Perusahaan: Slack

  • OpenAI Prediksi 220 Juta Pelanggan ChatGPT pada 2030

    OpenAI Prediksi 220 Juta Pelanggan ChatGPT pada 2030

    JAKARTA – OpenAI diperkirakan akan mencapai 220 juta pelanggan berbayar ChatGPT pada tahun 2030, meningkat drastis dari sekitar 35 juta pelanggan pada Juli 2025, menurut proyeksi internal perusahaan.

    Strategi yang digunakan OpenAI mirip dengan aplikasi produktivitas populer seperti Zoom dan Slack, yakni menawarkan versi gratis untuk menarik basis pengguna masif sebelum mendorong penjualan langganan premium, termasuk paket khusus untuk perusahaan. Saat ini, ChatGPT memiliki lebih dari 800 juta pengguna, dan jumlah tersebut terus bertumbuh.

    OpenAI memproyeksikan bahwa pada 2030, dari 2,6 miliar pengguna aktif mingguan, sekitar 8,5% akan berlangganan layanan berbayar—naik dari konversi sekitar 5% secara rata-rata saat ini.

    Saat ini OpenAI menawarkan beberapa paket berlangganan, mulai dari 20 hingga 200 dolar AS per bulan, termasuk paket tambahan untuk kebutuhan bisnis dan korporasi.

    Target Pendapatan 87 Miliar Dolar AS

    Dengan lonjakan pelanggan tersebut, OpenAI juga merevisi proyeksi pendapatan dari layanan berlangganan ChatGPT menjadi 87 miliar dolar AS pada tahun 2030, melonjak dari sekitar 10 miliar dolar AS pada tahun ini.

    Pertumbuhan pesat ChatGPT turut mendorong valuasi OpenAI, yang kini mencapai sekitar 500 miliar dolar AS, menjadikannya salah satu perusahaan teknologi dengan nilai tertinggi di dunia.

  • Miliarder Muda Pendiri Mercor Pangkas Upah Ribuan Pekerja Setelah Proyek AI Dibatalkan

    Miliarder Muda Pendiri Mercor Pangkas Upah Ribuan Pekerja Setelah Proyek AI Dibatalkan

    Liputan6.com, Jakarta – Industri kecerdasan buatan atau artificial intelligence kembali diwarnai kontroversi. Hal ini setelah Mercor, salah satu perusahaan rintisan AI dengan pertumbuhan tercepat di dunia, diduga mengambil langkah yang mengejutkan ribuan pekerja. Padahal pendiri Mercor baru dinobatkan sebagai miliarder termuda di dunia.

    Dikutip dari Forbes, Sabtu (22/11/2025), keputusan tersebut muncul hanya beberapa hari setelah tiga pendiri Mercor Brendan Foody, Adarsh Hiremath, dan Surya Midha yang masih berusia 22 tahun dinobatkan sebagai miliarder termuda di dunia berkat pendanaan jumbo senilai USD 350 juta atau sekitar Rp 5,8 triliun (kurs USD 1=Rp 16.710), yang membuat valuasi perusahaan melonjak menjadi USD 10 miliar atau sekitar Rp 167 triliun.

    Namun, di balik prestasi fantastis tersebut, para kontraktor justru mengungkap proyek besar bernama Musen yang melibatkan ribuan pekerja tiba-tiba dihentikan tanpa peringatan, akses grup Slack ditutup, dan pekerja mengaku terkejut ketika mendapati diri mereka sudah tidak lagi masuk dalam sistem.

    Lebih memantik amarah pekerja lagi, beberapa jam setelah pembatalan proyek, Mercor dikabarkan menawarkan kesempatan bekerja kembali di proyek baru bernama Nova, tetapi dengan upah yang diturunkan dari USD 21 atau sekitar Rp 350 ribu, menjadi hanya USD 16 atau sekitar Rp 267 ribu per jam, penurunan sebesar 24 persen yang bahkan berada di bawah upah minimum di beberapa negara bagian AS.

    Para kontraktor mengaku bingung, kecewa, dan merasa diperlakukan tidak adil mengingat sebagian besar dari mereka mengandalkan pekerjaan ini sebagai sumber penghidupan utama.

    Walaupun status mereka adalah pekerja kontrak, mereka menegaskan keputusan tanpa peringatan dan pemotongan upah drastis membuat mereka bertanya-tanya tentang komitmen perusahaan terhadap kesejahteraan tenaga kerja yang selama ini menopang pelatihan sistem AI Mercor.

    Di saat popularitas AI generatif terus meroket, kontroversi ini kembali memunculkan perdebatan soal perlakuan terhadap pekerja data annotation yang menjadi tulang punggung industri AI global.

     

  • Aplikasi Roblox, PlayStation Network, hingga Canva Down

    Aplikasi Roblox, PlayStation Network, hingga Canva Down

    Bisnis.com, JAKARTA— Sejumlah aplikasi dan situs populer di seluruh dunia dilaporkan mengalami gangguan pada Senin (20/10/2025). 

    Melansir laman 7 News, layanan seperti Fortnite, Roblox, Snapchat, Canva, Ring, Amazon, hingga Wordle tidak dapat diakses di beberapa wilayah, membuat jutaan pengguna terdampak.

    Gangguan juga meluas ke platform hiburan dan penjualan tiket seperti Frontier Touring, Ticketmaster, dan Eventbrite, yang mengalami kendala dalam transaksi maupun pengelolaan situs.

    Menurut laporan dari situs pemantau gangguan Downdetector, ribuan pengguna melaporkan kesulitan masuk ke akun, crash aplikasi, atau tidak bisa memuat laman. Peningkatan laporan terjadi hampir bersamaan di berbagai platform digital.

    Masalah ini disebut-sebut berkaitan dengan Amazon Web Services (AWS), layanan komputasi awan yang digunakan banyak perusahaan untuk menjalankan situs dan aplikasinya.

    AWS melaporkan adanya peningkatan tingkat kesalahan dan keterlambatan di sejumlah layanannya yang berlokasi di Virginia, Amerika Serikat.

    “Kami sedang melakukan penanganan aktif untuk mengurangi dampak gangguan dan mencari tahu penyebab utamanya,” tulis pihak AWS dalam pernyataan resminya.

    Sementara itu, pihak Fortnite, gim daring dengan sekitar 30 juta pengguna aktif harian, mengonfirmasi layanan mereka terdampak gangguan internet global tersebut. 

    “Kami sedang menyelidiki masalah ini dan akan memberikan pembaruan segera setelah ada perkembangan,” tulis tim Fortnite melalui platform X (Twitter). 

    Pihak Frontier Touring juga menyampaikan saat ini pembelian tiket melalui Ticketmaster maupun Eventbrite tidak dapat dilakukan.

    “Meski situs tampak normal, pengguna tidak bisa mengubah konten atau melakukan transaksi. Akibatnya, penjualan tiket yang dijadwalkan dapat aktif sewaktu-waktu setelah layanan pulih, dan kami tidak dapat menghentikannya saat ini,” kata Frontier Touring.

    Berikut daftar aplikasi dan layanan yang dilaporkan mengalami gangguan:

        1.    Canva

        2.    Amazon Prime Video

        3.    Slack

        4.    Roblox

        5.    Frontier Touring

        6.    Zoom

        7.    Halifax

        8.    Eventbrite

        9.    Epic Games Store

        10.    Vodafone

        11.    Bank of Scotland

        12.    Peloton

        13.    BT

        14.    Clash Royale

        15.    Amazon Alexa

        16.    Wordle

        17.    Virgin Media

        18.    Strava

        19.    Coinbase

        20.    My Fitness Pal

        21.    Snapchat

        22.    Amazon Web Services (AWS)

        23.    Xero

        24.    Internet Movie Database (IMDb)

        25.    Hinge

        26.    Fortnite

        27.    Signal

        28.    National Rail

        29.    Asana

        30.    Ring

        31.    Microsoft 365

        32.    Smartsheet

        33.    Life360

        34.    Pokemon Go

        35.    EE

        36.    Amazon

        37.    Duolingo

        38.    Ticketmaster

        39.    Blink Security

        40.    Lloyds Bank

        41.    Amazon Music

        42.    Sky

        43.    Tidal

        44.    Ancestry

        45.    Clash of Clans

        46.    HMRC

        47.    Atlassian

        48.    PlayStation Network

  • Roblox Sampai Canva Bertumbangan, Ini Penyebabnya

    Roblox Sampai Canva Bertumbangan, Ini Penyebabnya

    Jakarta

    Banyak aplikasi terbesar di dunia, termasuk Snapchat, Canva, Duolingo, dan Roblox, dilaporkan susah diakses yang tampaknya berasal dari gangguan yang menimpa layanan cloud Amazon Web Services.

    Amazon Web Services (AWS), yang merupakan bagian dari raksasa ritel Amazon, menyatakan dalam pembaruan di halaman statusnya bahwa terdapat peningkatan tingkat error dan latensi untuk beberapa Layanan AWS di US-EAST-1 Region.

    “Para teknisi segera dilibatkan dan secara aktif berupaya untuk memitigasi masalah ini, dan memahami sepenuhnya akar permasalahannya”, tambahnya seperti dikutip detikINET dari BBC.

    Beberapa bank juga tampaknya terdampak oleh gangguan ini, termasuk Halifax, Lloyds, dan Bank of Scotland. Amazon Web Services memang mendukung sebagian besar infrastruktur di balik banyak situs web, sehingga dampaknya begitu luas.

    Amazon Web Services (AWS) adalah divisi komputasi awan raksasa teknologi tersebut, dan infrastrukturnya mendukung jutaan situs web dan platform perusahaan besar. Banyak aplikasi di smartphone sebenarnya berjalan di pusat data AWS.

    Sulit mengatakan berapa banyak aplikasi yang terdampak oleh insiden ini, tapi setidaknya menurut Downdetector, daftarnya cukup panjang yang antara lain menimpa aplikasi dan situs berikut:

    * Snapchat
    * Zoom
    * Roblox
    * Clash Royale
    * My Fitness Pal
    * Life360
    * Clash of Clans
    * Fortnite
    * Canva
    * Wordle
    * Signal
    * Coinbase
    * Duolingo
    * Slack
    * Smartsheet
    * PokemonGo
    * Epic Games
    * PlayStation Network
    * Peloton
    * Rocket League

    (fyk/fyk)

  • Agentforce IT Service Ubah Sistem Pengaduan Jadi Percakapan Instan 24/7

    Agentforce IT Service Ubah Sistem Pengaduan Jadi Percakapan Instan 24/7

    Bisnis.com, JAKARTA — Salesforce meluncurkan Agentforce IT Service, solusi baru untuk mengubah sistem pengaduan Teknologi Informasi (TI) tradisional berbasis tiket menjadi layanan percakapan instan yang tersedia 24 jam setiap hari.

    Solusi ini memungkinkan tim TI mengotomatiskan penanganan insiden dan permintaan layanan secara cepat, sehingga karyawan tak lagi perlu menunggu antrean panjang hanya untuk menyelesaikan kendala kerja.

    Selama bertahun-tahun, sistem IT Service Management (ITSM) berbasis tiket kerap membuat frustrasi tim IT dan karyawan perusahaan karena memperlambat produktivitas. Sistem ITSM yang dirancang untuk menangani ribuan permintaan, justru sering kali menimbulkan antrean panjang dan proses bolak-balik yang memperlambat penyelesaian pekerjaan.

    Akibatnya, rata-rata karyawan kehilangan 352 jam setiap tahun hanya untuk mengatasi tantangan IT yang umum maupun kompleks, kondisi ini berdampak pada kerugian yang bernilai miliaran dolar dan membebani sumber daya IT perusahaan.

    “Model ITSM lama yang terfragmentasi sudah tidak relevan lagi. Agentforce IT Service membawa revolusi layanan berbasis percakapan dan agen AI yang membuat tim TI jauh lebih efisien,” ujar Muddu Sudhakar, SVP & GM IT & HR Service di Salesforce dalam siaran pers yang diterima Bisnis, Jumat (10/10).

    Dengan sistem baru ini, karyawan dapat mengajukan permintaan melalui Slack, Microsoft Teams, atau portal karyawan, dan langsung berinteraksi dengan agen AI tanpa harus berpindah aplikasi.

    Agentforce

    Agen AI akan menangani berbagai tugas rutin seperti menjawab pertanyaan, menyelesaikan masalah, hingga mengalihkan kasus kompleks ke perwakilan manusia.

    Salesforce, pemimpin global di bidang kecerdasan buatan (AI) CRM, menyebut pendekatan “agentik” ini dapat memangkas biaya operasional hingga 30 persen dan memulihkan lebih dari 300 jam kerja karyawan setiap tahun yang sebelumnya terbuang karena masalah TI.

    “Kami melihat Agentic IT Service sebagai peluang untuk meningkatkan efisiensi dan peran tim IT kami,” kata VP of Communications and Operations EPB Rich Carpenter di Tennessee, salah satu pengguna awal solusi ini.

    Menurut dia, dengan menghadirkan otomatisasi dan kecerdasan ke dalam alur kerja, pihaknya dapat menyelesaikan masalah lebih cepat dan memberi tim TI lebih banyak waktu untuk fokus pada pekerjaan bernilai tinggi.

    Secara terpisah, Kepala Operasional Sistem Informasi di Piedmont Healthcare Jim Kowalczyk menyebutkan layanan Agentforce IT Service terbaru dari Salesforce merupakan suatu terobosan besar.

    “Dalam dunia pelayanan medis, employee experience bukan lagi sekadar soal kenyamanan, Ini menjadi sebuah kebutuhan penting yang berdampak langsung terhadap kualitas perawatan pasien,” ujarnya.

    Agentforce IT Service juga dilengkapi AI Service Desk yang dirancang sesuai standar ITIL dan Configuration Management Database (CMDB) cerdas untuk mendeteksi, menganalisis, serta mencegah gangguan sistem sebelum meluas.

    Selain efisiensi, solusi ini menghadirkan pengalaman personal bagi pengguna. Misalnya, karyawan bisa menanyakan status upgrade laptop atau melaporkan gangguan jaringan langsung lewat chat, dan sistem akan memberikan jawaban real-time berdasarkan profil serta kebijakan perusahaan.

    Salesforce meluncurkan layanan ini dengan lebih dari 100 konektor dan integrasi siap pakai dari mitra global seperti Google, IBM, Microsoft, Oracle NetSuite, Workday, Zoom dan lainnya. Agentforce IT Service akan tersedia secara umum mulai Oktober 2025.

  • Penuturan Pekerja IT Asal Korut Dikirim ke Luar Negeri untuk Danai Rezim

    Penuturan Pekerja IT Asal Korut Dikirim ke Luar Negeri untuk Danai Rezim

    Pyongyang

    Selama bertahun-tahun Jin-su menggunakan ratusan identitas palsu untuk melamar pekerjaan di bidang Teknologi Informasi (Information Technology/IT) secara remote atau jarak jauh di perusahaan-perusahaan negara Barat.

    Hal ini rupanya bagian dari rencana penyamaran besar-besaran demi menghimpun dana untuk Korea Utara.

    Menjalankan beberapa pekerjaan di AS dan Eropa akan menghasilkan setidaknya US$50.000 atau setara Rp80 juta per bulan, kata Jin-su kepada BBC dalam sebuah wawancara.

    Beberapa rekannya, sambung Jin-su, bahkan bisa mendapatkan penghasilan yang jauh lebih besar.

    Sebelum membelot, Jin-su yang namanya telah diganti untuk melindungi identitasnya adalah salah satu dari ribuan orang yang diyakini dikirim ke China, Rusia, atau negara-negara di Afrika dan tempat lainnya, untuk ikut serta dalam operasi rahasia tertutup yang dijalankan oleh Korea Utara.

    Para pekerja IT asal Korea Utara diawasi secara ketat dan hanya sedikit yang berbicara kepada media, tapi Jin-su telah memberikan kesaksian kepada BBC.

    Kesaksian itu memberikan pemahaman yang mendalam tentang kehidupan sehari-hari para pekerja asal Korut dan bagaimana mereka beroperasi.

    Ia berkata 85% dari penghasilannya dikirim kembali untuk mendanai rezim Korea Utara. Sebab, negara itu mengalami kekurangan uang setelah dijatuhi sanksi internasional selama bertahun-tahun.

    “Kami tahu ini seperti perampokan, tetapi kami menerimanya sebagai takdir,” tutur Jin-su. “Masih jauh lebih baik daripada ketika kami berada di Korea Utara,” sambungnya.

    Siluet peretas Korea Utara dengan Bendera Korea Utara (Getty Images via Bill Hinton)

    Pekerja IT tersebut menghasilkan US$250 juta hingga US$ 600 juta per tahun untuk Korea Utara, menurut laporan Dewan Keamanan PBB yang diterbitkan pada Maret 2024.

    Aksi penipuan ini berkembang pesat selama pandemi, ketika kerja jarak jauh menjadi hal yang lumrah. Pihak berwenang maupun pakar pertahanan siber memperingatkan aktivitas mereka terus meningkat sejak saat itu.

    Sebagian besar pekerja menginginkan agar gaji tetap mereka dikirim kembali ke rezim Korea Utara, namun dalam beberapa kasus mereka mencuri data atau meretas perusahaan serta meminta tebusan.

    Tahun lalu, pengadilan AS mendakwa 14 warga Korea Utara yang diduga memperoleh US$ 88 juta dengan bekerja secara menyamar dan memeras perusahaan-perusahaan AS selama periode enam tahun.

    Empat warga Korea Utara lainnya didakwa bulan lalu karena diduga menggunakan identitas palsu untuk menjalankan pekerjaan IT jarak jauh di sebuah perusahaan mata uang kripto di AS.

    Bagaimana mereka mendapatkan pekerjaan itu?

    Jin-su adalah seorang pekerja IT untuk rezim Korea Utara di China selama beberapa tahun sebelum akhirnya membelot.

    Ia dan rekan-rekannya kebanyakan bekerja dalam tim yang terdiri dari 10 orang, katanya kepada BBC.

    Akses internet terbatas di Korea Utara, tapi di luar negeri para pekerja IT ini bisa beroperasi dengan lebih mudah.

    Mereka perlu menyamarkan kewarganegaraan, tidak hanya supaya bisa mendapatkan bayaran lebih tinggi, tetapi juga karena sanksi internasional yang meluas terhadap Korea Utara terkait program senjata nuklir dan rudal balistiknya.

    BBC berbicara dengan Jin-su melalui panggilan video dari London. Demi keselamatannya, kami melindungi identitasnya (BBC)

    Skema ini terpisah dari operasi peretasan Korea Utara yang juga dilakukan untuk menggalang dana untuk rezim tersebut.

    Pada awal tahun ini, Lazarus Group sebuah kelompok peretas terkenal yang diyakini bekerja untuk Korea Utara, meskipun mereka tidak pernah mengakuinya diduga telah mencuri US$1,5 miliar dari perusahaan mata uang kripto Bybit.

    Jin-su menghabiskan sebagian besar waktunya mencoba mendapatkan identitas palsu yang bisa digunakannya untuk melamar pekerjaan.

    Pertama-tama, dia berpura-pura menjadi orang China, lalu menghubungi orang-orang di Hongaria, Turki, dan negara-negara lain untuk meminta menggunakan identitas mereka dengan imbalan persentase dari penghasilannya, ungkap Jin-su kepada BBC.

    “Jika Anda mencantumkan ‘wajah Asia’ di profil, Anda tidak akan pernah mendapatkan pekerjaan.”

    Baca juga:

    Ia kemudian memakai identitas palsu tersebut untuk mendekati orang-orang di Eropa Barat demi mendapatkan identitas baru, yang selanjutnya dipakai buat melamar pekerjaan di AS dan Eropa.

    Jin-su, mengklaim, selalu berhasil menyasar warga negara UK.

    “Dengan sedikit komunikasi, orang-orang di UK bisa dengan mudah menyebarkan identitas mereka,” imbuhnya.

    Pekerja IT dengan kemampuan bahasa Inggris yang lebih baik sering kali ditugaskan untuk mengelola proses aplikasi.

    Tapi, pekerjaan di situs freelancer atau pekerja lepas, tidak selalu memerlukan wawancara tatap muka dan seringkali interaksi sehari-hari berlangsung di platform seperti Slack, sehingga lebih mudah untuk berpura-pura menjadi orang lain.

    Jin-su berkata kepada BBC, dia selalu menargetkan pasar AS, “karena gaji di perusahaan-perusahaan Amerika lebih tinggi”.

    Peretas dengan hoody merah tua di depan bendera Korea digital dan latar belakang aliran biner konsep keamanan siber (Getty Images via BeeBright)

    Ia mengklaim begitu banyak pekerja IT yang mendapatkan pekerjaan, dan seringkali perusahaan tersebut tanpa sengaja mempekerjakan lebih dari satu orang Korea Utara.

    “Itu sering terjadi,” akunya.

    Pekerja IT biasanya menerima penghasilan mereka melalui jaringan fasilitator yang berbasis di Barat dan China.

    Pekan lalu, seorang perempuan AS dijatuhi hukuman lebih dari delapan tahun penjara atas kejahatan yang terkait dengan membantu pekerja IT Korea Utara mendapatkan pekerjaan dan mengirimkan uang kepada mereka.

    BBC tidak bisa secara independen memverifikasi kesaksian Jin-su, namun melalui PSCORE, sebuah organisasi yang mengadvokasi hak asasi manusia untuk Korea Utara, kami telah membaca kesaksian dari pekerja IT lain yang membelot dan mendukung klaim Jin-su.

    BBC juga berbicara dengan pembelot lain, Hyun-Seung Lee, yang bertemu dengan warga Korea Utara lainnya dan bekerja di bidang IT saat dia bepergian sebagai pengusaha untuk rezim Korea Utara di China.

    Dia mengonfirmasi bahwa mereka memiliki pengalaman serupa.

    Penyamaran yang terbongkar

    BBC berbincang dengan beberapa manajer perekrutan di sektor keamanan siber dan pengembangan perangkat lunak.

    Mereka berkata, menemukan puluhan kandidat yang dicurigai sebagai pekerja IT asal Korea Utara selama proses perekrutan.

    Rob Henley, salah satu pendiri Ally Security di AS, baru-baru ini membuka lowongan untuk serangkaian posisi untuk bekerja jarak jauh di perusahaannya.

    Dia yakin telah mewawancarai hingga 30 pekerja IT Korea Utara dalam proses tersebut.

    “Awalnya seperti sebuah permainan, mencoba mencari tahu siapa yang asli dan siapa yang palsu, tetapi lama-lama menjadi sangat menjengkelkan,” katanya.

    Akhirnya, dia meminta kandidat tersebut melakukan panggilan video untuk menunjukkan suasana hari di tempat mereka berada.

    “Kami hanya merekrut kandidat dari AS untuk posisi-posisi ini. Seharusnya cuaca di Amerika cukup terang. Tapi saya tidak pernah melihat cahaya matahari.”

    Pada Maret lalu, Dawid Moczadlo, salah satu pendiri Vidoc Security Lab yang berbasis di Polandia, membagikan video wawancara kerja jarak jauh yang dilakukannya.

    Dalam video tersebut, kandidat yang diwawancarai tampak menggunakan perangkat lunak kecerdasan buatan untuk menyamarkan wajahnya.

    Ia bilang, setelah berkonsultasi dengan para ahli, dia yakin kandidat tersebut kemungkinan adalah seorang pekerja IT asal Korea Utara.

    BBC telah menghubungi Kedutaan Besar Korea Utara di London untuk menanyakan soal tuduhan itu. Namun, mereka tidak menanggapi.

    Pelarian

    Korea Utara telah mengirim pekerjanya ke luar negeri selama beberapa dekade untuk mendapatkan devisa negara.

    Lebih dari 10.000 orang dipekerjakan di luar negeri sebagai pekerja pabrik atau restoran, sebagian besar di China dan Rusia.

    Setelah beberapa tahun tinggal di China, Jin-su mengatakan “merasa terkekang” atas kondisi kerjanya yang semakin terasa menindas.

    “Kami tidak diizinkan keluar dan harus tinggal di dalam rumah sepanjang waktu,” imbuhnya.

    “Anda tidak bisa berolahraga, Anda tidak bisa melakukan apapun yang Anda inginkan.”

    Agen intelijen rahasia memberi hormat dengan gestur tangan ke arah bendera Korea Utara di ruang perang, menunjukkan rasa hormat (Getty Images via Dragos Condrea)

    Namun, pekerja IT Korea Utara memiliki lebih banyak kebebasan untuk mengakses media Barat ketika berada di luar negeri, kata Jin-su.

    “Anda seperti melihat dunia nyata. Ketika kami berada di luar negeri, kami menyadari ada sesuatu yang salah di Korea Utara.”

    Kendati begitu, Jin-su mengklaim hanya sedikit pekerja IT Korea Utara yang berpikir untuk melarikan diri seperti dirinya.

    “Mereka hanya mengambil uang dan pulang, sangat sedikit yang berpikir untuk membelot.”

    Meskipun mereka hanya menyimpan sebagian kecil dari penghasilannya, uang itu sangat berharga di Korea Utara.

    Baca juga:

    Membelot juga sangat berisiko dan sulit. Pengawasan di China berarti sebagian besar dari mereka bakal tertangkap.

    Beberapa orang yang berhasil membelot mungkin tidak akan pernah bertemu keluarga mereka lagi, dan kerabat mereka bisa menghadapi hukuman karena meninggalkan Korea Utara.

    Jin-su berkata masih bekerja di bidang IT setelah dia membelot.

    Ia mengatakan, keterampilan yang dia asah saat bekerja untuk rezim telah membantunya beradaptasi dengan kehidupan barunya.

    Karena dia tidak bekerja di banyak pekerjaan dengan identitas palsu, penghasilannya jadi lebih sedikit daripada saat bekerja untuk rezim Korea Utara.

    Namun, ia bisa menyimpan lebih banyak pendapatannya. Yang artinya, dia memiliki lebih banyak uang di dompetnya.

    “Saya terbiasa menghasilkan uang dengan melakukan hal-hal ilegal. Tapi sekarang saya bekerja keras dan mendapatkan uang yang pantas saya dapatkan,” ujar Jin-su.

    Tonton juga Video: Kim Jong Un Resmikan Wisata Pantai Megah di Korut, Tertarik Mampir?

    (nvc/nvc)

  • Manfaat Hosting N8N dalam Sistem Kerja dan Bisnis

    Manfaat Hosting N8N dalam Sistem Kerja dan Bisnis

    Bisnis.com, JAKARTA – Transformasi digital semakin mendesak bagi berbagai sektor industri, mendorong meningkatnya kebutuhan akan layanan cloud hosting yang tak lagi sekadar penyimpanan data, tetapi juga menjadi fondasi pengembangan aplikasi dan automasi sistem kerja.

    Integrasi teknologi kecerdasan buatan (AI) dan platform automasi seperti n8n kini menjadikan cloud hosting sebagai pilihan strategis bagi bisnis yang ingin meningkatkan efisiensi dan daya saing.

    Transformasi ini mencerminkan pergeseran fokus perusahaan dari sekadar penyedia layanan hosting tradisional menjadi mitra strategis bagi bisnis dalam memanfaatkan teknologi AI, automasi, dan integrasi sistem berbasis cloud secara menyeluruh.

    Frendi Triarista, Senior Manager BOC. yang sebelumnya dikenal sebagai Bali Orange Communication, kini resmi bertransformasi menjadi Beyond Ordinary Cloud mengatakan dengan kombinasi layanan Hosting AI Indonesia dan Hosting n8n Indonesia, BOC berkomitmen menghadirkan ekosistem cloud yang mendukung percepatan transformasi digital bisnis di berbagai sektor.

    Dia memaparkan, saat ini ekosistem cloud yang dibutuhkan adalah yang fokus pada layanan cloud hosting terpadu, dengan prioritas pada kemudahan akses, kecepatan, dan keamanan data. 

    Dengan menjadi bagian dari Thrive Internet & Hosting, BOC berharap dapat menjangkau pasar yang lebih luas, tidak hanya di Indonesia tetapi juga secara global melalui layanan Hosting AI Indonesia dan Hosting n8n Indonesia.

    Dilansir dari laman institutbanten, N8N.io adalah sebuah platform automasi alur kerja (workflow automation) open-source yang kuat dan fleksibel. Nama “N8N” sendiri merupakan kependekan dari “node-to-node”, yang menggambarkan cara kerjanya: menghubungkan berbagai aplikasi dan layanan melalui “node” untuk menciptakan alur kerja otomatis.

    N8N.io memungkinkan Anda untuk  Mengintegrasikan Aplikasi yang Berbeda: N8N.io menyediakan ratusan integrasi bawaan (nodes) untuk berbagai aplikasi web populer seperti Google Sheets, Slack, Trello, Salesforce, Mailchimp, dan banyak lagi. Ini berarti Anda bisa membuat aplikasi-aplikasi ini “berbicara” satu sama lain.

    Di tengah tuntutan produktivitas yang tinggi, N8N.io menjadi solusi yang sangat relevan.

    Berikut beberapa alasan mengapa N8N.io krusial:

    Peningkatan Efisiensi Operasional: Dengan mengotomatisasi tugas-tugas manual, karyawan dapat fokus pada pekerjaan yang lebih strategis dan bernilai tinggi, mengurangi kesalahan manusia dan mempercepat proses bisnis.
    Pengurangan Biaya: Mengurangi ketergantungan pada intervensi manual seringkali berarti pengurangan biaya operasional yang signifikan dalam jangka panjang.
    Skalabilitas: Alur kerja otomatis dapat dengan mudah diskalakan untuk menangani volume data atau tugas yang meningkat tanpa perlu menambah staf secara proporsional.
    Integrasi yang Mulus: N8N.io menjembatani kesenjangan antara aplikasi yang berbeda, menciptakan ekosistem teknologi yang lebih terhubung dan efisien.
    Fleksibilitas Tanpa Batas: Sebagai solusi open-source, N8N.io dapat disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan bisnis yang paling unik sekalipun, memberikan kebebasan lebih dari platform proprietary.

  • ChatGPT Ditinggal Ramai-Ramai, Pemiliknya Merasa Kemalingan

    ChatGPT Ditinggal Ramai-Ramai, Pemiliknya Merasa Kemalingan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perusahaan pencipta ChatGPT, OpenAI, sedang gelisah karena tiba-tiba banyak ditinggal oleh pegawainya. Pemicunya adalah tawaran upah menggiurkan dari para pesaing, terutama dari Meta.

    Meta dikabarkan menawarkan gaji selangit untuk pekerja yang ahli di bidang kecerdasan buatan. Bahkan, uang pindah yang ditawarkan disebut menembus US$ 100 juta atau sekitar Rp 1,6 triliun.

    Dalam beberapa pekan terakhir, tawaran ini dilaporkan sukses menarik paling tidak delapan ahli AI dari OpenAI untuk pindah kerja ke Meta.

    Petinggi OpenAI mulai gelisah menyaksikan tren resign ini. Chie Research Officer OpenAI, Mark Chen, mengaku merasa seperti “rumahnya dibobol maling.”

    “Saya merasa seperti mulas-mulas, seperti ada orang yang membobol rumah dan mencuri sesuatu,” kata Chen dalam pesan di aplikasi Slack yang didapatkan oleh Wired.

    Chen kemudian menyatakan bahwa para petinggi OpenAI, termasuk dirinya dan CEO Sam Altman, sudah punya strategi untuk mencegah eksodus tersebut terjadi. 

    Ia mengaku bahwa para bos di OpenAI kini sangat “proaktif,” “Kami menghitung ulang upah, dan mencari cara kreatif untuk mengidentifikasi dan memberikan penghargaan kepada talenta teratas.”

    Meta Platforms diketahui agresif membajak peneliti OpenAI, perusahaan teknologi di balik aplikasi ChatGPT. Dalam sepekan terakhir, sudah 7 orang pegawai OpenAI pindah ke Meta.

    Meta adalah perusahaan induk dari Facebook, Instragram, dan WhatsApp. Mark Zuckerberg, CEO Meta dan pendiri Facebook, memang punya ambisi besar untuk mendorong pengembangan kecerdasan buatan.

    Laporan The Information yang dikutip Reuters menyatakan empat peneliti OpenAI bernama Shengjia Zhao, Jiahui Yu, Shuchao Bi dan Hongyu Ren telah setuju untuk pindah ke Meta. Sebelumnya, Wall Street Journal mengabarkan bahwa Meta telah merekrut tiga pegawai OpenAi yang bermarkas di Swiss, yaitu Lucas Beyer, Alexander Kolesnikov, dan Xiaohua Zhai

    Zuckerberg telah menyiapkan daftar insinyur dan peneliti AI untuk masuk ke perusahaannya. Laporan Wall Street Journal menyebutkan dia sendiri yang menghubungi tiap kandidat yang diinginkan, dikutip dari The Guardian, Minggu (29/6/2025).

    Beberapa nama dalam daftar itu berasal dari kampus terkemuka seperti lulusan baru PhD di University of California Berkeley dan Carnegie Melon. Adapula dari beberapa pesaing Meta termasuk OpenAI dan DeepMind dari Google.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Ada yang Membobol Rumah Kami

    Ada yang Membobol Rumah Kami

    Bisnis.com, JAKARTA— Perusahaan di balik ChatGPT, OpenAI mengaku tidak akan tinggal diam setelah Meta berhasil merekrut 8 peneliti senior perusahaan dalam sepekan. 

    Perusahaan AI yang berbasis di San Francisco tersebut  akan mengambil langkah cepat. 

    “Saya merasakan firasat yang kuat saat ini, seolah-olah seseorang telah membobol rumah kami dan mencuri sesuatu,” kata Kepala Riset OpenAI Mark Chen dalam memo Slack yang diperoleh Wired dikutip dari laman TechCrunch pada Senin (30/6/2025). 

    Chen menegaskan dirinya bersama CEO Sam Altman dan tim pimpinan lainnya terus menjalin komunikasi intensif dengan para peneliti yang menerima tawaran dari perusahaan lain, termasuk Meta. 

    Upaya tersebut juga dibarengi dengan penyesuaian ulang sistem kompensasi dan pencarian cara-cara kreatif untuk mempertahankan serta mengapresiasi talenta terbaik mereka. 

    Langkah ini menjadi respons serius atas laporan yang menyebutkan setidaknya delapan peneliti telah hengkang ke Meta dalam sepekan terakhir. 

    Bahkan Altman sempat menyindir Meta di sebuah podcast, menyebut perusahaan itu menawarkan bonus  senilai US$100 juta atau Rp1,6 triliun, klaim yang kabarnya dibantah oleh internal Meta.

    Sebelumnya, Meta dikabarkan berhasil merekrut empat peneliti dari OpenAI. Langkah tersebut disebut menjadi bagian dari strategi agresif Meta dalam mengembangkan proyek superintelijensi yang dipimpin langsung oleh CEO Mark Zuckerberg. 

    Menurut laporan The Information yang dikutip Reuters pada Sabtu (28/6/2025) keempat peneliti yang direkrut adalah Shengjia Zhao, Jiahui Yu, Shuchao Bi, dan Hongyu Ren. 

    Mereka dikabarkan telah menyetujui tawaran untuk bergabung dengan raksasa teknologi tersebut, sebagaimana disampaikan oleh sumber yang mengetahui proses perekrutan ini. 

    Perekrutan ini terjadi hanya beberapa hari setelah laporan dari The Wall Street Journal menyebut Meta juga berhasil memboyong tiga peneliti AI lainnya dari kantor OpenAI di Zurich, yaitu Lucas Beyer, Alexander Kolesnikov, dan Xiaohua Zhai. Meta dan OpenAI belum memberikan komentar resmi atas laporan tersebut.

  • Jangan Sembarang Klik Link di Notifikasi

    Jangan Sembarang Klik Link di Notifikasi

    Jakarta

    Pengguna Android diimbau untuk tidak sembarangan klik link yang ada di notifikasi, walaupun terlihat aman. Pasalnya, ada bug yang membuat link yang diklik tidak sesuai dengan halaman yang ditampilkan.

    Dalam postingan blognya, peneliti keamanan siber Gabriele Digregorio menjelaskan bagaimana tombol ‘Open link’ – yang biasanya muncul di notifikasi aplikasi seperti WhatsApp, Instagram, dan Slack- bisa dimanipulasi untuk mengarahkan pengguna ke website berbeda dari yang ditunjukkan.

    Bug ini melibatkan penyisipan karakter Unicode tersembunyi ke dalam pesan, yang bisa mengelabui perangkat Android saat menentukan bagian mana dari notifikasi yang merupakan tautan.

    Contohnya, notifikasi mungkin memperlihatkan link amazon.com, tapi ketika pengguna klik ‘Open link’ mereka akan diarahkan ke website zon.com. Itu yang terjadi di salah satu tes yang dilakukan Digregorio, di mana karakter yang tidak terlihat memisahkan satu kata menjadi dua.

    Android menampilkan alamat link di notifikasi yang terlihat asli, tapi hanya memperlakukan bagian kedua (zon.com) sebagai link yang sebenarnya. Demonstrasinya dapat dilihat di video berikut ini.

    Bug ini dapat dimanfaatkan untuk aktivitas bertujuan jahat, seperti serangan phishing. Pengguna mungkin mengira mereka membuka klik yang asli dan aman, tapi ternyata diarahkan ke situs yang berbahaya.

    Google sudah diberi tahu soal bug ini pada Maret lalu, namun hingga saat ini celah tersebut belum diperbaiki. Dalam pernyataan resminya, Google mengimbau pengguna Android untuk tidak sembarangan membuka link di notifikasi, terutama dari orang yang tidak dikenal.

    “Kami sudah mengetahui penelitian ini dan kami secara aktif berupaya memperbaiki masalah ini yang akan digulirkan dalam pembaruan keamanan mendatang,” kata juru bicara Google, seperti dikutip dari Android Authority, Minggu (15/6/2025).

    “Sebagai praktik keamanan terbaik secara umum, kami selalu menyarankan pengguna untuk tidak klik link dari pengirim pesan yang tidak dikenal atau mencurigakan,” sambungnya.

    Bug ini ditemukan di ponsel yang menjalankan Android 14, Android 15, dan Android 16, termasuk Pixel 9 Pro. Sampai Google merilis perbaikannya, sebaiknya lebih hati-hati saat menerima link di dalam pesan, dan jangan langsung diklik dari notifikasi.

    (vmp/vmp)