Perusahaan: Reuters

  • Presiden Korsel Ditangkap Usai Berminggu-minggu Sembunyi di Kediamannya

    Presiden Korsel Ditangkap Usai Berminggu-minggu Sembunyi di Kediamannya

    Seoul

    Otoritas berwenang Korea Selatan (Korsel) berhasil menangkap Presiden Yoon Suk Yeol pada Rabu (15/1) terkait penyelidikan darurat militer, setelah awal bulan ini gagal mengamankannya. Yoon, selama berminggu-minggu, bersembunyi di kediamannya dengan dilindungi oleh para pengawal kepresidenan.

    Pada awal Januari, seperti dilansir BBC dan Reuters, Rabu (15/1/2025), para penyelidik gagal menangkap Yoon di kediaman kepresidenan setelah terjadi perselisihan selama enam jam dengan pengawal kepresidenan yang mencegah mereka masuk.

    Lebih dari 100 polisi bersenjata dikerahkan, namun gagal mengeksekusi surat perintah penangkapan yang dirilis pengadilan. Konfrontasi terjadi dengan pengawal kepresidenan yang membentuk barikade manusia dan menggunakan kendaraan untuk menghalangi penyelidik melakukan penangkapan.

    Upaya penangkapan kedua, pada Rabu (15/1) dini hari, berlangsung dramatis dengan melibatkan lebih dari 3.000 personel kepolisian yang berbaris di kediaman kepresidenan. Momen ini disiarkan langsung oleh televisi-televisi lokal Korsel.

    Tayangan televisi menunjukkan situasi tegang di sekitar kediaman kepresidenan, yang diawali dengan kedatangan bus berisi personel kepolisian di area dekat kediaman itu. Para polisi bergerak melewati para pendukung Yoon yang menggelar aksi di luar kediamannya beberapa waktu terakhir.

    Bentrokan fisik sempat terjadi antara personel kepolisian dengan para pendukung Yoon tersebut. Personel kepolisian kemudian berjalan menuju gerbang kompleks kediaman Yoon sambil membawa tangga dan alat pemotong kawat.

    Laporan kantor berita Yonhap menyebut para penyelidik terpaksa memasuki kompleks kediaman kepresidenan tersebut dengan menggunakan tangga, setelah dihadang oleh para personel Pasukan Keamanan Presiden (PSS), yang memasang barikade menggunakan beberapa kendaraan di dekat pintu masuk.

  • Yoon Suk Yeol Cetak Sejarah Jadi Presiden Pertama Korsel yang Ditangkap

    Yoon Suk Yeol Cetak Sejarah Jadi Presiden Pertama Korsel yang Ditangkap

    Seoul

    Presiden Korea Selatan (Korsel) Yoon Suk Yeol mencetak sejarah sebagai presiden pertama yang ditangkap saat masih aktif menjabat. Setelah berminggu-minggu terjadi perselisihan dengan para penyelidik yang menyelidiki dirinya atas tuduhan pemberontakan terkait darurat militer, Yoon akhirnya diamankan.

    Penangkapan ini, seperti dilansir Reuters, Rabu (15/1/2025), merupakan yang pertama dilakukan terhadap seorang presiden pertahana di Korsel. Negara ini memiliki sejarah panjang dalam mengadili dan memenjarakan mantan pemimpinnya, namun kebanyakan ditangkap saat sudah tidak menjabat lagi.

    Penetapan darurat militer singkat pada 3 Desember lalu sangat mengejutkan publik Korsel. Sejak saat itu, Yoon yang menuai kritikan, bersembunyi di kediamannya dengan dijaga pasukan keamanan pribadi yang menghalangi upaya penangkapan sebelumnya.

    Darurat militer yang berlaku singkat awal Desember lalu telah membawa Korsel ke dalam krisis politik paling buruk dalam beberapa dekade terakhir. Yoon kemudian dimakzulkan oleh parlemen pada 14 Desember lalu, yang menonaktifkannya dari tugas-tugas kepresidenan.

    Nasib Yoon kini berada di tangan Mahkamah Konstitusi, yang akan mempertimbangkan apakah akan memperkuat pemakzulan Yoon dan memberhentikannya, atau mengembalikannya ke kekuasaan.

    Selain menghadapi pemakzulan, Yoon juga menghadapi rentetan investigasi kriminal atas tuduhan pemberontakan — satu-satunya dakwaan yang mementahkan kekebalan yang dimiliki Presiden Korsel — termasuk yang dipimpin oleh Kantor Investigasi Korupsi untuk Pejabat Tinggi (CIO).

    Setelah sebelumnya menolak untuk memenuhi panggilan pemeriksaan oleh CIO, Yoon akhirnya bersedia untuk menjalani interogasi. Dalam pesan yang dirilis saat dia akhirnya ditangkap, Yoon mengatakan dirinya tidak mengakui proses yang menurutnya ilegal ini, namun tunduk untuk menghindari pertumpahan darah.

  • Detik-detik Presiden Korsel Yoon Suk Yeol Ditangkap, Petugas Pakai Tangga untuk Memanjat Penghalang – Halaman all

    Detik-detik Presiden Korsel Yoon Suk Yeol Ditangkap, Petugas Pakai Tangga untuk Memanjat Penghalang – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol telah ditangkap, Rabu (15/1/2025).

    Penangkapan tersebut dilakukan enam minggu setelah upayanya yang singkat untuk memberlakukan darurat militer.

    Adapun Yoon Suk Yeol telah dimakzulkan atas tuduhan pemberontakan terkait dengan pernyataan darurat militernya pada 3 Desember 2024.

    Dalam sebuah pernyataan, Yoon Suk Yeol mengatakan dia menyerahkan diri untuk diinterogasi guna menghindari kekerasan setelah lebih dari 3.000 petugas polisi berbaris di kediamannya untuk menangkapnya sejak Rabu dini hari.

    “Ketika saya melihat mereka menerobos masuk ke area keamanan menggunakan peralatan pemadam kebakaran hari ini, saya memutuskan untuk menanggapi penyelidikan CIO – meskipun itu adalah penyelidikan ilegal – untuk mencegah pertumpahan darah yang tidak menyenangkan,” kata Yoon dalam sebuah pernyataan, Rabu, dilansir Reuters.

    Para penyidik ​​memasuki kediaman Yoon Suk Yeol pada Rabu pagi dalam upaya baru untuk melaksanakan surat perintah penangkapannya.

    Pengacara Yoon sebelumnya telah mencoba membujuk para penyelidik agar tidak melaksanakan surat perintah penangkapan, dengan mengatakan presiden akan hadir secara sukarela untuk diinterogasi, tetapi lembaga tersebut menolak.

    Diberitakan Sky News, polisi berupaya mengakses kantor resmi presiden untuk menahan Yoon Suk Yeol, tetapi mereka terlibat dalam kebuntuan dengan dinas keamanan Yoon.

    Beberapa jam kemudian, ratusan petugas berhasil memasuki area properti dengan menggunakan tangga untuk memanjat penghalang.

    Polisi mengatakan mereka telah mengerahkan 3.200 petugas untuk melaksanakan surat perintah penangkapan.

    Satu orang yang pingsan di tengah kebuntuan, telah diangkut dari tempat kejadian oleh pemadam kebakaran, kata media setempat.

    Ribuan orang, termasuk para pendukungnya, diketahui berkumpul di luar rumah Yoon Suk Yeol.

    Sementara, sekelompok anggota parlemen dari Partai Kekuatan Rakyat konservatif yang berkuasa dan pengacara Yoon juga berusaha mencegah penangkapan di dalam kompleks perumahan.

    Setelah penangkapan, iring-iringan mobil kepresidenan Yoon Suk Yeol terlihat meninggalkan kediamannya di lereng bukit dengan pengawalan polisi.

    Sebuah kendaraan yang tampaknya membawa Yoon Suk Yeol kemudian tiba di Kantor Investigasi Korupsi untuk Pejabat Tinggi di kota terdekat, Gwacheon.

    Patrick Fok, melaporkan untuk Al Jazeera dari Seoul, mengatakan sekitar 1.000 petugas polisi terlibat dalam operasi penangkapan di kediaman presiden.

    Operasi pada hari Rabu itu adalah upaya kedua yang dilakukan oleh penyidik ​​untuk menangkap Yoon, setelah upaya sebelumnya yang gagal berakhir setelah kebuntuan selama berjam-jam dengan tim keamanannya di dalam kompleks kepresidenan pada awal Januari 2025.

    Sejak itu, Yoon tetap berada di dalam vilanya di lereng bukit di Seoul selama berminggu-minggu dalam upaya untuk menghindari penangkapan.

    Pengacara Yoon berpendapat bahwa upaya untuk menahan Yoon Suk Yeol adalah ilegal dan dirancang untuk mempermalukannya di depan umum.

    Surat perintah yang diperoleh penyidik ​​untuk menangkapnya adalah yang pertama kali dikeluarkan terhadap Presiden Korea Selatan yang sedang menjabat.

    Presiden Korsel, Yoon Suk Yeol ditangkap di kediamannya di Seoul pada Rabu (15/1/2025) terkait kasus deklarasi darurat militer yang diumumkannya pada awal Desember 2024 lalu. (Yonhap News)

    Saat penyiar berita lokal melaporkan bahwa penahanan Yoon akan segera dilakukan, beberapa perkelahian kecil terjadi antara pengunjuk rasa pro-Yoon yang menangis dan polisi di dekat kediaman tersebut, menurut seorang saksi mata Reuters di tempat kejadian.

    Selama dua minggu terakhir, ribuan pengunjuk rasa anti dan pro-Yoon berkumpul setiap hari dalam unjuk rasa yang bersaing di dekat kantornya di Seoul, untuk mengantisipasi penahanannya.

    Sebelumnya, pernyataan darurat militer Yoon mengejutkan warga Korea Selatan dan menjerumuskan salah satu negara demokrasi paling dinamis di Asia ke dalam periode kekacauan politik yang belum pernah terjadi sebelumnya.

    Yoon berpendapat bahwa deklarasi darurat militer yang diberlakukannya adalah tindakan pemerintahan yang sah, dan menyebutnya sebagai peringatan bagi partai oposisi liberal utama, Partai Demokrat, yang ia gambarkan sebagai “pasukan anti-negara pro-Korea Utara yang tercela”.

    Ia mengklaim partai tersebut menggunakan mayoritas legislatifnya untuk memakzulkan pejabat tinggi dan melemahkan anggaran pemerintah.

    Tak lama setelah Yoon membuat pengumumannya, orang-orang mulai berkumpul di luar gedung parlemen, beberapa dari mereka berteriak agar darurat militer dicabut.

    Pasukan militer juga terlihat berusaha memasuki parlemen.

    Ketika itu, para pembantu parlemen terlihat mencoba memukul mundur tentara tersebut dengan menyemprotkan alat pemadam kebakaran.

    Militer mengatakan kegiatan parlemen dan partai politik akan dilarang, dan media serta penerbit akan berada di bawah kendali komando darurat militer.

    Ini adalah pertama kalinya sejak 1980 darurat militer diberlakukan di Korea Selatan.

    Namun, Yoon Suk Yeol mengumumkan mencabut darurat militer, beberapa jam setelah Korea Selatan memberlakukannya.

    Di sisi lain, anggota parlemen memilih untuk memakzulkan Yoon dan mencopotnya dari jabatan pada 14 Desember 2024.

    Mahkamah Konstitusi juga sedang mempertimbangkan untuk menguatkan pemakzulan Yoon itu dan memberhentikannya secara permanen dari jabatan Presiden Korea.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Krisis Korea

  • Cara Gunakan RedNote, Aplikasi Duplikat TikTok yang Kini Ramai Digunakan Warga AS

    Cara Gunakan RedNote, Aplikasi Duplikat TikTok yang Kini Ramai Digunakan Warga AS

    Bisnis.com, JAKARTA – Jutaan warga Amerika Serikat (AS) yang menjadi pengguna TikTok akhirnya beralih ke aplikasi RedNote.

    RedNote atau Xiaohongshu merupakan aplikasi duplikasi TikTok yang berasal dari China. Aplikasi ini memungkinkan pengguna untuk menyusun foto, video, dan teks yang mendokumentasikan kehidupan mereka.

    Melansir Reuters, muncul obrolan berjudul “Pengungsi TikTok” di RedNote pada Senin (13/1/2025), di mana lebih dari 50.000 pengguna Amerika dan Tiongkok bergabung dalam ruangan tersebut.

    RedNote menjadi startup yang didukung modal ventura dengan valuasi terbaru sebesar $17 miliar. Aplikasi ini pun menjadi penyedia informasi masif seperti TikTok yanh digunakan 300 juta orang untuk mencari tips perjalanan, krim anti-penuaan, dan rekomendasi restoran.

    Adapun RedNote awalnya diluncurkan pada 2013 dan ditujukan sebagai sosmed jual beli seperti TikTok Shop.

    Namun seiring berjalannya waktu, aplikasi ini berubah menawarkan layout yang mirip dengan Pinterest dan TikTok.

    Cara Gunakan RedNote

    1. Buka ponsel anda dan buka Google Play/App Store
    2. Setelah itu cari “RedNote” di laman pencarian
    3. Klik “Install” setelah menemukan aplikasi RedNote
    4. Buat akun menggunakan email dan nomor telepon
    5. Setelah berhasil, masuk ke akun anda dan mulai membuat konten yang diinginkan

  • Warga AS Ramai-ramai Pindah ke RedNote setelah TikTok Diblokir

    Warga AS Ramai-ramai Pindah ke RedNote setelah TikTok Diblokir

    Bisnis.com, JAKARTA – Jutaan pengguna TikTok di Amerika Serikat (AS) berpindah ke aplikasi RedNote.

    Perpindahan ini dilakukan karena pemerintah AS resmi memblokir TikTok agar tak bisa lagi digunakan oleh masyarakat.

    RedNote atau yang memiliki nama Xiaohongshu merupakan aplikasi duplikasi TikTok yang berasal dari China.

    Melansir Reuters, muncul obrolan berjudul “Pengungsi TikTok” di RedNote pada Senin (13/1/2025), di mana lebih dari 50.000 pengguna Amerika dan Tiongkok bergabung dalam ruangan tersebut.

    Para pengguna RedNote kemudian menyambut para pengguna AS datang ke aplikasi mereka. Seorang veteran China kemudian mengatakan bahwa tidak ada pembahasan “sensitif” yang dilontarkan dalam RedNote.

    RedNote adalah sebuah aplikasi mirip TikTok yang dibuat oleh startup, yang didukung modal ventura dengan valuasi terbaru sebesar $17 miliar.

    Aplikasi ini memungkinkan pengguna untuk menyusun foto, video, dan teks yang mendokumentasikan kehidupan mereka.

    Perusahaan ini telah dipandang sebagai calon kandidat IPO di China yang dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi mesin pencari de facto bagi lebih dari 300 juta penggunanya yang mencari tips perjalanan, krim anti-penuaan, dan rekomendasi restoran.

    Hanya dalam dua hari, lebih dari 700.000 pengguna baru bergabung dengan RedNote. Pengunduhan aplikasi di AS tersebut naik lebih dari 200% dari tahun ke tahun pada minggu ini.

    Kemudian 194% dari minggu sebelumnya, menurut perkiraan dari firma riset data aplikasi Sensor Tower.

  • BREAKING NEWS: Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol Akhirnya Ditangkap di Rumah Dinasnya – Halaman all

    BREAKING NEWS: Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol Akhirnya Ditangkap di Rumah Dinasnya – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Korea Selatan (Korsel), Yoon Suk Yeol, ditangkap oleh penyidik di rumah dinas kepresidenannya pada Rabu (15/1/2025) waktu setempat.

    Dikutip dari Yonhap, Yoon langsung dibawa oleh penyidik untuk dimintai keterangannya soal pemberlakuan darurat militer yang sempat diumumkan olehnya pada awal Desember 2024 lalu.

    Kantor Investigasi Korupsi untuk Pejabat Tinggi (CIO) mengumumkan surat perintah untuk menangkap Yoon diterbitkan pada Rabu pagi sekira pukul 10.33 waktu setempat.

    Berdasarkan tayangan langsung yang disiarkan, tampak konvoi kendaraan yang terlihat membawa Yoon meninggalkan rumah dinas kepresideannya di Seoul untuk menuju kantor CIO di Gwacheon.

    Sebelum penangkapan dilakukan, badan anti korupsi Korsel sempat berdiskusi dengan pihak Yoon terkait eksekusi surat perintah untuk menangkap presiden yang akan dimakzulkan tersebut.

    Jaksa dari CIO sempat memasuki kompleks kediaman kepresidenan dan berdiskusi dengan orang-orang dari pihak Yoon terkait surat perintah tersebut.

    “Hasilnya belum keluar,” ujar pejabat CIO tersebut.

    Tentang penangkapan, CIO mengatakan surat perintah untuk menangkap dan menahan Yoon agar yang bersangkutan tidak datang secara sukarela.

    Pejabat tersebut mengungkapkan tidak ada bentrokan fisik yang terjadi ketika penyidik CIO masuk ke kompleks kediaman Yoon di Distrik Hannam, Seoul.

    “Tidak seperti saat upaya eksekusi pertama, tidak ada personel atau staf keamanan yang secara aktif menghalangi eksekusi kali ini,” jelas pejabat tersebut.

    Selain penangkapan, CIO turut melakukan penggeledahan terhadap kediaman Yoon.

    Yoon Sempat Gagal Ditangkap

    Sebelumnya, CIO sempat membatalkan rencana penangkapan terhadap Yoon pada 3 Januari 2025 silam.

    Dalam pemaparannya, lembaga tersebut menyebut adanya kebuntuan dalam aksi penangkapan tersebut karena dihalangi oleh pengawal Yoon.

    Selain itu, jika penangkapan dipaksakan, menurut lembaga itu, keselamatan penyidik justru terancam.

    “Sehubungan dengan pelaksanaan surat perintah penangkapan hari ini, ditetapkan bahwa eksekusi secara efektif tidak mungkin dilakukan karena kebuntuan yang sedang berlangsung. Kekhawatiran akan keselamatan personel di lokasi menyebabkan keputusan untuk menghentikan eksekusi,” ujar lembaga itu dikutip dari Reuters.

    Pada saat proses penangkapan tersebut, Yoon dilaporkan tengah bersembunyi di vilanya bersama sang istri, Kim Keon-hee.

    Keamanan Yoon saat itu pun dianggap tetap terjamin karena vila yang ditempatinya dilengkapi dengan kawat berduri serta dijaga pasukan kecil keamanan pribadinya.

    Selain itu, adapula ribuan warga yang berjaga dan memadati area villa Yoon tersebut.

    Adapun Yoon terus bersembunyi di kediamannya sejak parlemen memilih untuk memakzulkannya karena mengumumkan deklarasi militer pada 3 Desember 2024 lalu.

    Saat itu, CIO pun menyesalkan sikap Yoon yang dianggap tidak kooperatif saat akan ditangkap.

    “Kami menyampaikan penyesalan yang mendalam atas perilaku tersangka yang menolak mematuhi prosedur hukum yang ditetapkan,” demikian pernyataan CIO, dikutip Yonhap.

    Mangkir dalam 3 Kali Pemanggilan

    Sebelum ditangkap paksa, Yoon sebenarnya telah dipanggil sebanyak tiga kali untuk dimintai keterangannya terkait deklarasi darurat militer.

    Namun, ketiga panggilan tersebut berujung mangkirnya mantan jaksa tersebut.

    Di sisi lain, Yoon tidak hanya diselidiki terkait deklarasi darurat militer saja, tetapi juga dugaan skandal korupsi istrinya.

    (Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)

    Artikel lain terkait Krisis Korea 

  • Pengiriman Boeing pada 2024 Turun ke Level Terendah

    Pengiriman Boeing pada 2024 Turun ke Level Terendah

    Jakarta, FORTUNE – Produsen Pesawat Boeing pada 2024 mencatat penurunan pengiriman tahunan terendah sejak Pandemi Covid-19. Padahal, pabrikan pesawat itu baru beroperasi normal pada Desember lalu setelah aksi mogok para buruh memperlambat produksi pada musim gugur.

    Dilansir dari Reuters, Boeing mengirimkan 348 jet komersial sepanjang 2024. Angka ini turun dari 528 pada tahun sebelumnya. Sementara pesanan baru untuk jet pada 2024 turun menjadi kurang dari setengah dari yang dicatat Boeing satu tahun sebelumnya.
    Perusahaan juga mencatat 569 pesanan kotor dan 377 pesanan bersih setelah pembatalan dan konversi.

    “Masalah kualitas produksi, pengetatan regulasi pengawasan, keterlambatan rantai pasokan, dan pemogokan selama tujuh pekan telah memperlambat jalur perakitan pembuat pesawat AS tersebut,” tulis Reuters dalam laporannya, Rabu (15/1).

    Perusahaan telah mengambil pendekatan yang berhati-hati untuk melanjutkan produksi setelah aksi pemogokan, yang berakhir pada 5 November. Lini produksi 737 kembali dimulai pada awal Desember.

    Perusahaan mengirimkan 30 jet pada Desember, termasuk 17 737 MAX dan 9 787. Total pengiriman bulanan tercatat meningkat dari 13 pada November dan 14 pada bulan Oktober. Tahun ini, Boeing mengirimkan 260 737 MAX, 51 787, 18 767, dan 14 777.

    Boeing memperoleh sebagian besar pendapatan saat mereka mengirimkan pesawat. CEO Boeing yang baru Kelly Ortberg mengatakan kepada investor pada Oktober bahwa ia memperkirakan perusahaan akan terus membakar uang tahun ini.

  • Parlemen Desak Joe Biden untuk Perpanjang Tenggat Waktu Pelarangan TikTok di AS

    Parlemen Desak Joe Biden untuk Perpanjang Tenggat Waktu Pelarangan TikTok di AS

    JAKARTA – Dua anggota parlemen dari Partai Demokrat pada Senin, 13 Januari, mendesak Kongres dan Presiden Joe Biden untuk memperpanjang tenggat waktu 19 Januari bagi ByteDance untuk menjual asetnya ke AS. 

    Pada sidang yang dilaksanakan hari Jumat lalu, Pengacara ByteDance, Noel Francisco, juga mengatakan bahwa sangat mustahil menyelesaikan proses penjualan perusahaan dalam waktu seminggu. 

    Adapun yang memiliki wewenang untuk menunda larangan TikTok beroperasi adalah Presiden Joe Biden. Ia dapat memperpanjang tenggat waktu hingga 90 hari jika ia menilai ByteDance telah membuat kemajuan signifikan dalam proses pemindahan kepemilikan. Tapi hingga kini, sangat kecil kemungkinannya. 

    Senator Edward Markey menyatakan akan memperkenalkan legislasi untuk menunda tenggat waktu hingga 270 hari tambahan. Karena menurutnya, larangan TikTok akan menghancurkan sistem informasi jutaan warga. 

    “Larangan TikTok akan membawa dampak serius bagi jutaan warga Amerika yang bergantung pada aplikasi ini untuk hubungan sosial dan penghidupan ekonomi mereka. Kita tidak bisa membiarkan hal ini terjadi,” ujar Markey mengutip Reuters. 

    Sementara itu, anggota DPR Ro Khanna turut mendesak Presiden Biden dan mantan Presiden Donald Trump untuk menghentikan rencana pelarangan tersebut. 

    Di sisi lain, Mahkamah Agung AS tampaknya cenderung untuk mendukung undang-undang yang mengharuskan TikTok dijual atau dilarang di Amerika Serikat sebelum 19 Januari. 

    Pada sidang Jumat, 10 Januari, yang berlangsung 2,5 jam, sembilan hakim yang hadir berfokus pada kekhawatiran terkait keamanan nasional mengenai China yang memicu penindakan terhadap aplikasi video pendek populer ini. 

  • Menteri Israel Ben-Gvir Ancam Mundur Jika Netanyahu Setujui Gencatan Senjata

    Menteri Israel Ben-Gvir Ancam Mundur Jika Netanyahu Setujui Gencatan Senjata

    Video: Menteri Israel Ben-Gvir Ancam Mundur Jika Netanyahu Setujui Gencatan Senjata

    12 Views | Rabu, 15 Jan 2025 05:49 WIB

    Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, mengancam akan mengundurkan diri jika Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menyetujui gencatan senjata Gaza. Diketahui, mayoritas menteri Israel diperkirakan akan mendukung kesepakatan gencatan senjata bertahap.

    Yumna Khan/Reuters – 20DETIK

  • TikTok Bantah Jual Aplikasinya ke Elon Musk Seharga 50 Miliar Dolar  – Halaman all

    TikTok Bantah Jual Aplikasinya ke Elon Musk Seharga 50 Miliar Dolar  – Halaman all

     

    Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia

     

    TRIBUNNEWS.COM, BEIJING – Juru bicara TikTok menegaskan, isu penjualan platfrom video bergulir kepada miliarder kondang AS Elon Musk adalah berita palsu alias hoks.

    Tiktok juga menjelaskan bahwa pihaknya tidak akan melepaskan diri dari ByteDance selaku induk perusahaan.

    “Kami tak bisa berkomentar soal cerita fiksi,” kata Juru bicara TikTok merujuk isu penjualan platfrom video sebagai berita Hoax, sebagaimana dikutip dari BBC International.

    Pernyataan itu dirilis TikTok usai laporan dari Bloomberg News menyebutkan bahwa telah terjadi pembicaraan mengenai kemungkinan penjualan operasi TikTok di Amerika Serikat kepada miliarder Elon Musk. 

    Laporan ini juga menyebutkan bahwa satu kemungkinan skenario, platform media sosial Musk, X, akan mengambil alih TikTok AS sehingga aplikasi tersebut bisa tetap menjalankan bisnisnya di AS.

    Menurut analisis dari Mandeep Singh dan Damian Reimertz dari Bloomberg Intelligence kemungkinan Elon Musk akan merogoh kocek antara 40 miliar dolar AS hingga 50 miliar dolar AS untuk  mengakuisisi TikTok

    Sejauh ini Musk belum memberikan komentar resmi mengenai kesepakatan tersebut.

    Namun pembicaraan ini kabarnya muncul sebagai langkah yang diambil oleh Beijing jika aplikasi video pendek tersebut tidak dapat menghindari larangan yang diusulkan.

    Laporan ini muncul di tengah ketegangan yang meningkat mengenai keberadaan TikTok di AS.

    Pemerintah AS mengancam akan memblokir aplikasi video ini per tanggal 19 Januari 2025 apabila Bytedance induk dari TikTok menolak menjual aplikasi TikTok ke Amerika Serikat.

    Konflik panas ini bermula ketika AS menuduh China melakukan pencurian data TikTok.

    Tudingan ini diperkuat usai tim peneliti menemukan source code di TikTok yang menunjukkan bahwa aplikasi tersebut memanen data seperti lokasi, perangkat yang digunakan, dan aplikasi apa saja yang ada di dalam HP pengguna.

    Dengan memanfaatkan data tersebut, AS khawatir warga negaranya dapat dikontrol oleh pemerintah China.

    Lantaran pemerintah negeri tirai bambu ini kerap memanfaatkan algoritma di media sosial, untuk membawa pengaruh ke pengguna.

    Buntut masalah ini Presiden Joe Biden menandatangani undang-undang pada April yang mengharuskan ByteDance menjual TikTok kepada pemilik non-China.

    Jika ByteDance menolak aturan tersebut, maka aplikasi TikTok terancam dilarang beroperasi di AS.

    Tak sampai disitu, Pimpinan komite House of Representative atau DPR AS bahkan mendesak CEO Apple dan Google untuk segera menghapus aplikasi TikTok dari Play Store dan App Store paling lambat 19 Januari 2025.

    China Pilih Tutup TikTok Ketimbang Menjualnya ke AS

    Usai membantah penjualan TikTok kepada miliarder kondang AS Elon Musk, ByteDance, perusahaan induk Tiktok di China menegaskan akan menutup aplikasi TikTok daripada harus menjualnya ke perusahaan AS.

    Hal serupa juga turut dikonfirmasi empat sumber Reuters di AS, mereka menyatakan ByteDance tidak akan menjual TikTok, lantaran algoritma TikTok dinilai terlalu penting untuk seluruh bisnis ByteDance.

    Terlebih TikTok AS hanya menyumbang sebagian kecil dari total pendapatan dan jumlah pengguna ByteDance.

    Karena itu, menutup TikTok di Amerika Serikat dinilai lebih baik daripada menjual aplikasi tersebut ke perusahaan AS.