Perusahaan: Sony

  • Ogah Ikut Xiaomi, Oppo dan Vivo Gunakan Chipset Dimensity 9500 – Page 3

    Ogah Ikut Xiaomi, Oppo dan Vivo Gunakan Chipset Dimensity 9500 – Page 3

    Mengutip bocoran dari seorang tipster terkenal, Digital Chat Station, Oppo Find X9 Pro bakal memiliki kamera utama 50MP Sony LYT-828, lalu Samsung JN5 untuk kamera ultrawide, dan sebuah kamera telefoto dengan sensor 200MP dari Samsung HP5.

    Peningkatan utama dari sektor kamera terletak pada lensa telefoto. Sebelumnya, Oppo Find X8 Pro hanya menggunakan sensor 50MP. Uniknya, generasi terbaru kali ini mengalami peningkatan sebesar 300 persen menjadi 200MP.

    Berpindah ke Vivo X300, untuk sementara ini informasi terbaru masih berfokus pada seri dasar dari brand tersebut. Namun, demi menjawab rasa penasaran, ponsel ini akan dibekali kamera utama 200MP dan kamera 50MP untuk ultrawide.

    Tak berhenti di situ, sebuah kamera telefoto Sony LYT602 beresolusi 50MP turut disematkan berdampingan dengan lapisan anti reflektif (Zeiss T coating).

  • Realme 15 Series 5G Siap Rilis di Indonesia: Unggulkan Triple Kamera 50MP, Baterai 7.000mAh, dan AI Edit Genie – Page 3

    Realme 15 Series 5G Siap Rilis di Indonesia: Unggulkan Triple Kamera 50MP, Baterai 7.000mAh, dan AI Edit Genie – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Realme Indonesia secara resmi memperkenalkan lini ponsel terbarunya, Realme 15 Series 5G, Kamis (25/9/2025) di Jakarta. HP ini terdiri dari dua model, yaitu Realme 15 Pro 5G dan Realme 15 5G.

    Dalam sesi preview, Realme lebih dulu memamerkan keunggulan utama di sektor kamera dan desain. Salah satu peningkatan paling signifikan hadir pada model Pro, yang mengusung tiga kamera dengan resolusi seragam 50MP.

    “Every shot, a 50MP masterpiece. Jadi kalian juga bisa lihat, kami sudah membawa all 50MP di tiga kameranya untuk kali ini,” ujar PR Lead Realme Indonesia, Krisva Angnieszca, dalam presentasinya.

    Selain itu, Realme 15 Pro 5G juga diperkenalkan sebagai “AI Night Out Phone” pertama di industri, dengan berbagai fitur kecerdasan buatan (AI) canggih untuk fotografi, termasuk kemampuan mengedit foto hanya dengan perintah suara.

    Sektor kamera Realme 15 Pro 5G diperkuat tiga kamera yang seluruhnya beresolusi 50MP. Susunannya terdiri dari kamera utama dengan sensor Sony IMX896, kamera ultrawide untuk bidikan sudut lebar, serta satu kamera selfie di bagian depan.

  • Realme 15 Pro 5G Siap Meluncur, Kamera 50 MP dan Baterai 7.000mAh

    Realme 15 Pro 5G Siap Meluncur, Kamera 50 MP dan Baterai 7.000mAh

    Jakarta

    Realme Indonesia siap menggebrak pasar ponsel mid-range dengan peluncuran Realme 15 Series 5G. Ponsel ini dijadwalkan meluncur resmi pada 8 Oktober 2025 dengan membawa sejumlah fitur unggulan, mulai dari kamera hingga baterai jumbo meski bodi super tipis.

    “Akan ada dua ponsel yang akan kami hadirkan. Ada Realme 15 Pro 5G dan Realme 15 5G,” ungkap Krisva Angnieszca, Public Relations Lead Realme Indonesia saat acara media hands-on di Jakarta, Kamis sore (25/9/2025).

    Realme 15 Pro 5G

    Realme 15 Pro 5G mengedepankan fitur kamera. Ada tiga sensor beresolusi 50MP yang disematkan pada ponsel ini, yakni kamera utama, ultra-wide dan selfie.

    “Kamera utamanya memakai sensor Sony IMX896. Tapi upgrade terbesar ada pada lensa ultra-wide yang mampu menghasilkan foto grup lebih jelas dengan bidang pandang lebih luas,” ungkap Krisva.

    Realme 15 Pro 5G Foto: Adi Fida Rahman/detikINET

    Realme 15 Pro 5G digadang sebagai AI Night Out Phone yang diklaim sebagai pertama di industri. Pengguna dijanjikan dapat memotret terang tanpa mengubah tone warna kulit.

    “Foto malam sering plain dan skin tone tidak akurat. Makanya kami hadirkan AI Night Out,” ujar Krisva.

    Efek Starburst dan Heart Foto: Adi Fida Rahman/detikINET

    Fitur andalan yang diberikan meliputi:

    AI Party Moment: Algoritma khusus yang mendeteksi objek manusia dan background, lalu menambahkan efek starburst atau heart pada sumber cahaya. Hasilnya? Foto malam jadi lebih hidup dan siap diunggah ke media sosial tanpa edit manual.AI Edit Genny: Inovasi pertama di industri untuk editan foto berbasis AI dan suara. Cukup klik “AI Inspiration” untuk auto-edit (misalnya, mencerahkan foto gelap dalam 10 detik), atau perintah suara seperti “tambahin background” atau “ganti baju”. Mendukung lebih dari 20 bahasa, termasuk Bahasa Indonesia, fitur ini bisa tambah aksesoris, ubah warna pakaian, hingga efek dramatis-semua hanya lewat voice command.AI Magic Glow 2.0: Khusus portrait malam, fitur ini menambahkan efek flash ganda untuk skin tone alami dan objek yang “pop out” dari background, tanpa perlu mode portrait manual yang ribet.AI Magic Glow 2.0 Foto: Adi Fida Rahman/detikINET

    Untuk video, Realme 15 Pro 5G mendukung rekam 4K 60fps di ketiga lensa (termasuk selfie dengan EIS ) dan Live Photo beresolusi 2K. Tak ketinggalan, watermark colorful untuk berbagi momen.

    Tak hanya kamera, desain Realme 15 Pro 5G turut diunggulkan. Dengan ketebalan hanya 7,79mm, HP ini membawa baterai 7.000mAh.

    Hadir dalam dua varian warna Glowing Silver hadir dengan tekstur marble unik dan Velvet Green pakai material leather untuk nuansa premium.

    Beralih ke layarnya, Realme menerapkan tepian sedikit melengkung di keempat sisinya. Bezel dibuat begitu tipis bikin rasio screen to body lebih dari 90%. Refresh rate mencapai 144Hz dengan tingkat kecerahan 6.500 nits.

    Realme 15 5G Foto: Adi Fida Rahman/detikINETRealme 15 5G

    Realme 15 5G dibekali dual kamera 50MP dan dukungan dual 4K.Semua fitur AI di Realme 15 Pro 5G ada di HP ini.

    Desain jadi poin yang diandalkan. Bodinya dibuat dengan ketebalan 7,66mm.

    “Ini tertipis di industri dengan baterai 7.000mAh,” klaim Krisva.

    HP ini punya layar flat dengan refresh rate 120Hz dengan bezel tipis dan brightness 4.500 nits.

    Krisva masih merahasiakan spesifikasi lain yang dibawa dua jagoan terbaru Realme. Semua akan diungkap saat acara peluncuran termasuk harganya.

    “Jadi tunggu peluncurannya di 8 Oktober. Kami akan menyiarkan langsung di YouTube Realme Indonesia,” ucapnya.

    (afr/rns)

  • BGN Sebut Verifikator Hindari Interaksi dengan SPPG, Pindah Hotel Sampai 3 Kali

    BGN Sebut Verifikator Hindari Interaksi dengan SPPG, Pindah Hotel Sampai 3 Kali

    Bisnis.com, JAKARTA — Badan Gizi Nasional (BGN) mengeklaim verifikator pelaksana program makan bergizi gratis (MBG) berpindah lokasi kerja hingga tiga kali untuk menghindari interaksi dengan para calon mitra dapur satuan pelayanan pemenuhan gizi (SPPG).

    Wakil Kepala BGN Nanik Sudaryati Deyang mengatakan BGN memiliki 100 orang verifikator untuk mengecek data pendaftaran dapur SPPG untuk dinyatakan layak menjadi mitra atau tidak dalam pelaksanaan MBG.

    “Mengapa kok nggak di kantor BGN nih, mengapa di hotel? Dan ini hotelnya pindah-pindah lho, ini sudah, saya ini baru masuk seminggu tapi saya dengar katanya sudah pindah 3 kali,” kata Nanik dalam konferensi pers di Hotel Artotel Cibubur, Jawa Barat, Kamis (25/9/2025).

    Menurut Nanik, perpindahan lokasi ini untuk menghindari interaksi dari para calon mitra SPPG dengan tim verifikator yang dinilai berupaya mempengaruhi proses verifikasi.

    “Sudah pindah 3 kali, mengapa pindah-pindah? Karena kami menghindari para mitra yang memburu. Mitra ini kan nanti bisa mempengaruhi atau dia bisa menemui siapa,” ungkapnya.

    Bahkan, Nanik menyebut ada kemungkinan BGN kembali melakukan perpindahan lokasi kerja verifikator SPPG ke depan. Menurutnya, langkah ini dilakukan untuk menepis kecurigaan masyarakat terhadap mitra SPPG yang telah mengantongi verifikasi.

    “Jadi untuk menghindari para mitra yang memburu, ini kami sampai pindah, sekarang pindah hotel ketiga, mungkin minggu depan katanya akan pindah lagi, nanti ke tempat lain lagi untuk ngumpet lagi supaya tidak bisa didatangi lagi oleh para mitra. Jadi benar-benar verifikasi ini adalah tidak dipengaruhi atau tidak menjadi titipan,” tuturnya.

    Sementara itu, Wakil Kepala BGN Sony Sonjaya menyatakan bahwa tim verifikator tidak terikat hubungan personal dengan para calon mitra SPPG.

    Alhasil, Sony menyebut BGN sengaja mengisolasi dan memindahkan lokasi kerja verifikator SPPG selama dua minggu agar tak dipengaruhi calon mitra.

    “Makanya mereka [verifikator SPPG] diisolasi di sini. Dan di sini tidak tetap. Di sini dua minggu, karena kita pindah lagi lokasi lain. Supaya tidak terendus oleh calon-calon mitra yang ingin berkomunikasi langsung dengan verifikator. Jadi di sini, nanti kita pindah lagi, pindah lagi, pindah lagi. Demikian yang kami lakukan terus,” terangnya.

    Senada, salah seorang verifikator BGN untuk SPPG, Alia mengakui bahwa dirinya bersama tim verifikator lainnya mengasingkan diri dari para calon mitra SPPG.

    “Alhamdulillah di sini kan kami terisolasi ya, tidak bertemu dengan kepentingan-kepentingan mitra,” ungkapnya.

    Kendati begitu, dia juga tak menampik beberapa kali mitra tak dikenal menghubungi dirinya. “Iya beberapa kali ada sih [yang menghubungi], tetapi kami hanya respons sesuai kebutuhan saja,” pungkasnya.

  • Jangan Norak! Ini Alasan Fortuner-Pajero Jangan Dipakai Kebut-kebutan di Tol

    Jangan Norak! Ini Alasan Fortuner-Pajero Jangan Dipakai Kebut-kebutan di Tol

    Jakarta

    Pakar keselamatan berkendara tidak menyarankan SUV ladder frame dengan ground clearance tinggi dipakai kebut-kebutan di jalan tol. Ternyata ini alasannya.

    Mungkin kita masih sering lihat SUV ladder frame seperti Toyota Fortuner dan Mitsubishi Pajero Sport digunakan dengan kecepatan tinggi di jalan tol. Padahal, memacu mobil SUV standar di jalan tol risikonya tinggi. Kalau mau selamat, sebaiknya jangan kebut-kebutan di jalan tol!

    Sebenarnya tidak hanya Fortuner dan Pajero Sport saja yang sebaiknya jangan dipakai kebut-kebutan di jalan tol. Semua mobil pun harusnya tidak digunakan melebihi batas kecepatan maksimal di jalan tol. Sebab, selain mengancam nyawa diri sendiri, berkendara dengan kecepatan tinggi juga dapat membahayakan orang lain karena banyak pengguna jalan di tol. Sudah banyak kecelakaan yang bahkan sampai merenggut nyawa karena kecepatan tinggi.

    Perlu dicatat, batas kecepatan maksimal di jalan tol adalah 100 km/jam untuk tol luar kota dan 80 km/jam untuk tol di dalam kota. Batas kecepatan tersebut sudah dianggap aman.

    Pajero-Fortuner Sebaiknya Jangan Dipakai Kebut-kebutan di Tol

    Pakar keselamatan berkendara sekaligus instruktur dan founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu mengatakan, SUV seperti Pajero Sport dan Fortuner dengan ground clearance tinggi jika dipacu dengan kecepatan tinggi bisa mengalami gangguan kestabilan.

    “Secara dimensi, semakin tinggi kendaraan (ditambah kecepatan tinggi) semakin labil kendaraan tersebut. Kecepatan semakin tinggi laju kendaraan, maka semakin rentan dia hilang kendali. Karena pusat berat tinggi maka membuat benda-benda itu rentan dengan kestabilan,” kata Jusri kepada detikOto beberapa waktu lalu.

    Menurut Jusri, sebenarnya bukan jenis mobilnya yang menyebabkan kecelakaan, tapi pengemudinya yang menentukan. Artinya, kalau pengemudinya bisa mengendarai mobil sesuai kondisi mobilnya, maka risiko kecelakaan bisa diminimalisir.

    “Kalau kita mau mengemudi maka mengemudilah sesuai kondisi. Kondisi apa? Kondisi kendaraan, kondisi manusianya, kondisi cuaca, lingkungan. Begitu kondisinya nggak ideal ya sesuaikan cara mengemudi kita,” ujarnya.

    “Kalau kita mengendarai sesuai dengan aturan yang ada, sesuai dengan kondisi yang ada (manusia, kendaraan, lingkungan, cuaca), maka kecelakaan (bisa saja diminimalisir). Kembali lagi, the man behind the steering wheel adalah kata kunci dari keselamatan sebuah perjalanan. Jadi bukan kendaraannya,” sebutnya.

    Sony Susmana, praktisi keselamatan berkendara yang juga Director Training Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), mengatakan mobil-mobil SUV ladder frame seperti Fortuner dan Pajero sebaiknya tidak untuk kebut-kebutan di jalan tol. Karena mobil dengan dimensi bongsor tersebut bisa kehilangan kestabilan apabila dipacu dengan kecepatan tinggi di jalan tol.

    “Kendaraan-kendaraan yang big SUV rata-rata sasisnya ladder frame, antara sasis dan bodi tidak menyatu atau terpisah. Artinya, bodi mobil pada jenis sasis ini diletakkan di atas sasis lalu disambungkan. Bisa dikatakan secara bentuk lebih jangkung atau tinggi. Sehingga gejala limbung atau bouncing yang terjadi lebih besar,” ujar Sony kepada detikOto beberapa waktu lalu.

    Ketika digunakan ngebut di jalan tol, SUV tersebut kestabilannya mungkin tidak sebaik kendaraan dengan jenis sasis monokok. Kestabilan yang labil di kecepatan tinggi akan mempengaruhi handling. Hal ini bisa berakibat fatal terutama jika pengemudinya tak sigap.

    “Bentuk bodi seperti ini karakternya menangkap angin terutama di kecepatan tinggi. Sekalipun sudah didesain oleh tenaga-tenaga ahli tetap aja ada batas toleransinya,” jelas Sony.

    Kalau Mau Kebut-kebutan, Jangan di Tol Dong!

    Meski begitu, secara spesifikasi mobil-mobil SUV bongsor memang enak diajak ngebut. Tenaga dan torsi yang besar membuat akselerasi kendaraan dapat melesat dengan cepat. Tapi, perlu dicatat kalau mau kebut-kebutan jangan di jalan tol yang banyak pengguna jalan lain di dalamnya.

    Menurut Jusri, mobil-mobil itu bisa saja diajak ngebut, tapi di tempat yang tepat. “Kita lihat Pajero merajai (balap reli) Paris Dakar,” ucap Jusri.

    Jadi, kalaupun mau kebut-kebutan pakai SUV seperti Fortuner dan Pajero Sport boleh-boleh saja. Tapi dilakukan di lingkungan tertutup seperti di sirkuit dan dengan memodifikasi komponen tertentu agar lebih stabil.

    (rgr/din)

  • Seabrek Masalah MBG: Minim Serapan Anggaran, Ribuan Korban Keracunan

    Seabrek Masalah MBG: Minim Serapan Anggaran, Ribuan Korban Keracunan

    Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah masalah membelit program makan bergizi gratis (MBG) yang dijalankan pemerintah sejak Januari 2025 lalu. Persoalan yang dihadapi di antaranya terkait dengan rendahnya serapan anggaran hingga terjadinya keracunan massal.

    Terkait serapan anggaran, Badan Gizi Nasional (BGN) selaku pihak yang mendapatkan mandat untuk menjalankan program MBG melaporkan bahwa anggaran yang terserap hingga pertengahan September mencapai hampir Rp17 triliun atau baru sekitar 23,9% dari total anggaran sebesar Rp71 triliun pada tahun ini.

    Kepala BGN Dadan Hindayana meyakini bahwa realisasi anggaran MBG membaik. Dia mengaku optimistis bahwa pagu anggaran MBG yang dialokasikan pada tahun ini dapat terserap sepenuhnya, seiring implementasi yang terus dikebut. 

    Namun demikian, dari pagu sebesar Rp71 triliun itu, Dadan mengungkapkan dana sebesar Rp9,1 triliun di antaranya masih belum dapat dipakai. Oleh karena itu, dia mengatakan bahwa saat ini BGN masih dalam proses untuk mengakses anggaran tersebut.

    Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa penyerapan anggaran identik dengan jumlah penerima manfaat MBG. Dia mengakui adanya tantangan penyerapan anggaran pada implementasi awal proyek MBG, utamanya terkait pembangunan dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). 

    “Mesin penyerapan anggaran di Badan Gizi itu adalah jumlah SPPG. Satu SPPG berdiri dalam satu hari, maka Rp1 miliar akan terserap. Kenapa kita lambat di awal? Karena kan banyak orang yang tidak yakin program ini akan jalan,” kata Dadan.

    Dia lantas menjelaskan bahwa pada Januari 2025 lalu, jumlah SPPG yang berdiri hanya sebanyak 190 unit. Alhasil, anggaran yang terserap hanya sebesar Rp190 miliar sepanjang bulan pertama MBG berjalan.

    Seiring berjalannya waktu, Dadan mengungkapkan bahwa 8.344 SPPG telah dibangun sejauh ini atau setara dengan penyerapan anggaran sebesar Rp8,3 triliun.

    Dia pun menargetkan dapur MBG yang beroperasi dapat menembus 10.000 unit pada pengujung September ini, sehingga penyerapan anggaran setidaknya Rp10 triliun per bulan dapat berjalan mulai bulan berikutnya.

    “Kita targetkan pada bulan Oktober sudah akan ada sekitar 20.000 SPPG, sehingga pada November itu sudah Rp20 triliun sendiri [total penyerapan anggaran MBG]. Seperti itu mekanismenya. Sehingga penyerapan itu di ujung akan sangat besar, bukan diada-adakan, tetapi karena SPPG-nya bertambah,” tutur Dadan.

    Tambahan Anggaran

    Di sisi lain, Dadan mengungkapkan pihaknya telah mengajukan tambahan anggaran Rp50 triliun untuk pelaksanaan program MBG pada tahun ini.

    Menurutnya, Presiden Prabowo Subianto telah memberikan lampu hijau atas permintaan tersebut. Prabowo disebutnya bahkan menawarkan tambahan anggaran Rp100 triliun.

    “Tetapi saya sudah sampaikan jauh hari ke Pak Presiden, kita tidak akan bisa menggunakan anggaran tambahan Rp100 triliun. Jadi cukup Rp50 triliun, yang Rp50 triliun silakan digunakan untuk keperluan lain,” kata Dadan dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (22/9/2025).

    Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana (dua dari kiri) bersama Wakil Kepala BGN Nanik S. Deyang dan Sony Sanjaya dalam jumpa pers di Kantor BGN, Jakarta Pusat, Senin (22/9/2025). – BISNIS/Reyhan Fernanda Fajarihza

    Dadan juga merespons pernyataan Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa yang mengatakan akan merelokasi anggaran MBG jika tidak terserap optimal.

    “Sekarang [penyerapan anggaran MBG] sudah hampir Rp17 triliun. Jadi kami tidak risau yang begitu-begitu [wacana relokasi anggaran]. Karena kami tahu apa yang harus kami lakukan,” kata Dadan kepada wartawan di Kantor BGN, Jakarta Pusat, Senin (22/9/2025).

    Untuk diketahui, Menkeu Purbaya sebelumnya mengatakan anggaran MBG berpotensi ditarik jika serapannya tidak maksimal hingga Oktober mendatang.

    Purbaya menuturkan, dirinya akan mengirim tim dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu) untuk membantu percepatan penyerapan anggaran MBG. Meski demikian, jika serapan anggaran tetap tidak maksimal hingga Oktober mendatang, maka pihaknya bakal mengkaji kemungkinan untuk merelokasinya ke program pemerintah yang lain.

    “Kalau di akhir Oktober kita bisa hitung dan kita antisipasi penyerapannya hanya akan sekian, ya kita ambil juga uangnya. Kita sebar ke tempat lain atau untuk mengurangi defisit atau juga untuk mengurangi utang,” kata Purbaya dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Keuangan, Jumat (19/9/2025).

    Lebih lanjut, Purbaya mengungkapkan sikap Presiden Prabowo terkait dengan masalah penyerapan anggaran MBG. Dia mengaku telah mendiskusikan rencana relokasi anggaran MBG ke program lainnya jika tidak terserap optimal, dan mendapatkan lampu hijau.

    Adapun, dengan serapan anggaran yang telah mencapai hampir Rp17 triliun, artinya BGN masih harus mengebut penyerapan anggaran sebesar Rp54 triliun pada sisa tiga bulan menjelang tahun 2025 berakhir. Belum lagi, dengan adanya pengajuan tambahan anggaran MBG pada 2025 sebesar Rp50 triliun, maka total anggaran yang harus terserap menjadi sekitar Rp104 triliun dalam kurun 3 bulan ke depan.

    Keracunan Massal

    Selain masalah serapan anggaran, implementasi MBG juga tengah mendapatkan sorotan imbas kasus keracunan massal yang terjadi di berbagai daerah. Bahkan, jumlah korbannya telah mencapai ribuan orang.

    Berdasarkan catatan BGN, setidaknya 4.711 orang diduga keracunan imbas mengonsumsi hidangan MBG di seluruh Indonesia.

    Dadan menyampaikan bahwa jumlah tersebut diperoleh dari hasil investigasi awal yang dijalankan pihaknya sejak awal implementasi MBG hingga Senin (22/9/2025) hari ini.

    “Terkait berbagai kejadian di Tanah Air, kami tentu saja sangat menyesalkan kejadian ini masih ada dan kami prihatin,” ujar Dadan.

    Secara terperinci, dia memaparkan bahwa wilayah I yang meliputi Pulau Sumatra mencatatkan sekitar 1.281 orang yang diduga mengalami gangguan kesehatan imbas MBG.

    Berikutnya, BGN mendata bahwa wilayah II yang mencakup Pulau Jawa memiliki 27 kasus gangguan kesehatan peserta didik, yang dialami oleh 2.606 orang.

    Sementara itu, Dadan menjelaskan bahwa wilayah III yang terdiri dari Pulau Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua mencatatkan 11 dugaan kasus keracunan terhadap 824 peserta didik.

    Sejumlah murid menyantap menu makanan di SDN Cilangkap 5, Depok, Jawa Barat, Senin (6/1/2025). Pemerintah resmi memulai Program Makan Bergizi Gratis yang dilaksanakan serentak di 26 Provinsi di Indonesia. JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P

    Terkait penyebabnya, BGN mengidentifikasi bahwa sebagian besar kejadian ini dikarenakan munculnya dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) baru, yang disebut perlu pembiasaan dalam melayani peserta didik dalam jumlah banyak.

    Oleh karenanya, Dadan menyebut bahwa BGN akan memperketat pengawasan dan prosedur yang ada dalam penyediaan makanan program MBG.

    Selain itu, BGN juga akan membentuk tim khusus untuk menginvestigasi kasus dugaan keracunan siswa yang mengonsumsi MBG.

    Wakil Kepala BGN Nanik S. Deyang menjelaskan pembentukan tim investigasi ini merupakan bagian dari tugasnya usai ditunjuk Presiden Prabowo Subianto untuk bertugas di BGN.

    “Investigasi ini berkait dengan yang ramai sekarang adalah kasus dugaan, saya sebut dugaan karena belum tentu semua yang bermasalah atau keracunan. Jadi saya akan membentuk tim investigasi untuk masalah yang diduga keracunan dan juga tim investigasi di bidang menu makanan atau dapur,” kata Nanik.

    Nanik melanjutkan, keberadaan tim investigasi ini diharapkan bisa menjadi second opinion dalam mengusut dugaan keracunan MBG, seiring pemeriksaan yang juga dilakukan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

    Dia menjelaskan, proses investigasi akan mencakup penelusuran mulai dari bahan baku, proses memasak, hingga pemeriksaan sampel makanan yang disimpan oleh dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).

    Menurut Nanik, tim investigasi kejadian luar biasa dari proyek mercusuar pemerintah ini akan dibentuk pada pekan ini dan segera turun langsung mengecek kondisi di lapangan.

    “Tim investigasi akan kami bentuk terdiri dari ahli kimia, farmasi, dan juga dari teman-teman yang mempunyai profesi di bidang kesehatan. Jadi ini untuk mempercepat temuan sambil menunggu BPOM, supaya masyarakat segera mendapatkan jawabannya,” ucapnya.

    Sertifikasi SPPG

    Sementara itu, Kepala Staf Presiden (KSP) Muhammad Qodari mengungkapkan data terbaru soal kasus keracunan dalam Program MBG. Berdasarkan laporan tiga lembaga pemerintah, jumlah penderita mencapai lebih dari 5.000 orang hingga pertengahan September 2025.

    “Data dari BGN mencatat 46 kasus dengan 5.080 penderita per 17 September. Dari Kemenkes ada 60 kasus dengan 5.207 penderita per 16 September. Sementara BPOM melaporkan 55 kasus dengan 5.320 penderita per 10 September,” kata Qodari dalam konferensi pers di Kantor Staf Presiden, Senin (22/9/2025).

    Dia menegaskan, meski angkanya berbeda, tren kasus dari ketiga lembaga itu selaras dan tidak boleh dipertentangkan. “Tolong jangan ngadu-ngadu antar kementerian/lembaga. Yang penting kita lihat masalah yang sama dicatat oleh tiga lembaga,” ujarnya.

    Menurut asesmen BPOM, puncak keracunan terjadi pada Agustus 2025, terutama di Jawa Barat. Penyebabnya meliputi higienitas makanan yang buruk, suhu dan pengolahan pangan yang tidak sesuai, kontaminasi silang, serta alergi pada sebagian penerima manfaat.

    Qodari menyoroti lemahnya kepatuhan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) terhadap standar keamanan pangan. Dia menekankan, setiap SPPG wajib memiliki SLHS agar keracunan bisa dicegah.

    “Dari 1.379 SPPG, hanya 413 yang punya SOP Keamanan Pangan, dan 312 yang menjalankannya. Padahal Kemenkes punya Sertifikasi Laik Higienis dan Sanitasi (SLHS) sebagai bukti standar baku mutu,” jelasnya.

    Dia menuturkan harus ada kolaborasi lintas K/L, termasuk pengawasan rutin oleh Dinas Kesehatan atau puskesmas. Selain itu, data BPOM juga menunjukkan mayoritas kasus terjadi di SPPG yang baru beroperasi kurang dari satu bulan.

  • BGN Angkat Bicara Gaduh Laporan 5 Ribu Dapur MBG Fiktif, Ini Faktanya

    BGN Angkat Bicara Gaduh Laporan 5 Ribu Dapur MBG Fiktif, Ini Faktanya

    Jakarta

    Badan Gizi Nasional (BGN) menanggapi isu adanya 5.000 dapur Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang disebut fiktif. Dugaan ini muncul dari usulan titik Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang memang sudah terdaftar dalam portal mitra, tetapi belum ditindaklanjuti dengan pembangunan.

    “Semua SPPG operasional yang terverifikasi tidak mungkin fiktif karena harus dilengkapi dengan perwakilan yayasan dan kepala SPPG,” kata Wakil Kepala BGN, Sony Sanjaya dalam keterangannya, Senin (22/9/2025).

    Setiap usulan dapur SPPG wajib melewati sejumlah tahap, mulai dari verifikasi pengajuan, persiapan, survei lapangan, hingga penentuan kelayakan. Apabila progres pembangunan nol persen, sistem akan otomatis mengembalikan status usulan ke tahap awal.

    “Saat ini BGN telah melakukan langkah review terhadap usulan dengan status proses persiapan namun progres pembangunannya nol persen. Usulan titik-titik SPPG tersebut dikembalikan statusnya oleh sistem ke tahap awal, yaitu verifikasi pengajuan,” ujar Sony.

    Sony menegaskan bahwa dana MBG tidak mungkin dicairkan tanpa mekanisme resmi karena pencairan hanya bisa dilakukan melalui akun virtual dengan persetujuan perwakilan yayasan dan kepala SPPG.

    “Anggaran MBG ditransfer oleh KPPN kepada virtual account di mana pencairannya hanya bisa dilakukan apabila perwakilan yayasan sebagai maker dan Kepala SPPG approver masing-masing telah memiliki username dan password,” jelas dia.

    “Tanpa adanya usulan dari perwakilan yayasan (maker) dan persetujuan (approval) dari Kepala SPPG maka sangat tidak mungkin satu rupiah pun anggaran MBG akan keluar dari virtual account,” lanjut Sony.

    Sony menyebut, hingga kini, BGN menerima 3.520 komplain. Dari jumlah itu, 3.470 sudah direspons dan 1.942 mitra telah menyampaikan bukti valid berupa video pembangunan SPPG.

    (dpy/naf)

  • Pengawasan MBG Ketat, BGN Pastikan Tak Ada SPPG Fiktif

    Pengawasan MBG Ketat, BGN Pastikan Tak Ada SPPG Fiktif

    Bisnis.com, JAKARTA – Badan Gizi Nasional (BGN) memastikan tidak ada Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) fiktif dalam pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG).

    Wakil Kepala BGN Sony Sonjaya, menjelaskan bahwa isu ini muncul lantaran adanya lokasi-lokasi yang sudah dipasangi spanduk bertuliskan bakal dibangun SPPG namun pembangunan fisiknya tak kunjung berjalan.

    Menurutnya, sampai saat ini sangat yakin tidak ada SPPG fiktif. Adapun berita SPPG fiktif muncul karena warga menemukan titik-titik lokasi dipasang banner atau spanduk tertulis “di sini akan dibangun SPPG”.

    “Dari titik lokasi tersebut telah didaftarkan oleh pihak-pihak tertentu di dalam portal mitra.bgn.go.id tetapi tidak kunjung dibangun hingga berhari-hari, bahkan berbulan-bulan. Hal tersebut tentu saja menghambat Program MBG, karena menghambat calon-calon mitra yang serius membangun, karena dalam sistem lokasi tersebut terlihat penuh,” katanya lewat rilisnya, Senin (22/9/2025).

    Dia menegaskan bahwa sistem verifikasi SPPG berlangsung ketat dan harus melalui 10 tahapan mulai dari pendaftaran, pembangunan, survei lapangan, penentuan kelayakan, hingga pembuatan akun virtual sebelum dana MBG dapat dicairkan.

    Sony menambahkan, sistem pencairan anggaran juga sangat ketat. Dana hanya bisa digunakan jika diusulkan yayasan sebagai masker dan disetujui Kepala SPPG sebagai approver, sesuai kebutuhan dan harga pasar yang berlaku.

    “Dengan demikian, bila ada bangunan SPPG tetapi tidak ada Kepala SPPG, tidak ada PIC yayasan maka tidak akan ada virtual account. Tidak ada virtual account maka tidak ada anggaran yang dikirimkan. Oleh karena itu, tidak akan ada SPPG fiktif,” tegasnya.

    Sebagai langkah korektif, BGN melakukan reset terhadap usulan yang tidak menunjukkan progres lebih dari 20 hari, membuka kanal komplain melalui WhatsApp dengan verifikasi bukti, serta menggelar pertemuan dengan calon mitra di 16 kota untuk memastikan keseriusan pembangunan.

    “Melakukan reset (rollback) terhadap usulan-usulan yang sudah dalam status proses persiapan. Namun, lebih dari 20 hari tidak ada laporan progres pembangunan SPPG, status usulan dikembalikan ke status verifikasi pengajuan,” tandas Sony.

  • Klarifikasi BGN atas Surat Perjanjian Rahasiakan Kasus Keracunan MBG
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        22 September 2025

    Klarifikasi BGN atas Surat Perjanjian Rahasiakan Kasus Keracunan MBG Nasional 22 September 2025

    Klarifikasi BGN atas Surat Perjanjian Rahasiakan Kasus Keracunan MBG
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Kasus keracunan usai menyantap paket Makanan Bergizi Gratis (MBG) terus bertambah dan dialami oleh lebih dari ratusan pelajar di berbagai daerah.
    Belum selesai persoalan keracunan, kini muncul surat perjanjian antara Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) dengan penerima manfaat agar merahasiakan informasi jika terjadi keracunan.
    Di Sleman, misalnya, beredar foto surat perjanjian yang mewajibkan penerima manfaat merahasiakan informasi jika terjadi dugaan keracunan.
    Dokumen bertanggal 10 September 2025 itu disebut sebagai perjanjian kerja sama antara Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) dengan penerima manfaat.
    Di bagian atas surat tercantum kop resmi Badan Gizi Nasional (BGN).

    Apabila terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) seperti dugaan keracunan, ketidaklengkapan paket makanan, atau masalah serius lainnya, PIHAK KEDUA berkomitmen untuk menjaga kerahasiaan informasi hingga PIHAK PERTAMA menemukan solusi terbaik dalam menyelesaikan masalah tersebut. Kedua belah pihak sepakat untuk saling berkomunikasi dan bekerja sama dengan mencari solusi terbaik demi kelangsungan program ini
    ,” bunyi surat tersebut pada poin ketujuh.
    Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Nanik S Deyang membantah dengan tegas bahwa surat perjanjian tersebut berasal dari BGN.
    “Tidak benar BGN meminta merahasiakan keracunan (MBG),” ujar Nanik, saat dihubungi Kompas.com, Minggu (21/9/2025).
    Dalam klarifikasinya, Nanik mengaku langsung berkoordinasi dengan Wakil Kepala BGN Brigjen Pol Sony Sanjaya untuk mengecek surat itu ke seluruh Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia (SPPI).
    Nanik menegaskan bahwa BGN tidak pernah mengeluarkan surat perjanjian antara satuan pelayanan pemenuhan gizi (SPPG) dengan pihak penerima manfaat dengan poin seperti itu.
    “Ternyata poin itu tidak ada, tulis yang besar, tidak ada (poin rahasiakan keracunan). Poin yang ada itu hanya bersifat koordinasi untuk distribusi dan pengawasan peralatan atau alat-alat untuk MBG,” tegas Nanik.
    Nanik menegaskan bahwa BGN tidak pernah berniat untuk membungkam masyarakat yang ingin melapor apabila terjadi kejadian luar biasa atau force majeure dalam pelaksanaan MBG.
    “Jadi bukan membungkam, bukan apa, sama sekali, saya jawab, tidak ada poin itu, dan tidak dilakukan oleh BGN,” imbuh dia.
    Ia menyampaikan, BGN justru sangat terbuka bagi masyarakat yang ingin melapor adanya temuan atau insiden lain yang membahayakan anak-anak.
    BGN juga mempersilakan media untuk memberitakan apabila adanya temuan kasus keracunan MBG.
    “Kita terbuka, masa keracunan enggak boleh diberitakan? Boleh dong. Kan kalau ditutup-tutupi, kalau ada masalah bagaimana? Boleh (lapor), terbuka. Kita akan terbuka, transparan,” ucapnya.
    Nanik justru meminta seluruh penerima manfaat untuk menghubungi SPPI daerah masing-masing jika ditemukan kasus keracunan agar segera ditangani oleh pemerintah.
    Dalam beberapa waktu terakhir, kasus keracunan MBG terjadi di sejumlah daerah.
    Mulai dari Garut, Jawa Barat, di mana ada ratusan siswa mengalami gejala muntah, mual, dan diare usai menyantap menu MBG, per Jumat (19/9/2025).
    Selain di Garut, sebanyak 230 siswa juga mengalami gejala keracunan usai menyantap menu MBG di Kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah.
    Sebanyak 44 dari 230 siswa tersebut masih mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Trikora Salakan, Kabupaten Banggai Kepulauan.
    Sedangkan di Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, menu MBG yang dibagikan kepada siswa di enam sekolah ditemukan basi pada Selasa (16/9/2025).
    Kemudian, tercatat ada sekitar 90 orang siswa yang diduga keracunan makanan MBG di MTsN dan SMAN yang berada di Kecamatan Empang pada Rabu (17/9/2025).
    Di Maluku, belasan siswa Sekolah Dasar (SD) Negeri 19 Kota Tual diduga mengalami keracunan usai menyantap menu MBG yang disediakan di sekolah tersebut pada Kamis (18/9/2025).
    Para siswa yang menyantap makanan bergizi gratis ini mengalami mual, pusing, dan sakit kepala usai menyantap hidangan yang disediakan.
    Merespons banyaknya kasus keracunan itu, Nanik mengatakan, BGN akan membentuk Tim Investigasi Keracunan agar terbukti tidak hanya berbicara dalam mengevaluasi kasus ini.
    “Besok kami rapat untuk membuat tim investigasi ini. Jadi kami enggak omong-omong,” ujar Nanik.
    Setelah didapuk sebagai Wakil Kepala BGN, Nanik berjanji akan turun langsung mengecek ke lapangan bersama tim ahli kimia yang tergabung dalam tim investigasi tersebut.
    “Saya akan membuat Tim Investigasi Keracunan yang dipimpin oleh ahli kimia dan kita akan langsung turun,” ucap Nanik.
    Seperti di Kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah, kata Nanik, BGN langsung bertindak mengusut kasus keracunan yang dialami ratusan pelajar di sana.
    “Jadi, yang di Banggai itu sudah salah satu hal, karena itu hal pertama yang sudah (jalan) sekarang kita akan langsung (turun),” ujar dia.
    Selain tim investigasi, BGN akan membentuk kontak
    hotline
    agar masyarakat bisa langsung melapor jika ada temuan kasus keracunan.
    “Kami akan bikin
    hotline
    ,
    hotline
    untuk orang mengadu kalau ada keracunan,” tegas Nanik.
    Nanik menuturkan, Tim Investigasi Keracunan dan Hotline ini dibentuk sebagai langkah konkret dari BGN menyusul banyaknya temuan kasus keracunan MBG di sejumlah daerah.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Beredar Perjanjian Rahasiakan Keracunan MBG, Waka BGN: Tidak Ada Surat Itu, Kami Terbuka
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        21 September 2025

    Beredar Perjanjian Rahasiakan Keracunan MBG, Waka BGN: Tidak Ada Surat Itu, Kami Terbuka Nasional 21 September 2025

    Beredar Perjanjian Rahasiakan Keracunan MBG, Waka BGN: Tidak Ada Surat Itu, Kami Terbuka
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Nanik S. Deyang menegaskan, pihaknya sangat terbuka jika masyarakat ingin melapor adanya temuan atau insiden lain dalam pelaksanaan Makan Bergizi Gratis (MBG).
    Nanik pun membantah beredarnya surat perjanjian yang mewajibkan penerima manfaat merahasiakan informasi jika terjadi dugaan keracunan MBG.
    “Surat itu enggak ada. Kami terbuka, masa keracunan enggak boleh diberitakan? Boleh dong. Kan kalau ditutup-tutupi, kalau ada masalah bagaimana? Boleh (lapor), terbuka. Kita akan terbuka, transparan,” ucap Nanik saat dihubungi Kompas.com, Minggu (21/9/2025).
    Nanik menuturkan, BGN tidak pernah berniat untuk membungkam masyarakat yang ingin melapor apabila terjadi kejadian luar biasa atau
    force majeure.
    “Jadi bukan membungkam, bukan apa, sama sekali. Saya jawab, tidak ada poin itu, dan tidak dilakukan oleh BGN,” imbuhnya.
    Ia menegaskan bahwa BGN tidak pernah mengeluarkan surat perjanjian kesepakatan dengan penerima manfaat untuk merahasiakan apabila terjadi keracunan.
    Hal ini diketahui setelah Nanik berkomunikasi dengan Wakil Kepala BGN Brigjen Pol Sony Sanjaya untuk mengecek kebenaran surat itu ke seluruh Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia (SPPI).
    “Ternyata poin itu tidak ada, tulis yang besar, tidak ada. Poin yang ada itu hanya bersifat koordinasi untuk distribusi dan pengawasan peralatan atau alat-alat untuk MBG,” ucapnya.
    Nanik justru meminta seluruh penerima manfaat untuk menghubungi SPPI daerah masing-masing jika ditemukan kasus keracunan agar segera ditangani oleh pemerintah.
    “Maksudnya biar kita bantu untuk mengambil tindakan ke puskesmas, ke rumah sakit, semua ditanggung negara. Tapi kalau enggak menghubungi SPPI, SPPI enggak tahu,” ucapnya.
    Sebelumnya, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Blora mempertanyakan isi perjanjian kerja sama antara Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) dengan pihak penerima manfaat.
    Dalam foto yang beredar, terdapat sembilan poin dari surat perjanjian kerja sama antara SPPG dengan pihak penerima manfaat, yang juga dibubuhi meterai dan stempel instansi pendidikan.
    Pada poin ketujuh, dituliskan kedua belah pihak sepakat apabila terjadi kejadian luar biasa atau force majeure, seperti keracunan, ketidaklengkapan paket makanan, atau kondisi lain yang dapat mengganggu kelancaran pelaksanaan program ini, pihak kedua berkomitmen untuk menjaga kerahasiaan informasi hingga pihak pertama menemukan solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah tersebut.
    Di Sleman, beredar foto surat perjanjian yang mewajibkan penerima manfaat merahasiakan informasi jika terjadi dugaan keracunan.
    Dokumen bertanggal 10 September 2025 itu disebut sebagai perjanjian kerja sama antara Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) dengan penerima manfaat.
    Di bagian atas surat tercantum kop resmi Badan Gizi Nasional (BGN).
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.