Perusahaan: Shell

  • Fortuner-Pajero Sport Harusnya Tak ‘Minum’ Solar, Ini Jenis BBM yang Tepat

    Fortuner-Pajero Sport Harusnya Tak ‘Minum’ Solar, Ini Jenis BBM yang Tepat

    Jakarta

    Toyota Fortuner dan Pajero Sport tak dianjurkan untuk ‘minum’ solar. Lalu apa BBM yang cocok untuk kedua SUV bongsor itu?

    Setiap kendaraan punya spesifikasinya tersendiri. Terpenting urusan bahan bakar, harus disesuaikan dengan spesifikasi mesin kendaraan tersebut. Contohnya untuk SUV bongsor bermesin diesel sekelas Toyota Fortuner dan Mitsubishi Pajero Sport, jangan dikasih minum solar subsidi.

    Mengutip laman Instagram Pertamina, Fortuner versi diesel dan Pajero Sport sudah mengusung teknologi commonrail ataupun turbo diesel. Untuk Fortuner dan Pajero tahun 2015 ke atas yang disebut punya kompresi mesin di rentang 15:1 hingga 17:1 dianjurkan menggunakan BBM dengan angka cetane 53. Di SPBU Pertamina, bahan bakar dengan cetane 53 itu bisa ditemukan pada produk Pertamina Dex.

    Bahan Bakar yang Tepat untuk Fortuner Diesel dan Pajero Sport

    Mengutip buku panduan manual untuk Fortuner diesel dengan mesin 2GD-FTV berkapasitas 2.4L dan mesin 1GD-FTV berkapasitas 2.8L, dianjurkan menggunakan bahan bakar diesel yang digunakan mengandung 50 ppm atau kurang sulfur. Angka cetanenya 48 atau lebih tinggi.

    Untuk bahan bakar dengan angka cetane 48 dapat ditemui pada jenis Biosolar. Kendati demikian, kalau bicara kandungan sulfur masih terbilang cukup tinggi. Dalam catatan detikcom, kandungan sulfur dari maksimum biosolar B30 bisa mencapai 2.500 ppm. Sementara disebutkan bahwa kandungan sulfur untuk model Euro4 kandungan sulfurnya 50 ppm.

    Bahan bakar dengan kandungan sulfur 50 ppm itu bisa ditemui pada Pertamina Dex serta Shell V-Power Diesel.

    “Anda hanya harus menggunakan bahan bakar diesel yang mengandung 50 ppm atau kurang sulfur dengan cetane number dari 48 atau lebih tinggi,” begitu penjelasannya.

    Pajero Sport pun demikian. Ditelusuri detikOto dari buku panduan manual SUV bongsor tiga berlian itu disarankan menggunakan bahan bakar dengan angka cetane 51 atau lebih tinggi. Perlu diketahui juga bahan bakar tersebut harus memiliki kandungan sulfur kurang dari 50 ppm. “Penggunaan bahan bakar diesel dengan tipe yang lebih rendah dari yang direkomendasikan dapat berpengaruh buruk pada nilai emisi gas buang, serta kemampuan dan daya tahan mesin,” demikian tertulis pada buku panduan manual Pajero Sport.

    Bicara jenisnya, bahan bakar dengan angka cetane 51 ditemui pada varian Dexlite. Namun demikian sulfurnya masih tinggi yaitu maksimal 1.200 ppm. Dari Pertamina, untuk bahan bakar diesel juga ada Pertamina Dex. Pertamina Dex merupakan bahan bakar diesel dengan cetane number 53 dengan sulfur 50 ppm.

    Selain Pertamina, Shell juga memiliki bahan bakar diesel dengan kandungan sulfur rendah dan angka cetane setara 51. Bahan bakar itu adalah Shell V-Power Diesel.

    (dry/din)

  • Sidang Perdana Gugatan Bahlil soal Kelangkaan BBM di SPBU Swasta Digelar Hari Ini (8/10)

    Sidang Perdana Gugatan Bahlil soal Kelangkaan BBM di SPBU Swasta Digelar Hari Ini (8/10)

    Bisnis.com, JAKARTA – Sidang perdana gugatan terhadap Menteri ESDM Bahlil digelar di PN Jakarta Pusat pada hari ini, Rabu (8/10/2025). Gugatan tersebut terdaftar dengan nomor perkara 648/Pdt.G/2025/PN.

    Bahlil digugat oleh warga sipil bernama Tati Suryati. Selain Bahlil, PT Pertamina (Persero) dan  PT Shell Indonesia juga digugat. 

    Kuasa hukum Tati, Boyamin Saiman mengatakan sidang ini bertujuan untuk membenahi regulasi pemerintah yang terlalu bertele-tele mengenai kuota impor bagi SPBU Swasta.

    Sidang gugatan juga menuntut kerugian material maupun immaterial yang dirasakan oleh kliennya. Sebab, Tati mengalami kesulitan saat hendak mengisi BBM di SPBU Shell di sekitar BSD, Tangerang.

    Boyamin menyebut kliennya telah mengantongi bukti transaksi pembelian bensin di SPBU Shell.

    “Sebenarnya kalau memang kuotanya habis, dan kuota Pertamina masih banyak, ya sudah, kasih saja ke SPBU swasta. Tidak perlu ribet impor harus lewat Pertamina. Itu justru memperlambat dan memperpanjang birokrasi, sehingga yang terjadi malah makin molor,” ujar Boyamin di PN Jakarta Pusat, Rabu (8/10/2025).

    Dia menjelaskan pemerintah seharusnya melayani semua lapisan masyarakat, termasuk investor karena Indonesia menjadi negara yang banyak dituju untuk berinvestasi. Dia mengkhawatirkan kebijakan pembatasan impor berimbas terhadap ekosistem investasi, termasuk neraca dagang.

    Dia juga menyinggung mengenai pembatalan SPBU Swasta membeli fuel base dari Pertamina atau bensin murni yang belum dicampur pewarna atau zat lainnya. 

    Dia mengungkapkan penolakan itu disebabkan oleh adanya kandungan etanol. Meskipun kandungan etanol masih dalam batas aman, yakni di bawah 20%.

    “Jadi, gugatan ini hanya untuk membuka fakta-fakta agar semua pihak transparan. Tapi saya tetap menyalahkan pemerintah, karena gagal melakukan mitigasi. Sejak Juni atau Agustus masyarakat sudah teriak soal kelangkaan BBM, tapi tidak diantisipasi sampai sekarang,” katanya.

    Dalam catatan Bisnis, penggugat menaksir kerugian materiil selama dua minggu setara dengan dua kali pengisian BBM V-Power Nitro+ RON 98 dengan hitungan dua dikalikan Rp 560.820 menjadi senilai Rp1.161.240. 

    Selain itu, penggugat juga mengklaim mengalami kerugian immateriil karena merasa cemas dan was-was saat menggunakan BBM dengan jenis lain. 

    “Kerugian imateriil yang berpotensi dialami oleh penggugat adalah tidak lagi bisa menggunakan kendaraan tersebut selamanya, yang di mana nilai dari mobil tersebut adalah Rp500 juta,” ucap Boyamin, dikutip Rabu (8/10/2025).

    Oleh karena itu, Boyamin menerangkan bahwa kliennya menuntut agar ketiga tergugat dinyatakan melawan hukum dan mengganti kerugian materiil Rp1,16 juta serta immateriil Rp500 juta.

  • Video: Shell Belum Putuskan Beli BBM Pertamina

    Video: Shell Belum Putuskan Beli BBM Pertamina

    Jakarta, CNBC Indonesia – Shell Indonesia dan PT ExxonMobil Lubricants Indonesia belum memutuskan pembelian base fuel atau bahan bakar minyak murni dari Pertamina. Bahkan sejauh ini negosiasinya belum berlanjut

    Selengkapnya dalam program Autobizz CNBC Indonesia, Selasa (07/10/2025).

  • Pakar Energi Sebut Etanol 3,5% di Base Fuel Pertamina Tak Kurangi Kualitas BBM

    Pakar Energi Sebut Etanol 3,5% di Base Fuel Pertamina Tak Kurangi Kualitas BBM

    Jakarta

    Kekhawatiran SPBU swasta untuk membeli BBM dasar atau base fuel karena kandungan etanol ditepis para pakar energi. Kadar etanol base fuel Pertamina sebesar 3,5% justru dinilai aman dan sesuai standar internasional, bahkan membawa manfaat bagi lingkungan.

    Guru Besar Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung (ITB) Tri Yus Widjajanto mengatakan kandungan energi etanol memang lebih rendah dibandingkan dengan bensin, yakni rentang 26,8-29,7 megajoule per kilogram (MJ/kg), sedangkan bensin sekitar 40 MJ/kg. Kendati demikian hal tersebut tidak berpengaruh apapun terhadap mesin dan performa kendaraan.

    “Jadi kalau kandungan etanolnya hanya 3,5%, energi yang turun hanya sekitar 1%. Artinya daya mesin hanya berkurang sekitar 1%, dan itu tidak akan terasa. Di konsumsi bahan bakar tidak akan lebih boros, di tarikan (performa) kendaraan tetap enak aja, nggak akan terasa karena secara internasional, penurunan daya baru terasa kalau sudah mencapai 2% akan dirasakan oleh pengendara,” papar Tri dalam keterangannya, Selasa (7/10/2025).

    “Jadi kalau cuma 1 persen, tidak akan berpengaruh ke konsumsi bahan bakar maupun tarikan (performa) kendaraan,” lanjutnya menyimpulkan.

    Tri menjelaskan, etanol diketahui memiliki nilai research octane number (RON) tinggi, yakni sekitar 110-120. Alhasil, dengan penambahan etanol sebesar 3,5% ke dalam bensin, RON justru dapat meningkat sebesar 3,85-4,2 poin.

    Kandungan etanol ini dinilai Tri berada jauh di bawah ambang batas yang umum digunakan banyak negara. Di Amerika Serikat, misalnya, kadar etanol dalam bensin bisa mencapai 10%, sedangkan di Brazil bahkan mencapai 85%.

    “Bahkan Shell di Amerika pun menjual bensin yang dicampur etanol 10%, dan di sana baik-baik saja, tidak ada masalah dengan mesin kendaraan. Bahkan di Brazil kadar etanolnya sampai 85%, Australia juga sudah pakai,” jelas Tri.

    Dia menilai penolakan sejumlah operator SPBU swasta seperti Shell, BP-AKR dan Vivo terhadap base fuel Pertamina terlalu berlebihan. “Saya melihat ini lebih ke isu yang digunakan untuk menekan pemerintah agar mengeluarkan lagi kuota impor mereka,” ujarnya.

    Senada dengan Tri, Dosen Jurusan Rekayasa Minyak dan Gas Institut Teknologi Sumatera (ITERA) Muhammad Rifqi Dwi Septian mengatakan penggunaan etanol dalam bahan bakar justru membawa dampak positif bagi kualitas udara.

    “Etanol memiliki kandungan oksigen yang tinggi, sehingga pembakarannya lebih sempurna. Itu membuat kadar karbon monoksida dan hidrokarbon tidak terbakar bisa berkurang, artinya lebih ramah lingkungan,” kata Rifqi menambahkan.

    Dia menambahkan, etanol juga dapat meningkatkan angka oktan atau Research Octane Number (RON) bahan bakar menjadi lebih tinggi, di kisaran 108-113.

    “Semakin tinggi oktan, semakin efisien proses pembakaran di mesin. Ini justru bagus untuk performa kendaraan,” ujar Rifqi.

    Rifqi menilai kekhawatiran soal etanol yang disebut bisa menyebabkan karat atau kerusakan pada mesin cenderung berlebihan. Baginya, etanol adalah senyawa kimia yang juga dikenal dengan sebutan etil alkohol atau alkohol yang diperoleh dari hasil fermentasi bahan nabati seperti tebu, jagung, atau singkong, yang kemudian dicampurkan ke dalam BBM sebagai aditif.

    Di Indonesia, penambahan etanol pada BBM dilakukan dalam rangka mendukung program energi terbarukan dan ramah lingkungan yang dicanangkan pemerintah.

    Etanol digunakan untuk meningkatkan angka oktan (RON) pada BBM, sehingga kualitas pembakaran di mesin kendaraan menjadi lebih baik dan emisi gas buang bisa ditekan. Amerika Serikat dan Brazil jadi contoh negara yang sukses menerapkan etanol sebagai bagian pada komponen yang wajib ada di dalam campuran bahan bakar mesin mereka.

    (hal/kil)

  • Stok BBM SPBU Swasta Kosong Bikin Investor Ogah Tanam Modal? Ini Kata BKPM

    Stok BBM SPBU Swasta Kosong Bikin Investor Ogah Tanam Modal? Ini Kata BKPM

    Jakarta

    Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM bicara dampak kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di SPBU swasta ke iklim investasi. Hal ini bisa berdampak ke investasi seperti di pasar modal.

    “Tapi kalau ditanya pengaruhnya terhadap investasi jangka pendek, misalnya di bursa, mungkin saja ada pengaruhnya, karena biasanya di bursa itu kan responsnya terhadap pasar jangka pendek,” kata Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Nurul Ichwan usai acara International & Indonesia CCS Forum 2025 di Jakarta, Selasa (7/10/2025).

    Nurul menambahkan, kelangkaan BBM di SPBU swasta tidak akan mempengaruhi investasi jangka panjang.

    “Tetapi kalau kemudian ini sudah melalui fase yang clear, ada check and balance-nya, baik dari pihak pemerintah, BUMN maupun juga dari pihak swasta, biasanya dari situ nanti mulai kelihatan. Artinya, apakah ini dalam investasi jangka panjang, khususnya di investasi langsung berpengaruh atau tidak. Saya yakin investor menanti hasilnya dari ini,” katanya.

    BBM di SPBU Swasta Kosong

    Sebagai informasi, sejak akhir Agustus 2025, kekosongan pasokan BBM jenis bensin terjadi sejumlah di SPBU swasta, di antaranya SPBU Shell dan BP-AKR. Kekosongan ini sudah terjadi dua kali dalam satu tahun ini.

    Berdasarkan catatan detikcom, kekosongan pasokan BBM di SPBU Shell dan BP-AKR terjadi pada awal 2025, sekitar akhir Januari dan awal Februari. Penyebab kekosongan stok itu diklaim akibat kendala pengadaan BBM ke sejumlah SPBU.

    Untuk mengatasi kekosongan tersebut, Kementerian ESDM mendorong SPBU swasta untuk membeli base fuel atau BBM murni dari Pertamina. Namun hingga saat ini, belum ada kepastian dari SPBU swasta untuk membeli BBM dari Pertamina. Prosesnya saat ini masih dalam negosiasi.

    (ara/ara)

  • Shell Belum Putuskan Beli BBM Pertamina, Masih Tunggu Restu Pusat

    Shell Belum Putuskan Beli BBM Pertamina, Masih Tunggu Restu Pusat

    Jakarta

    Shell Indonesia dan PT ExxonMobil Lubricants Indonesia belum memutuskan pembelian base fuel atau bahan bakar minyak (BBM) murni dari Pertamina. Bahkan, sejauh ini, negosiasinya belum berlanjut.

    Pj. Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Roberth MV Dumatubun mengungkap alasan Shell Indonesia belum memutuskan pembelian base fuel dari Pertamina. Menurutnya, mereka masih menunggu ‘restu’ dari kantor pusat soal pemenuhan compliance vendor.

    “Dan Exxon akan berdiskusi untuk kebutuhan November karena masih memiliki stok BBM,” ujar Roberth MV kepada detikcom, dikutip Selasa (7/10).

    SPBU Shell masih kosong. Foto: Grandyos Zafna

    Meski demikian, Roberth mengklaim, SPBU swasta lain seperti VIVO dan APR-AKR telah setuju untuk melanjutkan pembahasan teknis terkait pembelian base fuel dari Pertamina. APR merupakan perusahaan patungan antara BP dan PT AKR Corporindo Tbk.

    Dia menegaskan, jika seluruh prosesnya lancar dan tanpa hambatan berarti, maka pengiriman kargo base fuel kemungkinan besar akan dilakukan mulai akhir bulan ini.

    “VIVO, APR, dan AKR sudah sepakat untuk menindaklanjuti pembicaraan lebih teknis dan tindak lanjut tahap selanjutnya,” kata dia.

    Pembahasan Lanjutan

    Disitat dari detikFinance, Roberth menjelaskan pembahasan lanjutan tersebut berupa adanya dokumen pernyataan kepatuhan terhadap prinsip tata kelola yang baik atau Good Corporate Governance, termasuk pernyataan anti monopoli, anti pencucian uang, dan anti suap.

    Setelah itu, VIVO dan BP menyampaikan kebutuhan komoditi yang dibutuhkan dan melakukan pembahasan kesepakatan terkait spesifikasi produk, key terms, dan general terms and conditions.

    Di saat bersamaan, Pertamina akan menyampaikan kembali spesifikasi produk yang dapat memenuhi requirement semua BU dan key term termasuk join surveyor untuk dikonfirmasi oleh BU swasta terkait.

    ⁠”Apabila BU Swasta setuju, maka akan dilaksanakan proses pengadaan komoditi tersebut. ⁠Selanjutnya pemenang pengadaan akan disampaikan kepada BU Swasta dalam lingkup penyedia kargo, best price dan volume kargo,” kata dia.

    (sfn/rgr)

  • Tere Liye Kritik Keras Kebijakan Impor BBM Satu Pintu: Dungu Tak Bertepi

    Tere Liye Kritik Keras Kebijakan Impor BBM Satu Pintu: Dungu Tak Bertepi

    FAJAR.CO.ID,JAKARTA — Penulis novel, Tere Liye mengkritik keras kebijakan impor Bahan Bakar Minyak (BBM) satu pintu. Menurutnya, itu kebijakan yang dungu.

    Pasalnya, kebijakan tersebut dianggap berdampak ke sejumlah hal. Seperti habisnya stok bensin di seluruh Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Shell.

    “Kasus habisnya stok BBM di SPBU swasta ini adalah bukti: pemerintah memang tidak mau Indonesia ini maju, atau kemungkinan lain, mereka dungu tak bertepi,” tulisnya dikutip akun Instagram, Selasa (7/10/2025).

    Dia lalu memaparkan sejumlah alasan mengapa menilai kebijakan tersebut dungu. Bahkan dia membuka diri argumentasinya dibantah.

    “Akan saya jelaskan dengan argumen-argumen, buat kalian yang mau bantah, maka bantahlah argumen saya dengan dalil setara,” terangnya.

    Dia bilang BBM yang dijual oleh SPBU swasta adalah produk non subsidi. Sehingga mestinya pemerintah tidak dirugikan sama sekali.

    “Malah untung, bisa mungut pajak,” ujarnya.

    Jika pemerintah tidak suka ada SPBU swasta, sarannya maka tutup saja semuanya. Bukannya mengizinkan, tapi membatasi impornya.

    “Kamu bikin impor satu pintu? Hanya bisa lewat Pertamina? Maka disinilah kegagalan terbesar argumen pemerintah. Jika pada akhirnya produk ini sama-sama impor, maka ngapain dipaksa satu pintu? Aneh sekali logika ini,” paparnya.

    Dia juga mengungkit kasus korupsi kuota impor. Mulai gula, sampai daging sapi/

    “Rebutan kuota, ngakalin alokasi kuota, suap kuota. Inilah sumber penyakit impor di Indonesia. Sejak dulu, kuota ini sengaja dibuat pemerintah buat jadi bancakan. Itu tuh fakta!”

  • Ekonom: Krisis BBM di Shell, BP, Vivo Rugikan Konsumen dan Ekonomi Lokal

    Ekonom: Krisis BBM di Shell, BP, Vivo Rugikan Konsumen dan Ekonomi Lokal

    Bisnis.com, JAKARTA — Stok BBM di SPBU swasta seperti Shell, BP, dan Vivo masih kosong imbas pasokan habis. Pengamat menilai hal ini turut merugikan konsumen.

    Ekonom Senior di Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Muhammad Ishak Razak mengatakan, kelangkaan BBM di SPBU swasta itu membuat konsumen hanya bisa membeli bensin dari Pertamina. Terlebih, para pelanggan kehilangan opsi layanan yang kompetitif.

    “Jelas merugikan konsumen di mana para pelanggan yang telah percaya kepada SPBU swasta tersebut harus menghadapi antrean panjang, biaya tambahan, hilangnya opsi layanan yang kompetitif selain Pertamina,” ucap Ishak kepada Bisnis, Senin (6/10/2025).

    Dia menjelaskan, dari perspektif ekonomi, ketidakpastian pasokan dan regulasi dapat memicu pemutusan hubungan kerja (PHK) SPBU swasta dan ekosistem bisnis yang telah terbentuk. Di sisi lain, hal ini juga dapat menurunkan kepercayaan terhadap investasi bisnis di Indonesia.

    “Jika tidak segera diatasi, situasi ini memperburuk ekonomi lokal dan daya tarik investasi energi,” imbuh Ishak.

    Lebih lanjut, Ishak menyebut bahwa kehadiran SPBU swasta ini cukup strategis bagi Pertamina. Sebab, mereka merupakan kompetitor penting untuk mendorong Pertamina meningkatkan kinerja dan kualitas produk.

    “Apalagi, Pertamina selama ini sering dicap negatif karena isu distribusi, pelayanan, dan ketidakstabilan pasokan khususnya di daerah,” katanya.

    Sebelumnya, kelangkaan stok BBM di SPBU swasta seperti Shell, BP, hingga Vivo masih menjadi polemik. Bahkan, stok bensin di SPBU Shell habis total. Sementara itu, stok BBM di SPBU BP dan Vivo diproyeksi habis total pada Oktober ini.

    Adapun, terkait kelangkaan stok BBM di SPBU swasta ini, pemerintah melalui Kementerian ESDM memberi solusi dengan meminta mereka membeli BBM base fuel dari Pertamina. Pasalnya, Pertamina masih memiliki kuota impor BBM yang belum terpakai.

    Apalagi, SPBU swasta sudah tak diberikan tambahan impor lantaran pemerintah telah memberikan tambahan kuota 2025 kepada SPBU swasta sebesar 10% dibandingkan realisasi tahun sebelumnya. Dengan begitu, kuota impor BBM SPBU swasta pada tahun ini mencapai 110%.

    Di sisi lain, pihak SPBU swasta termasuk BP belum sepakat membeli base fuel dari Pertamina. Hal ini terjadi lantaran base fuel itu mengandung etanol yang mencapai 3,5%.

  • Stok BBM SPBU Swasta Langka, YLKI Minta Pemerintah Pastikan Hak Konsumen Terpenuhi

    Stok BBM SPBU Swasta Langka, YLKI Minta Pemerintah Pastikan Hak Konsumen Terpenuhi

    Bisnis.com, JAKARTA — Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengingatkan bahwa konsumen berhak untuk mendapat BBM dengan kualitas dan kuantitas sesuai standar.

    Hal ini merespons polemik kelangkaan BBM di SPBU swasta seperti Shell, BP, hingga Vivo. Bahkan, stok bensin di SPBU Shell habis total. Sementara itu, stok BBM di SPBU BP dan Vivo diproyeksi habis total pada Oktober ini.

    Sekretaris Eksekutif YLKI Rio Priambodo mengatakan, pada dasarnya, konsumen tidak mau tahu mengenai proses bisnis di belakangnya. Dia menekankan hal terpenting bagi konsumen adalah ketersediaan dan keterjangkauan. Oleh karena itu, pemerintah sebagai regulator maupun penengah harus memegang prinsip tersebut.

    “Kami sebagai konsumen juga berhak BBM yang standar baik secara kualitas maupun kuantitas. Lagi-lagi, pemerintah yang harus memastikan itu agar semua BBM yang dibeli konsumen memenuhi standar,” ucap Rio kepada Bisnis, Senin (6/10/2025).

    Dia mengatakan, tahun ini harus menjadi pelajaran betul bagi pemerintah bahwa ada dua persoalan. Pertama, soal gonjang-ganjing kualitas BBM Pertamax. Kedua, kekosongan stok BBM di SPBU swasta. 

    YLKI pun meminta pemerintah membenahi tata kelola BBM dari hulu hingga hilir agar hak konsumen tidak dikorbankan dan kepercayaan konsumen tergerus.

    Rio juga menuturkan, persoalan BBM berada di ranah legal policy dan wisdom policy. Karena itu, habisnya stok BBM SPBU swasta karena kuota impor yang telah terpakai merupakan komitmen legal policy pemerintah dengan SPBU swasta. 

    “Tapi mengisi kekosongan SPBU swasta menjadi wisdom policy pemerintah karena memperhatikan aspek ekonomi dan ketenagakerjaan,” imbuh Rio.

    Untuk mengatasi ini, YLKI mendorong pendekatan wisdom policy pemerintah. Pendekatan wisdom policy diharapkan menjadi win-win solution bagi pemerintah dan swasta demi keberlanjutan konsumen.

    Rio menambahkan bahwa habisnya stok BBM pemerintah padahal belum akhir tahun menandakan pemerintah lost control mengenai penjualan BBM oleh swasta. 

    “Ke depan pemerintah harus kontrol stok SPBU swasta secara periodik dan memberikan alarm jika stok sudah menipis,” ucapnya.

    Adapun, terkait kelangkaan stok BBM di SPBU swasta ini, pemerintah melalui Kementerian ESDM memberi solusi dengan meminta mereka membeli BBM base fuel dari Pertamina. Pasalnya, Pertamina masih memiliki kuota impor BBM yang belum terpakai.

    Apalagi, SPBU swasta sudah tak diberikan tambahan impor lantaran pemerintah telah memberikan tambahan kuota 2025 kepada SPBU swasta sebesar 10% dibandingkan realisasi tahun sebelumnya. Dengan begitu, kuota impor BBM SPBU swasta pada tahun ini mencapai 110%.

    Di sisi lain, pihak SPBU swasta termasuk BP belum sepakat membeli base fuel dari Pertamina. Hal ini terjadi lantaran base fuel itu mengandung etanol yang mencapai 3,5%.

  • Pegawai SPBU Shell Curhat Jam Kerja Dipotong, Begini Reaksi Anies Baswedan

    Pegawai SPBU Shell Curhat Jam Kerja Dipotong, Begini Reaksi Anies Baswedan

    Jakarta

    Mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, membagikan momen saat mengunjungi SPBU Shell di TB Simatupang, Jakarta Selatan. Pada kesempatan itu, dia berbincang dengan salah satu petugas mengenai kondisi para pegawai usai stok BBM kosong.

    Petugas yang bernama Fikri itu kemudian menceritakan kondisi rekan-rekannya semenjak stok BBM Shell kosong. Menurutnya, jam kerja pegawai dikurangi dari yang semula 22 hari/bulan menjadi hanya 15 hari/bulan. Selain itu, mereka juga mulai ‘alih tugas’ berjualan makanan dan minuman.

    “Karyawan itu (dampaknya) pengurangan hari kerja, ada penyesuaian. Jadi ada jam kerja dan jumlah hari kerja dibatasi, misal 22 hari jadi 15 hari kerja (sebulan). Kita sekarang fokus ke food. Jualan kopi dan makanan gitu,” tutur Fikri kepada Anies, dikutip dari akun Instagram @aniesbaswedan, Senin (6/10).

    Anies Baswedan di SPBU Shell. Foto: Doc. Anies Baswedan

    “Dampaknya pengurangan hari kerja, pendapatan juga kurang begitu. Harapannya cepat kembali lagi, bensin Shell ada lagi. Harapannya cepat normal, biar teman-teman bisa kerja normal lagi,” tambahnya.

    Mendengar kalimat tersebut, Anies menunjukkan ekspresi iba. Dia berharap, situasinya bisa kembali normal. Sebab, dengan demikian, seluruh karyawan SPBU Shell bisa kembali kerja seperti biasa.

    “Mudah-mudahan segera pulih dah, biar semua bisa kerja lagi normal. Kompetisi bisa berjalan dengan baik, semua yang kerja di sini bisa dapat penghasilan seperti biasa,” demikian respons Anies Baswedan.

    Sebagai catatan, hingga berita ini dimuat, Senin (6/10), seluruh SPBU Shell di Indonesia masih kehabisan stok BBM. Disitat dari laman resmi Shell Indonesia, bukan hanya Shell Super, stok Shell V-Power dan V-Power Nitro+ juga tak tersedia.

    “Mohon maaf Shell Super tidak tersedia di SPBU Shell hingga waktu yang belum dapat dipastikan,” demikian tulis Shell dalam laman tersebut.

    (sfn/rgr)