Perusahaan: Surge

  • Daftar Wilayah Diprediksi Hujan Malam Tahun Baru, Jakarta Termasuk?

    Daftar Wilayah Diprediksi Hujan Malam Tahun Baru, Jakarta Termasuk?

    Jakarta, CNN Indonesia

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi kota-kota besar di Indonesia cenderung berawan pada malam pergantian tahun, Selasa (31/12). Simak prediksinya.

    BMKG memastikan cuaca ekstrem tidak akan terjadi di Indonesia saat malam pergantian tahun 2024 ke 2025.

    “BMKG memastikan bahwa cuaca pada malam pergantian tahun Insya Allah akan lebih kondusif. Insya Allah kalau tidak mendadak terjadi fenomena yang diluar prediksi, insya Allah pergantian tahun akan aman dari cuaca ekstrem,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers virtual, Minggu (29/12) malam.

    Ia menjelaskan pada awal Desember, fenomena cold surge atau seruakan dingin dari dataran tinggi Siberia terjadi di Indonesia. Seruakan dingin adalah penyebab banjir besar terjadi di Jakarta dan sekitarnya saat pergantian tahun 2019 ke 2020.

    Namun, berdasarkan hasil pemantauan terkini, fenomena seruakan dingin terhambat dengan munculnya bibit-bibit siklon di perairan Laut China Selatan.

    “Bahkan juga terjadi badai tropis Pabuk di perairan tersebut. Fenomena munculnya bibit-bibit siklon, serta low pressure area di Laut China Selatan,” kata Dwikorita.

    “Inilah yang menghalangi aliran massa udara, aliran massa udara masuk ke wilayah Indonesia bagian barat, termasuk monsoon Asia dan seruakan dingin, sehingga terjadi pelemahan seruakan dingin dan monsoon Asia,” kata dia melanjutkan.

    Selain faktor itu, ia menjelaskan cuaca ekstrem diprediksi tidak terjadi saat pergantian tahun karena bergesernya fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO) dari wilayah Indonesia.

    BMKG, dalam laporan Ikhtisar Cuaca Harian yang berlaku untuk tanggal 29-31 Desember 2024, mengungkap bahwa fenomena MJO per 28 Desember terpantau berada di fase 7 (Western Pacific) yang kurang berkontribusi terhadap proses pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia.

    Selain itu, gangguan fenomena MJO secara spasial tidak terpantau aktif di wilayah Indonesia.

    [Gambas:Instagram]

    Meski cuaca ekstrem diprediksi tidak terjadi saat pergantian tahun, Dwikorita tetap meminta masyarakat untuk waspada dan selalu mengikuti informasi dari BMKG terutama saat berada di luar rumah.

    “Cuaca saat ini semakin kompleks dan semakin tidak pasti. Terutama sebagai salah satu dampak dari perubahan iklim, tidak hanya di Indonesia, di berbagai belahan dunia juga mengalami kompleksitas dan ketidakpastian,” katanya.

    Berikut prediksi cuaca malam pergantian tahun di sejumlah kota besar Indonesia:

    – Banda Aceh hujan dengan intensitas ringan
    – Medan hujan dengan intensitas ringan
    – Pekanbaru cerah berawan
    – Padang berawan
    – Tanjung Pinang berawan
    – Jambi berawan
    – Bengkulu hujan dengan intensitas sedang
    – Palembang hujan dengan intensitas lebat disertai petir
    – Pangkalpinang berawan
    – Bandar Lampung hujan dengan intensitas ringan
    – Serang berawan
    – Jakarta berawan
    – Bandung berawan
    – Semarang hujan dengan intensitas ringan
    – Yogyakarta hujan dengan intensitas ringan
    – Surabaya hujan dengan intensitas ringan
    – Pontianak berawan
    – Palangkaraya hujan dengan intensitas lebat disertai petir
    – Samarinda berawan
    – Banjarmasin cerah berawan
    – Denpasar hujan dengan intensitas ringan
    – Mataram berawan
    – Kupang hujan dengan intensitas ringan
    – Manado berpotensi hujan petir
    – Gorontalo berawan
    – Palu berawan
    – Mamuju hujan dengan intensitas ringan
    – Makassar berawan
    – Kendari berawan
    – Ternate hujan dengan intensitas ringan
    – Ambon berawan
    – Sorong berawan
    – Jayapura hujan dengan intensitas ringan
    – Manokwari hujan dengan intensitas ringan
    – Nabier hujan dengan intensitas sedang
    – Jayawijaya hujan dengan intensitas ringan
    – Merauke hujan dengan intensitas sedang

    (tim/dmi)

    [Gambas:Video CNN]

  • Malam Tahun Baru Diprediksi Aman dari Cuaca Ekstrem, Ini Sebabnya

    Malam Tahun Baru Diprediksi Aman dari Cuaca Ekstrem, Ini Sebabnya

    Jakarta, CNN Indonesia

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi cuaca ekstrem tidak akan terjadi di Indonesia saat malam pergantian tahun 2024 ke 2025.

    “BMKG memastikan bahwa cuaca pada malam pergantian tahun Insya Allah akan lebih kondusif. Insya Allah kalau tidak mendadak terjadi fenomena yang di luar prediksi, insya Allah pergantian tahun akan aman dari cuaca ekstrem,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers virtual, Minggu (29/12) malam.

    Ia menjelaskan pada awal Desember, fenomena cold surge atau seruakan dingin dari dataran tinggi Siberia terjadi di Indonesia. Seruakan dingin adalah penyebab banjir besar terjadi di Jakarta dan sekitarnya saat pergantian tahun 2019 ke 2020.

    Namun, berdasarkan hasil pemantauan terkini, fenomena seruakan dingin terhambat dengan munculnya bibit-bibit siklon di perairan Laut China Selatan.

    “Bahkan juga terjadi badai tropis Pabuk di perairan tersebut. Fenomena munculnya bibit-bibit siklon, serta low pressure area di Laut China Selatan,” ujar Dwikorita.

    “Iinilah yang menghalangi aliran massa udara, aliran massa udara masuk ke wilayah Indonesia bagian barat, termasuk monsoon Asia dan seruakan dingin, sehingga terjadi pelemahan seruakan dingin dan monsoon Asia,” kata dia menambahkan.

    Selain faktor itu, ia menjelaskan cuaca ekstrem diprediksi tidak terjadi saat pergantian tahun karena bergesernya fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO) dari wilayah Indonesia.

    BMKG, dalam laporan Ikhtisar Cuaca Harian yang berlaku untuk tanggal 29-31 Desember 2024, mengungkap bahwa fenomena MJO per 28 Desember terpantau berada di fase 7 (Western Pacific) yang kurang berkontribusi terhadap proses pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia.

    Selain itu, gangguan fenomena MJO secara spasial tidak terpantau aktif di wilayah Indonesia.

    “Madden-Julian Oscillation yang tadinya bertahan di wilayah Indonesia dan memicu ketumbuhan awan-awan hujan, saat ini alhamdulillah ini telah bergeser, bergerak, berada di samudera pasifik.Ini tentunya mengurangi potensi cuaca ekstrim yang ada di wilayah Indonesia,” ujarnya.

    Meski cuaca ekstrem diprediksi tidak terjadi saat pergantian tahun, Dwikorita tetap meminta masyarakat untuk waspada dan selalu mengikuti informasi dari BMKG terutama saat berada di luar rumah.

    “Cuaca saat ini semakin kompleks dan semakin tidak pasti. Terutama sebagai salah satu dampak dari perubahan iklim, tidak hanya di Indonesia, di berbagai belahan dunia juga mengalami kompleksitas dan ketidakpastian,” katanya.

    (yoa/dmi)

    [Gambas:Video CNN]

  • Prediksi Cuaca Natal 25 Desember: Hujan Berpotensi Guyur Jabodetabek

    Prediksi Cuaca Natal 25 Desember: Hujan Berpotensi Guyur Jabodetabek

    Jakarta, CNN Indonesia

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang akan terjadi di wilayah Jabodetabek pada Hari Raya Natal. Namun, ada juga potensi cuaca ekstrem yang perlu diwaspadai.

    BMKG memperkirakan hujan dengan intensitas ringan berpotensi terjadi di wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Utara, Kota Bekasi, Kota Depok, Kota Bogor, dan Kota Tangerang Selatan

    Sementara itu, hujan dengan intensitas sedang berpotensi terjadi di wilayah Kepulauan Seribu, Bekasi, Kabupaten Bogor, dan Kota Tangerang,

    Prakiraan cuaca tersebut berlaku untuk 25 Desember pukul 07.00 WIB – 26 Desember pukul 07.00 WIB.

    Dalam Prospek Cuaca Mingguan periode 24-30 Desember, BMKG menyebut Indonesia secara umum masih berpotensi dilanda cuaca ekstrem. Sebagian besar wilayah Indonesia masih berpotensi hujan dengan intensitas lebat hingga ekstrem.

    Curah hujan tinggi ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti menguatnya angin Monsun Asia disertai Seruakan dingin (Cold Surge), serta hadirnya gelombang atmosfer Rossby Ekuatorial dan Kelvin.

    Selain itu, fenomena La Niña dalam intensitas lemah turut memperkuat potensi cuaca ekstrem di Indonesia.

    BMKG menjelaskan fenomena-fenomena ini masih dapat terjadi selama periode Natal 2024 hingga menuju Tahun Baru 2025 yang berdampak kepada peningkatan intensitas curah hujan disertai kilat/petir dan angin kencang di sebagian besar wilayah Indonesia.

    “BMKG mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor. Masyarakat diimbau untuk terus memantau informasi cuaca terkini melalui saluran resmi BMKG agar dapat lebih yakin dalam merencanakan aktivitas dan mengantisipasi potensi cuaca ekstrem selama libur Natal,” tulis BMKG dalam Prospek Cuaca Mingguan tersebut.

    Dinamika atmosfer

    BMKG menyebut sejumlah fenomena atmosfer akan mempengaruhi cuaca di Tanah Air selama sepekan ke depan.

    Monsun Asia diikuti Seruakan Dingin membawa massa udara dingin dan kering, menjadi faktor penyebab utama dalam meningkatkan hujan di wilayah Indonesia.

    Kemudian, ada juga depresi tropis (Tropical Depression) 99 W di Laut Cina Selatan, dan Bibit siklon tropis 98S terpantau di Samudra Hindia Barat Daya Lampung yang mengubah pola cuaca di Indonesia.

    Perubahan yang terjadi adalah peningkatan potensi hujan di sebagian Kalimantan, dan Selatan Jawa Bagian Barat akibat dari perubahan pola angin dan distribusi hujan.

    Faktor penunjang cuaca ekstrem lain, yaitu keberadaan gelombang atmosfer Rossby Ekuatorial dan Kelvin. Fenomena tersebut memperbesar peluang terbentuknya awan hujan di wilayah Tengah dan Timur Indonesia seperti sebagian Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi hingga Papua.

    Kemudian, kehadiran La Niña dalam intensitas lemah turut berkontribusi pada peningkatan potensi cuaca ekstrem di Indonesia.

    “Kombinasi dari fenomena-fenomena tersebut menciptakan kondisi atmosfer yang mendukung terjadinya hujan lebat, angin kencang, dan potensi banjir di beberapa wilayah seperti sebagian besar Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua,” tulis BMKG.

    (lom/dmi)

    [Gambas:Video CNN]

  • BMKG Ungkap Penyebab Banyaknya Bencana Hidrometeorologi

    BMKG Ungkap Penyebab Banyaknya Bencana Hidrometeorologi

    Jakarta, Beritasatu.com – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, menyoroti banyaknya bencana hidrometeorologi yang melanda sejumlah wilayah di Indonesia. Dwikorita menjelaskan, musim hujan kali ini berbeda dibandingkan tahun sebelumnya karena adanya fenomena La Nina lemah.

    La Nina adalah anomali suhu permukaan laut di Samudra Pasifik yang lebih dingin dari biasanya, dan kini berdampak pada meningkatnya curah hujan.

    “Tahun lalu kita menghadapi El Nino yang bersifat kering, sedangkan tahun ini La Nina lemah, menjadi pemicu terbentuknya awan hujan,” jelas Dwikorita dalam keterangan resminya, dikutip Senin (23/12/2024).

    Fenomena ini, menurutnya, meningkatkan intensitas curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia hingga 20–40 persen.

    Selain La Nina, Indonesia juga menghadapi dinamika atmosfer lainnya, seperti bibit siklon, gelombang Rossby, madden-julian oscillation (MJO), gelombang Kelvin, dan potensi cold surge dari Siberia.

    Faktor-faktor ini memicu cuaca ekstrem, seperti hujan lebat, angin kencang, dan gelombang tinggi, yang diproyeksikan terus terjadi hingga momen Natal dan Tahun Baru (Nataru).

    Dwikorita menyampaikan, BMKG sejak November 2024 juga telah rutin memberikan peringatan dini terkait potensi bencana hidrometeorologi.

  • Prediksi Cuaca Jabodetabek Sepekan: Mayoritas Hujan Ringan

    Prediksi Cuaca Jabodetabek Sepekan: Mayoritas Hujan Ringan

    Jakarta, CNN Indonesia

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) berpotensi diguyur hujan dengan intensitas ringan selama sepekan ke depan atau hingga 28 Desember 2024. Simak prediksinya.

    BMKG mengungkap dalam beberapa waktu terakhir terjadi peningkatan signifikan Indeks cold surge atau seruak dingin yang menandakan aliran udara dingin dari benua Asia menuju wilayah Indonesia.

    “Kondisi ini memicu potensi hujan lebat sepekan ke depan, terutama di wilayah Barat dan Selatan Indonesia akibat menguatnya angin monsun Asia,” ujar BMKG dalam sebuah unggahan di Instagram.

    Selain itu, gelombang atmosfer Rossby Ekuatorial dan Kelvin yang masih aktif memperbesar peluang terbentuknya awan hujan di wilayah Tengah dan Timur Indonesia.

    “Kombinasi fenomena ini menciptakan cuaca yang mendukung terjadinya hujan lebat hingga sangat lebat disertai angin kencang di beberapa wilayah,” ungkap BMKG dalam sebuah unggahan di Instagram, dikutip Jumat (20/12).

    BMKG juga mejelaskan kehadiran La Nina dalam intensitas lemah turut memperkuat potensi cuaca ekstrem di Tanah Air.

    La Nina merupakan fenomena iklim yang menyebabkan meningkatnya curah hujan di suatu kawasan turun secara berlebihan. Berbeda dari El Nino yang ditandai dengan suhu tinggi pada Samudra Pasifik di sekitar ekuator, La Nina ditandai dengan suhu yang rendah.

    “Menjelang perayaan Natal 2024, BMKG mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor,” jelas BMKG.

    Modifikasi cuaca

    Berkurangnya intensitas curah hujan di Jakarta ini diduga akibat operasi modifikasi cuaca (OMC) yang dilakukan BMKG dan instansi lain dalam beberapa waktu terakhir.

    Operasi ini sudah dilakukan dua tahap. Pertama, pada periode 7 dan 8 Desember, dan tahap kedua pada 12 hingga 15 Deesmber.

    Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengklaim OMC tahap pertama itu berhasil mengurangi risiko bencana hidrometeorologi di wilayah Jabodetabek. OMC yang dilakukan pada akhir pekan lalu diklaim terbukti mengurangi intensitas hujan hingga 67 persen di beberapa wilayah Jakarta, sehingga menurunkan risiko banjir dan genangan.

    Dwikorita mengatakan upaya OMC dilakukan dengan melakukan penyemaian awan selama dua hari berturut-turut. Sebanyak lima sorti penerbangan dilakukan menggunakan empat ton bahan semai untuk mengendalikan distribusi hujan di wilayah Jakarta.

    “Operasi ini bertujuan untuk mengurangi potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, yang sering melanda Jakarta akibat intensitas hujan yang tinggi. Hasilnya, kami berhasil menurunkan curah hujan di sejumlah wilayah dengan intensitas pengurangan mencapai 13 hingga 67 persen pada tanggal 7 dan 8 Desember, berdasarkan data satelit Global Satellite Mapping of Precipitation (GSMaP),” ujar Dwikorita.

    Daftar daerah Jabodetabek potensi hujan

    BMKG memprediksi sejumlah wilayah Jabodetabek masih berpotensi diguyur hujan dalam sepekan ke depan.

    Namun demikian, intensitas hujan yang turun relatif di kategori ringan hingga sedang. Berikut rinciannya:

    23 Desember pukul 07.00 WIB – 24 Desember pukul 07.00 WIB

    Hujan dengan intensitas sedang berpotensi terjadi di wilayah: Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Utara, Kepulauan Seribu, Bekasi, Kota Bekasi, Kota Depok, Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan

    24 Desember pukul 07.00 WIB – 25 Desember pukul 07.00 WIB

    Hujan dengan intensitas ringan berpotensi terjadi di wilayah: Jakarta Utara, Kepulauan Seribu, Bekasi, Kota Bogor

    Hujan dengan intensitas sedang berpotensi terjadi di wilayah: Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Kota Bekasi, Kota Depok, Kabupaten Bogor, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan

    25 Desember pukul 07.00 WIB – 26 Desember pukul 07.00 WIB

    Hujan dengan intensitas ringan berpotensi terjadi di wilayah: Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Utara, Kota Bekasi, Kota Depok, Kota Bogor, Kota Tangerang Selatan

    Hujan dengan intensitas sedang berpotensi terjadi di wilayah: Kepulauan Seribu, Bekasi, Kabupaten Bogor, Kota Tangerang

    26 Desember pukul 07.00 WIB – 27 Desember pukul 07.00 WIB

    Hujan dengan intensitas ringan berpotensi terjadi di wilayah: Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Bekasi, Kota Bekasi

    Hujan dengan intensitas sedang berpotensi terjadi di wilayah: Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Utara, Kepulauan Seribu, Kota Depok, Kota Bogor, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan

    Hujan dengan intensitas lebat berpotensi terjadi di wilayah: Kabupaten Bogor

    27 Desember pukul 07.00 WIB – 28 Desember pukul 07.00 WIB

    Hujan dengan intensitas ringan berpotensi terjadi di wilayah: Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Utara, Kepulauan Seribu, Bekasi, Kota Bekasi, Kota Depok, Kota Bogor, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan

    Hujan dengan intensitas sedang berpotensi terjadi di wilayah: Kabupaten Bogor

    28 Desember pukul 07.00 WIB – 29 Desember pukul 07.00 WIB

    Hujan dengan intensitas ringan berpotensi terjadi di wilayah: Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Utara, Kepulauan Seribu, Bekasi, Kota Bekasi, Kota Depok, Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan

    [Gambas:Instagram]

    (tim/dmi)

    [Gambas:Video CNN]

  • BMKG Ungkap Musim Hujan Tahun Ini Berbeda, Apa Penyebabnya?

    BMKG Ungkap Musim Hujan Tahun Ini Berbeda, Apa Penyebabnya?

    Jakarta, CNN Indonesia

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap kondisi musim hujan tahun ini di Indonesia berbeda dari tahun sebelumnya. Hal ini menyebabkan sejumlah daerah terdampak bencana hidrometeorologi.

    Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan musim hujan tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya karena fenomena La Nina lemah, yang mengakibatkan anomali suhu permukaan laut di Samudra Pasifik menjadi lebih dingin dari biasanya.

    “Tahun lalu yang terjadi adalah El Nino dan bersifat kering, sementara tahun ini adalah La Nina lemah. Hal inilah yang menjadi booster pertumbuhan awan-awan hujan, sehingga intensitas dan volume hujan meningkat,” kata Dwikorita dalam keterangannya, Sabtu (21/12).

    “Bagi Indonesia fenomena ini menyebabkan peningkatan curah hujan di hampir sebagian besar wilayah yang berkisar 20-40 persen,” lanjut dia.

    Selain itu, Indonesia yang terletak di antara dua benua dan dua samudra juga dikepung oleh bibit siklon yang mengakibatkan angin kencang, gelombang tinggi, dan cuaca ekstrem.

    Dinamika atmosfer seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) dan potensi seruakan udara dingin (cold surge) yang bergerak dari Siberia menuju wilayah barat Indonesia, juga diproyeksikan aktif selama periode Natal dan Tahun Baru (Nataru).

    “Saat ini Indonesia tengah berada di puncak musim penghujan. Kondisi ini ditambah La Nina serta kombinasi aktif Madden-Julian Oscillation, gelombang Rossby, gelombang Kelvin, serta konvektif lokal di wilayah barat, selatan, dan tengah Indonesia memperkuat dinamika atmosfer yang mendukung terjadinya hujan lebat di berbagai daerah,” jelas dia.

    Oleh karena itu, sejak November BMKG terus mengeluarkan peringatan dini terkait potensi bencana hidrometeorologi. Selain mengimbau masyarakat di wilayah rawan bencana, BMKG juga terus berkoordinasi dengan instansi terkait dan pemerintah daerah untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan potensi bencana.

    Sebelumnya, merujuk data prakiraan hujan BMKG, hampir seluruh wilayah Tanah Air diperkirakan berpotensi diguyur hujan lebat selama Desember dengan intensitas lebih dari 200 mm.

    Dwikorita mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap potensi cuaca ekstrem, khususnya pada periode Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru). Menurut dia kondisi ini dipicu oleh sejumlah faktor, di antaranya fenomena La Nina yang mengakibatkan potensi penambahan curah hujan hingga 20-40 persen.

    Fenomena ini disebut akan berlangsung mulai akhir tahun 2024 hingga setidaknya April 2025.

    Dwikorita, dalam rapat bersama Komisi V DPR RI beberapa waktu lalu, juga mewanti-wanti bencana banjir besar di wilayah Jabodetabek pada tahun 2020 berpotensi terulang kembali di awal 2025.

    Ia mengatakan dua fenomena iklim dapat berdampak pada skenario terburuk curah hujan ekstrem hingga banjir bandang seperti yang pernah terjadi di Jabodetabek empat tahun lalu.

    Hal ini turut disebabkan oleh pergerakan seruak udara dingin dari dataran tinggi Siberia. BMKG, kata dia, sudah mendeteksi potensi masuknya seruak dingin tersebut ke wilayah Indonesia.

    “Sejak minggu lalu kami mendeteksi adanya potensi masuknya seruak udara dingin dari dataran tinggi Siberia. Kemudian diprediksi mulai Desember ini sudah bergerak mengarah ke wilayah Indonesia,” Jelas Dwikorita.

    “Diprediksi landing-nya ini kira-kira sekitar tanggal 20 Desember sampai sekitar 29 Desember,” ujar dia menambahkan.

    Dwikorita menjelaskan seruak dingin menyebabkan terjadinya angin kencang, gelombang tinggi, dan peningkatan curah hujan. Kecepatan angin dan peningkatan gelombang tinggi ini akan terjadi terutama di Laut Natuna.

    Di wilayah barat Indonesia, seruak dingin ini dalam skenario terburuk dapat menyebabkan banjir parah yang menerjang Jakarta pada 2020.

    “Kemudian kalau saat landing ke Indonesia bagian barat yaitu Jawa Barat, Lampung, kemudian Banten, DKI. Skenario terburuk itu meningkatkan curah hujan dengan intensitas yang ekstrem,” kata Dwikorita.

    “Contoh yang sudah terjadi di tahun 2020 di bulan Januari kondisi terparah adalah Jabodetabek banjir saat itu. Itu akibat kami mendeteksi seruak udara dingin tadi,” imbuhnya.

    (tim/dmi)

  • BMKG: Waspada! Musim Hujan Tahun Ini Berbeda, Dampak dari Kepungan Fenomena Berikut

    BMKG: Waspada! Musim Hujan Tahun Ini Berbeda, Dampak dari Kepungan Fenomena Berikut

    Bisnis.com, JAKARTA – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengatakan musim hujan tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya karena Indonesia tengah mengalami La Nina Lemah.

    La Nina adalah fenomena iklim global yang akibat anomali suhu permukaan laut di Samudra Pasifik yang menjadi lebih dingin dibandingkan biasanya.

    Hal tersebut disampaikan Dwikorita menanggapi banyaknya wilayah Indonesia yang dilanda bencana hidrometeorologi.

    “Tahun lalu yang terjadi adalah El Nino dan bersifat kering, sementara tahun ini adalah La Nina Lemah. Hal inilah yang menjadi booster pertumbuhan awan-awan hujan sehingga intensitas dan volume hujan meningkat. Bagi Indonesia, fenomena ini menyebabkan peningkatan curah hujan di hampir sebagian besar wilayah yang berkisar 20 – 40 persen,” ungkap Dwikorita dilansir dari laman resmi BMKG.

    Situasi lainnya, kata Dwikorita, karena terletak di antara dua benua dan dua samudra, saat ini Indonesia juga tengah dikepung oleh bibit siklon yang mengakibatkan angin kencang, gelombang tinggi, dan cuaca ekstrem. Selain itu, dinamika atmosfer seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) dan potensi Cold Surge (seruakan udara dingin) yang bergerak dari daratan Asia (Siberia) menuju wilayah barat Indonesia, juga diproyeksikan aktif selama periode Natal dan Tahun Baru (Nataru).

    “Saat ini Indonesia sendiri tengah berada di puncak musim penghujan. Kondisi ini ditambah La Nina serta kombinasi aktif Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang Rossby, gelombang Kelvin, serta konvektif lokal di wilayah barat, selatan dan tengah Indonesia memperkuat dinamika atmosfer yang mendukung terjadinya hujan lebat di berbagai daerah,” paparnya.

    Untuk itu, lanjut Dwikorita, sejak Bulan November lalu, BMKG sendiri terus mengeluarkan peringatan dini terkait potensi bencana hidrometeorologi. Selain mengimbau masyarakat di wilayah rawan bencana, BMKG juga terus berkoordinasi dengan instansi terkait dan juga pemerintah daerah untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiap-siagaan akan potensi bencana hidrometeorologi yang bisa datang sewaktu-waktu.

    Terkait kondisi di Jawa Timur, Dwikorita menerangkan bahwa seluruh wilayah di Jawa Timur telah memasuki musim hujan dengan puncak musim hujan diprakirakan terjadi di Bulan Februari 2025. Prakiraan curah hujan sepanjang Desember 2024 – Januari 2025, wilayah Jawa Timur umumnya berada pada kategori menengah hingga sangat tinggi (201- >500mm) dengan sifat hujan normal hingga atas normal. Selain menghadapi potensi banjir, sejumlah wilayah juga berpotensi mengalami tanah bencana longsor, gelombang tinggi, serta banjir rob.

    “Kepada masyarakat kami mengimbau untuk senantiasa mengecek prakiraan cuaca lewat aplikasi InfoBMKG secara berkala. Peringatan dini cuaca akan disampaikan, sepekan dan diulang tiga hari sebelum kejadian, bahkan hingga tiga jam sebelum kejadian cuaca ekstrem,” imbuhnya.

    Sementara itu, Pj Gubernur Jawa Timur Adhy Karyono menyampaikan bahwa rakor ini merupakan bentuk upaya nyata bersama untuk meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana hidrometeorologi. Utamanya pada musim penghujan dan momen libur Natal serta Tahun Baru (Nataru) 2025.

    “Pemprov Jatim telah menyiapkan langkah antisipasi bencana hidrometeorologi antara lain rakor bencana hidrometeorologi, surat himbauan Gubernur ke kabupaten/kota se-Jatim menetapkan status siaga darurat bencana meteorologi dengan SK Gubernur. Pemprov juga membuat keposkoan siaga bencana hidrometeorologi, apel siaga dan gelar peralatan serta pengecekan Early Warning System (EWS), serta dukungan logistik dan peralatan yang diserahkan kabupaten/ kota,” paparnya.

    Mitigasi bencana di Jatim, kata Adhy, dikelompokkan menjadi delapan klaster. Yakni Metropolitan, Madura, Ijen, Probomajang, Malang Raya, Wilis Selatan, Wilis Utara dan Labanegoro. Serta ada pengelempokan Daerah Aliran Sungai (DAS) diantaranya Wilayah Sungai Bengawan Solo, WS Brantas, WS Madura-Bawean, WS Welirang Rejoso yang mengakibatkan banjir di beberapa wilayah. 

  • Antisipasi Banjir-Longsor Saat Natal Tahun Baru, PU Siapkan Ribuan Alat Darurat di Seluruh Provinsi – Halaman all

    Antisipasi Banjir-Longsor Saat Natal Tahun Baru, PU Siapkan Ribuan Alat Darurat di Seluruh Provinsi – Halaman all

     

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Memasuki masa mudik Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024/2025 saat cuaca ekstrem melanda, Kementerian Pekerjaan Umum (PU) telah menyiapkan seluruh logistik dan sumber daya yang diperlukan guna mengantisipasi potensi banjir dan longsor.

    Ribuan peralatan darurat telah disiapkan di seluruh provinsi untuk menghadapi cuaca ekstrem pada puncak musim penghujan dan kesiapan infrastruktur jalan pada arus mudik Nataru.

    Dampak curah hujan tinggi ini disebut akan berlangsung selama akhir 2024 dan awal 2025.

    Wakil Menteri PU Diana Kusumastuti memastikan peralatan dan material darurat seperti alat berat, kendaraan evakuasi, mobil toilet, tangki air, posko-posko darurat, dan peralatan Disaster Relief Unit (DRU) telah siap.

    “Kami siapkan di seluruh provinsi untuk dapat digunakan kapan saja,” kata Diana dikutip dari keterangan tertulis pada Minggu (22/12/2024).

    Satgas PPB Kementerian PU terdiri dari 37 balai di Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, 33 balai di Direktorat Jenderal Bina Marga, dan 34 balai di Direktorat Jenderal Cipta Karya bersama seluruh tim reaksi cepat di setiap balai.

    Direktorat Jenderal Sumber Daya Air telah menyiapkan 2.513 personil, 1.780 alat, dan 473.582 bahan darurat.

    Kemudian balai Direktorat Jenderal Bina Marga menyiapkan 421 personil, 1.266 alat, dan 1.160 bahan darurat.

    Lalu, balai Direktorat Jenderal Cipta Karya menyiapkan 521 personil, 151.413 alat, dan 4.434 bahan darurat.

    Diana memastikan seluruh personil Satgas PPB telah terlatih dan selalu siap siaga untuk penanganan darurat, terutama di daerah berisiko bencana.

    Tim Satgas PPB pun telah bergerak melakukan penanganan bencana di berbagai wilayah.

    Antara lain, bencana longsor di Deli Serdang, longsor di Kampar, banjir dan longsor di Sukabumi, longsor di Pacitan, dan erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores.

    Penanganan bencana dipastikan terus dikoordinasikan secara internal Kementerian PU maupun dengan instansi lain seperti BNPB, BPBD, BMKG, Kementerian Perhubungan, Polri, TNI AD, dan pemerintah daerah.

    Adapun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memperingatkan terjadinya peningkatan curah hujan menjelang momen libur Natal dan tahun baru (Nataru) 2025.

    Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan dinamika atmosfer yang membuat curah hujan meningkat selama Nataru.

    Dinamika itu seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) dan potensi cold surge (gelombang udara dingin) yang bergerak dari daratan Asia (Siberia) menuju wilayah barat Indonesia, diproyeksikan akan aktif selama periode Nataru.

    “Kedua fenomena ini dapat meningkatkan curah hujan, meskipun dampaknya masih perlu terus dipantau,” kata Dwikorita dalam Rapat Koordinasi Lintas Sektoral yang digelar di Auditorium PTIK, Jakarta, Senin (16/12/2024).

    Dwikorita menginformasikan cuaca ekstrem diperkirakan akan berlanjut hingga 9 Januari 2025 dengan peningkatan eskalasi cuaca, terutama di wilayah-wilayah yang dilalui jalur mudik.

    BMKH mengimbau masyarakat untuk selalu memantau informasi cuaca terkini.

    “Saya mengingatkan masyarakat untuk selalu memantau perkembangan informasi cuaca melalui aplikasi Info BMKG.”

    “Aplikasi ini terintegrasi dengan aplikasi jalur mudik, sehingga masyarakat bisa merencanakan perjalanan dengan lebih aman dan nyaman,” tambahnya.

  • BMKG Ramalkan ‘Cold Surge’ di Libur Nataru, Dokter Wanti-wanti Dampak Cuaca Tak Menentu    
        BMKG Ramalkan ‘Cold Surge’ di Libur Nataru, Dokter Wanti-wanti Dampak Cuaca Tak Menentu

    BMKG Ramalkan ‘Cold Surge’ di Libur Nataru, Dokter Wanti-wanti Dampak Cuaca Tak Menentu BMKG Ramalkan ‘Cold Surge’ di Libur Nataru, Dokter Wanti-wanti Dampak Cuaca Tak Menentu

    Jakarta

    Badan Meteorologi, Meteorologi, dan Klimatologi (BMKG) memprediksi sejumlah fenomena cuaca terjadi selama periode libur Natal dan Tahun Baru. Di antaranya adalah ‘cold surge’ atau seruak udara dingin yang berdampak antara lain pada curah hujan.

    Bersama-sama dengan fenomena lain seperti Madden-Julian Oscillation (MJO), potensi cold surge diprediksi bergerak dari daratan Asia atau Siberia menuju wilayah barat Indonesia. Fenomena ini diprediksi akan aktif selama periode libur akhir tahun.

    “Madden-Julian Oscillation dan potensi cold surge diperkirakan akan mempengaruhi cuaca di Indonesia selama Nataru. Kedua fenomena ini dapat meningkatkan curah hujan, meskipun dampaknya masih perlu terus dipantau,” jelas Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dikutip dari situs resmi BMKG.

    Sejalan dengan prediksi tersebut, cuaca di sebagian besar wilayah Indonesia akhir-akhir ini cenderung tidak menentu. Ada kalanya hujan deras, dan tak jarang mendung gelap disertai hembusan angin kencang.

    Praktisi kesehatan dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr Ray Rattu, SpPD mengingatkan untuk mewaspadai perubahan cuaca yang ekstrem saat berlibur. Jika tidak diantisipasi, maka bisa berdampak pada kondisi kesehatan.

    “Kondisi cuaca yang seperti ini tentu akan menurunkan imunitas dari tubuh itu sendiri,” pesannya dalam perbincangan dengan detikcom, Sabtu (21/12/2024).

    Agar selalu fit di tengah cuaca yang tidak menentu, dr Ray menyarankan untuk mempersiapkan rencana liburan dengan selalu jaga kondisi. Parameter yang bisa diamati antara lain tidur yang cukup dan nutrisi yang cukup.

    Untuk olahraga, dr Ray menyarankan untuk menghindari aktivitas fisik di luar ruangan atau outdoor ketika cuaca sedang tidak bersahabat. Menurutnya, bukan hujan yang bikin sakit melainkan perubahan cuaca yang berdampak pada sistem metabolisme.

    “Dalam cuaca panas tubuh kita bermetabolisme biasa, tiba-tiba cuaca dingin, itu akan mempengaruhi thermoregulator di dalam tubuh kita. Tubuh kita akan berusaha memanaskan tubuh dengan metabolisme yang lebih tinggi,” jelas dr Ray.

    “Perubahan-perubahan ini memberikan efek stressor pada tubuh. Ini yang kemudian dapat menyebabkan, secara umum, imunitas kita akan berkurang,” lanjutnya.

    NEXT: Tidur yang cukup

    Simak Video “Video Prediksi BMKG: Hujan Lebat Bakal Guyur 67% Wilayah Indonesia di 2025”
    [Gambas:Video 20detik]

  • Hujan Lebat-Angin Kencang Potensi Guyur RI

    Hujan Lebat-Angin Kencang Potensi Guyur RI

    Jakarta, CNN Indonesia

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi sejumlah wilayah Indonesia berpotensi diguyur hujan lebat dalam sepekan ke depan yang dapat menyebabkan bencana hidrometeorologi seperti banjir.

    BMKG mencatat dalam tiga hari terakhir terjadi peningkatan signifikan Indeks cold surge atau seruak dingin yang menandakan aliran udara dingin dari benua Asia menuju wilayah Indonesia. Kondisi ini memicu potensi hujan lebat sepekan ke depan, terutama di wilayah Barat dan Selatan Indonesia akibat menguatnya angin monsun Asia.

    Selain itu, gelombang atmosfer Rossby Ekuatorial dan Kelvin yang masih aktif memperbesar peluang terbentuknya awan hujan di wilayah Tengah dan Timur Indonesia.

    “Kombinasi fenomena ini menciptakan cuaca yang mendukung terjadinya hujan lebat hingga sangat lebat disertai angin kencang di beberapa wilayah,” ungkap BMKG dalam sebuah unggahan di Instagram, dikutip Jumat (20/12).

    BMKG juga mejelaskan kehadiran La Nina dalam intensitas lemah turut memperkuat potensi cuaca ekstrem di Tanah Air.

    La Nina merupakan fenomena iklim yang menyebabkan meningkatnya curah hujan di suatu kawasan turun secara berlebihan. Berbeda dari El Nino yang ditandai dengan suhu tinggi pada Samudra Pasifik di sekitar ekuator, La Nina ditandai dengan suhu yang rendah.

    “Menjelang perayaan Natal 2024, BMKG mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor,” jelas BMKG.

    Faktor pemicu

    BMKG memantau sejumlah fenomena atmosfer diperkirakan mempengaruhi pola cuaca di Indonesia dalam sepekan ke depan.

    Salah satu fenomena utama adalah seruakan dingin atau cold surge dari Asia, yang membawa massa udara dingin dan kering, memicu peningkatan aktivitas konveksi yang mendukung terbentuknya awan hujan di berbagai wilayah.

    Selain itu, gelombang atmosfer Rossby Ekuatorial dan Kelvin juga diprediksi aktif di sejumlah daerah seperti Sumatera bagian utara, Jawa hingga Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Sulawesi. Aktivitas gelombang ini memperkuat dinamika atmosfer yang mendukung peningkatan intensitas hujan di wilayah-wilayah tersebut.

    Selain itu, potensi terbentuknya bibit siklon tropis di perairan timur Filipina bagian selatan juga menjadi perhatian, karena dapat mempengaruhi pola angin dan distribusi hujan di sekitar Indonesia.

    “Kombinasi dari ketiga fenomena ini menciptakan kondisi atmosfer yang mendukung terjadinya hujan lebat, angin kencang, dan potensi banjir di beberapa wilayah seperti Sumatera bagian utara, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua,” ujar lembaga.

    “BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan terus memantau perkembangan cuaca,” lanjut mereka.

    Prospek cuaca dan peringatan dini

    BMKG memprediksi hujan dengan intensitas sedang hingga sangat lebat, yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang akan terjadi selama periode 20-26 Desember 2024. Berikut rinciannya:

    Potensi hujan sedang-lebat

    – Aceh
    – Sumatera Utara
    – Sumatera Barat
    – Riau
    – Kepulauan Riau
    – Jambi
    – Sumatera Selatan
    – Kepulauan Bangka Belitung
    – Bengkulu
    – Lampung
    – Banten
    – DKI Jakarta
    – Jawa Barat
    – Jawa Tengah
    – DI Yogyakarta
    – Jawa Timur
    – Bali
    – NTB
    – NTT
    – Kalimantan Barat
    – Kalimantan Tengah
    – Kalimantan Selatan
    – Kalimantan Timur
    – Kalimantan Utara
    – Sulawesi Utara
    – Gorontalo
    – Sulawesi Tengah
    – Sulawesi Barat
    – Sulawesi Tenggara
    – Maluku Utara
    – Papua Barat Daya
    – Papua Barat
    – Papua Tengah
    – Papua Pegunungan
    – Papua
    – Papua Selatan

    Potensi hujan lebat-sangat lebat

    – Riau
    – Kepulauan Riau
    – Lampung
    – Jawa Timur
    – Kalimantan Barat
    – Kalimantan Utara
    – Sulawesi Barat
    – Sulawesi Selatan
    – Sulawesi Utara
    – Maluku
    – Papua Selatan

    Potensi angin kencang

    – Kepulauan Riau
    – Kepulauan Bangka
    – Jawa
    – Kalimantan Utara
    – Kalimantan Selatan
    – Sulawesi Selatan
    – Bali
    – Nusa Tenggara
    – Maluku Utara
    – Maluku
    – Papua Barat Daya

    [Gambas:Instagram]

    (tim/dmi)

    [Gambas:Video CNN]