Perusahaan: Shell

  • Harga BBM Per 1 November 2025, RON 92 Ada yang Turun!

    Harga BBM Per 1 November 2025, RON 92 Ada yang Turun!

    Jakarta

    Harga bahan bakar minyak (BBM) per 1 November 2025 mengalami penyesuaian. Stok bbm swasta seperti Shell dan Vivo masih kosong, hanya BP yang mulai tersedia. Pertamina juga menyesuaikan BBM non subsidi mulai hari ini. Simak rangkuman daftar harga BBM Pertamina dan BP.

    Terpantau BBM BP per 1 November 2025 mengalami penurunan harga. Harga BP 92 atau setara RON 92 turun menjadi Rp 12.680 per liter, bulan sebelumnya jenis BBM ini dijual Rp 12.890 per liter.

    Penurunan harga juga terjadi pada jenis BBM lain, BP Ultimate (RON 95) sekarang dijual Rp 13.260 per liter, turun dari bulan lalu yang dijual Rp 13.420 per liter. Sementara itu, harga BBM BP Ultimate Diesel mengalami kenaikan dari bulan lalu, hari ini dijual Rp 14.410 per liter.

    Pertamina juga melakukan penyesuaian harga. Mengutip situs MyPertamina, harga Pertamina Dex (CN 53) dan Dexlite (CN 51) naik. Sementara itu, harga Pertamax (RON 92), Pertamax Turbo (RON 98), dan Pertamax Green (RON 95), tetap.

    Penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) Umum dalam rangka mengimplementasikan Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM No. 245.K/MG.01/MEM.M/2022 sebagai perubahan atas Kepmen No. 62 K/12/MEM/2020 tentang Formula Harga Dasar Dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis Bahan Bakar Minyak Umum Jenis Bensin dan Minyak Solar yang Disalurkan Melalui Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum.

    Untuk wilayah Jabodetabek, Pertamina Dexlite naik menjadi Rp 13.900 per liter dari sebelumnya Rp 13.700 per liter. Selanjutnya harga Pertamina Dex dari sebelumnya Rp 14.000 per liter menjadi Rp 14.200 per liter.

    Harga BBM Pertamax masih Rp 12.200 per liter, Pertamax Turbo RP 13.100 per liter, dan Pertamax Green tetap Rp 13.000 per liter.

    BBM subsidi, Pertalite dan Solar subsidi (biosolar) tidak mengalami penyesuaian. Pertalite tetap Rp 10.000/liter, dan solar Rp 6.800/liter.

    Meskipun Shell belum ready stock. Pihaknya juga mengumumkan perubahan harga per 1 November 2025. Shell Super (RON 92) turun menjadi Rp 12.680 per liter, dari sebelumnya Rp 12.890 per liter. Kemudian V-Power (RON 95) turun jadi Rp 13.260 per liter, kemudian Shell V-Power Diesel dijual Rp 14.410 per liter, dan V-Power Nitro + dijual Rp 13.480 per liter.

    Berikut ini daftar harga BBM Pertamina, BP, dan Shell:

    BP

    – BP Ultimate: Rp 13.260 per liter
    – BP 92: Rp 12.680 per liter
    – BP Ultimate Diesel: Rp 14.410 per liter

    Pertamina

    – Pertamax: Rp 12.200/liter
    – Pertamax Turbo: Rp 13.100/liter
    – Pertamax Green 95: Rp 13.000/liter
    – Dexlite: Rp 13.900/liter
    – Pertamina Dex: Rp 14.200/liter

    Shell

    – Shell Super (RON 92): Rp 12.680 per liter
    – Shell V-Power (RON 95): Rp 13.260 per liter
    – Shell V-Power Diesel (CN 51): Rp 14.410 per liter
    – Shell V-Power Nitro+ (RON 98): Rp 13.480 per liter

    (riar/din)

  • Terbaru, Harga BBM di SPBU Shell Hari Ini Sabtu 1 November 2025

    Terbaru, Harga BBM di SPBU Shell Hari Ini Sabtu 1 November 2025

    Terbaru, Harga BBM di SPBU Shell Hari Ini Sabtu 1 November 2025

  • SPBU BP Sudah Terisi, Shell Masih Kosong: Ada Apa?

    SPBU BP Sudah Terisi, Shell Masih Kosong: Ada Apa?

    Jakarta

    Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) milik Badan Usaha (BU) swasta mulai terisi bahan bakar minyak (BBM). Salah satunya pada SPBU swasta yang dikelola BP-AKR.

    Nasib lain dialami kompetitornya yakni Shell Indonesia. Stok BBM SPBU itu masih mengalami kekosongan hingga saat ini.

    President Director & Managing Director Mobility Shell Indonesia, Ingrid Siburian, menegaskan belum ada kesepakatan dengan Pertamina Patra Niaga terkait perjanjian jual-beli BBM. Pihaknya masih terus melakukan pembahasan lanjutan dengan Pertamina Patra Niaga dan pemerintah.

    “Shell Indonesia ingin menginformasikan bahwa saat ini belum mencapai kesepakatan business-to-business (B2B) terkait aspek komersial untuk pasokan base fuel dari Pertamina Patra Niaga. Pembahasan B2B terkait pasokan impor base fuel terus berlanjut,” ungkap Ingrid kepada detikcom, Jumat kemarin.

    Ingrid menambahkan, koordinasi terus dilakukan untuk memastikan produk BBM di jaringan SPBU Shell Indonesia kembali tersedia. Ia juga memastikan, BBM di SPBU Shell Indonesia sesuai standar keselamatan dan prosedur pengadaan.

    “Kami berkoordinasi dengan pemerintah terkait dan pemangku kepentingan lainnya agar produk BBM jenis bensin tersedia kembali di jaringan SPBU Shell sesuai dengan standar keselamatan operasional, prosedur dan pedoman pengadaan BBM, serta standar bahan bakar berkualitas tinggi Shell secara global,” imbuhnya.

    Sebagai informasi, terdapat beberapa jenis bensin yang hingga saat ini belum tersedia di SPBU Shell. BBM tersebut adalah Shell Super, Shell V-Power, dan Shell V-Power Nitro+. Namun, SPBU Shell tetap beroperasi dengan produk BBM Shell V-Power Diesel serta produk dan layanan lainnya, seperti Shell Select, Shell Recharge, bengkel, dan pelumas Shell.

    “Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi,” pungkasnya.

    Stok BBM di SPBU BP Mulai Terisi

    Manajemen BP-AKR menginformasikan bahwa kini stok Bahan Bakar Minyak (BBM) di SPBU BP sudah mulai tersedia lagi. Kini SPBU BP sudah menjual BBM jenis BP 92 dan BP Ultimate Diesel.

    Manajemen BP-AKR menegaskan pihaknya senantiasa mengusahakan agar pasokan BBM kembali normal di jaringan SPBU BP.

    Berdasarkan informasi ketersediaan BBM di laman resminya, BBM jenis BP 92 sudah tersedia di Jakarta, Bekasi, Tangerang, Bogor, Bandung, dan Purwakarta. Sementara produk BBM jenis BP Ultimate hanya tersedia di SPBU Tomang Raya.

    Kemudian untuk produk BBM jenis BP Ultimate Diesel berada di wilayah Jakarta, Tangerang, Bekasi, Bogor, Depok, Kabupaten Karawang, Kabupaten Purwakarta, Bandung, Surabaya dan Malang.

    “BP-AKR menginformasikan bahwa saat ini SPBU bp melayani penjualan produk BP 92 dan BP Ultimate Diesel,” tulis Manajemen BP-AKR di laman resminya, Kamis lalu.

    (acd/acd)

  • Shell belum capai kesepakatan komersial dengan Pertamina

    Shell belum capai kesepakatan komersial dengan Pertamina

    Jakarta (ANTARA) – President Director & Managing Director Mobility Shell Indonesia Ingrid Siburian mengatakan belum mencapai kesepakatan komersial untuk pasokan base fuel dengan Pertamina Patra Niaga.

    “Saat ini belum mencapai kesepakatan business to business terkait aspek komersial untuk pasokan base fuel dari Pertamina Patra Niaga,” ujar Ingrid dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Jumat.

    Pembahasan antarbisnis terkait pasokan impor base fuel atau bahan bakar murni, kata dia, terus berlanjut.

    Shell pun terus berkoordinasi dengan pemerintah terkait dan pemangku kepentingan agar produk bahan bakar minyak (BBM) jenis bensin tersedia kembali di jaringan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) Shell, sesuai dengan standar keselamatan operasional, prosedur, dan pedoman pengadaan BBM Shell.

    “Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi,” ucapnya.

    Saat ini, jaringan SPBU Shell tetap melayani para pelanggan dengan produk BBM Shell V-Power Diesel serta produk dan layanan lainnya, termasuk Shell Select, Shell Recharge, bengkel, dan pelumas Shell.

    Sedangkan, produk BBM di SPBU Shell jenis Shell Super, Shell V-Power, dan Shell V-Power Nitro+ masih belum tersedia.

    Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) bp membeli 100 ribu barel bahan bakar minyak (BBM) dari Pertamina Patra Niaga.

    “Betul hasil negosiasi bp dan Pertamina. Volumenya 100 ribu barel,” kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM Laode Sulaeman ketika dihubungi ANTARA dari Jakarta, Jumat.

    Setelah proses negosiasi yang berlangsung kurang lebih selama dua bulan, kini stok BBM di SPBU bp mulai pulih.

    Pewarta: Putu Indah Savitri
    Editor: Biqwanto Situmorang
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Daftar SPBU BP di Jabodetabek yang Sudah Jual BBM RON 92

    Daftar SPBU BP di Jabodetabek yang Sudah Jual BBM RON 92

    Jakarta

    Sejumlah SPBU BP sudah jual BBM RON 92 lagi. Berikut ini daftar SPBU yang sudah kembali menjual BBM RON 92 di Jabodetabek.

    Buat kamu pengguna BBM RON 92 BP, ada kabar gembira nih. Setelah dua bulan stoknya kosong, kini BBM RON 92 BP sudah tersedia lagi di sejumlah SPBU kawasan Jabodetabek. Ketersediaan stok BBM itu bisa juga diakses di laman resmi BP Indonesia.

    Kamu bisa mengeceknya secara berkala sebab informasi ketersediaan stok bisa berubah setiap saat. Nah berikut ini daftar SPBU yang sudah kembali menjual BBM RON 92 di Jabodetabek.

    SPBU BP yang Jual BBM RON 92

    SPBU BP Bekasi

    SPBU BP Kota Harapan Indah BoulevardSPBU BP Jababeka HollywoodSPBU BP Grand WisataSPBU BP Grand Galaxy

    SPBU BP Bogor

    SPBU BP Cibubur TransyogiSPBU BP Gunung Putri

    SPBU BP Depok

    SPBU BP Raffles HillsSPBU BP Grand Depok City

    SPBU BP Jakarta

    SPBU BP Citra PalemSPBU BP KalideresSPBU BP Tomang RayaSPBU BP Kelapa GadingSPBU BP Sunter SelatanSPBU BP MinangkabauSPBU BP Meruya IlirSPBU BP Margasatwa BaratSPBU BP Pluit IndahSPBU BP Teuku Nyak AriefSPBU BP TB SimatupangSPBU BP Tanjung BaratSPBU BP Jakarta Garden CitySPBU BP Pangeran AntasariSPBU BP Karang TengahSPBU BP Perdatam Pancoran

    SPBU BP Tangerang

    SPBU BP Metland CybercitySPBU BP Bintaro EmeraldSPBU BP BSD DelatinosSPBU BP Puspitek RayaSPBU BP GS ParamountSPBU BP MH ThamrinSPBU BP Asterra West BSDSPBU BP PIK 2

    Selain di Jabodetabek, BBM RON 92 BP itu juga sudah tersedia di Purwakarta, Bandung, dan Surabaya. BBM RON 92 BP itu masih menggunakan harga yang berlaku per 1 Oktober 2025 yakni Rp 13.420 per liter. Berbeda halnya dengan BP, BBM di SPBU Shell dan juga Vivo masih kosong. Diakses di laman resmi keduanya, belum ada SPBU Shell ataupun Vivo yang sudah menyediakan BBM RON 92. Kabarnya, BBM di SPBU swasta ini memang akan tersedia lagi pada akhir Oktober setelah stoknya kosong sekitar dua bulan.

    (dry/din)

  • Shell dan Tripatra Bakal Bangun Kilang Bioavtur di Indonesia Mulai 2028

    Shell dan Tripatra Bakal Bangun Kilang Bioavtur di Indonesia Mulai 2028

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan Shell Indonesia dan Tripatra bakal membangun kilang Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau bioavtur di Indonesia.

    Hal itu diungkapkan oleh Koordinator Keteknikan dan Lingkungan Bioenergi, Ditjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Kementerian ESDM Efendi Manurung dalam acara FGD Life Cycle Assessment Sustainable Aviation Fuel berbasis Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil di Jakarta, Kamis (30/10/2025).

    Effendi menyebut pembangunan kilang baru itu akan menghasilkan SAF dengan bahan baku generasi kedua dari pohon sawit seperti Spent Bleaching Earth Oil (SBEO), Palm Oil Mill Effluent (POME), hingga minyak jelantah atau Used Cooking Oil (UCO).

    “Beberapa perusahaan swasta seperti Shell Indonesia dan Tripatra saat ini sedang membangun kilang SAF mereka sendiri menggunakan bahan baku generasi kedua dari pohon sawit,” ucap Efendi.

    Dia belum bisa membocorkan kapan dan di mana Shell Indonesia bakal membangun kilang SAF itu. Efendi hanya merinci bahwa Tripatra berencana mengembangkan kilang bioavtur dengan kapasitas 60.000 ton per tahun atau setara 75.000 KL per tahun sebanyak 4 unit.

    Adapun pembangunan 4 kilang baru itu bakal dilakukan secara bertahap. Perinciannya, pada 2028 Tripatra akan membangun kilang SAF di Sumatra Utara, pada 2029 di Kalimantan, 2030 di Sumatera Utara, dan setelah 2030 di Sumatra Utara atau Kalimantan.

    Asal tahu saja, penggunaan SAF dalam industri penerbangan memang tengah digenjot oleh pemerintah. Hal ini dilakukan demi menekan emisi karbon.

    Terbaru, Indonesia tengah mempertimbangkan rencana untuk mewajibkan penerbangan internasional melalui Jakarta dan Bali menggunakan SAF dengan kadar 1% mulai 2026.

    Direktur Bioenergi Ditjen EBTKE Kementerian ESDM Edi Wibowo menyampaikan bahwa draf regulasi untuk penerapan bertahap SAF saat ini tengah disusun. 

    “Aturan mengenai penerapan bertahap SAF sedang dalam proses penyusunan, dengan usulan penerapan awal sebesar 1% mulai 2026,” ujar Edi, dikutip dari Reuters, Jumat (17/10/2025).

    Dalam rancangan peraturan tersebut, Indonesia menargetkan peningkatan kadar campuran SAF secara bertahap hingga mencapai 5% 2035.

    Menurut perkiraan lembaga kajian Indonesia Palm Oil Strategic Studies (IPOSS), Indonesia memiliki potensi untuk memproduksi 3–4 juta kiloliter minyak jelantah per tahun, yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku utama produksi SAF. 

    Rencana ini berkembang seiring langkah Pertamina yang pada tahun ini telah memulai produksi SAF berbasis minyak jelantah di salah satu unit kilangnya. Pertamina juga berencana mengonversi dua kilang lainnya agar mampu mengolah bahan bakar dari minyak jelantah.

    Sebelumnya, Direktur Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis Pertamina, Agung Wicaksono, menyatakan bahwa pengembangan SAF berbasis minyak jelantah menjadi fokus utama perusahaan dalam mendukung agenda transisi energi nasional.

    Menurut Agung, bahan bakar berkelanjutan tersebut tidak hanya dapat menurunkan emisi karbon hingga 84%, tetapi juga mendorong terbentuknya ekonomi sirkular di tingkat masyarakat. 

    “Kami telah menggunakan SAF dari minyak goreng masyarakat untuk penerbangan. Jadi, ini bukan hanya soal pengurangan emisi karbon, tetapi juga bagian dari ekonomi sirkular karena masyarakat dapat menukar minyak jelantah menjadi rupiah, yang kemudian diolah menjadi bahan bakar berkelanjutan dan efisien,” jelasnya.

  • Harta Karun Baru Jadi Rebutan, Ternyata Bawa Petaka Besar

    Harta Karun Baru Jadi Rebutan, Ternyata Bawa Petaka Besar

    Jakarta, CNBC Indonesia – Di tengah pesatnya perkembangan kecerdasan buatan (AI), muncul ‘harta karun’ baru yang kini jadi rebutan perusahaan teknologi raksasa, yakni lahan untuk membangun pusat data (data center).

    Kendati demikian, di balik potensi ekonomi yang besar, praktik tersembunyi di balik proyek-proyek ini justru memicu keresahan dan tudingan pelanggaran transparansi publik.

    Kisah ini bermula di Mason County, Kentucky, Amerika Serikat. Seorang petani bernama Dr. Timothy Grosser menolak tawaran fantastis sebesar US$10 juta atau sekitar Rp160 miliar untuk lahan pertaniannya seluas 100 hektar yang telah ia kelola selama hampir empat dekade.

    Tawaran itu disebut berasal dari perwakilan sebuah “perusahaan Fortune 100” yang ingin membeli tanah tersebut untuk proyek industri berskala besar.

    Namun, perwakilan itu menolak mengungkapkan nama perusahaan, jenis industrinya, bahkan identitas dirinya. Sebagai gantinya, ia meminta Grosser menandatangani perjanjian kerahasiaan (non-disclosure agreement/NDA) sebelum mendapat informasi lebih lanjut.

    “Kami menolak menandatanganinya,” ujar Grosser dikutip dari NBC News, Rabu (29/10/2025). “Saya tidak akan menjual lahan saya berapa pun harganya,” imbuhnya.

    Beberapa bulan kemudian, pejabat daerah setempat mengumumkan bahwa Mason County sedang dipertimbangkan sebagai lokasi pembangunan pusat data baru, salah satu infrastruktur utama yang menopang bisnis AI global.

    Fenomena seperti yang dialami Grosser kini semakin sering terjadi di Amerika Serikat. Dalam laporan NBC News, banyak proyek pusat data bernilai miliaran dolar yang mengharuskan pejabat daerah dan penjual tanah menandatangani NDA, membatasi mereka untuk berbicara kepada publik mengenai detail proyek tersebut.

    Lonjakan permintaan layanan AI membuat perusahaan berlomba membangun fasilitas baru di berbagai negara bagian AS.

    Data center berskala besar (hyperscale) ini menampung ribuan server dan sistem komputasi untuk memproses data AI dalam jumlah masif.

    Namun, percepatan pembangunan ini juga menimbulkan berbagai persoalan. Proyek-proyek pusat data kerap menimbulkan konsumsi listrik dan air yang sangat tinggi, serta dampak lingkungan yang signifikan.

    Warga di beberapa wilayah seperti Loudoun County (Virginia) dan South Memphis (Tennessee) melaporkan gangguan suara dari mesin pendingin, polusi udara dari turbin gas, serta potensi krisis air akibat kebutuhan operasional yang besar.

    Selain itu, penggunaan perusahaan cangkang (shell company) dan kontrak rahasia membuat masyarakat sulit mengetahui siapa sebenarnya pengembang di balik proyek-proyek tersebut.

    Menurut Pat Garofalo, Direktur Kebijakan di American Economic Liberties Project, praktik ini berpotensi melanggar prinsip dasar demokrasi.

    “Pejabat publik seharusnya bertanggung jawab kepada masyarakat, bukan kepada perusahaan rahasia yang membuat kesepakatan di balik layar,” tegasnya.

    Meski diklaim sebagai strategi untuk menjaga kerahasiaan bisnis dari pesaing, penggunaan NDA dalam proyek data center dinilai semakin menutup ruang keterbukaan publik dan memicu ketidakpercayaan warga.

    Sementara itu, keenam perusahaan teknologi besar yang disebut tengah berlomba membangun data center di seluruh AS, Amazon, Microsoft, xAI, Google, Meta, dan Vantage Data Centers, menolak memberikan komentar atau tidak menanggapi pertanyaan media terkait praktik penggunaan NDA tersebut.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Isi Full Tank Mitsubishi Destinator Siap-siap Keluar Duit Segini

    Isi Full Tank Mitsubishi Destinator Siap-siap Keluar Duit Segini

    Jakarta

    Mitsubishi Destinator punya kapasitas tangki 45 liter. Kalau isi full tank, bakal keluar duit segini.

    Mitsubishi Destinator mengusung mesin berkode 4B40 1.500 cc MIVEC Turbo. Mesin itu menyemburkan tenaga 163 PS dengan torsi maksimal 250 Nm.

    Untuk mendapatkan performa optimal tersebut, berdasarkan buku panduan manualnya dianjurkan menggunakan bensin tanpa timbal RON 95 (minimal 90).

    “Spesifikasi tenaga dan konsumsi bahan bakar mengacu pada pengoperasian dengan bahan bakar 95 RON atau lebih tinggi,” demikian tulis buku panduan manual tersebut.

    Dengan demikian, pilihan BBM yang tepat untuk Mitsubishi Destinator itu hanya Pertamax Green 95, Shell V-Power, Revvo95, dan BP Ultimate. Namun untuk saat ini, BBM RON 95 yang tersedia hanya Pertamax Green 95. Sebab, SPBU swasta seluruhnya kehabisan stok. Tak ada lagi BBM RON 95 yang dijual.

    Adapun harga Pertamax Green 95 itu Rp 13.000 per liter. Maka bila mengisi full tank dari posisi tangki kosong bakal keluar duit Rp 585 ribu. Namun, bila pengisian tangki tak dari nol, biayanya bisa jadi lebih murah.

    Sejatinya, Mitsubishi Destinator masih bisa menenggak BBM di bawah RON 95. Tapi jangan kaget kalau tenaga dan konsumsi bahan bakar tak sesuai dengan klaim pabrikan.

    “Menggunakan bahan bakar 90 RON atau lebih tinggi (kurang dari 95 RON) akan sedikit menurunkan tenaga dan konsumsi bahan bakar, namun mesin memiliki sistem kontrol knocking. Oleh karena itu, tidak ada pengaruhnya terhadap masa pakai mesin,” begitu penjelasan lanjutnya.

    Perlu diingat, gunakan bensin dengan kualitas bagus. Sebab bensin berkualitas rendah bisa menimbulkan ragam masalah seperti susah dihidupkan, stalling, mesin yang bising dan hesitation.

    “Jika Anda mengalami masalah tersebut, maka cobalah merek yang lain dan atau kadar bensin yang berbeda,” lanjut penjelasan tersebut.

    (dry/rgr)

  • Menanti Solusi Kelangkaan Stok BBM SPBU Swasta: Beli Base Fuel Pertamina hingga Tambahan Kuota Impor

    Menanti Solusi Kelangkaan Stok BBM SPBU Swasta: Beli Base Fuel Pertamina hingga Tambahan Kuota Impor

    Bisnis.com, JAKARTA — Kelangkaan stok bahan bakar minyak (BBM) di SPBU swasta masih berlanjut di pekan terakhir Oktober 2025. 

    Adapun, sejak akhir Agustus 2025, terjadi kelangkaan stok BBM di SPBU swasta seperti Shell, BP, hingga Vivo. Hal ini lantaran kuota impor BBM mereka sudah habis terpakai sebelum akhir tahun.

    Pemerintah melalui Kementerian ESDM pun memberi solusi dengan meminta mereka membeli BBM murni atau base fuel dari Pertamina. Pasalnya, Pertamina masih memiliki kuota impor BBM yang belum terpakai.

    Terkait kelanjutan negosiasi pasokan BBM antara Pertamina dan SPBU swasta, Bahlil menyerahkan sepenuhnya kepada masing-masing pihak. 

    “Untuk B2B [business-to-business/B2B] silakan diatur dengan Pertamina. Andaikan crude-nya sudah masuk, BBM-nya sudah masuk, belum diambil oleh swasta saya yakin ya Pertamina enggak akan mungkin rugi karena pasti kebutuhan itu habis karena impornya itu kan kita enggak nambah dan saya yakin dan percaya bahwa mereka biarkan kita kasih waktu untuk B2B,” ujarnya. 

    Merespons kelangkaan BBM di SPBU Swasta, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengingatkan bahwa konsumen berhak untuk mendapat BBM dengan kualitas dan kuantitas sesuai standar.

    Bahkan, stok bensin di SPBU Shell habis total. Sementara itu, stok BBM di SPBU BP dan Vivo diproyeksi habis total pada Oktober ini.

    Sekretaris Eksekutif YLKI Rio Priambodo mengatakan, pada dasarnya, konsumen tidak mau tahu mengenai proses bisnis di belakangnya. Dia menekankan hal terpenting bagi konsumen adalah ketersediaan dan keterjangkauan. Oleh karena itu, pemerintah sebagai regulator maupun penengah harus memegang prinsip tersebut.

    “Kami sebagai konsumen juga berhak BBM yang standar baik secara kualitas maupun kuantitas. Lagi-lagi, pemerintah yang harus memastikan itu agar semua BBM yang dibeli konsumen memenuhi standar,” ucap Rio kepada Bisnis, Senin (6/10/2025).

    Dia mengatakan, tahun ini harus menjadi pelajaran betul bagi pemerintah bahwa ada dua persoalan. Pertama, soal gonjang-ganjing kualitas BBM Pertamax. Kedua, kekosongan stok BBM di SPBU swasta. 

    YLKI pun meminta pemerintah membenahi tata kelola BBM dari hulu hingga hilir agar hak konsumen tidak dikorbankan dan kepercayaan konsumen tergerus.

    Opsi Beli Base Fuel dari Pertamina

    Sebelumnya, terkait polemik kelangkaan stok SPBU swasta, Bahlil mengklaim sudah ada SPBU swasta telah sepakat membeli BBM murni atau base fuel dari PT Pertamina Patra Niaga.

    Hal tersebut dia sampaikan di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (20/10/2025) sore. Namun, Bahlil tak membocorkan BU swasta mana yang telah melakukan perjanjian secara business to business (B2B) itu.

    “B2B antara Pertamina dengan swasta, mereka lagi kolaborasi. Yang menurut saya dapat laporan, sudah beberapa yang sudah melakukan perjanjian,” kata Bahlil.

    Sayangnya, SPBU swasta belum menyambut hangat penawaran opsi tersebut. Mereka mempertimbangkan banyak hal, salah satunya kandungan etanol dalam BBM murni milik Pertamina. 

    Merespons hal tersebut, Pemerintah membuka opsi mekanisme negosiasi yang baru untuk memastikan proses negosiasi antara PT Pertamina (Persero) dan SPBU swasta terkait mekanisme pasokan BBM base fuel terus berjalan positif dan segera mencapai kesepakatan.

    “Itu kan dirut Pertamina sudah umumkan Jumat kemarin, jadi kita lihat bagaimana negosiasi mereka,” ujar Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Wamen ESDM) Yuliot Tanjung kepada wartawan beberapa waktu lalu.

    Yuliot menegaskan bahwa sebagian besar poin pembahasan antara Pertamina dan operator SPBU swasta telah mencapai titik temu. Hanya beberapa hal teknis yang masih perlu dirapikan sebelum perjanjian bisa segera dieksekusi.

    “Jadi saya cek lagi poin-poin apa yang belum sepakat, itu akan ada berapa poin kesepakatan dari lima, sebagian besar sudah berarti sudah bisa segera eksekusi,” jelasnya.

    Tambahan Kuota Impor BBM Tahun Depan

    Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memberikan sinyal penambahan kuota impor BBM untuk badan usaha SPBU pada 2026 hanya sebesar 10% atau sama dengan tambahan kuota tahun ini untuk setiap perusahaan. 

    Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengatakan, pihaknya saat ini masih membuka berbagai opsi dan masukan sebelum nantinya diputuskan terkait pemberian kuota impor BBM tersebut. 

    “Sampai saat ini, pikiran saya masih begitu, terkecuali kalau ada yang agak sedikit gimana-gimana, kita pikirkan lah ya,” kata Bahlil kepada wartawan di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (24/10/2025). 

    Dia pun menerangkan bahwa pemerintah memberikan kuota berdasarkan berbagai pertimbangan, termasuk regulasi dan neraca perdagangan. 

    Tahun ini, kuota impor yang diberikan kepada semua badan usaha, baik BUMN maupun swasta, diberikan 110% atau bertambah 10% dibandingkan dengan 2024. 

    Lebih lanjut, Bahlil menegaskan bahwa pemberian kuota impor BBM tahun depan akan diberlakukan sama bagi seluruh perusahaan. Namun, dia menegaskan bahwa perusahaan swasta juga memiliki kewajiban untuk menaati aturan pemerintah. 

    “Saya katakan bahwa pemerintah enggak boleh zalim pada pengusaha, tapi pengusaha juga jangan ngatur pemerintah,” imbuhnya

  • Shell-Vivo Cs Sudah Nego dengan Pertamina, Kapan Bensinnya Ada Lagi?

    Shell-Vivo Cs Sudah Nego dengan Pertamina, Kapan Bensinnya Ada Lagi?

    Jakarta

    Shell dkk rupanya sudah melakukan negosiasi dengan Pertamina di tengah kekosongan stok. Lantas kapan BBM-nya tersedia lagi?

    SPBU swasta disebut sudah melakukan negosiasi dengan Pertamina. Diketahui pada kesempatan sebelumnya, BP dan Vivo nyaris sepakat untuk membeli BBM dari Pertamina.

    Namun belakangan kesepakatan tersebut batal lantaran base fuelnya tak sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Base fuel yang hendak dibeli dari Pertamina itu mengandung etanol 3,5 persen. Sedangkan BP dan Vivo menginginkan base fuel tanpa campuran apapun.

    Sedangkan Shell justru belum melakukan negosiasi terkait dengan internal perusahaan. Terbaru, kabarnya seluruh SPBU swasta disebut sudah bernegosiasi dengan Pertamina.

    “Kalau informasi terakhir yang saya dapet dari Pertamina, semua sudah bernegosiasi. Kalau sebelumnya kan ada satu yang masih belum. Sekarang sudah semuanya bernegosiasi,” jelas Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Laode Sulaeman dikutip detikFinance.

    Meski sudah bernegosiasi, belum diketahui kesepakatannya akan seperti apa.

    “Tapi hasil akhirnya seperti apa nanti kita tunggu. Dia sampai dulu di SPBU-nya baru kita sampaikan,” lanjut dia.

    Laode sebelumnya menjelaskan bahwa ada perubahan mekanisme lelang dalam proses negosiasi. Lelang antara Pertamina dengan SPBU swasta itu tidak dilakukan serentak. Lelang itu akan dilakukan langsung antara Pertamina dan SPBU swasta.

    Diharapkan dengan adanya mekanisme lelang baru itu, BBM di SPBU swasta bisa tersedia pada akhir Oktober tahun ini.

    “Mungkin hari Jumat insyaallah itu sudah ada hasil yang lebih konkret. Pertamina secara private antara masing-masing Pertamina dengan badan swasta. (Akhir Oktober) Optimis, nanti kita tunggu saja,” pekan lalu.

    (dry/din)