Para demonstran di Philadelphia dan di ibu kota di California, Minnesota, Michigan, Texas, Wisconsin, Indiana, dan sekitarnya melambaikan spanduk yang mengecam Presiden Donald Trump dan buku pedoman sayap kanannya, Proyek 2025. Tak luput dari sasaran demonstrasi yakni Kepala Departemen Efisiensi Pemerintah, Elon Musk. (REUTERS/Nathan Howard)
Perusahaan: Reuters
-
Gara-Gara DeepSeek, Bank Asal Rusia Mau Kolaborasi dengan China
Bisnis.com, JAKARTA — Bank terbesar di Rusia, Sberbank berencana untuk berkolaborasi dengan para peneliti China dalam proyek kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
Hal ini lantaran DeepSeek telah mengubah lanskap teknologi dengan menciptakan model AI yang jauh lebih murah dibandingkan Amerika Serikat (AS).
Belum lama ini, DeepSeek, perusahaan rintisan yang berbasis di Hangzhou, telah mengejutkan pasar global bulan lalu lantaran para investor bertaruh bahwa model berbiaya rendahnya akan mengancam dominasi para pemimpin AS seperti Nvidia.
Melansir Reuters, Kamis (6/2/2025), Rusia dan China telah lama membicarakan tentang kerja sama AI, termasuk dalam aplikasi militer.
Wakil CEO Sberbank Alexander Vedyakhin mengatakan bahwa perusahaan memiliki banyak ilmuwan. “Melalui mereka, kami berencana untuk melakukan proyek penelitian bersama dengan para peneliti dari China,” kata Vedyakhin kepada Reuters.
Sayangnya, Vedyakhin tidak menyebutkan dengan Sberbank berencana untuk bekerja sama di China. Meski begitu, dia mengatakan bahwa China adalah mitra Rusia dalam banyak isu agenda internasional.
“Dan tingkat kerja sama ilmiah antara negara-negara kita dapat diperkuat melalui kolaborasi antara para ilmuwan kita,” ujarnya.
Adapun, lanjutnya, Presiden Rusia Vladimir Putin telah menginstruksikan Sberbank, yang sedang dikenai sanksi Barat, untuk membangun kerja sama dengan China dan negara-negara BRICS lainnya dalam bidang AI untuk menantang dominasi AS.
Seperti China, Rusia juga tengah berjuang untuk mengembangkan kapasitas komputasi dalam negeri karena sanksi yang membatasi impor perangkat keras Barat terbaru, dan tengah mencari solusi alternatif agar tetap kompetitif dalam perlombaan AI.
Lebih lanjut, Vedyakhin menyebut, sejak peluncuran model-model DeepSeek, Sberbank telah membandingkannya dengan GigaChat MAX.
Menurutnya, keberhasilan DeepSeek sejalan dengan strategi Sberbank untuk menemukan solusi berbiaya rendah alih-alih menginvestasikan miliaran dolar dalam megaproyek infrastruktur komputasi seperti proyek Stargate yang merupakan usaha patungan yang diumumkan Presiden AS Donald Trump.
“DeepSeek telah membuktikan bahwa bahkan dengan kemampuan yang terbatas, kualitas yang setara dengan model Amerika dapat dicapai. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang perlunya investasi ekstrem ketika ada inovasi rekayasa,” ujarnya.
Di samping itu, dia juga memandang Deepseek lebih transparan dibandingkan dengan OpenAI milik AS.
“Keberhasilan DeepSeek sebagian besar disebabkan oleh transparansinya, yang kontras dengan kerahasiaan OpenAI. Hal ini telah menarik komunitas yang besar,” pungkasnya.
-

Potret Lautan Manusia Peringati 2 Tahun Gempa Dahsyat Turki
Hingga kini, jalan-jalan di Hatay masih sepi, bisnis tutup, dan proses pembongkaran bangunan terus berlangsung. Kota yang terletak di selatan Turki ini sebelumnya dikenal sebagai pusat keragaman budaya dan agama serta tujuan wisata populer. Di Adiyaman, kota lain yang rusak parah akibat gempa, ratusan orang juga menggelar aksi serupa dengan berkumpul di alun-alun kota. (REUTERS/Serdar Ozsoy)
-

Beberkan Rencana, Trump Klaim Israel Akan Serahkan Gaza ke AS setelah Perang Berakhir – Halaman all
TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan bahwa tidak diperlukan tentara AS dalam usulannya mengenai Gaza, Kamis (6/2/2025).
Pernyataan Donald Trump disampaikan beberapa hari setelah ia mengumumkan bahwa Amerika Serikat dapat “mengambil alih” dan “memiliki” Jalur Gaza.
Donald Trump yang sebelumnya menolak untuk mengesampingkan kemungkinan pengerahan pasukan AS ke Gaza, mengklarifikasi rencananya dalam komentarnya.
Terbaru, Donald Trump mengklaim Israel akan menyerahkan Jalur Gaza kepada AS.
“Jalur Gaza akan diserahkan kepada Amerika Serikat oleh Israel setelah pertempuran berakhir,” katanya, Kamis, seperti diberitakan Al Arabiya.
“Warga Palestina sudah akan dimukimkan kembali di komunitas yang jauh lebih aman dan lebih indah, dengan rumah-rumah baru dan modern, di kawasan tersebut,” lanjutnya.
Pada awal pekan ini, Donald Trump menyampaikan pengumuman ketika Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berkunjung ke AS.
Ketika itu, ia menyampaikan bahwa AS akan mengambil alih Jalur Gaza.
Donald Trump juga memberikan sedikit rincian tentang bagaimana Amerika Serikat dapat memindahkan lebih dari 2 juta warga Palestina atau mengendalikan wilayah yang dilanda perang itu.
“Kami juga akan melakukan pekerjaan dengannya. Kami akan mengakuinya,” katanya.
Di sisi lain, Pemerintahan Trump tampaknya menarik kembali usulan ini pada hari Rabu, setelah menghadapi gelombang kritik dari warga Palestina, pemerintah Arab, dan para pemimpin dunia.
Menteri Luar Negeri Trump, Marco Rubio, mengatakan gagasan itu “tidak dimaksudkan untuk bersikap bermusuhan.”
Sementara, Gedung Putih mengatakan tidak ada komitmen untuk mengirim pasukan AS.
Hamas Sebut Pernyataan Trump Konyol
Pejabat Hamas, Sami Abu Zuhri, mengatakan pernyataan Donald Trump tentang pengambilalihan Jalur Gaza adalah konyol dan tidak masuk akal, serta dapat mengganggu stabilitas Timur Tengah.
“Pernyataan Trump tentang keinginannya untuk menguasai Gaza adalah konyol dan tidak masuk akal, dan ide-ide semacam ini dapat memicu kerusuhan di kawasan tersebut,” kata Abu Zuhri kepada Reuters, Rabu (5/2/2025).
Sementara itu, Hamas siap untuk menjalin kontak dan mengadakan pembicaraan dengan pemerintahan Donald Trump.
Hal ini sebagaimana diberitakan kantor berita negara Rusia RIA mengutip seorang pejabat senior Hamas dalam pernyataan yang diterbitkan pada Rabu pagi.
“Kami siap untuk melakukan kontak dan pembicaraan dengan pemerintahan Trump,” lapor RIA mengutip pernyataan anggota senior Politbiro Hamas, Mousa Abu Marzouk.
“Di masa lalu, kami tidak keberatan dengan kontak dengan pemerintahan (mantan Presiden AS Joe) Biden, Trump atau pemerintahan AS lainnya, dan kami terbuka untuk berunding dengan semua pihak internasional,” jelasnya.
Tidak jelas kapan RIA mewawancarai Marzouk, yang mengunjungi Moskow pada Senin (3/2/2025), untuk mengadakan pembicaraan dengan kementerian luar negeri Rusia.
Marzouk mengatakan kepada RIA, pembicaraan dengan AS telah menjadi semacam kebutuhan bagi Hamas, mengingat Washington merupakan pemain kunci di Timur Tengah.
“Itulah sebabnya kami menyambut baik perundingan dengan Amerika dan tidak keberatan dengan masalah ini,” tambahnya.
KEADAAN GAZA – Tangkapan layar YouTube Al Jazeera English yang diambil pada Kamis (6/2/2025) menunjukkan keadaan kota Gaza setelah gencatan senjata diterapkan pada 19 Januari 2025. (Tangkapan layar YouTube Al Jazeera English)
Perkembangan Terkini Konflik Palestina Vs Israel
Dilansir Al Jazeera, Benjamin Netanyahu mengatakan kepada Fox News, rencana “luar biasa” Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk mengusir warga Palestina dari Gaza “harus benar-benar dikejar, diperiksa, dan dilaksanakan”.
Usulan tersebut ditolak secara luas, termasuk oleh warga Palestina di Jalur Gaza, yang mengatakan mereka “tidak akan pernah pergi, apa pun yang terjadi”.
Utusan Israel untuk PBB, Danny Danon, mengatakan negaranya akan “mendukung” AS dan “tidak berpartisipasi” dalam Dewan Hak Asasi Manusia PBB yang “bias” sehari setelah Trump juga keluar dari badan yang berpusat di Jenewa tersebut.
Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, mengatakan militer AS “siap mempertimbangkan semua opsi” di Gaza, sementara Netanyahu melanjutkan lawatannya ke Washington dengan mengunjungi Pentagon.
Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, mengatakan Donald Trump hanya ingin warga Palestina “direlokasi sementara” dan dia “belum” berkomitmen untuk mengirim pasukan AS ke Gaza.
Pernyataan Leavitt muncul saat rencana yang diajukan oleh Trump untuk “mengambil alih” dan “memiliki” Gaza telah menuai kecaman luas, termasuk dari warga Palestina di Gaza dan pejabat PBB.
Anggota Kongres AS, Al Green, mengatakan dia akan mengajukan pasal pemakzulan terhadap Trump terkait komentar presiden soal Gaza, dan mengecam usulan itu sebagai “keji”.
Hamas telah setuju untuk menyerahkan jenazah Shiri Bibas dan kedua anaknya, Ariel dan Kfir, setelah permintaan dari Israel melalui mediator, Al Jazeera Arabic melaporkan.
Seorang penembak jitu Israel telah menembak dan membunuh seorang anak Palestina di sekitar Lapangan al-Awda di pusat Rafah, Gaza selatan, seorang koresponden Al Jazeera melaporkan.
Kantor Media Pemerintah Gaza telah memberikan jumlah korban tewas sebanyak 61.709 orang, dengan mengatakan ribuan orang yang hilang kini diduga tewas.
Sebanyak 1.139 orang tewas di Israel selama serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023, dan lebih dari 200 orang ditawan.
(Tribunnews.com/Nuryanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel
-

DeepSeek Diblokir di Mana-Mana, Ini Alasan Banyak yang Takut AI China
Jakarta, CNBC Indonesia – Korea Selatan ikut melarang penggunaan DeepSeek di dalam negeri. Kementerian Perindustrian telah memblokir akses platform ke karyawannya.
Laporan tersebut berasal dari Reuters yang mengutip seorang pejabat Kementerian. Pemerintah setempat juga telah mengeluarkan pemberitahuan untuk kementerian dan lembaga berhati-hati pada penggunaan AI di tempat kerja, dikutip Kamis (6/2/2025).
Namun peringatan itu bukan hanya untuk DeepSeek. Melainkan juga pada ChatGPT buatan OpenAI yang jadi awal pengembangan pesat AI beberapa tahun lalu.
Sejumlah lembaga dan kementerian juga telah melakukan pemblokiran. Misalnya lembaga Korea Hydro & Nuclear Power yang memblokir DeepSeek bersama layanan AI lain pada awal bulan Februari.
Kementerian Pertahanan melakukan hal serupa. Pejabat setempat menyebutkan pemblokiran akses dilakukan pada komputer kementerian yang digunakan untuk keperluan militer.
DeepSeek juga telah dibatasi aksesnya untuk komputer yang terhubung pada jaringan eksternal di Kementerian Luar Negeri, menurut laporan Yonhap. Reuters mengatakan Kementerian tidak mengonfirmasi tindakan keamanan tertentu.
Langkah Korea Selatan ini menyusul larangan yang dilakukan oleh pemerintah Australia dan Taiwan. Kedua negara melarang DeepSeek digunakan pada semua perangkat pemerintah.
Sementara itu otoritas perlindungan data Italia telah meminta DeepSeek mematikan chatbot di negara tersebut. Ini terjadi setelah perusahaan asal China itu gagal memberikan kepastian soal kekhawatiran mengenai kebijakan privasinya.
CTO Firma keamanan siber Armis, Nadir Izrael juga mengatakan banyak konsumen Netskope yang membatasi akses ke DeepSeek. Netskope sendiri adalah perusahaan keamanan jaringan untuk membatasi akses karyawan ke situs tertentu.
“Sebanyak 70% klien Armis telah meminta pemblokiran akses, kata Izrael. Sebanyak 52% klien Netskop juga telah memblokir akses ke DeepSeek secara total, menurut Ray Canzanese, direktur ancaman lab Netskope.
“Kekhawatiran terbesar adalah potensi kebocoran data pada model AI [DeepSeek] ke pemerintah China,” kata Izrael, dikutip dari Japan Times,
(dem/dem)
-

Usai Gencatan Senjata, Situasi Kemanusiaan di Kongo Timur Tetap Dramatis
Kinshasa –
Aliran air dan listrik kembali aktif di sebagian besar pemukiman warga di Kota Goma, di timur Republik Demokratik Kongo, DRC, Afrika. Ketenangan berjejak usik kota berpenduduk lebih dari satu juta orang itu dikuasai gerilyawan Gerakan 23 Maret atau M23 akhir Januari silam.
Pendudukan Goma oleh milisi M23 dicapai setelah pertempuran selama berhari-hari melawan militer Kongo. Menurut Perserikatan Bangsa-bangsa, PBB, pertempuran menewaskan setidaknya 900 orang.
Namun, air dan listrik tidak cukup untuk menstabilkan situasi kemanusiaan, seperti yang dijumpai reporter DW di Goma.
Penjarahan rumah sakit
Tugas paling mendesak saat ini adalah penanggulangan jenazah demi mencegah wabah penyakit. Bantuan medis mutlak diperlukan karena hampir semua rumah sakit di Goma beroperasi di luar batas kapasitas. Ribuan orang dikabarkan mengalami luka-luka dalam serbuan gerilyawan M23.
DW mengunjungi rumah sakit Palang Merah Internasional yang mengaku harus menampung 290 pasien dengan hanya 146 tempat tidur. Mereka yang tidak mendapat ruang, diinapkan di dalam tenda di luar bangunan rumah sakit.
“Saat ini, kami sangat membutuhkan obat-obatan dan perlengkapan medis lain untuk perawatan yang layak,” kata Dokter Abdouraman Sidibe.
“Suplai kami di rumah sakit dijarah, yang tentunya mempersulit penanganan medis. Kami sudah meminta obat-obatan kepada mitra-mitra kami, tapi kami masih menunggu jawaban sudah sejak 10 hari.”
Gencatan senjata sepihak oleh M23
Belum jelas, apakah gencatan senjata sepihak oleh M23 sejak hari Selasa (04/02) akan mampu menstabilkan situasi keamanan di Goma. Gerilyawan Tutsi yang didukung Rwanda itu mengumumkan, pihaknya tidak berkeinginan “mengambil alih kontrol atas Kota Bukavu atau wilayah lain,” tulis mereka, merujuk pada kota Kongo di dekat perbatasan Rwanda di selatan Danau Kivu.
Militer dan pemerintah Kongo bereaksi skeptis. Gerilayawan M23, “mengatakan sesuatu, tapi melakukan hal sebaliknya,” kata juru bicara militer Sylvain Ekenge seperti dikutip Reuters.
“Mereka mengumumkan gencatan senjata untuk mengorganisir diri dan memperkuat pertahanan.”
Pengumuman gencatan senjata sepihak selalu terlihat bagus, kata Stephanie Wolters, peneliti di Institut Studi Keamanan di Afrika Selatan, ISS. “Jika pihak Kongo yang melanggar gencatan senjata, mereka akan berada dalam posisi lebih buruk lagi,” kata Wolters kepada DW. Deklarasi itu dinilai memperkuat daya tawar M23 di meja perundingan.
Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Antara perang atau perundingan
Proses damai diharapkan bisa diawali di KTT darurat Komunitas Afrika Timur, EAC, dan Komunitas Pembangunan Afrika Selatan, SADC, mulai hari Jumat (07/02) pekan ini di Tanzania.
Presiden Rwanda Paul Kagame sudah menyatakan akan hadir. Namun, Presiden DRC Felix Tshisekedi belum memberikan jawaban. Padahal, pertemuan tersebut digelar khusus untuk membahas situasi keamanan di timur Kongo.
Menurut PBB, Rwanda mendukung pemberontakan M23 secara logistik, militer, dan bahkan secara aktif dengan mengirimkan tentaranya sendiri. Pemerintah di Kigali dengan tegas menolak laporan tersebut.
Gerakan M23 digalang gerilyawan etnis Tutsi, yang menjadi korban genosida oleh etnis Hutu di Rwanda pada tahun 1994. Sebagian besar warga Hutu di Rwanda, termasuk terduga pelaku genosida, melarikan diri ke Kongo menyusul kemenangan milisi Tutsi yang dipimpin oleh Presiden Kagame saat ini.
Ancaman perang terbuka tidak hanya muncul dalam bentuk retorika di Kigali dan Kinshasa semata. Uganda dilaporkan juga telah memperkuat kemampuan tempurnya di perbatasan menuju Kongo timur, dengan sekitar 5.000 tentara.
Kongo Timur yang sangat kaya sumber daya alam telah menjadi tempat berkecamuknya dua perang besar antara tahun 1996 dan 2003, yang melibatkan tentara dan milisi pemberontak, serta menelan korban hingga enam juta jiwa.
UNHCR tuntut koridor kemanusiaan
Selama 20 tahun sejak berakhirnya Perang Kongo Kedua, situasi keamanan tidak pernah benar-benar stabil. Kehadiran milisi membawa serta pertempuran, penjarahan, dan pemerkosaan, yang mendorong warga sipil untuk mengungsi.
Bahkan sebelum eskalasi terbaru dimulai, badan pengungsi PBB UNHCR menghitung 4,6 juta warga sipil mengungsi secara internal dari provinsi-provinsi bermasalah Kivu Utara dan Selatan.
“Kami menerima laporan mengenai pemblokiran jalan dan hambatan lain terhadap penduduk yang bergerak untuk mencari keselamatan,” kata juru bicara UNHCR Eujin Byun kepada DW.
“Itulah sebabnya kami menuntut jaminan rute yang aman untuk bantuan kemanusiaan dan pengungsi.”
UNHCR belum mengamati adanya pergerakan pengungsi besar-besaran ke negara-negara tetangga, kata Byun. “Kita tidak boleh lupa bahwa orang-orang di Kongo timur telah mengungsi berkali-kali. Mereka ingin tetap tinggal di negara mereka.”
Saat ini, sangat penting secara politik untuk mencegah eskalasi lebih lanjut, yang dapat memaksa orang melarikan diri melintasi batas negara.
Namun, jika koalisi bentukan M23 melanjutkan serangan setelah gencatan senjata berakhir, lebih banyak penduduk akan mengungsi ke provinsi Kivu Selatan. Hingga akhir pekan, posisi M23 hanya berjarak sekitar 60 kilometer dari ibu kota provinsi Bukavu yang berpenduduk satu juta orang.
Sebelum gencatan senjata diumumkan, DW berbicara kepada penduduk yang ingin mengungsi: “Goma tidak jauh dari Bukavu. Warga di sana tidak meninggalkan rumah mereka selama tiga hari. Kami khawatir hal yang sama dapat terjadi di Bukavu,” kata seorang perempuan kepada DW.
Sebab itu dia berniat melarikan diri melintasi perbatasan ke Burundi.
Jika M23 mengepung Bukavu, banyak penduduk kota dapat mengambil keputusan yang sama.
Ditulis dalam bahasa Jerman dengan kontribusi Zanem Zaidi di Goma dan Jonas Gerding di Kinshasa
Lihat juga Video ‘Kongo Chaos! Massa Serang Kedubes di Kinshasa’:
(nvc/nvc)
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu
-

Netanyahu Puji Rencana Trump Ambil Alih Gaza: Gagasan Luar Biasa! Netanyahu Puji Rencana Trump Ambil Alih Gaza: Gagasan Luar Biasa!
Washington DC –
Saat dunia menolak, pujian dilontarkan oleh Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu terhadap rencana kontroversial Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk mengambil alih Jalur Gaza setelah merelokasi warganya. Netanyahu mengatakan tidak ada yang salah dengan gagasan Trump tersebut.
Pujian Netanyahu itu, seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Kamis (6/2/2025), dilontarkan dalam wawancara dengan media terkemuka AS, Fox News, pada Rabu (5/2) waktu setempat.
“Gagasan sebenarnya adalah mengizinkan warga Gaza yang ingin pergi untuk pergi. Maksud saya, apa yang salah dengan hal itu? Mereka bisa pergi, lalu mereka bisa kembali lagi, mereka bisa relokasi dan kembali lagi. Tapi Anda harus membangun kembali Gaza,” ucap Netanyahu dalam wawancara tersebut.
“Itu adalah gagasan yang luar biasa dan saya pikir hal ini harus benar-benar diupayakan, dikaji, diupayakan dan dilakukan, karena menurut saya, hal ini akan menciptakan masa depan yang berbeda untuk semua orang,” ujarnya, tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut.
Rencana kontroversial untuk mengambil alih Gaza itu diumumkan Trump dalam konferensi pers bersama dengan Netanyahu yang berkunjung ke Gedung Putih pada Selasa (4/2) waktu setempat.
Trump tidak hanya menyebut AS “akan mengambil alih” Jalur Gaza, tapi juga akan “memilikinya” dan mengembangkannya secara ekonomi, setelah merelokasi warga Palestina yang ada di sana ke negara-negara lainnya. Dia bahkan menyebut relokasi warga Gaza itu akan dilakukan “secara permanen”.
Rencana Trump itu menghancurkan kebijakan AS sejak lama yang memegang teguh solusi dia negara sebagai satu-satunya solusi untuk konflik Israel-Palestina.
Dalam konferensi pers pada Rabu (5/2), Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt menarik kembali pernyataan Trump soal warga Gaza akan direlokasi secara permanen. Dia mengatakan bahwa warga Gaza harus “direlokasi sementara” untuk proses pembangunan kembali.
Pernyataan serupa juga disampaikan Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Marco Rubio yang menegaskan bahwa gagasannya adalah warga Gaza meninggalkan wilayah itu untuk periode “sementara” selama rekonstruksi dan pembersihan puing berlangsung.
Tidak diketahui secara jelas apakah Trump akan melanjutkan gagasannya itu, atau sesuai dengan citranya sebagai pembuat kesepakatan yang cerdik, Trump hanya melontarkan langkah ekstrem itu sebagai taktik tawar-menawar.
Masa jabatan pertama Trump, menurut para pengkritik, dipenuhi pernyataan kebijakan luar negeri yang berlebihan, dan banyak yang tidak pernah dilaksanakan.
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu



