Perusahaan: Reuters

  • Gedung Putih Yakin Hamas Segera Bebaskan Sandera Asal AS

    Gedung Putih Yakin Hamas Segera Bebaskan Sandera Asal AS

    Jakarta, CNN Indonesia

    Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Jake Sullivan, optimistis sandera asal Amerika Serikat akan dibebaskan oleh Hamas hari ini, Minggu (26/11).

    “Kami memiliki alasan untuk percaya bahwa salah satu warga AS tersebut akan dibebaskan hari ini,” kata Sullivan, Minggu (26/11).

    Kendati begitu, Sullivan menolak memberikan identitas sandera yang mungkin akan dibebaskan oleh Hamas. Ketika ditanya kemungkinan sandera yang akan dibebaskan adalah seorang anak perempuan berusia empat tahun yang orang tuanya terbunuh, ia mengatakan “Kami tahu siapa dia, tapi saya tidak bisa memastikannya.”

    Israel dan Hamas sepakat saling menukar 50 sandera yang ditahan militan Palestina itu dengan 150 tawanan di penjara-penjara Israel selama periode gencatan senjata empat hari.

    Mengutip Reuters, sejauh ini Hamas telah membebaskan 26 warga Israel dan empat warga Thailand yang disandera. Sementara, Israel telah membebaskan 78 warga Palestina.

    Mesir, yang membantu memediasi kesepakatan tersebut, mengatakan bahwa mereka telah menerima daftar 13 warga Israel dan 39 warga Palestina yang dijadwalkan untuk pembebasan ketiga pada hari Minggu.

    Ini merupakan gencatan senjata pertama dalam konflik tersebut sejak para pejuang Hamas melakukan serangan di Israel selatan pada 7 Oktober, menewaskan 1.200 orang dan menyandera sekitar 240 orang.

    Menanggapi serangan tersebut, Israel bersumpah untuk menghancurkan militan Hamas yang menguasai Gaza, membombardir daerah kantong tersebut dan melancarkan serangan darat di bagian utara.

    Akibat bombardir Israel, otoritas kesehatan Palestina mengatakan sekitar 14.800 orang tewas dan sekitar 40 persen di antaranya adalah anak-anak.

    (Reuters/dmi)

    [Gambas:Video CNN]

  • Hamas Kembali Bebaskan 13 Sandera Israel, 7 di Antaranya Anak-anak

    Hamas Kembali Bebaskan 13 Sandera Israel, 7 di Antaranya Anak-anak

    Jakarta, CNN Indonesia

    Kementerian Luar Negeri Qatar mengatakan milisi Hamas sudah melepaskan 13 sandera asal Israel dan empat warga asing, Sabtu malam (25/11) waktu setempat, setelah sempat terjadi penundaan.

    Kesepakatan pembebasan sandera kembali ke jalurnya setelah penundaan sementara karena perselisihan tentang pasokan bantuan ke utara Gaza.

    “13 warga Israel dan empat warga asing diterima oleh ICRC dan sedang dalam perjalanan menuju Rafah,” ujar juru bicara kementerian luar negeri Qatar, Majed Al Ansari, dalam sebuah pernyataan di media sosial X, yang sebelumnya dikenal dengan nama Twitter.

    Gambar-gambar TV menunjukkan kendaraan Palang Merah di penyeberangan Rafah antara Gaza dan Mesir.

    Seorang pejabat Palestina yang mengetahui diplomasi tersebut mengatakan Hamas akan melanjutkan gencatan senjata selama empat hari yang telah disepakati dengan Israel, yang merupakan jeda pertama dalam pertempuran selama tujuh minggu.

    Al Ansari sebelumnya mengatakan penundaan singkat dan hambatan pembebasan sandera telah diatasi melalui kontak Qatar-Mesir dengan kedua belah pihak, dan menambahkan bahwa 39 warga sipil Palestina akan dibebaskan sebagai gantinya.

    Al Ansari mengatakan 13 sandera Israel yang dibebaskan itu, tujuh di antaranya adalah anak-anak dan enam lainnya perempuan. Sementara warga Palestina yang akan dibebaskan dari penjara Israel terdiri dari 33 anak-anak dan enam perempuan.

    Presiden AS Joe Biden sebelumnya juga sudah berbicara dengan Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani mengenai penundaan kesepakatan pembebasan sandera, ujar Adrienne Watson, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih. Sekitar 3,5 jam setelah panggilan telepon mereka, Gedung Putih mendapat kabar dari pihak Qatar bahwa kesepakatan telah kembali berjalan dan Komite Palang Merah Internasional (ICRC) bergerak untuk mengumpulkan para sandera, tambah Watson.

    Sayap bersenjata Hamas sebelumnya mengatakan bahwa mereka menunda pembebasan sandera putaran kedua yang dijadwalkan pada hari Sabtu hingga Israel memenuhi semua persyaratan gencatan senjata, termasuk berkomitmen untuk mengizinkan truk-truk bantuan masuk ke Gaza utara.

    Juru bicara Hamas Osama Hamdan mengatakan hanya 65 dari 340 truk bantuan yang telah memasuki Gaza sejak Jumat yang telah mencapai Gaza utara, yang merupakan “kurang dari setengah dari yang disepakati Israel.”

    Brigade Al-Qassam juga mengatakan bahwa Israel telah gagal untuk menghormati persyaratan pembebasan tahanan Palestina. Qadura Fares, komisaris Palestina untuk tahanan, mengatakan Israel tidak membebaskan tahanan berdasarkan senioritas, seperti yang diharapkan.

    Menteri Pertanian Avi Dichter, anggota kabinet keamanan Israel, mengatakan kepada Channel 13 News bahwa Israel “mematuhi kesepakatan” dengan Hamas yang dimediasi oleh Qatar.

    Israel mengatakan bahwa 50 truk berisi makanan, air, perlengkapan tempat tinggal dan pasokan medis telah dikirim ke Gaza utara di bawah pengawasan PBB, yang merupakan pengiriman bantuan signifikan pertama ke sana sejak dimulainya perang.

    Perselisihan singkat mengenai gencatan senjata ini menimbulkan kekhawatiran akan kelancaran pelaksanaan kesepakatan pembebasan sandera setelah 13 wanita dan anak-anak Israel dibebaskan oleh Hamas pada hari Jumat. Sebanyak 39 wanita dan remaja Palestina dibebaskan dari penjara Israel.

    Juru bicara militer Israel Olivier Rafowicz mengatakan kepada televisi Prancis bahwa Israel sangat menghormati ketentuan gencatan senjata, dan mengatakan bahwa militer tidak melakukan serangan atau operasi ofensif di Gaza pada hari Sabtu.

    (Reuters/dmi)

    [Gambas:Video CNN]

  • Nyaris 100 Orang Tewas Akibat Banjir di Somalia

    Nyaris 100 Orang Tewas Akibat Banjir di Somalia

    Jakarta, CNN Indonesia

    Jumlah korban tewas akibat banjir yang disebabkan oleh hujan lebat di Somalia bertambah menjadi 96 orang pada Sabtu (25/11).

    “Jumlah korban tewas akibat banjir di Somalia naik menjadi 96 orang,” kata kantor berita negara SONNA dalam sebuah postingan di X (sebelumnya bernama Twitter), dan menambahkan bahwa angka tersebut telah dikonfirmasi oleh Mahamuud Moallim, kepala badan penanggulangan bencana di negara tersebut.

    Seperti halnya wilayah timur Afrika lainnya, Somalia telah dilanda hujan lebat tanpa henti yang dimulai pada bulan Oktober. Hujan lebat tanpa henti itu disebabkan oleh fenomena cuaca El Nino dan Indian Ocean Dipole, mengutip Reuters.

    Keduanya merupakan pola iklim yang berdampak pada suhu permukaan laut dan menyebabkan curah hujan di atas rata-rata.

    Banjir ini digambarkan sebagai yang terburuk dalam beberapa dekade terakhir dan telah menyebabkan sekitar 700.000 orang mengungsi, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

    Hujan deras telah menyebabkan banjir yang meluas di seluruh negeri, memicu pengungsian dan memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah ada akibat pemberontakan selama bertahun-tahun.

    Di negara tetangga, Kenya, banjir sejauh ini telah menewaskan 76 orang, menurut Palang Merah Kenya, dan juga menyebabkan pengungsian yang meluas, hancurnya jalan dan jembatan serta menyebabkan banyak penduduk tanpa tempat tinggal, persediaan air dan makanan, menurut badan amal Médecins Sans Frontières (MSF).

    (Reuters/dmi)

    [Gambas:Video CNN]

  • Israel Disebut Bakal Kembali Serang Gaza Jika Sandera Tak Dibebaskan

    Israel Disebut Bakal Kembali Serang Gaza Jika Sandera Tak Dibebaskan

    Jakarta, CNN Indonesia

    Militer Israel dilaporkan akan kembali bombardir Gaza jika Hamas tidak membebaskan para tawanan pada tengah malam waktu Israel.

    “Ini dilaporkan oleh media Israel dan tidak ada yang secara resmi dikonfirmasi,” kata Sara Khairat, jurnalis Al Jazeera, melaporkan dari Yerusalem, Sabtu (25/11).

    “Media Israel melaporkan sumber-sumber diplomatik bahwa Israel tidak melanggar perjanjian, bertentangan dengan apa yang dikatakan Brigade Al Qassam. Mereka mengutip pejabat keamanan yang mengatakan bahwa jika para tawanan tidak dibebaskan pada tengah malam, kami akan kembali melakukan operasi di jalur tersebut.”

    Gideon Levy, kolumnis Haaretz, mengatakan jika gencatan senjata gagal, hal itu akan menjadi “hal yang mengerikan bagi para keluarga: keluarga para sandera Israel dan keluarga para tawanan Palestina”.

    “Jangan lupa bahwa ada puluhan keluarga Palestina yang sedang menunggu orang-orang yang mereka cintai,” katanya, mengutip Al Jazeera.

    Sebelumnya, Brigade Al Qassam, kelompok sayap militer Hamas memutuskan menunda pembebasan sandera tahap kedua yang sedianya dijadwalkan Sabtu (25/11) sampai Israel berkomitmen mengizinkan truk-truk bantuan masuk ke Gaza utara.

    Brigade Al-Qassam mengatakan pembebasan sandera akan ditunda jika Israel tidak mematuhi persyaratan yang telah disepakati untuk membebaskan orang-orang Palestina yang ditahan.

    Seorang juru bicara militer Israel sebelumnya mengatakan bahwa kecuali ada perubahan di menit-menit terakhir, 13 sandera Israel diperkirakan akan dibebaskan. Dia mengatakan 39 tawanan Palestina akan dibebaskan sebagai imbalannya, mengutip Reuters.

    Di bawah kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas, yang dimediasi oleh Qatar, sebanyak 50 sandera akan ditukar dengan 150 tawanan Palestina, beberapa di antaranya dihukum karena tuduhan senjata dan pelanggaran kekerasan, selama empat hari.

    Dalam pertukaran pertama pada hari Jumat, 13 wanita dan anak-anak Israel yang ditangkap oleh pejuang Hamas dalam sebuah serangan di Israel pada 7 Oktober telah dibebaskan. Sementara 24 wanita dan 15 anak-anak Palestina dibebaskan dari penjara Israel.

    (tim/dmi)

    [Gambas:Video CNN]

  • Hamas Tunda Pembebasan Sandera Tahap Dua

    Hamas Tunda Pembebasan Sandera Tahap Dua

    Jakarta, CNN Indonesia

    Brigade Al Qassam, kelompok sayap militer Hamas memutuskan menunda pembebasan sandera tahap kedua yang sedianya dijadwalkan Sabtu (25/11) sampai Israel berkomitmen mengizinkan truk-truk bantuan masuk ke Gaza utara.

    Brigade Al Qassam mengatakan pembebasan sandera akan ditunda jika Israel tidak mematuhi persyaratan yang telah disepakati untuk membebaskan orang-orang Palestina yang ditahan.

    Belum ada tanggapan langsung dari Israel atas pernyataan tersebut. Sebelumnya, seorang juru bicara militer Israel mengatakan kepada stasiun televisi BFM Prancis bahwa, kecuali ada perubahan di menit-menit terakhir, 13 sandera Israel diperkirakan akan dibebaskan.

    Dia mengatakan 39 tahanan Palestina akan dibebaskan sebagai imbalannya, mengutip Reuters.

    Di bawah kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas, yang dimediasi oleh Qatar, sebanyak 50 sandera akan ditukar dengan 150 tahanan Palestina, beberapa di antaranya dihukum karena tuduhan senjata dan pelanggaran kekerasan, selama empat hari.

    Dalam pertukaran pertama pada hari Jumat, 13 wanita dan anak-anak Israel yang ditangkap oleh pejuang Hamas dalam sebuah serangan di Israel pada 7 Oktober telah dibebaskan. Sementara 24 wanita dan 15 anak-anak Palestina dibebaskan dari penjara Israel.

    Keputusan ini terjadi hanya beberapa jam setelah Mesir, yang mengontrol penyeberangan perbatasan Rafah ke Gaza selatan di mana pasokan bantuan penting telah dilanjutkan, mengatakan telah menerima “sinyal positif” dari semua pihak mengenai kemungkinan perpanjangan kesepakatan tersebut.

    Diaa Rashwan, kepala Layanan Informasi Negara Mesir (SIS), mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Kairo sedang mengadakan pembicaraan ekstensif dengan semua pihak untuk mencapai kesepakatan yang berarti “pembebasan lebih banyak tahanan di Gaza dan tahanan Palestina di penjara-penjara Israel.”

    Israel mengatakan bahwa gencatan senjata dapat diperpanjang jika Hamas terus membebaskan sandera dengan kecepatan setidaknya 10 orang per hari. Sebuah sumber Palestina mengatakan bahwa hingga 100 sandera dapat dibebaskan.

    Israel dan Hamas telah mengatakan bahwa pertempuran akan berlanjut setelah gencatan senjata berakhir, meskipun Presiden AS Joe Biden mengatakan pada hari Jumat bahwa ada peluang nyata untuk memperpanjang gencatan senjata.

    (Reuters/dmi)

    [Gambas:Video CNN]

  • Serangan Drone Terbesar Rusia Hantam Ukraina, 5 Orang Terluka

    Serangan Drone Terbesar Rusia Hantam Ukraina, 5 Orang Terluka

    Jakarta, CNN Indonesia

    Rusia melancarkan serangan drone terbesar ke ibu kota Ukraina, Kiev pada Sabtu (25/11). Serangan tersebut diklaim sebagai serangan drone terbesar yang pernah dilakukan Rusia sepanjang perang.

    Sebanyak lima orang terluka dalam peristiwa itu. Termasuk salah satu di antaranya seorang anak perempuan berusia 11 tahun. Serangan juga merusak bangunan di seluruh kota.

    Melansir Reuters, serangan itu mulai melanda berbagai distrik di Kiev pada Sabtu dini hari. Gelombang serangan yang lebih besar muncul saat matahari terbit. Peringatan serangan udara berlangsung selama enam jam.

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan, sekitar 71 drone kamikaze Shahed rancangan Iran telah diluncurkan ke Ukraina. Sebagian besar di antaranya ditembak jatuh.

    Pecahan-pecahan drone yang jatuh juga telah menyebabkan kebakaran di sebuah taman kanak-kanak.

    Namun demikian, tak diketahui dengan pasti apa yang menjadi sasaran serangan pada Sabtu ini. Hanya saja, selama beberapa waktu ke belakang, Ukraina berkali-kali mengingatkan bahwa Rusia bakal melancarkan serangan udara untuk menghancurkan sistem energi Ukraina.

    Zelensky menekankan bahwa serangan itu terjadi saat warga Ukraina memperingati tragedi Holodomor tahun 1932-1933. Tragedi itu menyebabkan jutaan orang meninggal dunia karena kelaparan.

    “Teror yang disengaja. Kepemimpinan Rusia bangga dengan fakta bahwa mereka bisa membunuh,” tulis Zelensky di Telegram.

    Kepemimpinan Ukraina sebelumnya menyamakan Holodomor dengan invasi Rusia saat ini.

    Ukraina dan lebih dari 30 negara lainnya mengakui Holodomor sebagai genosida yang dilakukan Uni Soviet. Namun, Moskow membantah tuduhan tersebut.

    (asr/asr)

    [Gambas:Video CNN]

  • Israel Terima Daftar Sandera yang akan Dibebaskan Hamas dari Gaza

    Israel Terima Daftar Sandera yang akan Dibebaskan Hamas dari Gaza

    Jakarta, CNN Indonesia

    Israel telah menerima daftar sandera yang akan dibebaskan oleh Hamas. Daftar itu didapat pada hari pertama gencatan senjata antara Hamas dengan Israel di Jalur Gaza.

    Penerimaan daftar ini menyusul pembebasan 24 orang yang ditahan Hamas beberapa waktu lalu. Pemerintah Israel mengkaji daftar tersebut.

    “Pejabat-pejabat keamanan Israel sedang mengecek ulang daftar tersebut,” kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dilansir Reuters, Sabtu (25/11).

    Tiga belas orang dari tahanan yang dibebaskan adalah warga Israel. Ada pula 10 orang pekerja Thailand dan seorang warga Filipina yang dibebaskan bersamaan.

    Tahanan-tahanan itu telah diserahkan ke otoritas Mesir di perbatasan Rafah. Delapan orang anggota Palang Merah Internasional ikut serta dalam penerimaan para tahanan.

    “Mereka kemudian dibawa ke Israel untuk pemeriksaan kesehatan dan bertemu kerabat,” tulis Reuters.

    Pada saat bersamaan, Israel membebaskan 39 warga Palestina yang mereka tahan. Tahanan-tahanan itu terdiri dari anak-anak dan perempuan.

    Sebelumnya, Israel dan Hamas menyetujui gencatan senjata selama empat hari. Selama gencatan senjata itu, mereka sepakat untuk membebaskan para tahanan.

    Jalur bantuan kemanusiaan pun dibuka melalui Rafah. Organisasi Bulan Sabit Merah Palestina menyebut 196 truk konvoi mengirim bantuan kemanusiaan pada Jumat (24/11).

    Bantuan ini disebut menjadi yang terbesar setelah serangan Israel ke Gaza beberapa pekan lalu. Sekitar 1.759 truk telah memasuki daerah tersebut sejak 21 Oktober.

    Presiden AS Joe Biden mengatakan ada peluang nyata untuk memperpanjang gencatan senjata di Gaza. Peluang ini penting untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza.

    Dia tak ingin berspekulasi berapa lama perang Israel-Hamas akan berlangsung. Ketika ditanya pada konferensi pers apa harapannya, dia mengatakan tujuan Israel untuk melenyapkan Hamas adalah sah namun sulit.

    (dhf/pmg)

    [Gambas:Video CNN]

  • Peran AS-Inggris di Balik Gagalnya Resolusi Gencatan Senjata di Gaza

    Peran AS-Inggris di Balik Gagalnya Resolusi Gencatan Senjata di Gaza

    Jakarta

    Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) gagal lagi menciptakan konsensus untuk menghentikan perang antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza. Penyebabnya, Amerika Serikat (AS), dan Inggris menentang rencana resolusi karena menyebut soal gencatan senjata.

    Sidang Dewan Keamanan PBB sebelumnya juga gagal menyepakati resolusi soal Jalur Gaza, termasuk karena adanya dua veto dari AS. Situasi ini semakin menggarisbawahi kompleksitas dalam mencapai konsensus mengenai masalah penting ini.

    Diketahui bahwa resolusi Dewan Keamanan PBB berbeda dengan resolusi Majelis Umum PBB, yang dalam rapat darurat pada akhir Oktober lalu berhasil meloloskan resolusi yang menyerukan ‘gencatan senjata kemanusiaan segera’ di Jalur Gaza.

    Resolusi Majelis Umum PBB soal gencatan senjata itu mendapatkan 122 suara dukungan dan 14 suara menolak, dengan sebanyak 55 negara lainnya abstain. Meskipun didukung mayoritas negara anggota, resolusi Majelis Umum PBB tidak mengikat dan hanya mencerminkan sikap berbagai negara.

    Sementara itu, resolusi Dewan Keamanan PBB diketahui bersifat mengikat secara hukum, dan bisa digunakan untuk menuntut Israel agar menerima gencatan senjata atau jeda kemanusiaan di Jalur Gaza.

    AS dan Inggris Tolak Rencana Resolusi

    Seperti dilansir CNN, Selasa (7/11/2023), Dewan Keamanan PBB menggelar sidang tertutup pada Senin (6/11), waktu setempat. Sidang itu diharapkan bisa menghasilkan resolusi untuk menangani perang dan krisis kemanusiaan di Gaza.

    Rancangan resolusi tersebut, sebelumnya disusun oleh kelompok E-10, yang terdiri dari 10 negara anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.

    Namun, AS dan Inggris yang sama-sama merupakan anggota tetap Dewan Keamanan PBB, dan memiliki hak veto, menentang rancangan resolusi tersebut.

    Negara-negara Barat, khususnya AS dan Inggris, menolak isi resolusi yang menyertakan seruan gencatan senjata di Jalur Gaza. Padahal, seruan gencatan senjata telah didukung oleh beberapa anggota Dewan Keamanan PBB lainnya.

    Lihat juga Video ‘Israel Rilis Video Pengeboman Jalur Masuk Terowongan Hamas’:

    Selanjutnya: AS ingin jeda kemanusiaan.

    AS Ingin Jeda Kemanusiaan

    AS, sekutu dekat Israel, lebih mendorong ‘jeda kemanusiaan’ dibandingkan gencatan senjata di Jalur Gaza. Mereka juga belum menentukan berapa lama jeda dalam pertempuran akan diberlakukan.

    Wood menyatakan bahwa pembahasan soal jeda kemanusiaan sedang berlangsung. “Dan kami tertarik untuk membahas hal tersebut,” ujarnya.

    Namun demikian, lanjut Wood, ada juga perbedaan pendapat dalam Dewan Keamanan PBB mengenai apakah hal itu bisa diterima.

    Duta Besar China Jun Zhang, secara terpisah, menyerukan sentimen senada yang disampaikan oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres, dengan menekankan bahwa ‘Gaza menjadi kuburan bagi anak-anak’. Dia menyerukan gencatan senjata segera untuk memfasilitasi penyaluran bantuan kemanusiaan.

    “Saat kita berbicara saat ini, warga sipil Palestina terus dibunuh. Anak-anaklah yang paling terkena dampaknya, seperti yang telah disampaikan oleh beberapa pejabat AS. Gaza menjadi kuburan bagi anak-anak. Tidak ada yang aman,” tegasnya.

    Dalam sidang Dewan Keamanan PBB pada awal pekan ini, negara-negara anggota mendengarkan penjelasan dari para pejabat kemanusiaan PBB soal situasi keamanan yang mengerikan di daerah kantong Palestina tersebut.

    Selanjutnya: Israel tolak gencatan senjata.

    Netanyahu Tolak Gencatan Senjata

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menolak gencatan senjata tanpa adanya pembebasan sandera yang ditahan Hamas di Jalur Gaza. Namun dia mempertimbangkan ‘jeda taktis’ demi memfasilitasi masuknya bantuan kemanusiaan atau pembebasan sandera.

    Seperti dilansir Al Arabiya dan Al Jazeera, Selasa (7/11), serangan udara Israel terhadap Jalur Gaza dan operasi darat menargetkan Hamas masih berlanjut. Menurut otoritas kesehatan Gaza, sedikitnya 10.000 orang tewas akibat serangan Israel selama sebulan terakhir.

    Gempuran Israel itu menjadi respons atas serangan mengejutkan Hamas pada 7 Oktober lalu, yang menurut para pejabat Tel Aviv, menewaskan lebih dari 1.400 orang dan membuat 240 orang disandera di Jalur Gaza. Tidak hanya warga sipil dan tentara Israel, sejumlah warga negara asing juga menjadi sandera Hamas.

    Baik Israel dan Hamas menolak tekanan internasional yang semakin besar untuk menerapkan gencatan senjata di Jalur Gaza. Israel meminta Hamas membebaskan para sandera terlebih dahulu, sedangkan Hamas menyatakan enggan membebaskan sandera atau menghentikan pertempuran saat Jalur Gaza terus diserang.

    Ketika ditanya apakah dirinya bersedia menerima jeda kemanusiaan di Jalur Gaza dalam wawancara dengan media terkemuka Amerika Serikat (AS), ABC News, Netanyahu menjawab: “Ya, tidak akan ada gencatan senjata, tidak ada gencatan senjata secara umum di Gaza tanpa pembebasan para sandera.”

    Namun dia menambahkan soal kemungkinan adanya ‘jeda taktis’ yang berlangsung sebentar demi membuka akses untuk bantuan kemanusiaan atau membuka peluang untuk pembebasan sandera oleh Hamas.

    “Namun untuk jeda taktis sebentar — satu jam di sini, satu jam di sana — kami sudah pernah melakukan itu sebelumnya,” ucap Netanyahu dalam wawancara dengan ABC News seperti dilansir Reuters.

    “Saya kira kami akan memeriksa keadaannya, demi memungkinkan barang-barang, barang-barang kemanusiaan, bisa masuk, atau para sandera, sandera individu, bisa pergi,” cetusnya.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Pilu Gaza Jadi Kuburan Bagi Anak-anak Kala 10 Ribu Orang Tewas

    Pilu Gaza Jadi Kuburan Bagi Anak-anak Kala 10 Ribu Orang Tewas

    Gaza

    Jumlah korban tewas terus bertambah seiring serangan Israel terhadap militan Palestina makin intens. Total korban jiwa di Gaza sudah mencapai 10 ribu orang.

    Dilansir AFP, Selasa (7/11/2023), diketahui Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, telah berjanji tidak akan menyerah meskipun ada seruan untuk gencatan senjata. Pejabat Israel mengatakan hal itu buntut serangan Hamas pada 7 Oktober yang menyebabkan 1.400 orang tewas di Israel, yang menurutnya sebagian besar warga sipil, dan menyebabkan lebih dari 240 orang disandera.

    Belum Ada Tanda-tanda Gencatan Senjata

    Gedung Putih mengatakan Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Netanyahu membahas potensi ‘jeda taktis’ dalam panggilan telepon pada Senin (6/11) kemarin.

    Namun tidak ada kesepakatan yang diumumkan kedua pihak. Selain itu, kedua pihak tidak membicarakan kemungkinan gencatan senjata kemanusiaan, yang menurut PBB sangat diperlukan.

    Korban tewas akibat serangan Israel di Gaza terus bertambah. Foto: REUTERS/MOHAMMED SALEM

    Lebih dari 4.000 Anak Tewas

    Sementara itu, Kementerian Kesehatan menyebut korban tewas di Gaza termasuk lebih dari 4.000 anak-anak. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan kepada wartawan bahwa wilayah yang dibombardir itu menjadi ‘kuburan bagi anak-anak’.

    Biden sebelumnya mempertanyakan validitas angka yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Gaza, meskipun juru bicara Pentagon pada Senin mengakui bahwa korban sipil berjumlah ribuan.

    Simak selengkapnya di halaman berikutnya

    Pasukan darat dengan tank telah membanjiri bagian utara Jalur Gaza dan memperketat pengepungan Kota Gaza, yang secara efektif membagi wilayah tersebut menjadi dua.

    Terowongan Hamas

    Tentara Israel mengatakan mereka telah menggempur Gaza dengan serangan ‘signifikan’ terhadap 450 sasaran selama 24 jam sejak Minggu pagi, dan pasukannya menargetkan komandan Hamas di terowongan bawah tanah.

    Korban tewas akibat serangan Israel di Gaza terus bertambah. Foto: REUTERS/MOHAMMED SALEM

    “Kami akan mampu membongkar Hamas, benteng demi benteng, batalion demi batalion, sampai kami mencapai tujuan akhir, yaitu menyingkirkan Jalur Gaza – seluruh Jalur Gaza – dari Hamas,” kata juru bicara militer Israel Jonathan Conricus.

    Namun pejabat tinggi Hamas di Lebanon, Osama Hamdan, mengatakan kelompok tersebut-yang militannya menembakkan 16 roket dari Lebanon ke arah Israel utara pada Senin kemarin, tidak akan pernah menerima pemerintahan boneka di Gaza dan mengatakan bahwa “tidak ada kekuatan di bumi yang dapat memusnahkannya”.

    Sementara itu, pemberontak Huthi di Yaman yang didukung Iran mengklaim bahwa mereka telah melancarkan serangan pesawat tak berawak baru terhadap Israel, meningkatkan kampanye serangan yang mengganggu di tengah kekhawatiran perang dapat meluas.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Geger Menteri Israel Bahas Serangan Nuklir, Rusia: Picu Banyak Pertanyaan

    Geger Menteri Israel Bahas Serangan Nuklir, Rusia: Picu Banyak Pertanyaan

    Moskow

    Rusia turut mengomentari pernyataan kontroversial seorang menteri Israel soal opsi serangan nuklir terhadap Jalur Gaza. Moskow mempertanyakan apakah pernyataan menteri Israel itu secara tidak langsung mengindikasikan pengakuan keberadaan senjata nuklir milik Tel Aviv.

    Seperti dilansir Reuters, Selasa (7/11/2023), Menteri Warisan Israel Amihay Eliyahu memicu kontroversi dengan menyebut serangan nuklir bisa menjadi ‘salah satu cara’ dalam serangan Israel ke Jalur Gaza. Sebagai sanksi, Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu telah menonaktifkan Eliyahu dari rapat kabinet ‘sampai pemberitahuan lebih lanjut’.

    Komentar Eliyahu itu menuai banyak kecaman di luar Israel. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, turut memberikan komentarnya.

    “Hal ini menimbulkan banyak pertanyaan,” sebut Zakharova dalam komentarnya, seperti dikutip kantor berita Rusia, RIA News Agency.

    Zakharova menyebut masalah utamanya adalah Israel tampaknya mengakui bahwa mereka memiliki senjata nuklir.

    Israel selama ini tidak secara terbuka mengakui bahwa mereka memiliki senjata nuklir, meskipun Federasi Ilmuwan Amerika memperkirakan negara Yahudi itu memiliki sekitar 90 hulu ledak nuklir.

    “Pertanyaan nomor satu — tampaknya kita sedang mendengar pernyataan resmi soal keberadaan senjata nuklir?” ucap Zakharova dalam pernyataannya.

    Jika demikian, lanjut Zakharova, lalu di manakah Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dan para pemeriksa nuklir internasional?

    Belum ada tanggapan resmi Israel atas komentar Rusia tersebut.

    Seruan serupa juga dilontarkan oleh Iran, musuh abadi Israel, yang menyerukan tanggapan internasional yang cepat.

    “Dewan Keamanan PBB dan Badan Energi Atom Internasional harus mengambil tindakan segera dan tanpa gangguan untuk melucuti rezim barbar dan apartheid ini. Besok sudah terlambat,” cetus Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian dalam pernyataan via media sosial X.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu