Perusahaan: Reuters

  • Kantor Politik Hamas Dikabarkan Pindah dari Qatar ke Turki, Benarkah?

    Kantor Politik Hamas Dikabarkan Pindah dari Qatar ke Turki, Benarkah?

    Ankara

    Kantor politik kelompok Hamas dikabarkan telah pindah dari Qatar ke Turki. Laporan itu langsung dibantah oleh otoritas Turki, yang menegaskan bahwa para pejabat Hamas hanya sesekali datang mengunjungi negara tersebut.

    Namun laporan itu telah memicu peringatan dari Amerika Serikat (AS) bahwa Turki tidak seharusnya menjamu kepemimpinan Hamas, yang oleh Washington ditetapkan sebagai organisasi teroris.

    Laporan soal pemindahan kantor politik Hamas itu, seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Selasa (19/11/2024), mencuat setelah otoritas Qatar pekan lalu mengungkapkan pihaknya telah memberitahu Hamas dan Israel soal penangguhan upaya mediasi gencatan senjata dan pembebasan sandera di Jalur Gaza, hingga kedua pihak menunjukkan kemauan dan keseriusan.

    Otoritas Qatar juga membantah laporan media yang menyebut pihaknya telah meminta Hamas untuk segera meninggalkan negara tersebut. Hamas yang menguasai Jalur Gaza, diketahui selama ini memiliki kantor biro politik di Doha, ibu kota Qatar.

    Turki, yang merupakan salah satu anggota aliansi militer Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), selama ini mengkritik keras Israel atas rentetan serangannya di wilayah Jalur Gaza dan Lebanon. Otoritas Ankara juga tidak menganggap Hamas sebagai organisasi teroris.

    Seorang sumber diplomatik Turki, pada Senin (18/11) waktu setempat, membantah laporan yang menyebut Hamas telah memindahkan kantor politiknya ke negara tersebut. Ditegaskan oleh sumber diplomatik itu bahwa beberapa pejabat politik Hamas terkadang mengunjungi Turki.

    “Para anggota biro politik Hamas mengunjungi Turki dari waktu ke waktu. Klaim yang menyebut Biro Politik Hamas telah pindah ke Turki tidak mencerminkan kebenaran,” tegas sumber diplomatik Turki tersebut.

  • Duh, Hampir 100 Truk Pengangkut Bantuan Gaza Dijarah!

    Duh, Hampir 100 Truk Pengangkut Bantuan Gaza Dijarah!

    Jakarta

    Hampir 100 truk yang membawa makanan untuk warga Palestina dijarah kelompok bersenjata setelah memasuki Gaza. Penjarahan ini merupakan salah satu insiden kehilangan bantuan terburuk selama 13 bulan perang di daerah kantong itu, di mana kelaparan semakin parah.

    Dilansir Al Arabiya dan Reuters, Selasa (19/11/2024). Insiden penjarahan pada 16 November itu disampaikan oleh dua badan PBB kepada Reuters pada hari Senin (18/11) waktu setempat.

    Konvoi truk yang mengangkut makanan yang disediakan oleh badan-badan PBB, UNRWA dan Program Pangan Dunia (WFP) diperintahkan oleh Israel untuk berangkat melalui rute yang tidak dikenal dari perbatasan Kerem Shalom, kata Louise Wateridge, Pejabat Darurat Senior UNRWA.

    Wateridge mengatakan bahwa sebanyak 98 truk dari konvoi 109 truk diserbu dan beberapa sopir pengangkut terluka selama insiden itu. Dia tidak merinci siapa yang melakukan penyergapan.

    “Ini …menyoroti beratnya tantangan akses untuk membawa bantuan ke Gaza selatan dan tengah,” katanya kepada Reuters.

    “Urgensi krisis ini tidak dapat dilebih-lebihkan; Tanpa intervensi segera, kekurangan pangan yang parah akan semakin parah, yang selanjutnya membahayakan kehidupan lebih dari dua juta orang yang bergantung pada bantuan kemanusiaan untuk bertahan hidup.”

    Seorang juru bicara WFP mengonfirmasi penjarahan tersebut. Dia mengatakan bahwa banyak rute di Gaza saat ini tidak dapat dilalui karena masalah keamanan.

    Lihat juga Video: Pengemudi Takut Kirimkan Bantuan ke Gaza Seusai Israel Sabotase Truk

  • KTT G20, China Ungkap Strategi Dukung Negara-Negara Global South

    KTT G20, China Ungkap Strategi Dukung Negara-Negara Global South

    Bisnis.com, JAKARTA – Presiden China Xi Jinping mengumumkan serangkaian langkah yang dirancang untuk mendukung negara-negara berkembang atau Global South pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) negara-negara G20 di Rio de Janeiro, Brasil.

    Dalam pidato pertamanya di KTT G20, Xi mengatakan China akan mendukung pembangunan global melalui delapan rencana aksi, termasuk pembangunan melalui program Belt and Road initiative yang berkualitas tinggi, rencana kebijakan luar negeri khasnya yang mengarahkan investasi besar China ke proyek infrastruktur di negara berkembang.

    Dia juga mengumumkan bahwa China, bersama Brasil, Afrika Selatan, dan Uni Afrika, meluncurkan Inisiatif Kerja Sama Internasional Ilmu Pengetahuan Terbuka atau Open Science International Cooperation Initiative yang dirancang untuk menyalurkan inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi ke negara-negara Selatan.

    “China mendukung G20 dalam melaksanakan kerja sama praktis demi kepentingan negara-negara Selatan,” kata Xi, dikutip dari Reuters pada Selasa (19/11/2024).

    Xi juga menambahkan, impor China dari negara-negara berkembang diperkirakan mencapai US$8 triliun antara saat ini hingga 2030.

    “China selalu menjadi anggota Global South’ mitra jangka panjang yang dapat diandalkan bagi negara-negara berkembang, serta aktivis dan pelaku yang mendukung pembangunan global,” tambahnya.

    Dia melanjutkan, China tidak ingin menjadi pemain tunggal dan berharap bahwa pihak-pihak lain akan terlibat dan bekerja sama dengan banyak negara berkembang untuk mencapai modernisasi.

    Fokus Xi terhadap global south muncul ketika Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva dan rekan-rekannya dari negara-negara berkembang mendorong peran yang lebih sentral dalam perundingan multilateral. Kedua pemimpin akan bertemu di Brasilia pada hari Rabu, saat Xi mengakhiri kunjungannya di Brasil dengan kunjungan kenegaraan.

    Brasil telah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan suara negara-negara Selatan dengan menegaskan bahwa Uni Afrika harus menjadi anggota resmi G20, seperti yang terjadi pada Uni Eropa. AU berpartisipasi penuh dalam G20 tahun ini atas nama negara-negara Afrika.

    Meskipun kebangkitan negara-negara Selatan di G20 telah menyebabkan ketidaknyamanan di antara negara-negara kaya, hal ini memberikan peluang bagi China, mengingat hubungan ekonomi dan politik yang erat dengan sebagian besar negara berkembang, khususnya di Afrika, di mana negara tersebut merupakan pemberi pinjaman utama.

    G20 diluncurkan setelah krisis keuangan tahun 2007-2008 untuk melibatkan negara-negara berkembang dalam perundingan yang terbatas pada negara-negara industri Kelompok Tujuh (G7), dan telah menjadi wadah utama bagi kerja sama ekonomi dan keuangan.

    Negara ini mewakili sekitar 85% PDB global, lebih dari 75% perdagangan global, dan sekitar dua pertiga populasi dunia.

    Konsep Global South muncul untuk menunjuk negara-negara berkembang, negara berkembang atau berpendapatan rendah, sebagian besar di belahan bumi selatan, dan menggantikan istilah “Dunia Ketiga” setelah Perang Dingin tahun 1945-90.

  • LAPORAN dari KTT G20 BRASIL: Kelaparan, Gaza dan Janji Jumbo dari Amerika

    LAPORAN dari KTT G20 BRASIL: Kelaparan, Gaza dan Janji Jumbo dari Amerika

    Bisnis.com, RIO de JENEIRO – Para pemimpin negara dengan ekonomi terbesar di dunia alias G20 memfokuskan pembahasan awal pada penderitaan yang disebabkan oleh konflik-konflik di Gaza dan Ukraina, sambil menyerukan kerja sama dalam hal perubahan iklim, pengentasan kemiskinan, dan kebijakan pajak.

    Komunike awal ini merupakan kemajuan karena para pemimpin G20 mampu mencapai kesepakatan awal yang fokus mengenai perang Ukraina dan secara ringkas berfokus pada penderitaan manusia dan dampak ekonomi dari konflik tersebut.

    Para pemimpin menyatakan keprihatinan mendalam mengenai situasi kemanusiaan yang sangat buruk di Jalur Gaza dan menyerukan dengan segera bantuan dan perlindungan yang lebih banyak untuk warga sipil serta gencatan senjata yang komprehensif.

    AS juga telah mencabut mengenai penggunaan senjata buatan AS oleh Ukraina untuk menyerang jauh ke dalam wilayah Rusia. Presiden Rusia Vladimir Putin tidak menghadiri KTT G20 dan diwakili oleh Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov.

    Melansir Reuters, Selasa (19/11/2024), diskusi dalam KTT G20 juga mencakup perdagangan, perubahan iklim, dan keamanan internasional akan berhadapan dengan perubahan kebijakan AS yang tajam yang dijanjikan oleh presiden terpilih Donald Trump, mulai dari tarif hingga janji solusi bagi perang di Ukraina.

    Kesepakatan diraih setelah para diplomat melakukan negosiasi selama akhir pekan untuk menyelesaikan pernyataan bersama tersebut, dengan perdebatan mengenai kebijakan iklim yang berlangsung hingga dini hari pada hari Minggu, menurut orang-orang yang terlibat dalam perundingan tersebut.

    Sebagai tuan rumah pertemuan G20 tahun ini, Brasil memperluas fokus kelompok ini pada kemiskinan dan kelaparan ekstrem, sambil memperkenalkan tentang kerja sama untuk mengenakan pajak yang adil bagi negara-negara terkaya di dunia.

    Aliansi Lawan Kelaparan & Kemiskinan

    Saat yang sama Presidensi G20 Brasil meluncurkan inisiatif berupa Aliansi Global untuk Melawan Kelaparan dan Kemiskinan (Global Alliance Against Hunger dan Poverty), pada pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Rio de Janeiro, Senin (18/11/2024). Aliansi itu menargetkan pemberantasan kemiskinan dan kelaparan pada 2030.

    Untuk diketahui, isu kelaparan dan kemiskinan merupakan di antara isu yang menjadi fokus Presidensi G20 Brasil. Pada pembukaan KTT G20, aliansi global itu diluncurkan dengan melibatkan 148 anggota, termasuk 82 negara. Indonesia termasuk salah satunya.

    Presiden Brasil Luiz Inacio Lula dan Silva mengatakan bahwa kelaparan dan kemiskinan merupakan simbol dari tragedi bersama. Dia menyoroti bahwa masih ada 733 juta orang yang mengalami malnutrisi.

    “Ini seperti populasi gabungan dari Brasil, Meksiko, Jerman, Inggris, Afrika Selatan dan Kanada mengalami kelaparan di dunia yang menghasilkan hampir 6 miliar ton makanan per tahunnnya. Ini tidak bisa diterima,” ujar Presiden Lula pada sambutannya di pembukaan KTT G20 2024, di Museu de Arte Moderna, Rio de Janeiro, Brasil, Senin (18/11/2024).

    Adapun komitmen dari inisiatif tersebut adalah untuk membuat program pemberian transfer tunai ke 500 juta orang di negara-negara berpenghasilan rendah serta menengah ke bawah pada 2030.

    Alinasi itu juga bertujuan untuk memperluas pemberian makan bergizi untuk tambahan 150 juta anak sekolah di negara-negara yang mengalami kemiskinan anak serta kelaparan.

    Program itu nantinya diharapkan bisa didanai melalui kredit maupun hibah melalui bank pembangunan multilateral.

    Lula menjelaskan, peluncuran aliansi itu di Forum G20 bukan tanpa alasan. Pasalnya, forum ekonomi tersebut meliputi negara-negara anggota yang mewakili 85% dari PDB dunia sebesar US$110 triliun.

    Tidak hanya itu, Forum G20 juga berisi 75% dari US$32 triliun dari perdagangan barang dan jasa serta dua per tiga dari populasi dunia sebesar 8 miliar jiwa.

    “Hal ini berada di kehendak mereka yang duduk di meja ini untuk melaksanakan tugas mendesak dalam mengakhiri momok memalukan bagi kemanusiaan,” papar politisi yang berasal dari anak buruh tani itu.

    Nantinya, aliansi global tersebut akan mengartikulasi rekomendasi internasional, kebijakan publik yang efektif serta sumber pembiayaan guna mewujudkan target pemberantasan kelaparan dan kemiskinan di 2030.

    Aliansi itu juga akan fokus kepada tiga pilar untuk mencapai tujuannya yaitu nasional, finansial serta pengetahuan. Nantinya, aliansi tersebut akan menggelar konferensi secara reguler serta nantinya didukung oleh Organisasi Pangan dan Agrikultur atau FAO.

    Keanggotaan aliansi tersebut terdiri dari 84 negara serta entitas kewilayahan. Salah satunya yakni Indonesia yang juga merupakan negara anggota G20.

    Kemudian, terdapat anggota yang berasal dari 24 organisasi internasional, 9 lembaga keuangan internasional serta 31 yayasan filantropi maupun lembaga swadaya masyarakat (LSM).

    Janji Amerika Serikat

    Saat yang sama, Presiden Amerika Serikat Joe Biden menjanjikan kontribusi sebesar US$4 miliar untuk dana Asosiasi Pembangunan Internasional (IDA) milik Bank Dunia bagi negara-negara termiskin di dunia.

  • Harga Minyak Dunia Naik Lebih dari 3 Persen Imbas Konflik Rusia-Ukraina

    Harga Minyak Dunia Naik Lebih dari 3 Persen Imbas Konflik Rusia-Ukraina

    Jakarta, Beritasatu.com – Harga minyak mentah dunia naik lebih dari 3% pada perdagangan Senin (18/11/2024), karena laporan gangguan produksi di ladang minyak Johan Sverdrup, Norwegia. Selain itu, harga emas naik karena ketegangan konflik Rusia-Ukraina memanas setelah pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden.

    Mengutip Reuters, Selasa (19/11/2024), harga minyak mentah Brent melesat US$ 2,26 atau 3,2% menjadi US$ 73,30 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) di Amerika Serikat (AS) menguat US$ 2,14 atau 3,2% menjadi US$ 69,16 per barel.

    Gangguan produksi di ladang minyak Johan Sverdrup, salah satu ladang minyak terbesar di Eropa Barat, terjadi akibat pemadaman listrik. Saat ini, upaya pemulihan produksi sedang dilakukan, tetapi belum ada kepastian kapan operasi akan kembali normal.

    Analis UBS Giovanni Staunovo mengungkapkan, gangguan ini memicu kekhawatiran pasar terkait potensi pengetatan pasokan minyak mentah di kawasan laut utara.

    “Kemudian, ladang minyak Tengiz di Kazakhstan, yang dikelola oleh Chevron, juga mengalami penurunan produksi hingga 30% karena sedang dilakukan perbaikan,” ucapnya.

    Selain itu, harga minyak juga dipengaruhi oleh eskalasi konflik Rusia-Ukraina yang terus meningkat. Pemerintahan Presiden AS Joe Biden telah memberikan izin bagi Ukraina untuk menggunakan senjata buatan AS dalam menyerang wilayah Rusia, termasuk Kursk.

    Langkah ini menuai kecaman dari Kremlin, yang menyebutnya sebagai tindakan ceroboh dan memperingatkan risiko eskalasi konflik dengan NATO.

    Analis IG Markets Tony Sycamore menyoroti, ketegangan geopolitik ini berpotensi mendorong harga minyak naik lebih tinggi.

    “Jika Ukraina mulai menargetkan infrastruktur minyak Rusia, hal tersebut bisa berdampak signifikan pada pasokan energi global,” pungkasnya.

    Serangan itu juga akan berpengaruh ke harga minyak dunia yang akan terus naik.

  • Pelemahan Dolar dan Konflik Rusia-Ukraina Dorong Harga Emas Naik Lebih dari 1 Persen

    Pelemahan Dolar dan Konflik Rusia-Ukraina Dorong Harga Emas Naik Lebih dari 1 Persen

    Jakarta, Beritasatu.com – Harga emas dunia naik tajam pada perdagangan, Senin (18/11/2024), tertekan pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) dan ketegangan konflik Rusia-Ukraina. Kenaikan ini terjadi setelah harga emas anjlok selama enam hari berturut-turut.

    Mengutip Reuters, Selasa (19/11/2024), harga emas spot melonjak 1,8% menjadi US$ 2.608,19 per ons, menjauh dari level terendah dalam dua bulan terakhir yang terjadi pada 14 November 2025 lalu. Sementara itu, kontrak berjangka emas AS ditutup melesat 1,7% di US$ 2.614,6.

    Analis Senior PJO Futures Daniel Pavilonis mengatakan, kenaikan harga emas terjadi karena pernyataan Presiden AS Joe Biden terkait pengiriman rudal jarak jauh ke Ukraina.

    “Hal itu membuat Ukraina bisa menjangkau lebih luas wilayah Rusia, sehingga memicu permintaan emas sebagai aset save haven meningkat,” ucapnya.

    Emas kerap disebut sebagai investasi aman selama masa ketidakpastian geopolitik dan ekonomi. Namun, pekan lalu, emas mencatat penurunan mingguan terburuk dalam lebih dari tiga tahun. Hal ini dipengaruhi oleh proposal tarif presiden terpilih AS Trump yang berpotensi memicu inflasi, yang pada akhirnya dapat memperlambat laju pemangkasan suku bunga oleh The Fed.

    Meskipun pekan lalu indeks dolar AS mencapai level tertinggi dalam satu tahun, dolar melemah 0,4% pada Senin setelah mencatat kenaikan 1,6% sebelumnya. Melemahnya dolar membuat emas lebih terjangkau bagi pembeli yang menggunakan mata uang selain dolar.

    Sementara, saat harga emas menguat, harga logam mulia lainnya juga naik drastis. Harga perak spot melesat 2,8% menjadi US$ 31,05 per ons, platinum bertambah 2,8% menjadi US$ 964,87, dan paladium menguat 5,3% menjadi US$ 1.001,29 per ons.

  • Perang Eropa Makin Ngeri! Biden Buka Gerbang PD 3, Rusia-China Respons

    Perang Eropa Makin Ngeri! Biden Buka Gerbang PD 3, Rusia-China Respons

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perang di Eropa semakin ngeri. Bahkan ada tanda “pintu” perang dunia 3 (PD 3) bakal terbuka.

    Hal ini setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengizinkan Ukraina menggunakan rudal jarak jauh Washington untuk menyerang target militer di dalam wilayah Rusia. Ukraina dan Rusia sudah terlibat perang sejak dua tahun lebih.

    Pejabat AS yang berbicara dengan syarat anonim menunjuk pengerahan pasukan Korea Utara (Korut) guna membantu perang Rusia menjadi penyebab. Ini pun mengonfirmasi laporan dari laman The New York Times dan The Washington Post.

    Sebenarnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memang telah lama mendorong otorisasi dari AS. Ini untuk menggunakan ATACMS (Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat AS) untuk menyerang target di dalam wilayah Rusia.

    Zelensky sendiri memberi pernyataan setelah laporan Biden keluar. Ia mengonfirmasi izin dari AS.

    “Hari ini, ada banyak laporan media bahwa kami telah menerima izin untuk mengambil tindakan yang tepat,” katanya.

    “Tetapi serangan tidak dilakukan dengan kata-kata. Hal-hal seperti itu tidak diumumkan. Rudal akan berbicara sendiri. Pasti,” tambahnya.

    Rusia Merespons

    Rusia sendiri merespons Biden. Kremlin menyebut yang dilakukan presiden yang akan segera lengser itu sebagai eskalasi ketegangan.

    “Jelas bahwa pemerintahan yang akan berakhir di Washington bermaksud untuk mengambil langkah-langkah untuk terus mengobarkan api dan memicu eskalasi ketegangan lebih lanjut,” kata juru bicara pemerintah Dmitry Peskov.

    “Hal ini menandai spiral ketegangan baru dan situasi yang secara kualitatif baru dari sudut pandang keterlibatan AS dalam konflik,” tambahnya.

    Sebelumnya di September, Presiden Rusia Vladimir Putin juga sudah memberi peringatan. Bahwa jika Ukraina berani menyerang Rusia dengan rudal jarak jauh, Moskow akan mengambil keputusan “yang tepat” berdasar ancaman itu.

    Sementara itu, pejabat Rusia lain menegaskan keputusan AS adalah kesalahan. Ini mmpertaruhkan PD 3.

    “Orang-orang ini, pemerintahan Biden, mencoba meningkatkan situasi secara maksimal selagi mereka masih berkuasa dan masih menjabat,” kata anggota parlemen Rusia Maria Butina dikutip Reuters.

    “Saya sangat berharap (Donald) Trump akan mengatasi keputusan ini jika ini telah dibuat karena mereka benar-benar mempertaruhkan dimulainya Perang Dunia Ketiga yang tidak menguntungkan siapa pun,” tambahnya.

    Reaksi China

    Di sisi lain China memberi peringatan agar semua pihak mendinginkan situasi. Dalam sebuah pernyataan terbaru, China meminta penyelesaian damai atas perang Rusia dan Ukraina, setelah AS mengizinkan Kyiv untuk menggunakan rudal jarak jauhnya oleh Ukraina ke Rusia.

    “Gencatan senjata dini dan solusi politik melayani kepentingan semua pihak,” kata juru bicara kementerian luar negeri Lin Jian dalam pengarahan rutin.

    “Hal yang paling mendesak adalah mendorong pendinginan situasi sesegera mungkin,” tambahnya.

    China telah menampilkan dirinya sebagai pihak yang netral dalam perang Ukraina. Bahkan mengatakan tidak mengirimkan bantuan mematikan ke kedua belah pihak, seperti AS dan negara-negara Barat lainnya.

    Namun, China tetap menjadi sekutu dekat Rusia dalam bidang politik dan ekonomi. Negara-negara anggota NATO telah mencap Beijing sebagai “pendukung utama” perang.

    “China selalu mendorong dan mendukung semua upaya yang mendukung penyelesaian krisis secara damai,” tambah Lin lagi.

    “Beijing tidak pernah menyediakan senjata mematikan bagi pihak-pihak yang berkonflik, dan sejak awal telah secara ketat mengendalikan pesawat nirawak militer dan pesawat nirawak penggunaan ganda sesuai dengan hukum dan peraturan”, katanya.

    “Diharapkan negara-negara dan orang-orang terkait tidak akan membuat spekulasi liar atau mencemarkan nama baik dan memfitnah Tiongkok tanpa dasar fakta,” tegasnya.

    Persiapan Perang

    Sementara itu, dua negara tetangga terdekat Rusia, Swedia dan Finlandia kini mulai menyiapkan warganya untuk menghadapi peperangan. Sebenarnya Swedia dan Finlandia adalah negara non blok namun menghentikan ketidakberpihakan militer untuk bergabung dengan aliansi militer NATO tahun lalu setelah invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022.

    Swedia dilaporkan menerbitkan buku kecil “Jika Krisis atau Perang Datang” untuk disalurkan ke warga melalui Badan Kontingensi Sipil Swedia (MSB). Isinya tentang cara mempersiapkan diri menghadapi keadaan darurat seperti perang, bencana alam, atau serangan siber.

    “Situasi keamanan serius dan kita semua perlu memperkuat ketahanan kita untuk menghadapi berbagai krisis dan akhirnya perang,” kata Direktur MSB Mikael Frisell dalam sebuah pernyataan.

    Finlandia sendiri meluncurkan situs web kesiapsiagaan baru. Finlandia sendiri berbatasan sepanjang 1.340 kilometer (830 mil) dengan Rusia.

    Sejak kemarin hingga 28 November, Finlandia juga akan menjadi tuan rumah latihan artileri aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Ini merupakan latihan skala besar pertamanya sejak negara Nordik tersebut bergabung dengan aliansi.

    (sef/sef)

  • India Shutdown Seluruh Sekolah di Sini, Putuskan Kelas Kembali Online

    India Shutdown Seluruh Sekolah di Sini, Putuskan Kelas Kembali Online

    Dilansir AFP, kebijakan ini diputuskan pemerintah karena kualitas udara di ibu kota India itu terus memburuk. Tingkat polutan, PM 2,5 di New Delhi melebihi ambang batas. Ini 57 kali lebih tinggi daripada standar maksimal Badan Kesehatan Dunia (WHO). (REUTERS/Bhawika Chhabra)

  • Rusia Ungkit Perang Dunia III Usai AS Izinkan Rudalnya Dipakai Ukraina

    Rusia Ungkit Perang Dunia III Usai AS Izinkan Rudalnya Dipakai Ukraina

    Rusia Singgung Perang Dunia III

    Pemerintah Rusia bereaksi keras terhadap langkah pemerintahan Amerika Serikat. Salah satu anggota parlemen Rusia, Maria Butina, seperti dilansir Reuters, menuduh pemerintahan Biden berisiko memicu Perang Dunia Ketiga dengan langkah tersebut.

    Namun Butina juga meyakini bahwa Presiden terpilih AS Donald Trump, yang mulai menjabat pada Januari tahun depan, akan membatalkan keputusan pemerintahan Biden tersebut.

    “Orang-orang ini, pemerintahan Biden, sedang berusaha meningkatkan situasi semaksimal mungkin ketika mereka masih memiliki kekuasaan dan masih menjabat,” ucap Butina saat berbicara kepada Reuters.

    “Saya mempunyai harapan besar bahwa Trump akan mengatasi keputusan ini jika keputusan ini telah diambil, karena mereka secara serius memicu risiko dimulainya Perang Dunia Ketiga yang tidak menjadi kepentingan siapa pun,” cetusnya.

    Komentar Butina itu disampaikan setelah laporan Reuters pada Sabtu (16/11), yang mengutip dua pejabat AS dan sumber yang memahami keputusan itu, menyebut pemerintahan Biden telah mengambil keputusan untuk mengizinkan Ukraina menyerang jauh ke dalam wilayah Rusia dengan senjata buatan AS.

    Media terkemuka AS, New York Times, juga melaporkan bahwa pemerintahan Biden telah membuat keputusan tersebut.

    Respons Kremlin

    Kremlin atau kantor kepresidenan Rusia mengomentari keputusan pemerintahan Joe Biden, yang akhirnya mengizinkan Ukraina untuk menggunakan rudal jarak jauh buatan AS untuk menyerang jauh ke dalam wilayah Rusia.

    Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, seperti dilansir Reuters dan kantor berita TASS, Senin (18/11/2024), menyebut pemerintahan Biden yang akan mengakhiri jabatannya semakin memperburuk konflik dan berupaya meningkatkan konflik di Ukraina.

    Peskov juga mengatakan bahwa serangan menggunakan rudal jarak jauh buatan Barat terhadap wilayah Rusia tidak akan dilakukan langsung oleh militer Ukraina, karena membutuhkan kemampuan negara Barat yang memahami operasional senjata itu. Peskov tidak menyebut langsung AS dalam komentarnya.

    “Faktanya adalah serangan-serangan ini tidak dilakukan oleh Ukraina, serangan-serangan ini dilancarkan oleh negara-negara yang memberikan izin, karena penargetan, pemeliharaan lainnya, tidak dilakukan oleh para prajurit Ukraina, melainkan dilakukan oleh para spesialis militer dari negara-negara Barat,” sebutnya.

    Dia mengingatkan bahwa Presiden Vladimir Putin pernah melontarkan pernyataan seperti itu sebelumnya.

    Putin, pada 12 September lalu, mengingatkan bahwa persetujuan Barat untuk langkah semacam itu berarti “keterlibatan langsung negara-negara NATO, Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa dalam perang di Ukraina” karena infrastruktur dan personel NATO akan dilibatkan dalam menargetkan dan menembakkan rudal.

    “Ini benar-benar mengubah cara keterlibatan mereka (negara-negara Barat-red) dalam konflik,” ucap Peskov dalam pernyataannya.

    “Ini adalah bahayanya dan provokasi dari situasi ini,” imbuh Peskov.

    Menurut sumber-sumber yang dikutip Reuters itu, Ukraina berencana melancarkan serangan jarak jauh pertamanya dalam beberapa hari ke depan. Namun rincian soal rencana serangan itu tidak diungkapkan ke publik karena kekhawatiran keamanan operasional.

    Menurut sumber-sumber itu, serangan pertama jauh ke dalam wilayah Rusia kemungkinan akan dilakukan militer Ukraina dengan menggunakan roket ATACMS, yang memiliki jangkauan hingga 306 kilometer.

    (taa/whn)

  • 8 Update Perang Rusia-Ukraina: AS Dekatkan Dunia Menuju PD 3

    8 Update Perang Rusia-Ukraina: AS Dekatkan Dunia Menuju PD 3

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Dinamika perang Rusia-Ukraina terus berlanjut. Memasuki dua setengah tahun lebih, pergerakan perang belum mencapai titik-titik perdamaian.

    Terbaru, Minggu (17/11/2024), Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memberikan restu kepada Ukraina untuk menyerang wilayah dalam Rusia menggunakan senjata buatannya. Hal ini pun telah memicu reaksi dari sejumlah negara.

    Berikut perkembangan terbarunya sebagaimana dirangkum dari beberapa sumber oleh CNBC Indonesia, Senin (18/11/2024):

    1. Kanselir Jerman Telepon Putin, NATO Uring-uringan

    Dinamika terjadi di tubuh aliansi NATO. Hal ini terjadi setelah Kanselir Jerman Olaf Scholz, yang merupakan anggota NATO, menghubungi Presiden Rusia Vladimir Putin saat hubungan kedua pihak sedang memanas akibat perang Ukraina.

    Mengutip Newsweek, Scholz mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa ia meminta Putin untuk mengakhiri perang di Ukraina dan menarik semua pasukan Rusia dari negara itu. Menurutnya, manuver Moskow saat ini tidak mengarahkan menuju perdamaian abadi antara kedua negara.

    “Rusia harus menunjukkan kesediaan untuk berunding dengan Ukraina, dengan tujuan mencapai perdamaian yang adil dan abadi,” kata Scholz dikutip Newsweek, Senin (18/11/2024).

    Panggilan telepon ini pun mendapatkan reaksi dari anggota NATO lainnya, Polandia. Perdana Menteri Polandia Donald Tusk mengatakan dalam sebuah unggahan di X bahwa manuver Scholz adalah sesuatu yang sia-sia.

    “Tidak seorang pun akan menghentikan Putin dengan panggilan telepon,” ucapnya

    Menteri Luar Negeri Lithuania, Gabrielius Landsbergis, juga menyuarakan hal serupa. Menurutnya, ‘sejarah terus memberitahu kita bahwa perdamaian sejati hanya dapat dicapai melalui kekuatan’.

    “Panggilan telepon itu, seharusnya, menjadi napas terakhir dari strategi yang gagal untuk memperdagangkan tanah demi ‘perdamaian’ dengan seorang diktator genosida,” ucapnya.

    Walau begitu, Scholz membela diri pada hari Minggu bahwa penting untuk menekankan kepada pemimpin Rusia bahwa ia tidak dapat mengandalkan dukungan dari Jerman, Eropa, dan banyak negara lain di dunia dalam aksi di Ukraina.

    “Menurut saya, bukan ide yang baik jika ada pembicaraan antara presiden Amerika dan Rusia namun pemimpin negara Eropa yang penting tidak melakukannya juga,” tambahnya.

    Di sisi lain, Kremlin mengatakan dalam pernyataan panggilan tersebut bahwa setiap perjanjian di masa mendatang harus mempertimbangkan ‘realitas teritorial baru’.

    “Panggilan tersebut atas permintaan Berlin, dan merupakan pertukaran pandangan yang mendalam dan jujur tentang situasi di Ukraina,” kata Kremlin.

    2. Trump Buka Suara Lagi soal Perang Ukraina

    Manuver Biden yang memberikan izin penggunaan senjata AS di Rusia mengundang reaksi dari kubu AS terpilih Donald Trump. Putra sulung Trump, Donald Trump Jr., juga mengatakan bahwa manuver itu bisa mengundang Perang Dunia 3 (PD 3) dan kejadian itu telah direstui oleh sejumlah produsen alat-alat pertahanan.

    “Kompleks Industri Militer tampaknya ingin memastikan mereka memulai PD 3 sebelum ayah saya memiliki kesempatan untuk menciptakan perdamaian dan menyelamatkan nyawa,” tulisnya di X pada hari Minggu.

    “Harus mengunci Triliunan itu. Hidup akan terkutuk!!! Orang-orang bodoh!”

    Anggota parlemen Rusia Maria Butina mengatakan pada hari Senin bahwa pemerintahan Presiden Joe Biden mempertaruhkan Perang Dunia Ketiga (PD3) jika mengizinkan Ukraina menggunakan senjata buatan AS untuk menyerang Rusia.

    “Orang-orang ini, pemerintahan Biden, sedang mencoba meningkatkan situasi semaksimal mungkin selagi mereka masih berkuasa dan masih menjabat,” kata Butina kepada Reuters.

    “Saya sangat berharap (Donald) Trump akan mengatasi keputusan ini jika ini telah dibuat karena mereka benar-benar mempertaruhkan dimulainya PD3 yang tidak menguntungkan siapa pun.”

    Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada tanggal 12 September bahwa persetujuan Barat untuk langkah tersebut akan berarti adanya ‘keterlibatan langsung’ negara-negara NATO dan dalam perang di Ukraina. Ini karena infrastruktur dan personel militer NATO harus terlibat dalam penargetan dan penembakan rudal.

    4. Kim Jong Un Semprot AS-Barat Soal Perang Ukraina

    Pemimpin Tertinggi Korea Utara (Korut) Kim Jong Un mengatakan Amerika Serikat (AS) dan Barat menggunakan militer Ukraina sebagai ‘pasukan kejut’ untuk melawan Rusia. Hal ini disampaikannya dalam pidato yang disiarkan media pemerintah, Senin (18/11/2024).

    Dalam laporan tersebut, yang dikutip AFP, Kim mengatakan AS dan Barat menggunakan konflik di Ukraina untuk memperluas cakupan intervensi militer mereka secara global. Ia menyebut bahwa Washington menganggap Kyiv sebagai sarana yang sangat penting untuk menggoyang kekuatan Rusia.

    “Mereka juga mencoba untuk meningkatkan pengalaman tempur mereka, dengan Ukraina digunakan sebagai pasukan kejut melawan Rusia. Bantuan militer berkelanjutan Washington ke Ukraina telah menimbulkan kekhawatiran Perang Dunia 3,” katanya.

    Pernyataan ini muncul tatkala AS dan Korea Selatan (Korsel) menuduh Pyongyang mengirim lebih dari 10.000 tentara untuk membantu Rusia melawan Ukraina. Para ahli mengatakan Kim sangat menginginkan teknologi canggih Moskow, ditambah pengalaman pertempuran untuk pasukannya, sebagai balasannya.

    Pyongyang telah membantah pengerahan itu, dan Kim tidak menyebutkannya dalam pidato kepada komandan batalyon yang disiarkan oleh Kantor Berita Pusat Korea resmi.

    Kim juga berjanji negaranya akan memperkuat pertahanan senjata nuklirnya ‘tanpa batas’. Peringatannya muncul setelah Seoul pekan lalu mengatakan pasukan Korut telah mulai ‘terlibat dalam operasi tempur’ bersama pasukan Rusia di dekat perbatasan dengan Ukraina.

    “Kim kemungkinan mengingat potensi pengerahan pasukan tambahan untuk mendukung perang Rusia di Ukraina,” kata Hong Min, analis senior di Institut Korea untuk Penyatuan Nasional.

    Korut dan Rusia sendiri meneken kerja sama pertahanan Juni lalu. Keduanya diketahui memasukan klausul akan saling membantu jika salah satu dari mereka mendapatkan serangan.

    5. China Buka Suara AS Izinkan Ukraina Pakai Rudal Jarak Jauh ke Rusia

    China merespons langkah Amerika Serikat (AS) yang memberikan izin kepada Ukraina untuk menggunakan rudal jarak jauh buatan AS terhadap sasaran militer di dalam wilayah Rusia.

    Beijing secara tegas menyerukan penyelesaian damai untuk perang di Ukraina.

    “Gencatan senjata lebih awal dan solusi politik adalah kepentingan semua pihak,” ujar Lin Jian, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, dalam konferensi pers reguler ketika ditanya tentang keputusan AS tersebut, sebagaimana dilansir AFP, Senin (18/11/2024).

    Lin menambahkan bahwa hal paling mendesak saat ini adalah “mendorong pendinginan situasi sesegera mungkin.”

    Adapun China mengeklaim dirinya sebagai pihak netral dalam konflik ini dan menyatakan tidak memberikan bantuan senjata mematikan kepada salah satu pihak, berbeda dengan AS dan negara-negara Barat lainnya.

    Namun, NATO menyebut Beijing sebagai “pendukung tegas” perang yang tidak pernah secara resmi mengutuk tindakan Rusia.

    “China selalu mendorong dan mendukung semua upaya yang mendukung penyelesaian damai krisis ini,” Tegas Lin.

    6. Putin Tembak 120 Rudal & 90 Drone ke Ukraina

    Rusia melakukan serangan besar-besaran baru ke ibu kota Ukraina, Kyiv, Minggu (17/11/2024). Setidaknya ada 120 rudal dan 90 pesawat nirawak (drone) ditembakkan.

    Pejabat Ukraina mengatakan ini menjadi serangan terbesar dalam tiga tahun perang berlangsung. Dua orang tewas sementara belasan lainnya luka-luka.

    Mengutip AFP, ledakan besar terjadi dini hari di Kyiv dan kota dekat Sloviansk di wilayah Donetsk. Meski begitu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menegaskan ada 140 serangan yang berhasil dihalau dan ditembak jatuh dari 120 rudal dan 90 drone tersebut.

    Operasi Moskow juga telah membuat pemadaman listrik terjadi. Ini membuat banyak pihak khawatir mengingat musim dingin ekstrem mulai datang di wilayah itu dan kebutuhan akan pemanas begitu tinggi.

    “Pengeboman udara Rusia yang tak henti-hentinya telah menghancurkan setengah dari kapasitas produksi energi Ukraina,” tambah Zelensky.

    Selain wilayah ibu kota Kyiv, operator jaringan Ukraina DTEK juga mengumumkan pemadaman listrik di wilayah Donetsk dan Dnipropetrovsk di timur. Listrik juga diputus di beberapa bagian kota pelabuhan Laut Hitam selatan Odesa sementara para pejabat memperingatkan infrastruktur penting terdampak di wilayah Vinnytsia, Rivne, Volhynia, dan Zaporizhzhia.

    7. Ukraina Hantam Pabrik Rusia

    Sementara itu, Ukraina juga telah mengambil langkah menyerang ke arah Rusia. Gubernur Kursk Aleksei Smirnov menyebutkan seorang jurnalis lokal tewas pada hari Minggu ketika pesawat nirawak Ukraina menyerang wilayahnya.

    Di provinsi Belgorod Rusia, dekat Ukraina, seorang pria tewas di tempat setelah pesawat nirawak Ukraina menjatuhkan bahan peledak di mobilnya, Gubernur setempat Vyacheslav Gladkov melaporkan.

    Pesawat nirawak Ukraina lainnya pada hari Minggu menargetkan pabrik pesawat nirawak di Izhevsk, yang berada jauh di dalam Rusia. Pemimpin daerah itu, Aleksandr Brechalov, melaporkan bahwa sebuah pesawat nirawak meledak di dekat sebuah pabrik di kota itu, memecahkan jendela tetapi tidak menyebabkan kerusakan serius.

    “Seorang pria sempat dirawat di rumah sakit karena cedera kepala,” kata Brechalov.

    8. Elon Musk Respons Langkah Biden Beri Restu Kyiv Serang Rusia

    CEO SpaceX Elon Musk, orang kepercayaan dekat Presiden terpilih AS Donald Trump, telah mempertimbangkan keputusan Presiden Joe Biden untuk secara resmi menyetujui penggunaan rudal Amerika pada target yang jauh di dalam wilayah Rusia.

    Pandangannya ini terungkap saat ia merespons unggahan di X dari Senator Utah Mike Lee yang menyebut Biden dan kelompoknya merupakan “kaum liberal yang menyukai perang,” dan menambahkan: “perang memfasilitasi pemerintahan yang lebih besar.”

    Kemudian, Musk membalas unggahan ini dengan mengamini kata Lee. “Benar,” Jawab Musk.

    (luc/luc)