Perusahaan: Shell

  • Kementerian ESDM memanggil SPBU swasta soal BBM impor belum dibeli

    Kementerian ESDM memanggil SPBU swasta soal BBM impor belum dibeli

    Ini kesepakatan tersebut saya akan dapatkan secara lengkap pada saat rapat nanti sore pukul 15.30 WIB.

    Jakarta (ANTARA) – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memanggil pengelola stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) swasta guna membahas terkait belum dilakukannya pembelian base fuel dari bahan bakar minyak (BBM) impor yang disediakan oleh Pertamina.

    Direktur Jenderal (Dirjen) Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Laode Sulaeman mengatakan pertemuan itu akan dilakukan hari Jumat ini di Kantor Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas) Kementerian ESDM sekitar pukul 15.30 WIB.

    “Di Kantor Migas, jadi mungkin kita tunggu saja nanti sore ya. Info yang lebih pasti lagi mengenai kesepakatan yang ada,” kata Laode ditemui di Kantor Kementerian ESDM, di Jakarta, Jumat siang.

    Di menyampaikan pihaknya akan bertemu dengan para pengusaha SPBU dalam rangka negosiasi menuju kesepakatan antarbadan usaha.

    “Ini kesepakatan tersebut saya akan dapatkan secara lengkap pada saat rapat nanti sore pukul 15.30 WIB,” ujarnya.

    Sebelumnya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyatakan SPBU swasta Shell, Vivo, British Petroleum (BP), dan Exxon Mobil menyetujui untuk membeli stok BBM tambahan dengan skema impor melalui Pertamina.

    Langkah tersebut untuk mengatasi kelangkaan BBM di sejumlah SPBU swasta, seperti Shell dan BP, yang telah terjadi sejak Agustus 2025.

    Menurut Bahlil, dari kesepakatan tersebut, SPBU swasta mengajukan beberapa syarat dalam skema impor tambahan BBM lewat kolaborasi dengan Pertamina, yaitu BBM yang dibeli merupakan BBM murni (base fuel) yang nantinya akan dilakukan pencampuran di tangki SPBU masing-masing.

    Akan tetapi, hingga saat ini, belum ada SPBU swasta yang membeli base fuel dari Pertamina.

    Pewarta: Muhammad Harianto
    Editor: Budisantoso Budiman
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Kepastian Shell, Vivo dan BP AKR Beli BBM Pertamina Diputuskan Sore Ini – Page 3

    Kepastian Shell, Vivo dan BP AKR Beli BBM Pertamina Diputuskan Sore Ini – Page 3

    Ia menyatakan bahwa sebelumnya PT Vivo Energy Indonesia (Vivo) telah sepakat untuk menyerap 40 ribu barel dari total 100 ribu barel BBM yang diimpor oleh Pertamina.

    Akan tetapi, kesepakatan itu tidak dapat dilanjutkan. “Vivo membatalkan untuk melanjutkan setelah setuju (membeli) 40 ribu barel (base fuel), akhirnya tidak disepakati lagi,” ujar Achmad Muchtasyar dikutip dari Antara, Kamis (2/10/2025).

    Menurut Achmad, keputusan mundurnya SPBU swasta ini disebabkan oleh temuan kandungan etanol yang mencapai sekitar 3,5 persen dalam hasil uji laboratorium terhadap base fuel impor tersebut. Hal ini menjadi faktor penting yang mempengaruhi keputusan mereka untuk tidak melanjutkan pembelian.

    Badan Usaha Swasta Keberatan

    Penemuan adanya kandungan etanol sebesar 3,5 persen dalam bahan bakar impor Pertamina menjadi momen penting dalam proses negosiasi bisnis ke bisnis (B2B) ini.

    Achmad Muchtasyar menyampaikan bahwa kandungan etanol tersebut menjadi alasan utama bagi SPBU swasta, termasuk Vivo dan BP-AKR, untuk membatalkan rencana pembelian mereka.

    “Ini (kandungan etanol) yang membuat teman-teman SPBU swasta tidak melanjutkan pembelian (base fuel), karena ada konten etanol tersebut,” ungkapnya.

     

  • Beli BBM dari Pertamina Enggak Haram, Dulu Pernah

    Beli BBM dari Pertamina Enggak Haram, Dulu Pernah

    Jakarta

    Shell menegaskan bukan hal haram untuk membeli BBM dari Pertamina. Pihaknya juga sudah pernah melakukannya, asalkan sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati.

    Shell belum mencapai kesepakatan untuk membeli BBM dari Pertamina. Sejatinya, Shell tidak masalah bila harus beli BBM dari Pertamina. Membeli BBM yang diimpor lewat Pertamina itu bagi Shell bukanlah hal haram yang harus dihindari. Presiden Director & Managing Director Mobility Shell Indonesia Ingrid Siburian menjelaskan, pihaknya terbuka untuk membeli BBM dari Pertamina. Asalkan, spesifikasi BBM itu sesuai dengan ketentuan yang disepakati kedua belah pihak.

    “Kami memberikan contoh bahwa mendapatkan barang dari lokal atau Pertamina itu bukan hal yang haram buat Shell atau hal yang tabu. Kami pernah melakukannya, jadi kami percaya ini masih perlu didiskusikan tapi itu bukan yang akan kami tolak sepanjang tiga aspek itu terpenuhi,” ungkap Ingrid.

    Shell saat ini sudah kehabisan stok bensin. Seluruh SPBU-nya di Indonesia sudah tak ada lagi yang menjual Shell Super, Shell V-Power, hingga Shell V-Power Nitro+.

    Sebelumnya, diketahui pada 19 September 2025, sejumlah SPBU swasta termasuk Shell sudah melakukan pertemuan dengan Menteri ESDM. Dari pertemuan itu disebutkan bahwa Pertamina ditugaskan untuk menyuplai BBM ke SPBU swasta dalam bentuk base fuel (tanpa additive dan pewarna). Selain itu, ada joint surveyor yang disetujui bersama antara Pertamina dan SPBU swasta saat loading dan discharge cargo di terminal untuk mengecek kualitas dan kuantitas.

    Selanjutnya, harga akan disusun sedemikian rupa supaya fair, tidak ada pihak yang dirugikan dan openbook bagi swasta maupun masyarakat. Atas ketentuan itu, Shell hingga saat ini belum bernegosiasi dengan Pertamina menyoal pembelian BBM tersebut. Namun Ingrid menyatakan pihaknya masih sangat terbuka untuk berdiskusi dengan Pertamina.

    Berbeda dengan Shell, BP dan Vivo justru nyaris membeli BBM dari Pertamina. Keduanya sempat sepakat untuk menyerap BBM yang diimpor Pertamina, namun pada akhirnya batal. Ini lantaran pada BBM tersebut ditemukan adanya kandungan etanol 3,5 persen. Sementara BP dan Vivo menginginkan BBM murni yang belum ada campuran sama sekali.

    “Hampir beli tapi ada beberapa hal teknis seperti speknya yang belum disepakati sehingga akhirnya dibatalkan,” ujar Direktur Vivo Energy Indonesia Leonard Mamahit.

    Senada dengan Vivo, BP juga menyebut batal membeli BBM Pertamina karena ada kandungan etanolnya. Sementara BBM yang digunakan SPBU BP tak menggunakan campuran etanol sama sekali.

    “Dari sisi mutu jawaban dari kami gini, mari kita ke proses yang sudah disepakati di tanggal 19 eptember, jadi kami mengirimkan pesifikasi kemudian itu ditender pada saat sebelum berangkat dari Singapura kami punya kesempatan untuk meng-assign independent surveyor supaya sama juga dengan Pertamina sama-sama memutuskan mutunya sesuai,” ujar Presiden Direktur BP-AKR Vanda Laura.

    (dry/din)

  • SPBU Swasta Batal Beli BBM Pertamina, Begini Reaksi Bahlil

    SPBU Swasta Batal Beli BBM Pertamina, Begini Reaksi Bahlil

    Jakarta

    Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, buka suara usai SPBU swasta seperti BP-AKR dan VIVO batal membeli bahan bakar minyak (BBM) dari PT Pertamina (Persero). Menurut dia, negosiasinya masih berlanjut hingga sekarang.

    Bahlil menegaskan, SPBU swasta masih menjalin komunikasi secara B to B (business to business) dengan Pertamina untuk pembelian BBM murni. Sehingga, peluangnya belum benar-benar tertutup.

    “B to B-nya silakan. Kami hanya memberikan guidance. Selebihnya diatur (secara B to B),” kata Bahlil saat ditemui di Gedung BPH Migas, Jakarta, dikutip dari CNBC Indonesia, Kamis (3/10).

    Ilustrasi SPBU swasta Foto: detikcom/Aulia Damayanti

    Namun yang pasti, Bahlil menegaskan, stok BBM dalam negeri dalam kondisi aman dan cukup hingga tiga pekan ke depan.

    Khusus untuk ketersediaan BBM pada SPBU swasta, dia memastikan, pemerintah sudah menambahkan kuota impor BBM sebesar 10 persenlebih tinggi dibandingkan kuota impor tahun lalu.

    “Jadi tidak ada alasan dan tidak ada satu persepsi bahwa BBM kita, ketersediaan kita menipis. Nggak ada. Sudah penuh. Semuanya ada. Kuota impornya pun kita sudah berikan sesuai dengan apa yang disampaikan sebelumnya,” ungkapnya.

    Alasan SPBU Swasta Batal Beli BBM Pertamina

    Diberitakan sebelumnya, Wakil Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Achmad Muchtasyar menjelaskan, VIVO dan BP-AKR sebelumnya telah sepakat membeli BBM murni dari Pertamina. Hanya saja, selang beberapa waktu, mereka tiba-tiba membatalkan rencana tersebut.

    Achmad mengungkap, alasan SPBU swasta membatalkan pembelian BBM karena base fuel Pertamina mengandung etanol 3,5%. Hal itu tidak sesuai dengan kriteria mereka. Padahal, menurut regulasi, kandungan etanol dalam BBM diperbolehkan hingga batas 20%.

    “Isu yang disampaikan kepada rekan-rekan SPBU ini, adalah mengenai konten. Kontennya itu ada kandungan etanol. Nah, dimana secara regulasi itu diperkenankan, etanol itu sampai jumlah tertentu kalau tidak salah sampai 20% etanol, kalau tidak salah. Sedangkan ada etanol 3,5%,” katanya saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi XII DPR RI.

    “Nah ini yang membuat kondisi teman-teman SPBU swasta untuk tidak melanjutkan pembelian karena ada konten etanol tersebut. Dimana konten itu sebetulnya masih masuk ambang yang diperkenankan oleh pemerintah,” tambahnya.

    Achmad memastikan, selain VIVO dan BP-AKR, pihaknya juga sempat melakukan negosiasi dengan Shell. Namun negosiasi tersebut tidak berjalan lancar. Menurutnya, negosiasi tak berlanjut karena birokrasi internal perusahaan.

    “Tidak bisa melakukan, meneruskan negosiasi ini, dikarenakan bahwa ada birokrasi internal yang harus ditempuh,” kata dia.

    (sfn/sfn)

  • Bensin Shell Habis Total!

    Bensin Shell Habis Total!

    Jakarta

    Tak ada lagi bensin Shell yang dijual. Stok BBM Shell habis total!

    Stok BBM Shell habis. Diakses pada laman Shell Indonesia per 3 Oktober 2025, stok Shell Super tak tersedia lagi. Tak cuma itu, Shell V-Power dan Shell V-Power Nitro+ juga tak tersedia.

    “Mohon maaf Shell Super tidak tersedia di SPBU Shell hingga waktu yang belum dapat dipastikan,” tulis Shell dalam laman tersebut.

    Sejatinya, kosongnya stok bensin di SPBU Shell sudah diprediksi sebelumnya. Presiden Director & Managing Director Mobility Shell Indonesia Ingrid Siburian saat menghadiri Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi XII DPR RI pada hari Rabu juga sudah mengatakan bahwa sisa stok bensin hanya tersisa di lima SPBU. Stok bensin Shell itu akan habis pada Kamis malam.

    “Jadi kami memang benar-benar mengalami stock out atau kelangkaan untuk BBM jenis bensin,” ungkap Ingrid.

    Shell sudah mengantisipasi hal tersebut sejak bulan Juni. Shell juga sudah mengajukan permohonan kuota impor tambahan mengingat adanya kenaikan permintaan. Namun dari Kementerian ESDM dijelaskan ada pembatasan kuota impor. SPBU swasta diminta untuk membeli BBM dari Pertamina. SPBU swasta itu menyanggupi asalkan Pertamina bisa menyediakan base fuel tanpa campuran apapun. Terkait hal itu, Ingrid menyebut pihaknya belum melakukan negosiasi dengan Pertamina. Namun, dia mengatakan Shell siap menyerap BBM dari Pertamina asalkan sesuai dengan ketentuan dari perusahaan.

    “Kami memberikan contoh bahwa mendapatkan barang dari lokal atau Pertamina itu bukan hal haram yang haram buat Shell atau hal yang tabu. Kami pernah melakukannya, jadi kami percaya ini masih perlu didiskusikan tapi itu bukan yang akan kami tolak sepanjang tiga aspek itu terpenuhi,” terang Ingrid.

    SPBU swasta lainnya yakni BP dan Vivo diketahui sempat sepakat untuk membeli BBM dari Pertamina. Namun kesepakatan itu batal karena ditemukan adanya kandungan etanol 3,5 persen pada base fuel yang didatangkan Pertamina.

    “Isu yang disampaikan rekan-rekan SPBU ini adalah mengenai konten, kontennya itu ada kandungan etanol dimana secara regulasi itu diperkenankan etanol dalam jumlah tertentu kalau tidak salah sampai 20 persen, nah sedangkan ada etanol 3,5 persen nah ini yang membuat kondisi temen-temen SPBU swasta untuk tidak melanjutkan pembelian karena konten etanol tersebut,” jelas Wakil Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Achmad Muchtasyar.

    (dry/din)

  • Bahlil Buka Suara soal Vivo-Shell Cs Batal Beli Base Fuel Pertamina

    Bahlil Buka Suara soal Vivo-Shell Cs Batal Beli Base Fuel Pertamina

    Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia akhirnya buka suara soal polemik SPBU swasta seperti Vivo, BP, dan Shell yang batal membeli bahan baku BBM atau base fuel dari Pertamina.

    Bahlil menegaskan bahwa pemerintah hanya menjadi penyambung bagi Pertamina dan badan usaha (BU) swasta penyalur BBM dalam memenuhi kebutuhan. Menurutnya, proses selanjutnya ditentukan melalui skema business to business (B2B).

    Namun, Bahlil mengungkapkan SPBU swasta masih memiliki kemungkinan  tetap membeli base fuel dari Pertamina, spesifikasi sudah cocok.

    “B2B-nya lagi dikomunikasikan. Saya kan udah katakan bahwa B2B-nya itu kolaborasi antara swasta dengan Pertamina. Ya, masih berjalan,” ucap Bahlil di Jakarta, Kamis (2/10/2025).

    Mantan Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) itu pun memastikan stok BBM di dalam negeri berada di level aman. Dia juga menekankan bahwa kuota impor tahun ini sudah diberikan kepada para pelaku usaha SPBU.

    Oleh karena itu, jika stok di SPBU swasta habis, pelaku usaha swasta itu bisa membeli di Pertamina. Sebab, Pertamina masih memiliki kuota impor yang belum dipergunakan.

    “Semuanya [ketersediaan BBM] ada. Kuota impornya pun kami sudah berikan sesuai dengan apa yang disampaikan sebelumnya,” ujar Bahlil

    SPBU Swasta Belum Sepakat 

    Sebelumnya, PT Pertamina Patra Niaga mengungkapkan alasan Vivo, Shell, dan BP yang tak berminat membeli bahan baku BBM atau base fuel dari perusahaan pelat merah tersebut.

    Wakil Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Achmad Muchtasyar menjelaskan, Vivo, Shell, dan BP mulanya berminat untuk membeli base fuel. Oleh karena itu pihaknya mendatangkan 100.000 barel base fuel khusus untuk SPBU swasta tersebut.

    Dia menyebut, Vivo bahkan mulanya sepakat membeli 40.000 barel pada 26 September 2025 lalu. Namun, di tengah jalan Vivo membatalkan dan tak melanjutkan transaksi.

    “Vivo membatalkan untuk melanjutkan. Setelah setuju [membeli] 40.000 barel, akhirnya tidak disepakati,” kata Achmad dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi XII DPR RI, Rabu (1/10/2025).

    Achmad menjelaskan, SPBU swasta itu membatalkan untuk melanjutkan pembelian base fuel lantaran masalah kandungan etanol. Menurutnya, terdapat kandungan 3,5% etanol dalam base fuel Pertamina.

    Dia menilai kandungan etanol itu sebenarnya masih dalam batas wajar. Sebab, toleransi kandungan etanol dalam base fuel adalah di bawah 20%.

    Namun, Achmad mengatakan SPBU swasta tidak berkenan meski kandungan etanol itu minim.

    “Ini yang membuat kondisi SPBU swasta untuk tidak melanjutkan pembelian karena ada konten etanol tersebut,” tutur Achmad.

    Menurutnya, alasan ini juga yang membuat BP melalui PT Aneka Petroindo Raya (APR) membatalkan minat membeli base fuel. APR adalah perusahaan joint venture atau patungan antara BP dan AKR Corporindo Tbk.

    Achmad menyebut, BP tak mau membeli base fuel karena ada kandungan etanol, meski sedikit.

    “APR akhirnya tidak juga, jadi tidak ada semua, isu yang disampaikan kepada rekan-rekan SPBU ini adalah mengenai konten. Kontennya itu ada kandungan etanol,” jelasnya.

    Sementara itu, Shell membatalkan minat membeli base fuel dari Pertamina lantaran ada urusan birokrasi internal.

    “Tidak bisa meneruskan negosiasi ini karena mengatakan bahwa ada birokrasi internal yang harus ditempuh,” ucap Achmad.

    Namun, Achmad menyebut para pihak pengusaha SPBU swasta itu akan kembali berminat membeli base fuel dari Pertamina. Dengan catatan, Pertamina bisa menyediakan base fuel secara murni tanpa kandungan etanol.

    “Tapi teman-teman SPBU swasta jika nanti di kargo selanjutnya siap berkoordinasi jika kontennya aman,” katanya.

  • ESDM Siapkan Mekanisme Baru Pengadaan BBM untuk SPBU Swasta

    ESDM Siapkan Mekanisme Baru Pengadaan BBM untuk SPBU Swasta

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah mengkaji mekanisme pengadaan BBM untuk pelaku usaha SPBU.

    Dirjen Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Laode Sulaiman memastikan skema baru itu bakal dibuat seideal mungkin. Hal ini dilakukan agar kejadiaan kehabisan stok BBM di SPBU swasta yang lebih cepat, tak terulang.

    “Kita akan siapkan suatu mekanisme yang pas. Sehingga nanti kedepannya kita tidak menghadapi kondisi-kondisi seperti sekarang,” ucap Laode di Jakarta, Kamis (2/10/2025).

    Kendati, Laode belum bisa membocorkan mekanisme seperti apa yang dia maksud. Dia hanya menyebut, pelaku usaha SPBU, khususnya swasta telah mengajukan kuota impor untuk 2026.

    Laode juga tak bisa membocorkan dulu berapa kuota yang diajukan itu. Namun, dia memberi sinyal bahwa kuota yang diminta lebih tinggi dibanding 2025.

    “Saya belum bisa bocorkan angkanya ya. Nanti saja. Tapi intinya kita akan bahas khusus untuk tahun 2026,” ucap Laode.

    Asal tahu saja, kuota impor BBM untuk SPBU swasta pada 2025, telah naik 10% dibanding 2024. Adapun secara volume anhka mencapai 776.248 kiloliter (KL).

    Adapun realisasi impor BBM badan usaha swasta saat ini sudah berada di atas 98%.

    Perinciannya, kuota impor BBM untuk Shell pada 2025 mencapai 329.704 KL untuk RON 92, 119.601 KL RON 95, dan 38.674 KL RON 98.

    Sementara untuk BP, kuota impor BBM mencapai 97.107 KL untuk RON 92 dan 11.863 KL untuk RON 95. Sedangkan kupat impor BBM Vivo mencapai 18.642 KL untuk RON 90, 60.857 KL RON 92, dan 7.302 KL RON 95.

  • ESDM sebut Pertamina serap BBM yang ditolak Vivo

    ESDM sebut Pertamina serap BBM yang ditolak Vivo

    Jakarta (ANTARA) – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan base fuel dari bahan bakar minyak (BBM) yang diimpor oleh Pertamina akan diserap sendiri, setelah ditolak oleh PT Vivo Energy Indonesia (Vivo) karena kandungan etanol.

    “Itu dipakai sendiri sama Pertamina,” ucap Direktur Jenderal (Dirjen) Minyak dan Gas Bumi (Migas) Laode Sulaeman usai menghadiri Peluncuran Logo Baru BPH Migas, Jakarta, Kamis.

    Vivo batal membeli base fuel bahan bakar minyak (BBM) dari Pertamina karena ada kandungan etanol sekitar 3,5 persen pada hasil uji lab base fuel yang diimpor oleh Pertamina.

    Padahal, sebelumnya Vivo sudah menyepakati untuk membeli base fuel dari Pertamina sebanyak 40 ribu barel (MB), dari 100 ribu barel yang sudah diimpor oleh perusahaan plat merah tersebut.

    Laode menyampaikan bahwa Pertamina sama sekali tidak mengalami kerugian dari pembatalan kesepakatan antara Pertamina dengan Vivo.

    “Tidak (ada kerugian),” kata Laode.

    Laode menjelaskan bahwa kandungan etanol dalam base fuel yang diimpor oleh Pertamina tidak melanggar spesifikasi yang diatur oleh pemerintah. Spesifikasi BBM yang diatur oleh Kementerian ESDM adalah research octane number (RON) atau angka oktan.

    Bahkan, lanjut Laode, kandungan etanol wajar ditemukan di bahan bakar ramah lingkungan (biofuel).

    Oleh karena itu, penolakan Vivo terhadap BBM yang diimpor oleh Pertamina karena Vivo memang memiliki spesifikasi khusus, bukan karena kualitas BBM Pertamina yang bermasalah.

    “Itu spek yang ada di mereka (Vivo) sendiri, tidak mau menggunakan (BBM) yang mengandung etanol. Tapi, bukan berarti (kandungan etanolnya) tidak berada di dalam toleransi, itu perbedaannya,” ujar Laode.

    Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan SPBU swasta Shell, Vivo, bp, dan Exxon Mobil menyetujui untuk membeli stok BBM tambahan dengan skema impor melalui Pertamina.

    Langkah tersebut untuk mengatasi kelangkaan BBM di sejumlah SPBU swasta, seperti Shell dan bp, yang telah terjadi sejak Agustus 2025.

    Menurut Bahlil, dari kesepakatan tersebut, SPBU swasta mengajukan beberapa syarat dalam skema impor tambahan BBM lewat kolaborasi dengan Pertamina, yaitu BBM yang dibeli merupakan BBM murni (base fuel) yang nantinya akan dilakukan pencampuran di tangki SPBU masing-masing.

    Akan tetapi, hingga saat ini, belum ada SPBU swasta yang membeli base fuel dari Pertamina.

    Pewarta: Putu Indah Savitri
    Editor: Biqwanto Situmorang
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Vivo & BP Batal Beli BBM dari Pertamina, Begini Respons Bahlil

    Vivo & BP Batal Beli BBM dari Pertamina, Begini Respons Bahlil

    Jakarta

    Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia buka suara terkait batalnya pembelian base fuel atau Bahan Bakar Minyak (BBM) dari Pertamina oleh PT Vivo Energy Indonesia (Vivo) dan APR (joint venture BP-AKR).

    Bahlil mengatakan pemerintah hanya menjadi penyambung bagi Pertamina dan badan usaha swasta penyalur BBM dalam memenuhi kebutuhan. Sementara proses selanjutnya diserahkan kepada sementara urusan bisnis murni diatur oleh masing-masing pihak.

    Ia mengatakan, saat ini proses business-to-business (B2B) antara Pertamina dan badan usaha swasta penyalur BBM masih berlangsung.

    “B2B-nya lagi dikomunikasikan. Saya kan udah katakan bahwa B2B-nya itu kolaborasi antara swasta dengan swasta. Ya, masih berjalan,” katanya di BPH Migas, Jakarta Selatan, Kamis (2/10/2025).

    Hingga hari ini, Shell Indonesia juga mengatakan masih membahas business-to-business (B2B) dengan Pertamina terkait pasokan impor base fuel. Hal ini dilakukan untuk agar BBM kembali tersedia di jaringan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Shell.

    President Director & Managing Director Mobility, Shell Indonesia Ingrid Siburian mengatakan pihaknya terus berkoordinasi dengan pemerintah terkait dan pemangku kepentingan lainnya untuk mempercepat ketersediaan BBM sesuai standar keselamatan operasional dan standar bahan bakar berkualitas tinggi Shell secara global.

    “Pembahasan business-to-business (B2B) terkait pasokan impor base fuel sedang berlangsung,” katanya kepada detikcom, Kamis (2/10/2025).

    BBM Belum Dibeli Swasta

    Sebelumnya, Wakil Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Achmad Muchtasyar menjelaskan pasokan base fuel atau BBM yang diimpor oleh Pertamina belum dibeli Badan Usaha (BU) swasta, baik dari Shell, APR (join venture BP-AKR) maupun dari Vivo.

    Achmad mengatakan, sebelumnya APR dan VIVO sepakat untuk membeli BBM murni dari Pertamina. Hanya saja selang beberapa waktu, VIVO dan BP-AKR membatalkan membeli BBM Pertamina.

    Achmad menyampaikan bahwa alasan kedua SPBU swasta tersebut membatalkan pembelian BBM karena base fuel Pertamina diketahui mengandung etanol 3,5%. Hal ini tidak sesuai dengan kriteria mereka.

    Padahal kata Achmad, menurut regulasi, kandungan etanol dalam BBM diperbolehkan hingga batas 20%.

    “Isu yang disampaikan kepada rekan-rekan SPBU ini, adalah mengenai konten. Kontennya itu ada kandungan etanol. Nah, di mana secara regulasi itu diperkenankan, etanol itu sampai jumlah tertentu kalau tidak salah sampai 20% etanol, kalau tidak salah. Sedangkan ada etanol 3,5%,” katanya saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi XII DPR RI, Rabu (1/10/2025).

    “Nah ini yang membuat kondisi teman-teman SPBU swasta untuk tidak melanjutkan pembelian karena ada konten etanol tersebut. Di mana konten itu sebetulnya masih masuk ambang yang diperkenankan oleh pemerintah,” tambahnya.

    Halaman 2 dari 2

    (ara/ara)

  • ini Alasan BP-Vivo Batal Beli BBM dari Pertamina – Page 3

    ini Alasan BP-Vivo Batal Beli BBM dari Pertamina – Page 3

    Penemuan adanya kandungan etanol sebesar 3,5 persen dalam bahan bakar impor Pertamina menjadi momen penting dalam proses negosiasi bisnis ke bisnis (B2B) ini.

    Achmad Muchtasyar menyampaikan bahwa kandungan etanol tersebut menjadi alasan utama bagi SPBU swasta, termasuk Vivo dan BP-AKR, untuk membatalkan rencana pembelian mereka.

    “Ini (kandungan etanol) yang membuat teman-teman SPBU swasta tidak melanjutkan pembelian (base fuel), karena ada konten etanol tersebut,” ungkapnya.

    Menarik untuk dicatat, Achmad juga menyoroti bahwa dari perspektif regulasi, keberadaan kandungan etanol tersebut sebenarnya masih dibolehkan. Ia mengacu pada peraturan yang dikeluarkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang menetapkan batas maksimal kandungan etanol di bawah 20 persen.

    Dengan kata lain, kadar 3,5 persen yang ada dalam bahan bakar tersebut masih jauh di bawah ambang batas yang diizinkan oleh pemerintah.

    Akibat dari keputusan pembatalan oleh Vivo dan BP-AKR, negosiasi B2B harus dimulai dari awal lagi. Sebanyak 100 ribu barel bahan bakar yang sudah diimpor oleh Pertamina dipastikan belum dapat dijual kepada SPBU swasta.

    Sebelumnya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia juga pernah menyatakan bahwa Shell, Vivo, BP, dan Exxon Mobil telah memberikan persetujuan untuk skema impor tambahan BBM melalui Pertamina.