Perusahaan: Reuters

  • Prancis Panaskan Persaingan AI, Macron Umumkan Investasi Rp1.830 Triliun

    Prancis Panaskan Persaingan AI, Macron Umumkan Investasi Rp1.830 Triliun

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Prancis Emmanuel Macron dikabarkan akan mengumumkan rencana investasi jumbo swasta senilai US$112,5 miliar atau Rp1.830 triliun untuk pengembangan kecerdasan buatan (AI).   

    Pendanaan tersebut mencakup rencana perusahaan investasi Kanada Brookfield untuk menginvestasikan US$20,61 miliar dalam proyek AI di Prancis dan pendanaan dari Uni Emirat Arab yang dapat mencapai US$51,52 miliar pada tahun-tahun mendatang.

    Dilansir dari Reuters, Senin (10/1/2025) Istana Elysee mengatakan investasi UEA akan mencakup pembiayaan untuk pusat data 1 gigawatt. Surat kabar La Tribune de Dimanche melaporkan bahwa sebagian besar investasi Brookfield akan digunakan untuk pusat data.

    AI membutuhkan sejumlah besar energi untuk memberi daya pada pusat data besar, dengan Eropa terlihat kesulitan untuk memenuhi permintaan pada masa mendatang.

    Bulan lalu, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa OpenAI, SoftBank Group akan menginvestasikan US$500 miliar dalam infrastruktur AI selama empat tahun ke depan untuk membantu Amerika Serikat tetap unggul dari China dan pesaing lainnya dalam perlombaan AI global.

    Ilustrasi kecerdasan buatanPerbesar

    Diketahui, persaingan model kecerdasan buatan memasanas pada awal tahun ini. OpenAI mendapat pesaing berat DeepSeek yang telah membuat valuasi perusahaan milik Sam Altman anjlok. Pada saat yang bersamaan, Alibaba hadir dengan model AI terbaru mereka Qwen 2.5 Max. 

    Mengutip Notebookcheck.net, Alibaba menyebut Qwen 2.5 Max melampaui model AI terkemuka dari Deepseek, OpenAI, serta Meta dalam berbagai penilaian kinerja.

    Model ini disebut-sebut unggul dalam berbagai tolok ukur, termasuk Arena-Hard, LiveBench, LiveCodeBench, MMLU, dan GPQA-Diamond.

    Arena Hard merupakan benchmark yang digunakan untuk mengevaluasi dan membandingkan kualitas respons dari berbagai model A) terhadap pertanyaan dan permintaan yang diajukan oleh manusia. 

    Dalam konteks ini, Arena Hard menjadi tolok ukur penting untuk mengukur seberapa baik sebuah model AI dapat memahami dan menanggapi instruksi manusia.

    Sementara itu, Live Bench berkaitan dengan kemampuan model AI dalam mengerjakan berbagai tugas. Live Bench dirancang untuk mengevaluasi kemampuan kognitif dan pemahaman umum model AI.

    “Secara khusus, skornya pada MMLU dan LiveCodeBench menetapkan standar baru dalam industri, menyoroti kemampuan canggihnya,” tulis Alibaba dikutip Bisnis pada Kamis (30/1/2025).

    Pengumuman rilis produk teknologi baru ini dilakukan pada Rabu (29/1/2025). Bertepatan dengan Tahun Baru Imlek yang merupakan hari libur akbar di China ketika sebagian besar bisnis di negara itu tidak beroperasi. 

  • China Bakal Pangkas Subsidi buat Pembangkit Listrik Surya & Angin

    China Bakal Pangkas Subsidi buat Pembangkit Listrik Surya & Angin

    Jakarta – China berencana mengurangi subsidi buat proyek energi terbarukan setelah lonjakan pemasangan tenaga surya dan angin. Hal itu diungkap oleh Badan perencanaan ekonomi utama China pada hari Minggu kemarin.

    Mengutip laporan Reuters, China sempat memecahkan rekornya untuk pemasangan panel surya baru pada tahun 2024. Kala itu peningkatan kapasitas terpasang sebesar 45% dari tahun sebelumnya. Saat ini, China memiliki hampir 887 GW tenaga surya yang terpasang, lebih dari enam kali lipat kapasitas yang dimiliki Amerika Serikat (AS) menurut data dari Badan Energi Terbarukan Internasional.

    Lonjakan instalasi tersebut menandakan bahwa China telah mencapai targetnya pada 2030, enam tahun lebih cepat dari jadwal. Catatan ini menegaskan kecepatan peluncuran energi bersihnya pada saat Presiden AS Donald Trump menarik diri dari perjanjian iklim Paris untuk kedua kalinya dan berjanji untuk mempermudah pengeboran minyak dan gas.

    National Development and Reform Commission (NDRC) bersama administrasi energi China, pihaknya telah mengeluarkan perubahan orientasi pasar pada kebijakan yang dimaksudkan untuk mendorong proyek energi bersih.

    NDRC juga mengatakan, kapasitas energi bersih China mencapai lebih dari 40% dari total kapasitas pembangkit energi, sebagian karena dukungan sistem yang menjamin harga energi terbarukan yang dijual ke jaringan.

    “Biaya pengembangan energi baru telah turun secara signifikan dibandingkan dengan tahap sebelumnya,” kata NDRC dikutip dari Reuters, Minggu (9/2/2025).

    NDRC juga menyatakan, setiap proyek baru yang diselesaikan setelah Juni tahun ini akan menghadapi pembayaran listrik berdasarkan penawaran berbasis pasar. NDRC memperkirakan, tidak ada dampak pada harga bagi pengguna rumah tangga dan pertanian.

    Selain itu, NDRC juga memastikan bahwa tarif listrik masih pada harga yang untuk operasi industri dan komersial setelah perubahan tersebut berlaku. NDRC juga akan bekerja sama dengan pemerintah daerah di seluruh wilayah untuk melaksanakan rencana tersebut.

    Namun begitu, NDRC tidak memberikan rincian tentang rumus penetapan harga yang akan diperkenalkan. Adapun subsidi yang dikurangi untuk ladang surya, baru dapat menambah tekanan pada industri surya China.

    Kondisi ini diperkirakan akan memicu kelebihan kapasitas relatif terhadap permintaan global yang menyebabkan harga panel surya anjlok dan mengancam produsen kecil menuju kebangkrutan.

    (kil/kil)

  • Meta Bakal PHK Pegawai Pekan Depan!

    Meta Bakal PHK Pegawai Pekan Depan!

    Jakarta

    Meta berencana melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) di seluruh perusahaannya pekan depan. Meski begitu, induk perusahaan Facebook ini dikabarkan akan mempercepat perekrutan machine learning engineers.

    Mengutip laporan Reuters, pemberitahuan akan dikirimkan kepada pegawai yang terimbas PHK akan dilakukan pada Senin mendatang, pukul 5 pagi waktu setempat khusus pekerja di Amerika Serikat (AS). Menurut salah satu unggahan yang ditulis oleh Kepala Sumber Daya Manusia Meta, Janelle Gale, karyawan di Jerman, Prancis, Italia, dan Belanda tak akan terdampak PHK.

    Kemudian pekerja yang berada di sejumlah wilayah Eropa, Asia dan Afrika akan mendapatkan pemberitahuan PHK pada 11 Februari dan 18 Februari.

    Pengumuman tersebut dikonfirmasi bulan lalu, bahwa PHK akan dilakukan pada sekitar 5% dari karyawan dengan kinerja terendah. Sementara mengacu pada memo hari Jumat, di mana Gale juga menyebut pemangkasan tersebut didasari pada kinerja para pegawai.

    Berbeda dengan PHK di seluruh perusahaan sebelumnya, Meta berencana untuk tetap membuka kantornya pada hari Senin dan tidak akan mengeluarkan pembaruan apa pun yang memberikan rincian lebih lanjut tentang keputusan tersebut.

    Memo terpisah, yang diunggah oleh VP Teknik Monetisasi Meta, Peng Fan juga meminta staf untuk membantu mempercepat proses perekrutan bagi teknisi mesin dan peran teknik penting bagi bisnis lainnya.

    Proses itu akan berlangsung antara 11 Februari dan 13 Maret, kata Fan dalam unggahan itu. “Terima kasih atas dukungan berkelanjutan Anda dalam membantu kami mencapai sasaran perekrutan yang dipercepat, dan lebih selaras dengan prioritas perusahaan kami untuk tahun 2025,” kata Peng Fan dikutip dari Reuters, Minggu (9/2/2025).

    (kil/kil)

  • Kecaman Bertubi ke Netanyahu Buntut Seruan Negara Palestina di Saudi

    Kecaman Bertubi ke Netanyahu Buntut Seruan Negara Palestina di Saudi

    Jakarta

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu bicara agar warga Palestina mendirikan negara di wilayah Arab Saudi. Pernyataan Netanyahu itu memicu kecaman dari negara-negara Arab dan Palestina.

    Dirangkum detikcom seperti dilansir Aljazeera, Anadolu, dan Reuters, Minggu (9/2/2025), negara-negara Arab seperti Mesir, Yordania, Uni Emirat Arab (UEA), Sudan, Organisasi Kerjasama Islam (OKI), hingga Palestina mengecam usulan Netanyahu tersebut. Pernyataan Netanyahu itu merupakan penolakan terbarunya terhadap hak Palestina untuk menentukan nasib sendiri.

    “Saudi dapat mendirikan negara Palestina di Arab Saudi, mereka memiliki banyak tanah di sana,” kata Netanyahu dalam sebuah wawancara dengan Channel 14 Israel seperti dikutip dari Middle East Eye.

    Pernyataan itu muncul ketika Arab Saudi dan Israel tampaknya semakin jauh dari normalisasi hubungan, lebih dari setahun setelah pejabat di AS mengatakan kesepakatan sudah dekat.

    Arab Saudi berulang kali mengatakan selama tahun lalu bahwa hanya jalur yang jelas menuju negara Palestina yang akan membawanya untuk membangun hubungan formal dengan Israel, tetapi Netanyahu menolak gagasan itu secara langsung dan menyebutnya sebagai “ancaman keamanan bagi Israel,”.

    “Terutama bukan negara Palestina,” kata Netanyahu.

    “Setelah 7 Oktober? Tahukah Anda apa itu? Ada negara Palestina, yang disebut Gaza. Gaza, yang dipimpin oleh Hamas, adalah negara Palestina dan lihat apa yang kita dapatkan,” tambahnya.

    Wawancara itu berlangsung saat Netanyahu sedang dalam kunjungan resmi ke Amerika Serikat. Hal ini menyusul konferensi pers bersama dengan Donald Trump, di mana presiden AS mengumumkan rencananya untuk mengusir warga Palestina dari Gaza guna menjadikan daerah kantong Palestina itu sebagai “Riviera Mediterania”, dengan AS mengambil alih wilayah tersebut.

    Normalisasi dengan Arab Saudi dibahas antara kedua pemimpin dan, selain penolakan kerasnya terhadap syarat utama Saudi untuk mendirikan negara Palestina, Netanyahu menegaskan bahwa perdamaian antara Israel dan kerajaan itu adalah kenyataan yang akan datang.

    “Itu tidak hanya layak, saya pikir itu akan terjadi,” kata Netanyahu.

    Saudi Tolak Usul Netanyahu

    Foto: AFP/OZAN KOSE

    Kementerian Luar Negeri Arab Saudi menolak pernyataan yang bertujuan untuk mengalihkan perhatian dari kejahatan berkelanjutan yang dilakukan pendudukan Israel terhadap saudara-saudara Palestina di Gaza, termasuk pembersihan etnis yang mereka alami.

    “Kerajaan menegaskan bahwa rakyat Palestina memiliki hak atas tanah mereka, dan mereka bukanlah penyusup atau imigran yang dapat diusir kapan pun pendudukan brutal Israel menginginkannya,” katanya.

    Adapun kecaman terhadap Netanyahu datang dari negara-negara Dewan Kerja Sama Negara Teluk Arab (Gulf Cooperation Council). GCC menilai pernyataan Netanyahu tidak bertanggung jawab.

    “Pernyataan yang berbahaya dan tidak bertanggung jawab ini menegaskan pendekatan pasukan pendudukan Israel dalam ketidakhormatan mereka terhadap hukum dan perjanjian internasional dan PBB serta kedaulatan negara,” kata Sekretaris Jenderal Jasem Mohamed Albudaiwi dalam keterangannya, dilansir Aljazeera, Minggu (9/2/2025).

    Albudaiwi menegaskan bahwa posisi Kerajaan dan negara-negara GCC, tegas dan kuat untuk mendukung rakyat Palestina dalam memperoleh hak-hak mereka yang sah. Dia memandang perlunya mencapai solusi dua negara dan mendirikan negara Palestina yang merdeka dengan Yerusalem Timur yang diduduki sebagai ibu kotanya.

    Palestina Kecam Usul Netanyahu

    Ilustrasi Bendera Palestina (Foto: iStock)

    Kementerian Luar Negeri Palestina menyebut usulan Netanyahu itu “rasis dan anti-perdamaian”. Kemlu Palestina juga mengatakan rencana Netanyahu itu merupakan pelanggaran atas kedaulatan Arab Saudi.

    “Pelanggaran terhadap kedaulatan dan stabilitas Arab Saudi,” ujar Kemlu Palestina dalam pernyataannya.

    Pernyataan tersebut menyuarakan dukungan penuh dan solidaritas dengan Arab Saudi terhadap hasutan Israel dan mendesak masyarakat internasional untuk mengutuk pernyataan Netanyahu.

    Sekretaris Jenderal Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Hussein Al-Sheikh, mengatakan pernyataan Israel tersebut menargetkan kedaulatan Saudi. Al-Sheikh juga mengutuk pernyataan Netanyahu sebagai “pelanggaran hukum internasional dan konvensi internasional,”.

    “Negara Palestina hanya akan berdiri di atas tanah Palestina,” imbuhnya di akun X miliknya.

    Dia juga memuji sikap Saudi, “yang selalu menyerukan penerapan legitimasi dan hukum internasional serta berkomitmen pada solusi dua negara sebagai dasar keamanan, stabilitas, dan perdamaian di kawasan tersebut,”.

    Negara-negara Arab Kecam Usul Netanyahu

    Foto: Getty Images/iStockphoto/Joel Carillet

    Beberapa negara seperti Mesir, Yordania, Uni Emirat Arab (UEA), Sudan, Organisasi Kerjasama Islam (OKI) menolak pernyataan Netanyahu tersebut. Mesir dan Yordania sama-sama mengecam usulan Israel tersebut.

    Mesir mengecam pernyataan Netanyahu dengan menyebutnya “tidak bertanggungjawab dan sepenuhnya ditolak”. Mesir dalam pernyataan yang disampaikan Kementerian Luar Negerinya menolak pernyataan Netanyahu tersebut karena mengancam keamanan dan kedaulatan Arab Saudi.

    “Sepenuhnya menolak pernyataan sembrono yang mengancam keamanan dan kedaulatan kerajaan,” ujar pernyataan Kemlu Mesir.

    “Stabilitas dan keamanan nasional Arab Saudi merupakan bagian integral dari keamanan dan stabilitas Mesir dan negara-negara Arab, suatu hal yang tidak dapat dikompromikan,” imbuh pernyataan tersebut.

    Selain Mesir, UEA dan Sudan menganggap pernyataan Israel itu melanggar hukum internasional dan piagam PBB. Mesir dan UEA juga menganggap kedaulatan Saudi sebagai ‘garis merah’.

    Menteri Luar Negeri UEA, Khalifa bin Shaheen Al-Marar, menegaskan dalam pernyataannya untuk kembali menolak usulan tersebut. Sebab hal itu merupakan pelanggaran atas hak rakyat Palestina.

    “Penolakan tegas UEA terhadap pelanggaran hak-hak yang tidak dapat dicabut dari rakyat Palestina dan segala upaya untuk menggusur mereka,” ujar Al-Marar.

    Al-Marar merujuk pada “posisi UEA yang bersejarah dan teguh mengenai perlindungan hak-hak Palestina dan perlunya menemukan cakrawala politik yang serius yang mengarah pada penyelesaian konflik dan pembentukan negara Palestina yang merdeka dan berdaulat.”

    Ia menambahkan dengan tegas bahwa “tidak akan ada stabilitas di kawasan ini tanpa solusi dua negara.”

    Kementerian Luar Negeri Sudan juga mengutuk pernyataan Netanyahu itu sebagai pernyataan yang tidak bertanggungjawab. Sudan menyebut pernyataan itu seraya mencatat bahwa pernyataan tersebut “mewakili eskalasi oleh Israel dalam melanggar hak-hak rakyat Palestina.”

    Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) juga mengatakan bahwa “pernyataan rasis ini merupakan bagian dari penolakan Israel yang berkelanjutan atas pendudukannya atas hak-hak historis, politik, dan hukum rakyat Palestina di tanah air mereka.”

    Negara OKI menegaskan kembali “penolakan dan kutukannya terhadap rencana dan upaya untuk mengusir rakyat Palestina dari tanah mereka, dengan menganggap pembersihan etnis ini sebagai kejahatan, dan pelanggaran berat hukum internasional.”

    Halaman 2 dari 4

    (yld/yld)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Timur Tengah Kecam Ide Netanyahu Pindahkan Palestina ke Saudi

    Timur Tengah Kecam Ide Netanyahu Pindahkan Palestina ke Saudi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ucapan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mengusir Palestina dari wilayahnya mendapat kecaman. Kritikan ini datang dari Timur Tengah, termasuk Arab Saudi yang wilayahnya dirujuk Netanyahu dalam pernyataan.

    Sebelummya, Netanyahu mengusulkan pembentukan negara Palestina di Saudi dalam sebuah wawancara beberapa waktu lalu.

    Kementerian Luar Negeri Arab Saudi menolak tegas pernyataan tersebut. Dalam keterangannya, pemerintah menyebut nama Netanyahu, namun tidak merujuk soal pembentukan negara Palestina di Saudi, dikutip dari Reuters, Minggu (9/2/2025).

    Bukan hanya Saudi, Mesir dan Yordania juga mengkritik pernyataan itu. “Gagasan tersebut adalah pelanggaran langsung pada kedaulatan Saudi,”kata pihak Kairo.

    Pernyataan Timur Tengah disambut baik oleh Arab Saudi. Pemerintah menyebut pola pikir ekstremis yang tidak paham soal wilayah Palestina bagi rakyatnya.

    “Pola pikir ekstremis kependudukan tidak paham soal arti wilayah Palestina bagi rakyat Palestina yang bersaudara dan berhubungan dengan teliti, historis dan sah,” jelas Arab Saudi.

    Tak lama setelah dilantik, presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah mengumumkan pihaknya ‘akan mengambil alih Gaza’. Mereka juga akan menciptakan ‘Riviera Timur Tengah’ setelah penduduk Palestina dipindahkan ke wilayah lain.

    Trump juga pernah menyatakan Arab Saudi tidak menuntut Palestina untuk syarat melakukan normalisasi hubungan dengan Israel. Sebaliknya, Riyadh membantah perkataan tersebut.

    (mkh/mkh)

  • Elon Musk Nggak Tertarik Caplok TikTok

    Elon Musk Nggak Tertarik Caplok TikTok

    Jakarta

    Pendiri Tesla Elon Musk mengaku tak tertarik membeli aplikasi sosial media asal China TikTok. Diketahui, TikTok saat ini sedang dalam ancaman pelarangan operasi di Amerika Serikat (AS) karena dianggap sebagai keamanan nasional dengan pemiliknya, ByteDance.

    Seminggu setelah Donald Trump dilantik sebagai Presiden baru AS, Musk mengaku belum mengajukan penawaran untuk membeli TikTok. “Saya belum mengajukan penawaran untuk TikTok,” kata Musk dikutip dari Reuters, Minggu (9/2/2025).

    Musk juga mengaku tak punya rencana apapun seandainya membeli TikTok. Apalagi, ia juga mengaku tidak menggunakan aplikasi video pendek dan tidak familiar dengan format aplikasi TikTok.

    “Saya tidak tertarik ingin akuisisi TikTok, saya tidak mengakuisisi perusahaan secara umum, itu cukup langka,” ungkapnya.

    Musk juga menambahkan, akuisisi miliaran dolar AS terhadap platform media sosial Twitter, yang sekarang disebut X, menjadi hal yang tidak biasa. “Saya biasanya membangun perusahaan dari awal,” kata Musk.

    Untuk diketahui, Presiden dari Partai Republik menandatangani perintah untuk menunda larangan terhadap aplikasi video pendek populer yang dijadwalkan pada tanggal 19 Januari lalu.

    ByteDance diberi tenggat waktu untuk menjual aset TikTok di AS atau dilarang beroperasi. Hal itu muncul seiring kekhawatiran anggota parlemen yang menyebut aplikasi berisiko pada keamanan nasional lantaran China dapat memaksa TikTok untuk membagikan data penggunanya di AS.

    Namun begitu, TikTok telah membantah dugaan tersebut. Sementara itu, Apple dan Google juga dikabarkan belum mengembalikan TikTok ke toko aplikasi mereka sejak undang-undang pelarangan berlaku.

    Adapun sebelumnya, TikTok juga mengizinkan pengguna Android di AS untuk mengunduh dan terhubung ke aplikasi melalui paket kit di situs webnya sebagai upaya untuk menghindari pembatasan platform tersebut.

    Sementara itu, Trump mengaku tengah berunding dengan banyak orang untuk menentukan nasib pembelian TikTok. Adapun keputusan mengenai masa depan TikTok akan diputuskan bulan ini. Aplikasi tersebut memiliki sekitar 170 juta pengguna di AS.

    Trump juga telah menandatangani perintah eksekutif untuk membuat dana kekayaan negara tahun ini, yang di dalamnya memuat potensi pembelian TikTok. Namun begitu, ByteDance sebelumnya membantah rencana menjual TikTok.

    Keputusan Trump menyelamatkan TikTok merupakan perubahan sikap dari masa jabatan pertamanya. Kala itu, Trump diketahui gagal melarang TikTok atas kekhawatiran yang sama.

    Pada periode kepemimpinan saat ini, Trump bahkan sempat mengatakan menyukai TikTok. Ia beranggapan, aplikasi tersebut telah membantunya memenangkan hati pemilih muda dalam pemilihan presiden 2024.

    (kil/kil)

  • Elon Musk Nggak Tertarik Caplok TikTok

    Elon Musk Ternyata Tak Tertarik Beli TikTok, Ini Alasannya

    Jakarta

    Miliuner Elon Musk sempat dikabarkan tertarik mengakuisisi bisnis TikTok di Amerika Serikat. Namun kini terungkap kalau ia tak tertarik membeli platform video singkat itu.

    Musk mengungkap hal itu dalam acara yang digelar oleh Axel Springer SE, media asal Jerman pada akhir Januari lalu, dan baru dipublikasikan sekarang oleh The Welt Group, demikian dikutip detikINET dari Reuters, Minggu (9/2/2025).

    “Saya tidak ikut menawar TikTok. Saya tidak tahu apa yang harus dilakukan jika saya memiliki TikTok,” kata Musk.

    Komentar ini ia lontarkan seminggu setelah Presiden Amerika Donald Trump menyebut akan menyambut baik jika Musk membeli TikTok di Amerika Serikat.

    Musk juga menyebut ia tidak menggunakan TikTok di kesehariannya, dan mengaku tidak memahami format aplikasi tersebut.

    “Saya tidak tertarik untuk mengakuisisi TikTok, saya normalnya tidak mengakuisisi perusahaan, itu sangat jarang terjadi,” tambahnya.

    Ia berkilah, akuisisi Twitter — kini menjadi X — yang ia lakukan adalah hal yang sangat jarang terjadi. Pasalnya, ia biasanya membangun perusahaan dari nol.

    “Saya biasanya membangun perusahaan dari awal,” jelas Musk.

    Seperti diketahui, induk TikTok ByteDance diwajibkan untuk menyerahkan sahamnya untuk dibeli perusahaan asal Amerika Serikat agar tak diblokir di Negeri Paman Sam itu.

    “Biarkan AS punya 50% dari TikTok. Kami akan punya banyak tawaran. AS akan melakukan apa yang disebut joint venture,” kata Trump.

    Perintah eksekutif Trump menunda pemblokiran TikTok sampai 75 hari. Karena dianggap ancaman keamanan nasional, TikTok akan dilarang kecuali dijual pada pembeli dari Amerika atau salah satu negara sekutu.

    Trump pun tampaknya ingin AS membeli separuh dari ByteDance agar TikTok leluasa lagi beroperasi di Amerika Serikat.

    (asj/asj)

  • Langit Terbaik Dunia Terancam, Ilmuwan Chili Andalkan Teknologi Ini!

    Langit Terbaik Dunia Terancam, Ilmuwan Chili Andalkan Teknologi Ini!

    Saat ini, European Southern Observatory (ESO) tengah membangun Teleskop Sangat Besar (ELT) senilai €1,45 miliar atau sekitar Rp25,33 triliun di dekat Cerro Armazones. Salah satu proyek industri yang menjadi sorotan para ilmuwan adalah proyek Inna, pengembangan hidrogen dan amonia hijau berskala besar oleh AES Andes, anak perusahaan AES Corporation dari AS. (REUTERS/Rodrigo Gutierrez)

  • Ejek Pernyataan Netanyahu, Arab Saudi Minta Warga Israel Dipindah ke Alaska – Halaman all

    Ejek Pernyataan Netanyahu, Arab Saudi Minta Warga Israel Dipindah ke Alaska – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Salah seorang anggota Dewan Syura Arab Saudi paling berpengaruh, Yousef bin Trad Al-Saadoun mengejek pernyataan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

    Diketahui sebelumnya, Benjamin Netanyahu mengusulkan pendirian negara Palestina di tanah Arab Saudi.

    Menanggapi itu, Yousef bin Trad Al-Saadoun membalas dengan mengusulkan agar Presiden AS, Donald Trump memindahkan warga Israel ke Alaska.

    Tak hanya itu, Yousef bin Trad Al-Saadoun juga mengusulkan agar warga Israel dipindahkan ke Greenland setelah Trump “mencaploknya”.

    Mengutip Middle East Eye, Al-Saadoun mengkritik pendekatan Trump terhadap kebijakan Timur Tengah, dengan alasan bahwa keputusan yang gegabah berasal dari mengabaikan saran ahli dan mengabaikan dialog.

    Dia memperingatkan bahwa “Zionis dan sekutu mereka” akan gagal memanipulasi kepemimpinan Saudi melalui tekanan media dan manuver politik.

    Menyindir pemerintahan Trump, Al-Saadoun mengatakan “kebijakan luar negeri resmi Amerika Serikat akan mengupayakan pendudukan ilegal atas tanah kedaulatan dan pembersihan etnis penduduknya, yang merupakan pendekatan Israel dan dianggap sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan”.

    “Siapa pun yang mengikuti jejak kemunculan dan kelanjutan Israel jelas menyadari bahwa rencana ini tentu saja dirumuskan dan disetujui oleh entitas Zionis, dan diserahkan kepada sekutu mereka untuk dibacakan dari podium Gedung Putih,” kata Al-Saadoun.

    “Kaum Zionis dan para pendukungnya mesti menyadari betul bahwa mereka tidak akan mampu memikat para pemimpin dan pemerintah Saudi ke dalam perangkap manuver media dan tekanan politik palsu,” lanjutnya.

    Dewan Syura Saudi adalah majelis konsultatif yang memberi nasihat kepada raja tentang masalah legislatif dan kebijakan, tetapi tidak memiliki kewenangan legislatif.

    Anggotanya ditunjuk oleh raja dan membahas undang-undang, rencana ekonomi, dan kebijakan sosial.

    Sebelumnya, Netanyahu sambil bercanda mengatakan bahwa Saudi bisa mendirikan negara Palestina di Arab Saudi.

    Karena, lanjut Netanyahu, di Arab Saudi memiliki banyak tanah.

    Pernyataan itu muncul setelah Riyadh menegaskan kembali bahwa pihaknya hanya akan menormalisasi hubungan dengan Israel jika ada jalan yang jelas menuju negara Palestina. 

    Dikutip dari Reuters, Mesir dan Yordania juga mengecam Israel terkait pernyataan tersebut.

    Bahkan, Mesir menganggap gagasan tersebut sebagai “pelanggaran langsung terhadap kedaulatan Saudi”.

    Saudi mengatakan pihaknya menghargai penolakan negara-negara “persaudaraan” terhadap pernyataan Netanyahu.

    “Pola pikir ekstremis pendudukan ini tidak memahami apa arti wilayah Palestina bagi saudara-saudara Palestina dan hubungan sadar, historis, dan hukumnya dengan tanah itu,” katanya

    Diskusi tentang nasib warga Palestina di Gaza telah berubah drastis akibat usulan mengejutkan dari Presiden AS, Donald Trump tentang “mengambil alih Jalur Gaza” dari Israel.

    Trump mengatakan pada saat itu, ia akan menciptakan “Riviera Timur Tengah” setelah menempatkan warga Palestina di tempat lain.

    Negara-negara Arab secara terbuka mengutuk komentar Trump, yang muncul selama gencatan senjata di Gaza.

    Pembebasan Sandera

    Hamas telah menyerahkan tiga sandera Israel pada Sabtu (8/2/2025) kemarin.

    Sementara Israel mulai membebaskan puluhan warga Palestina dalam tahap terakhir gencatan senjata.

    Dalam pembebasan tersebut, tampak ketiga sandera Israel berpenampilan kurus kering.

    Ohad Ben Ami dan Eli Sharabi, yang disandera dari Kibbutz Be’eri selama serangan yang dipimpin Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober 2023, dan Or Levy, yang diculik hari itu dari festival musik Nova, dibawa ke podium Hamas oleh orang-orang bersenjata.

    Ketiga pria itu tampak kurus, lemah dan pucat, dalam kondisi yang lebih buruk daripada 18 sandera lainnya yang telah dibebaskan.

    “Dia tampak seperti tengkorak, sungguh mengerikan melihatnya,” kata ibu mertua Ohad Ben Ami, Michal Cohen, kepada Channel 13 News.

    Dikutip dari Reuters, Hamas kembali memamerkan para pejuangnya selama pembebasan para sandera dengan mengerahkan puluhan militannya di Gaza tengah.

    Para sandera kemudian dibawa dengan mobil Komite Palang Merah Internasional (ICRC) ke pasukan Israel.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pemandangan para sandera yang lemah itu mengejutkan dan akan ditangani.

    Sementara itu, Presiden Israel Isaac Herzog menggambarkan upacara pembebasan itu sebagai sesuatu yang sinis dan kejam.

    “Inilah gambaran kejahatan terhadap kemanusiaan,” katanya.

    Forum Keluarga Sandera mengatakan gambar para sandera mengingatkan pada gambar para penyintas kamp konsentrasi Nazi selama Holocaust.

    “Kita harus mengeluarkan semua sandera dari neraka,” katanya.

    Di sisi lain, Israel membebaskan 183 tahanan Palestina, beberapa di antaranya dihukum karena terlibat dalam serangan yang menewaskan puluhan orang, serta 111 orang yang ditahan di Gaza selama perang.

    Kerumunan massa yang bersorak menyambut bus-bus saat mereka tiba di Gaza, memeluk para tahanan yang dibebaskan, beberapa dari mereka menangis kegirangan dan merobek gelang yang diberikan penjara dari pergelangan tangan mereka.

    Layanan medis Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan enam dari 42 tahanan yang dibebaskan di Tepi Barat dalam kondisi kesehatan yang buruk dan dibawa ke rumah sakit.

    Beberapa tahanan mengeluhkan perlakuan buruk.

    “Pendudukan telah mempermalukan kami selama lebih dari setahun,” kata seorang tahanan bernama Eyad Abu Shkaidem. (*)

  • Negara-negara Arab Kecam Usul Netanyahu Dirikan Negara Palestina di Saudi    
        Negara-negara Arab Kecam Usul Netanyahu Dirikan Negara Palestina di Saudi

    Negara-negara Arab Kecam Usul Netanyahu Dirikan Negara Palestina di Saudi Negara-negara Arab Kecam Usul Netanyahu Dirikan Negara Palestina di Saudi

    Jakarta

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu bicara agar warga Palestina mendirikan negara di wilayah Arab Saudi. Negara-negara Arab mengecam pernyataan Netanyahu.

    Dilansir Anadolu dan Reuters, Minggu (9/2/2025), beberapa negara seperti Mesir, Yordania, Uni Emirat Arab (UEA), Sudan, Organisasi Kerjasama Islam (OKI) menolak pernyataan Netanyahu tersebut. Mesir dan Yordania sama-sama mengecam usulan Israel tersebut.

    Mesir mengecam pernyataan Netanyahu dengan menyebutnya “tidak bertanggungjawab dan sepenuhnya ditolak”. Mesir dalam pernyataan yang disampaikan Kementerian Luar Negerinya menolak pernyataan Netanyahu tersebut karena mengancam keamanan dan kedaulatan Arab Saudi.

    “Sepenuhnya menolak pernyataan sembrono yang mengancam keamanan dan kedaulatan kerajaan,” ujar pernyataan Kemlu Mesir.

    “Stabilitas dan keamanan nasional Arab Saudi merupakan bagian integral dari keamanan dan stabilitas Mesir dan negara-negara Arab, suatu hal yang tidak dapat dikompromikan,” imbuh pernyataan tersebut.

    Selain Mesir, UEA dan Sudan menganggap pernyataan Israel itu melanggar hukum internasional dan piagam PBB. Mesir dan UEA juga menganggap kedaulatan Saudi sebagai ‘garis merah’.

    Menteri Luar Negeri UEA, Khalifa bin Shaheen Al-Marar, menegaskan dalam pernyataannya untuk kembali menolak usulan tersebut. Sebab hal itu merupakan pelanggaran atas hak rakyat Palestina.

    “Penolakan tegas UEA terhadap pelanggaran hak-hak yang tidak dapat dicabut dari rakyat Palestina dan segala upaya untuk menggusur mereka,” ujar Al-Marar.

    Al-Marar merujuk pada “posisi UEA yang bersejarah dan teguh mengenai perlindungan hak-hak Palestina dan perlunya menemukan cakrawala politik yang serius yang mengarah pada penyelesaian konflik dan pembentukan negara Palestina yang merdeka dan berdaulat.”

    Ia menambahkan dengan tegas bahwa “tidak akan ada stabilitas di kawasan ini tanpa solusi dua negara.”

    Simak selengkapnya halaman selanjutnya.

    Kementerian Luar Negeri Sudan juga mengutuk pernyataan Netanyahu itu sebagai pernyataan yang tidak bertanggungjawab. Sudan menyebut pernyataan itu seraya mencatat bahwa pernyataan tersebut “mewakili eskalasi oleh Israel dalam melanggar hak-hak rakyat Palestina.”

    Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) juga mengatakan bahwa “pernyataan rasis ini merupakan bagian dari penolakan Israel yang berkelanjutan atas pendudukannya atas hak-hak historis, politik, dan hukum rakyat Palestina di tanah air mereka.”

    Negara OKI menegaskan kembali “penolakan dan kutukannya terhadap rencana dan upaya untuk mengusir rakyat Palestina dari tanah mereka, dengan menganggap pembersihan etnis ini sebagai kejahatan, dan pelanggaran berat hukum internasional.”

    Netanyahu Serukan Pembentukan Negara Palestina di Saudi

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebelumnya mengusulkan agar Palestina mendirikan negara di Arab Saudi, bukan di tanah air mereka. Pernyataan itu merupakan penolakan terbarunya terhadap hak Palestina untuk menentukan nasib sendiri.

    “Saudi dapat mendirikan negara Palestina di Arab Saudi, mereka memiliki banyak tanah di sana,” kata Netanyahu dalam sebuah wawancara dengan Channel 14 Israel seperti dikutip dari Middle East Eye.

    Pernyataan itu muncul ketika Arab Saudi dan Israel tampaknya semakin jauh dari normalisasi hubungan, lebih dari setahun setelah pejabat di AS mengatakan kesepakatan sudah dekat.

    Arab Saudi berulang kali mengatakan selama tahun lalu bahwa hanya jalur yang jelas menuju negara Palestina yang akan membawanya untuk membangun hubungan formal dengan Israel, tetapi Netanyahu menolak gagasan itu secara langsung dan menyebutnya sebagai “ancaman keamanan bagi Israel”.

    “Terutama bukan negara Palestina,” kata Netanyahu.

    “Setelah 7 Oktober? Tahukah Anda apa itu? Ada negara Palestina, yang disebut Gaza. Gaza, yang dipimpin oleh Hamas, adalah negara Palestina dan lihat apa yang kita dapatkan,” tambahnya.

    Wawancara itu berlangsung saat Netanyahu sedang dalam kunjungan resmi ke Amerika Serikat. Hal ini menyusul konferensi pers bersama dengan Donald Trump, di mana presiden AS mengumumkan rencananya untuk mengusir warga Palestina dari Gaza guna menjadikan daerah kantong Palestina itu sebagai “Riviera Mediterania”, dengan AS mengambil alih wilayah tersebut.

    Normalisasi dengan Arab Saudi dibahas antara kedua pemimpin dan, selain penolakan kerasnya terhadap syarat utama Saudi untuk mendirikan negara Palestina, Netanyahu menegaskan bahwa perdamaian antara Israel dan kerajaan itu adalah kenyataan yang akan datang.

    “Itu tidak hanya layak, saya pikir itu akan terjadi,” kata Netanyahu.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu