan sekitar 8 bulan.

    “Biaya bisa mencapai ratusan miliar dolar, tetapi bahkan tidak ada jaminan bahwa rencana itu akan berhasil, artinya bisa saja AS kalah di tangan Hamas. Ini sepenuhnya didasarkan pada kemampuan Hamas untuk bertahan dan orang yang masih tersisa di Gaza.”

    Seandainya Trump sukses mengusir sebagian besar warga Gaza ke Mesir dan Yordania, kedua negara itu akan tidak stabil.

    Menurut laporan yang bocor, Mesir diam-diam menyebutkan bahwa pemindahan warga Gaza ke Mesir bisa membuatnya mempertimbangkan kembali normalisasi hubungan dengan Israel.

    Beberapa pihak bahkan berspekulasi bahwa tentara Mesir nantinya bisa melawan tentara Israel. Semenatra itu, Middle East Eye melaporkan Yordania bisa mengancam akan melakukan tindakan militer.

    (*)