Perusahaan: Telegram

  • Markas Sindikat Maling Rekening Terbongkar, Lokasinya di Sini

    Markas Sindikat Maling Rekening Terbongkar, Lokasinya di Sini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Penegak hukum internasional berkolaborasi membentuk proyek khusus ‘Operation Secure’ untuk membongkar sindikat maling rekening kelas kakap.

    Operasi mereka meringkus para pelaku pencuri data keuangan lintas negara yang menggunakan malware jenis infostealer.

    Operasi khusus yang dipimpin Interpol ini berlangsung dari Januari hingga April 2025 dan melibatkan 26 negara.

    Hasilnya cukup mengejutkan, sebanyak 32 pelaku ditangkap dengan 41 server yang disita, dan lebih dari 20.000 IP atau domain jahat diputus.

    Selain itu, 100 GB data hasil curian telah diamankan, serta sebanyak 216.000 korban diberi notifikasi, demikian dikutip dari Bleeping Computer, Kamis (19/6/2025).

    Infostealer adalah malware berbahaya yang mencuri data sensitif seperti akun keuangan, cookie browser, dan dompet kripto. Data hasil curian ini kemudian dijual di pasar gelap atau digunakan untuk membobol akun penting milik individu maupun korporasi.

    Markas Penipu di Hong Kong

    Operasi ini juga menemukan sebanyak 117 server di Hong Kong yang digunakan sebagai markas komando sindikat untuk melakukan phishing, penipuan daring, hingga penipuan media sosial. Ini menjadi pusat kendali operasi mereka secara global.

    Di Vietnam, polisi setempat menangkap 18 orang, termasuk pemimpin sindikat yang menjual akun-akun korporasi secara ilegal.

    Operasi ini didukung berbagai perusahaan keamanan siber seperti Kaspersky, Group-IB, dan Trend Micro. Mereka membantu mengidentifikasi infrastruktur dan pelaku utama yang terlibat dalam jaringan Lumma, RisePro, dan META Stealer, tiga malware pencuri data paling aktif saat ini.

    Group-IB juga melacak aktivitas para pelaku di Telegram dan dark web, tempat mereka mengiklankan malware dan menjual data curian.

    Lumma sebelumnya sudah sempat diringkus oleh operasi gabungan FBI, Departemen Kehakiman AS, dan Microsoft pada Mei 2025. Kala itu, 2.300 domain terkait layanan malware-as-a-service mereka disita.

    Sementara META Stealer juga sempat terganggu lewat operasi “Magnus” pada Oktober 2024, yang menyita infrastruktur dan data mereka.

    Malware jenis infostealer kini menjadi ancaman siber terbesar, dan seringkali menjadi akar dari berbagai insiden besar, termasuk pembobolan data yang menimpa perusahaan-perusahaan seperti UnitedHealth, PowerSchool, HotTopic, CircleCI, dan Snowflake.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Satgas PASTI: Waspada terhadap maraknya penipuan keuangan ilegal

    Satgas PASTI: Waspada terhadap maraknya penipuan keuangan ilegal

    Penggunaan artificial intelligence (AI) untuk penipuan juga semakin meningkat, sehingga semakin meningkatkan risiko kerugian bagi masyarakat,

    Jakarta (ANTARA) – Satuan Tugas Pemberantasan Aktivitas Keuangan Ilegal (Satgas PASTI) meminta masyarakat untuk semakin meningkatkan kewaspadaan terhadap berbagai modus penipuan yang marak terjadi, terutama penipuan melalui WhatsApp, Instagram, Telegram, Tik Tok, SMS, email, dan website.

    “Penggunaan artificial intelligence (AI) untuk penipuan juga semakin meningkat, sehingga semakin meningkatkan risiko kerugian bagi masyarakat,” kata Sekretariat Satgas PASTI Hudiyanto dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.

    Hudiyanto menyampaikan bahwa secara umum, pelaku penipuan akan memanfaatkan kelengahan calon korban yang dikaitkan dengan kondisi masing-masing orang, sebagai berikut:

    – Ketidaktahuan: ditawarkan produk yang tidak berizin/diawasi (investasi ilegal atau produk yang tidak berizin), membeli produk secara online yang sebenarnya tidak ada.

    – Kekhawatiran: penipuan adanya saudara yang mengalami kecelakaan, adanya pembayaran pajak yang belum dilaksanakan, transaksi kartu kredit yang harus segera dibatalkan.

    – Kesepian: penipuan love scam, di mana penipu dan komplotannya memanipulasi perasaan korban untuk mendapatkan keuntungan.

    – Keserakahan: penipuan yang dilakukan dengan menjanjikan imbal hasil cepat dalam waktu singkat serta bebas risiko, padahal janji tersebut tidak logis (skema ponzi).

    – Kesedihan: penipu memanfaatkan situasi kondisi bencana alam, sumbangan membantu orang yang terkena penyakit.

    – Kebosanan: penipu memanfaatkan keinginan seseorang untuk membeli tiket travel dan tiket konser yang palsu.

    Mencermati perkembangan penipuan investasi kripto yang juga semakin marak, Satgas PASTI turut mengimbau masyarakat untuk lebih waspada terhadap penawaran perdagangan aset kripto yang tidak resmi.

    Satgas PASTI mencatat, akhir-akhir ini semakin marak ditemukan entitas tidak berizin yang menawarkan investasi aset kripto melalui media sosial, grup percakapan, atau situs web tanpa otorisasi resmi.

    “Modus yang digunakan umumnya menjanjikan keuntungan tetap, bonus berlipat ganda, hingga iming-iming ‘passive income’ tanpa risiko,” ujar Hudiyanto.

    Beberapa hal yang harus dipahami masyarakat sebelum melakukan investasi pada aset kripto antara lain:

    – Memastikan legalitas pihak yang menawarkan investasi tersebut. Pastikan pihak tersebut memiliki perizinan dari otoritas yang berwenang sesuai dengan kegiatan usaha yang dijalankan.

    – Memastikan aset kripto yang diperdagangkan termasuk dalam Daftar Aset Kripto (DAK) yang ditetapkan oleh Bursa Aset Keuangan Digital (bisa dilihat di sini).

    – Menghindari penawaran dengan skema tidak logis.

    – Melakukan riset dan memahami risiko aset kripto sebelum berinvestasi.

    – Memahami terkait aset kripto melalui tautan bukusakuiakd.com.

    Sejak 2017 hingga 31 Mei 2025, Satgas PASTI telah menghentikan total sebanyak 13.228 entitas keuangan ilegal yang terdiri dari 11.166 entitas pinjaman online ilegal/penawaran pinjaman pribadi (pinpri), 1.811 entitas investasi ilegal, dan 251 entitas gadai ilegal.

    Pusat Penanganan Penipuan Transaksi Keuangan atau Indonesia Anti-Scam Centre (IASC), yang didirikan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Satgas PASTI, juga telah menerima sebanyak 135.397 laporan penipuan hingga 31 Mei 2025.

    Total rekening terkait penipuan yang dilaporkan ke IASC sebanyak 219.168. Dari jumlah rekening tersebut, sebanyak 49.316 (22,5 persen) di antaranya telah dilakukan pemblokiran.

    Adapun total kerugian dana yang dilaporkan oleh korban penipuan sebesar Rp2,6 triliun, dengan dana yang telah berhasil diblokir sebesar Rp163,3 miliar (6,28 persen).

    Satgas PASTI mengimbau kepada masyarakat yang menjadi korban penipuan untuk dapat segera menyampaikan laporan melalui website IASC di iasc.ojk.go.id dengan melampirkan data dan dokumen bukti terkait.

    Masyarakat yang menemukan informasi atau tawaran investasi dan pinjaman online yang mencurigakan atau diduga ilegal atau memberikan iming-iming imbal hasil/bunga yang tinggi (tidak logis) juga dapat melaporkannya kepada Kontak OJK dengan nomor telepon 157, WA (081 157 157 157), email konsumen@ojk.go.id atau email satgaspasti@ojk.go.id.

    Pewarta: Rizka Khaerunnisa
    Editor: Abdul Hakim Muhiddin
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Iran Minta Warganya Hapus Whatsapp, Meta Bantah Terafiliasi dengan Israel

    Iran Minta Warganya Hapus Whatsapp, Meta Bantah Terafiliasi dengan Israel

    Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah Iran melalui televisi nasional pada Selasa sore (18/6) mengimbau seluruh warga untuk menghapus aplikasi pesan instan WhatsApp dari ponsel mereka.

    Seruan ini disertai tuduhan bahwa WhatsApp diduga mengumpulkan informasi pengguna dan mengirimkannya ke Israel.

    WhatsApp, yang dimiliki oleh Meta Platforms (induk Facebook dan Instagram), segera membantah tuduhan tersebut.

    Dalam pernyataan resminya, WhatsApp menyatakan kekhawatiran bahwa laporan palsu ini akan dijadikan alasan untuk memblokir layanan mereka, terutama di saat masyarakat Iran sangat membutuhkan akses komunikasi yang aman di tengah situasi konflik.

    WhatsApp menegaskan mereka menggunakan sistem enkripsi end-to-end, yang berarti pesan hanya dapat dibaca oleh pengirim dan penerima. 

    “Kami tidak melacak lokasi Anda secara presisi, tidak menyimpan log siapa saja yang saling berkirim pesan, dan tidak melacak pesan pribadi antar pengguna. Kami juga tidak memberikan data massal ke pemerintah mana pun,” tulis Meta dikutip dari Aljazeera Kamis (19/6/2025).

    Enkripsi end-to-end membuat pesan yang dikirimkan melalui WhatsApp tidak dapat diakses oleh pihak ketiga, termasuk penyedia layanan itu sendiri. Jika pesan dicegat, isinya hanya akan berupa kode acak yang tidak bisa dipecahkan tanpa kunci khusus.

    Sementara itu AN melaporkan bahwa Asisten Profesor teknik dan pakar keamanan siber dari Cornell University, menyatakan meski pesan di WhatsApp terenkripsi, metadata seperti pola penggunaan aplikasi tetap bisa dikumpulkan. 

    “Anda bisa mengetahui bagaimana orang menggunakan aplikasi, dan itu sudah lama menjadi isu yang membuat sebagian orang enggan menggunakan WhatsApp,” ujar Falco.

    Falco juga menaruh perhatian pada isu kedaulatan data (data sovereignty), di mana data pengguna dari suatu negara belum tentu disimpan di pusat data dalam negeri. “Negara-negara perlu menyimpan dan memproses data mereka sendiri dengan algoritma mereka sendiri, karena semakin sulit mempercayai infrastruktur data global,” tambahnya.

    Iran berupaya melakukan pemblokiran terhadap berbagai platform media sosial, terutama saat terjadi gejolak politik atau konflik. WhatsApp dan Google Play sempat diblokir pada 2022 selama aksi protes massal atas kematian seorang perempuan dalam tahanan polisi moral. Pemblokiran tersebut baru dicabut akhir tahun lalu.

    Meski demikian, banyak warga Iran tetap menggunakan aplikasi terlarang dengan memanfaatkan proxy dan VPN untuk mengakses layanan yang diblokir pemerintah. WhatsApp sendiri menjadi salah satu aplikasi pesan paling populer di Iran, bersaing dengan Instagram dan Telegram.

  • Bursa Kripto Terbesar Iran Kehilangan Rp1,47 Triliun Usai Diretas Hacker Israel

    Bursa Kripto Terbesar Iran Kehilangan Rp1,47 Triliun Usai Diretas Hacker Israel

    Bisnis.com, JAKARTA— Kelompok peretas anti-Iran yang diduga memiliki keterkaitan dengan Israel mengklaim telah menyerang salah satu bursa kripto terbesar di Iran, Nobitex, pada 18 Juni kemarin. 

    Kelompok bernama Gonjeshke Darande, atau dikenal sebagai Predatory Sparrow, disebut sebagai pihak dibalik serangan tersebut.

    Melansir laman Reuters pada Kamis (19/6/2025) sekitar US$90 juta atau setara Rp1,47 triliun (kurs Rp16.345 per dolar AS) dilaporkan musnah dalam serangan siber tersebut. Para peretas juga mengancam akan membocorkan kode sumber (source code) dari platform tersebut.

    Ini adalah serangan kedua yang diklaim kelompok tersebut dalam dua hari terakhir, setelah sebelumnya mereka menyatakan telah menghancurkan data milik Bank Sepah, bank milik negara Iran, di tengah meningkatnya ketegangan dan serangan rudal antara Israel dan Iran.

    Sasaran mereka kali ini adalah Nobitex, bursa kripto yang disebut-sebut mendukung pemerintah Iran dalam menghindari sanksi internasional serta membiayai operasi ilegal di berbagai belahan dunia. 

    Dalam pernyataannya di media sosial, kelompok peretas itu menuduh Nobitex membantu aktivitas yang berkaitan dengan Pasukan Garda Revolusi Islam (IRGC).

    Hingga Rabu, situs web Nobitex tidak dapat diakses, dan pesan yang dikirim ke saluran bantuan mereka di Telegram belum mendapat tanggapan. Sementara itu, Gonjeshke Darande juga belum merespons permintaan komentar.

    Dalam pernyataan di platform X, Nobitex mengungkapkan bahwa mereka sengaja menonaktifkan situs dan aplikasi mereka guna meninjau akses tidak sah ke sistem internal mereka.

    Gonjeshke Darande dikenal sebagai kelompok peretas yang kerap meluncurkan serangan siber canggih terhadap Iran. Pada 2021, mereka mengklaim bertanggung jawab atas serangan yang menyebabkan pom bensin di seluruh Iran lumpuh. 

    Lalu pada 2022, mereka menyerang sebuah pabrik baja yang memicu kebakaran besar dan menyebabkan kerusakan fisik yang nyata.

    Meski pemerintah Israel tidak pernah secara resmi mengakui keterkaitan dengan Gonjeshke Darande, sejumlah media Israel secara luas menyebut kelompok ini terkait dengan Israel.

    Menurut perusahaan analisis blockchain TRM Labs, serangan kemarin dimulai sejak dini hari dengan pemindahan dana dari Nobitex ke dompet kripto yang dikendalikan peretas. 

    Dompet tersebut juga memuat pesan-pesan anti-IRGC. Menurut analis dari Elliptic, struktur dompet kripto yang digunakan menunjukkan bahwa peretas tersebut tampaknya tidak dapat mengakses dana yang dicuri, sehingga aksi ini lebih merupakan pesan politik kepada Nobitex daripada motivasi finansial. 

    Elliptic juga menyampaikan bukti bahwa Nobitex pernah mentransfer dana ke dompet kripto milik kelompok-kelompok yang bermusuhan dengan Israel seperti Hamas, Jihad Islam Palestina, dan Houthi di Yaman.

    Kekhawatiran terhadap peran Nobitex dalam membantu Iran menghindari sanksi internasional sudah pernah disampaikan sebelumnya. 

    Dalam surat pada Mei 2024, Senator AS Elizabeth Warren dan Angus King menyoroti temuan Reuters pada 2022 yang menyebut Nobitex sebagai sarana evasi sanksi, dan meminta pemerintah AS mengambil tindakan.

    Kepala intelijen keamanan nasional di Chainalysis, Andrew Fierman, membenarkan kepada Reuters bahwa serangan ini bernilai sekitar US$90 juta dan sangat mungkin bermotif geopolitik, mengingat dananya tidak diambil, melainkan dimusnahkan.

    “Chainalysis sebelumnya telah mengamati aktor ransomware yang berafiliasi dengan IRGC menggunakan Nobitex untuk mencairkan hasil kejahatan, dan kelompok proksi IRGC lainnya juga memanfaatkan platform tersebut,” katanya. 

  • Meta Tanggapi Iran Minta Warga Hapus WhatsApp dan Instagram

    Meta Tanggapi Iran Minta Warga Hapus WhatsApp dan Instagram

    Jakarta

    Meta khawatir aplikasinya tidak lagi tersedia bagi pengguna di Iran, setelah jaringan televisi dan radio pemerintah negara tersebut meminta warga menghapus WhatsApp dan Instagram.

    Otoritas Iran telah memperingatkan masyarakat agar berhenti menggunakan WhatsApp, Instagram, Telegram dan aplikasi berbasis lokasi lainnya. Aplikasi-aplikasi ini dituding sebagai alat Israel untuk mengidentifikasi dan menargetkan individu.

    “Kami khawatir laporan ini akan menjadi alasan pemblokiran layanan kami di saat orang-orang sangat membutuhkannya. Semua pesan yang Anda kirim ke keluarga dan teman di WhatsApp dienkripsi secara menyeluruh, artinya tidak seorang pun kecuali pengirim dan penerima yang memiliki akses ke pesan tersebut, bahkan WhatsApp,” kata juru bicara Meta dalam sebuah pernyataan dikutip dari CBS News.

    Juru bicara tersebut membela perusahaannya dengan menyebutkan bahwa pihaknya tidak melacak lokasi pasti seseorang, juga tidak menyimpan catatan tentang siapa saja yang mengirim pesan.

    “Kami tidak melacak pesan pribadi yang dikirim orang satu sama lain. Kami tidak memberikan informasi massal kepada pemerintah mana pun. Selama lebih dari satu dekade, Meta telah memberikan laporan transparansi yang konsisten yang mencakup keadaan terbatas saat informasi WhatsApp diminta,” tambahnya.

    Klaim yang dibuat oleh lembaga penyiaran pemerintah Iran itu muncul ketika negara itu tampaknya sedang menindak akses publik ke internet, sebagai salah satu dampak meningkatnya konflik Israel-Iran.

    Israel pada Jumat (13/6) melancarkan serangan udara yang menargetkan fasilitas nuklir Iran, ilmuwan, dan komandan militer senior. Serangan ini direspons Iran dengan meluncurkan puluhan rudal balistik.

    Keduanya saling melancarkan serangan rudal dalam beberapa hari terakhir. Setidaknya 224 orang telah tewas di Iran sejak serangan tersebut, sedangkan di Israel puluhan orang telah tewas dan puluhan lainnya luka-luka.

    Kelompok pemantau internet NetBlocks mengungkap analisisnya menunjukkan adanya penurunan penggunaan internet di Iran hingga 75% pada Selasa (17/6). Menurut NetBlocks, penurunan tersebut disebabkan meningkatnya konflik dengan Israel dan kemungkinan akan membatasi kemampuan publik untuk mengakses informasi pada saat kritis.

    WhatsApp dimiliki oleh Meta, perusahaan induk Facebook, Instagram, dan Threads. Meskipun WhatsApp merupakan aplikasi yang dienkripsi secara menyeluruh, aplikasi ini bukannya tidak dapat ditembus.

    Bulan lalu, perusahaan perangkat lunak Israel NSO Group diperintahkan untuk membayar WhatsApp sebesar USD167 juta atas kasus peretasan 1.400 orang, termasuk aktivis dan jurnalis, pada 2019.

    Peretasan tersebut melibatkan penggunaan perangkat lunak berbahaya bernama Pegasus, yang dapat diinstal dari jarak jauh di ponsel untuk mengakses, antara lain, mikrofon, kamera, dan pengaturan lokasi GPS milik orang-orang.

    (rns/afr)

  • Bursa Kripto Iran Nobitex Diretas, Hacker Pro-Israel Curi Rp1,3 Triliun

    Bursa Kripto Iran Nobitex Diretas, Hacker Pro-Israel Curi Rp1,3 Triliun

    Jakarta

    Nobitex, bursa kripto terbesar di Iran, mengonfirmasi bahwa sistem mereka mengalami serangan siber besar-besaran yang menyebabkan kerugian hingga USD 81 juta atau sekitar Rp1,3 triliun. Serangan ini diduga kuat dilakukan oleh kelompok peretas pro-Israel bernama Gonjeshke Darande alias Predatory Sparrow.

    Melalui unggahan di platform X (dulu Twitter), Nobitex mengungkapkan bahwa akses tidak sah terdeteksi pada sebagian infrastruktur pelaporan serta dompet panas (hot wallet) milik mereka. Meski begitu, mereka menegaskan bahwa aset milik pengguna tetap aman karena disimpan menggunakan sistem penyimpanan dingin (cold storage).

    “Semua pengguna yang terdampak akan mendapat kompensasi melalui dana asuransi dan sumber daya internal Nobitex,” tulis perusahaan tersebut dikutip dari The Street.

    Untuk sementara, situs web dan aplikasi Nobitex tidak dapat diakses karena masih dalam penanganan insiden.

    Kelompok hacker Predatory Sparrow mengaku bertanggung jawab atas serangan ini. Mereka bahkan mengancam akan membocorkan kode sumber serta data internal Nobitex dalam waktu 24 jam.

    Dalam pernyataannya, kelompok tersebut menyebut bahwa mereka menyerang karena Nobitex digunakan pemerintah Iran untuk menghindari sanksi dan mendanai aktivitas terorisme.

    “Rezim Iran memanfaatkan bursa kripto untuk melanggar sanksi dan mendanai teror,” klaim peretas tersebut.

    Peretas ini juga dikenal pernah menyerang infrastruktur lain milik Iran, termasuk Bank Sepah yang terafiliasi dengan Garda Revolusi Islam.

    Insiden ini turut dikonfirmasi oleh detektif on-chain populer ZachXBT melalui kanal Telegram. Ia menyebut aliran dana mencurigakan dari dompet-dompet yang terhubung ke Nobitex, khususnya di jaringan Tron dan Ethereum.

    “Bursa kripto Iran ‘Nobitex’ tampaknya telah dieksploitasi sebesar USD 81 juta,” tulis ZachXBT.

    Iran selama ini memang dikenal sebagai negara yang memanfaatkan aset kripto untuk mengatasi pembatasan ekonomi akibat sanksi internasional. Beberapa perusahaan penambangan kripto bahkan sempat memindahkan operasinya ke Iran karena tarif listrik yang lebih murah.

    Namun insiden ini menunjukkan bahwa infrastruktur digital Iran juga rentan terhadap serangan siber dari aktor asing yang memiliki motif geopolitik.

    (afr/afr)

  • Iran Balas Bom Israel, Bank Sampai Operator HP Diserang

    Iran Balas Bom Israel, Bank Sampai Operator HP Diserang

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perang antara Israel dan Iran meluas hingga ke dunia maya. Sebuah laporan menyebutkan terdapat kenaikan serangan siber yang dilakukan oleh pelaku terkait dengan Iran ke Israel.

    Hubungan kedua negara diketahui tengah memburuk beberapa waktu terakhir. Israel melakukan serangan ke berbagai fasilitas nuklir di sejumlah wilayah Iran pada Jumat dini hari, yang menewarkan sejumlah petinggi militer dan ahli nuklir seperti Ali Shamkhani selaku penghubung komunikasi Iran dan Amerika Serikat (AS).

    Iran juga membalas serangan dengan meluncurkan rudal ke dua kota besar, Tel Aviv dan Yerusalem. Serangan itu membuat 12 orang luka kritis, 8 luka sedang, dan 34 luka ringan akibat pecahan peluru serta beberapa gedung mengalami kerusakan.

    Peningkatan serangan juga terjadi di dunia internet. Perusahaan keamanan siber, Radware melaporkan serangan siber dilakukan naik hingga 700%.

    Aktivitas ini hanya terjadi dalam dua hari setelah perang pecah dibandingkan sebelum periode 12 Juni 2025 lalu.

    “Peningkatan 700% dalam kurun waktu 2 hari dimulai dari operasi pembalasan siber oleh aktor negara Iran dan kelompok hacker pro-Iran, termasuk serangan DDoS, upaya yang menargetkan infrastruktur penting, pencurian data dan kampanye penyebaran malware,” kata VP Cyber Threat Intelligence Radware, Ron Meyran, dikutip dari The Juresalem Post.

    Target serangan mulai dari situs pemerintah, lembaga keuangan, perusahaan telekomunikasi serta infrastruktur penting lainnya. Pelaku disebut adalah aktor dan kelompok peretas yang membela Iran.

    Dalam laporan yang sama, terdapat peningkatan aktivitas aktor serangan yang berpihak pada Iran. Mereka melakukannya melalui kanal Telegram untuk publik dan pribadi.

    Radware juga mengatakan kelompok hacker yang disponsori Iran diprediksi akan meningkatkan aktivitasnya. Tujuannya untuk mengganggu infrastruktur dan mempengaruhi psikologis lawannya.

    “Kelompok siber yang disponsori Iran diperkirakan akan mengintefsikan operasi yang bertujuan mengganggu infrastruktur dan pengaruh psikologis,” jelas Radware.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Perang Israel-Iran Menggila, Serangan Siber Makin Ganas Naik 700%

    Perang Israel-Iran Menggila, Serangan Siber Makin Ganas Naik 700%

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perang antara Iran dan Israel bukan hanya serangan di dunia nyata. Namun dilaporkan terdapat lonjakan serangan siber pada Israel selama waktu tersebut.

    Laporan perusahaan keamanan siber, Radware melaporkan kenaikan 700% serangan siber. Serangan itu terjadi tak lama setelah perang pecah atau selama dua hari terakhir dibandingkan sebelum 12 Juni 2025.

    Menurut laporan itu, target serangan menuju ke infrastruktur Israel. Mulai dari situs pemerintah, lembaga keuangan, perusahaan telekomunikasi dan infrastruktur penting lain.

    “Peningkatan 700% dalam kurun waktu 2 hari dimulai dari operasi pembalasan siber oleh aktor negara Iran dan kelompok hacker pro-Iran, termasuk serangan DDoS, upaya yang menargetkan infrastruktur penting, pencurian data dan kampanye penyebaran malware,” kata VP Cyber Threat Intelligence Radware, Ron Meyran, dikutip dari The Juresalem Post, Senin (16/6/2025).

    Pelaku serangan diidentifikasi terkait Iran, yakni baik aktor serangan dan juga kelompok peretas yang membela negara tersebut.

    Selain serangan siber, laporan itu juga menyatakan adanya peningkatan aktivitas oleh aktor serangan yang berpihak pada Iran di kanal Telegram untuk publik maupun pribadi.

    Radware menambahkan kelompok hacker yang disponsori Iran kemungkinan akan meningkatkan aktivitasnya. Dengan tujuan untuk mengganggu infrastruktur dan psikologis lawannya.

    “Kelompok siber yang disponsori Iran diperkirakan akan mengintefsikan operasi yang bertujuan mengganggu infrastruktur dan pengaruh psikologis,” jelas Radware.

    Perang dua negara itu memanas akhir minggu lalu. Dengan rentetan serangan Israel pada Jumat dini hari menuju berbagai fasilitas nuklir di sejumlah wilayah Iran.

    Serangan tersebut menewaskan sejumlah petinggi militer dan ahli nuklir, termasuk Ali Shamkhani selaku penghubung komunikasi Iran dan Amerika Serikat (AS).

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Menhan Israel Ancam Warga Teheran Usai Serangan Rudal Iran

    Menhan Israel Ancam Warga Teheran Usai Serangan Rudal Iran

    Menteri Pertahanan (Menhan) Israel, Israel Katz mengingatkan bahwa penduduk Teheran, ibu kota Iran akan “membayar harga” atas serangan Iran terhadap warga sipil Israel. Hal ini disampaikannya pada Senin (16/6) setelah serangan rudal terbaru Iran ke kota-kota Israel, termasuk Tel Aviv, menewaskan beberapa orang.

    “Diktator sombong dari Teheran telah berubah menjadi pembunuh pengecut, yang dengan sengaja menembaki garis depan sipil Israel dalam upaya untuk mencegah (militer Israel) melanjutkan serangan yang melumpuhkan kemampuannya,” tulis Katz dalam pernyataan via Telegram, seperti dilansir kantor berita AFP, Senin (16/6/2025).

    “Penduduk Teheran akan membayar harganya — dan segera,” imbuhnya.

    Sebelumnya, layanan darurat Israel, Magen David Adom, melaporkan sedikitnya lima orang tewas akibat rentetan serangan rudal Iran terbaru pada Senin (16/6), yang menargetkan beberapa wilayah negara Yahudi tersebut. Sekitar 92 orang lainnya mengalami luka-luka akibat serangan rudal Teheran tersebut.

    Magen David Adom (MDA) dalam laporannya, seperti dilansir AFP, Senin (16/6/2025), menyebut korban tewas itu berasal dari serangan di empat lokasi terpisah di wilayah Israel bagian tengah.

    MDA dalam pernyataannya mengatakan bahwa kelima korban tewas terdiri atas “dua wanita dan dua pria yang berusia sekitar 70 tahun, serta satu korban tewas tambahan”.

    “Sejauh ini, tim MDA telah mengevakuasi 92 orang yang mengalami luka-luka ke sejumlah rumah sakit, termasuk seorang wanita berusia 30 tahun dalam kondisi serius dengan luka-luka di wajah, enam orang lainnya dalam kondisi sedang, dan 85 orang dalam kondisi ringan,” sebut MDA dalam laporannya.

    Lihat Video dari Udara: Israel Dibuat Bak Gaza, Gedung-gedung Hancur

    MDA menambahkan bahwa operasi pencarian dan penyelamatan masih berlangsung di sebanyak dua lokasi, dari total empat lokasi yang terdampak serangan.

    Iran melancarkan rentetan serangan rudal menargetkan kota-kota di Israel pada Senin (16/6) pagi, setelah Israel menyerang target militer jauh di dalam wilayah Iran. Kedua negara yang terlibat aksi saling serang sejak Jumat (13/6) lalu, sama-sama mengancam kehancuran lebih lanjut.

    Lihat Video dari Udara: Israel Dibuat Bak Gaza, Gedung-gedung Hancur

  • 4 Calon Pekerja Ilegal dari Minahasa dan Bitung Gagal Berangkat ke Thailand

    4 Calon Pekerja Ilegal dari Minahasa dan Bitung Gagal Berangkat ke Thailand

    Liputan6.com, Manado – Empat orang penumpang pesawat tujuan Jakarta diamankan oleh aparat Polsek Kawasan Bandara Sam Ratulangi Manado, Sulut. Mereka diduga hendak diberangkatkan secara ilegal ke Thailand untuk bekerja sebagai scammer.

    Penangkapan terjadi pada Kamis (12/6/2025), sekitar pukul 06.05 Wita, di Bandara Internasional Sam Ratulangi Manado. Keempat penumpang tersebut yakni RP (22), AG (28), FP (20), dan SFTD (25) diketahui berasal dari wilayah Minahasa dan Kota Bitung, Sulut.

    Kapolsek Kawasan Bandara, Ipda Masry didampingi Kasi Humas Polresta Manado Iptu Agus Haryono menjelaskan bahwa informasi awal diterima pada Rabu malam (11/6/2025), terkait keberangkatan sejumlah calon pekerja migran tanpa dokumen resmi.

    Mereka terdaftar sebagai penumpang penerbangan Manado–Jakarta dengan tujuan akhir Thailand.

    Petugas melakukan pemeriksaan manifest dan berhasil mengidentifikasi keempat nama tersebut. Saat hendak melakukan boarding, keempatnya langsung diamankan untuk pemeriksaan lebih lanjut.

    Hasil interogasi awal mengungkap bahwa mereka dijanjikan pekerjaan di Thailand dengan gaji sebesar 800 USD per bulan oleh seseorang bernama pria berinisial L yang saat ini berada di Thailand.

    “Namun, tidak ada kejelasan mengenai identitas dan legalitas perusahaan yang akan mempekerjakan mereka,” tutur Masry.

    Diketahui pula, seluruh biaya keberangkatan dijanjikan akan ditanggung oleh pihak perekrut tanpa dilengkapi dokumen resmi — modus yang kerap digunakan oleh sindikat Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).

    “Saat ini, keempat calon pekerja tersebut telah diserahkan ke Unit PPA Polresta Manado untuk pengembangan lebih lanjut dengan pendampingan dari Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia atau BP3MI,” papar dia.

    Polsek Kawasan Bandara menekankan pentingnya kewaspadaan masyarakat terhadap modus rekrutmen ilegal yang kian marak, khususnya di Sulut.

    Modus yang digunakan pelaku kerap melalui grup-grup Telegram dengan menyasar warga berusia produktif antara 20 hingga 25 tahun dan mengiming-imingi pekerjaan bergaji tinggi di luar negeri.