Perusahaan: Pfizer Inc

  • Orang-orang Terkaya Dunia Kumpul Bareng, Begini Isi Obrolannya

    Orang-orang Terkaya Dunia Kumpul Bareng, Begini Isi Obrolannya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Elon Musk dan Jensen Huang akan mengambil bagian dalam sebuah diskusi terkait teknologi canggih dan kecerdasan buatan (AI) dalam forum investasi Amerika Serikat (AS) dan Arab Saudi di Washington pada Rabu (19/11/2025) waktu setempat, menurut dokumen yang dilihat Reuters.

    Elon Musk yang merupakan CEO Tesla dan SpaceX tercatat sebagai orang terkaya di dunia dengan harta kekayaan di atas kertas mencapai US$466,2 miliar, menurut laporan Forbes.

    Sementara itu, Jensen Huang merupakan CEO Nvidia yang mendulang perhatian dunia gara-gara popularitas AI yang kian masif. Menurut laporan Forbes, Huang saat ini tercatat sebagai orang terkaya ke-8 di dunia dengan harta kekayaan US$157,5 miliar.

    “Diskusi ini akan mengeksplorasi kekuatan-kekuatan baru yang membentuk gelombang kemajuan teknologi berikutnya, menyoroti arsitektur, model, dan investasi yang mendorong masa depan yang lebih cerdas dan saling terhubung,” demikian isi dokumen tersebut, dikutip dari Reuters.

    Acara pertemuan ‘orang-orang elit’ ini direncanakan berlangsung sehari setelah Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) bertemu dengan Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih.

    Diskusi ini akan dimoderatori oleh Abdullah Alswaha, Menteri Komunikasi dan Teknologi Informasi Arab Saudi. Sebagai informasi, Musk dan Huang menghadiri jamuan makan malam yang diselenggarakan Trump untuk sang putra mahkota.

    Acara ini juga dihadiri oleh para CEO dari perusahaan-perusahaan kawakan seperti Chevron, Palantir, Aramco, Qualcomm, Cisco, Adobe, General Dynamics, dan Pfizer.

    Pada 2018 lalu dalam kunjungan pertama ke AS, MBS telah menggembar-gemborkan hubungan bisnis yang kian erat antara AS dan Arab Saudi.

    Para eksekutif senior dari Blackstone Group, Boeing, IBM, Alphabet, Salesforce, Supermicro, Lockheed Martin, Saudia Group, Andreessen Horowitz, Halliburton, State Street, dan Parsons Corp juga diharapkan hadir di acara penting yang digelar di John F. Kennedy Center for the Performing Arts.

    Trump dijadwalkan akan berbicara dalam acara tersebut, menurut keterangan Gedung Putih.

    Forum ini akan mencakup panel-panel tentang AI, energi, teknologi, kedirgantaraan, perawatan kesehatan, dan keuangan.

    Sebagai informasi, pada Mei lalu, AS dan Arab Saudi mengumumkan investasi miliaran dolar di kedua negara selama kunjungan empat hari Trump ke Timur Tengah.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

    Next Article

    Segini Kekayaan Elon Musk usai Peluncuran Robotaxi Tesla

  • Daftar 17 Raksasa Farmasi Diultimatum Trump Turunkan Harga Obat

    Daftar 17 Raksasa Farmasi Diultimatum Trump Turunkan Harga Obat

    Jakarta

    Presiden Donald Trump menuntut perusahaan-perusahaan farmasi raksasa menurunkan harga obat yang beredar di Amerika Serikat (AS). Ultimatum ini sudah diberikan Trump secara tertulis langsung kepada 17 perusahaan farmasi besar.

    Melansir CNBC, Sabtu (2/8/2025), Gedung Putih melaporkan surat kepada 17 perusahaan farmasi besar itu berisi perintah segera menguraikan langkah-langkah nyata dalam upaya menurunkan harga obat di AS.

    Perusahaan diminta memberikan harga yang paling terjangkau kepada semua pasien Medicaid, program kesehatan AS untuk pasien berpenghasilan rendah. Di mana uraian langkah-langkah penurunan harga obat ini harus sudah diserahkan paling lambat pada 29 September 2025.

    Jika tidak, Trump mengancam akan mengerahkan setiap kemampuannya melindungi keluarga Amerika dari praktik penetapan harga obat yang tidak adil tanpa menjelaskan tindakan apa saja yang akan diambil.

    “Mereka juga diberi tahu agar tidak menawarkan obat-obatan ke pasar maju lainnya dengan harga lebih baik daripada harga yang ditawarkan di AS, dan bahwa mereka harus menjual obat-obatan langsung ke pasien AS, sehingga menghilangkan perantara apotek yang dikenal sebagai manajer manfaat farmasi (PBM),” tulis CNBC dalam laporannya.

    Imbas ultimatum dari Trump tersebut, nilai saham perusahaan-perusahaan sektor kesehatan anjlok selama perdagangan Jumat (1/8) kemarin. Misalkan saja ada Novo Nordisk, perusahaan pembuat Wegovy yang nilai sahamnya turun 5% pada perdagangan pagi waktu setempat, dan diperdagangkan 1,3% lebih rendah pada pukul 11.15 waktu London.

    “Trump telah lama mengecam perusahaan farmasi atas apa yang disebutnya sebagai praktik penetapan harga yang tidak adil, sebelumnya mengatakan bahwa ia berencana untuk menurunkan harga di AS sebesar 80%,” terang CNBC.

    Bahkan pada Mei 2025 kemarin, Trump sudah menandatangani perintah eksekutif untuk menurunkan biaya obat-obatan dengan mengikat harga beberapa obat di AS dengan harga yang jauh lebih rendah di luar negeri berdasarkan kebijakan MFN.

    Mengutip CNBC, berikut daftar perusahaan yang menerima surat ultimatum dari Trump:

    1. AbbVie
    2. Amgen
    3. AstraZeneca
    4. Boehringer Ingelheim
    5. Bristol-Myers Squibb
    6. Eli Lilly
    7. EMD Serono
    8. Roche
    9. Gilead
    10. GSK
    11. Johnson & Johnson
    12. Merck
    13. Novartis
    14. Novo Nordisk
    15. Pfizer
    16. Regeneron
    17. Sanofi

    (igo/hns)

  • Video Deadline 60 Hari untuk Perusahaan Obat AS Turunkan Harga

    Video Deadline 60 Hari untuk Perusahaan Obat AS Turunkan Harga

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengirimkan surat kepada 17 perusahaan farmasi terkemuka untuk menurunkan harga obat resep agar setara dengan harga terendah yang ditawarkan di negara maju lainnya, atau dikenal sebagai harga most favored nation/negara paling disukai (MFN).

    Daftar 17 perusahaan obat yang mendapatkan surat dari Trump adalah AbbVie, Amgen, AstraZeneca, Boehringer Ingelheim, Bristol Myers Squibb, Eli Lilly, EMD Serono, Genentech, Gilead, GSK, Johnson & Johnson, Merck, Novartis, Novo Nordisk, Pfizer, Regeneron, dan Sanofi.

    Dalam pernyataan yang dirilis di laman Gedung Putih (White House), pemerintahan Trump akan menindak tegas perusahaan yang menolak untuk bertindak. “Pemerintah federal akan mengerahkan segala cara yang kami miliki untuk melindungi keluarga-keluarga Amerika dari praktik penetapan harga obat yang terus-menerus dan tidak adil” tertulis dalam surat tersebut.

    Tonton video selengkapnya di sini…

  • Kemenperin Tata Ulang TKDN, Kapan Meluncur? – Page 3

    Kemenperin Tata Ulang TKDN, Kapan Meluncur? – Page 3

    Sebelumnya, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto buka suara terkait pembebasan syarat Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang diminta pemerintah Amerika Serikat (AS). Ketentuan dalam bagian negosiasi tarif itu hanya akan berlaku bagi sebagian produk.

    Syarat TKDN sendiri masuk dalam konteks permintaan pembebasan hambatan non-tarif dari pemerintah AS. Airlangga bilang, hal itu memungkinkan untuk produk sektor telekomunikasi, pusat data (data center), hingga alat kesehatan. Namun, ketentuan mengenai impor yang diatur kementerian terkait masih berlaku.

    “Terkait dengan local content ataupun TKDN, ini terbatas pada program Telecommunication, Information, and Communication (TIC), data center, alat kesehatan, dan tetap memenuhi peraturan impor yang dilakukan oleh kementerian teknis,” kata Airlangga dalam konferensi pers di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (24/7/2025).

    Sebagai informasi, dalam dokumen Agreement on Reciprocal Trade yang dirilis Gedung Putih, syarat TKDN disebut berkaitan dengan kesepakatan tarif antar kedua negara. Indonesia dan AS disebut sepakat untuk menyelesaikan berbagai hambatan non-tarif, termasuk TKDN yang berpengaruh pada perdagangan dan investasi bilateral.

    Sejalan dengan ini, Airlangga juga menyinggung soal permintaan Gedung Putih agar standar otoritas obat dan makanan AS (Food and Drug Administration/FDA) untuk produk asal Amerika Serikat. Hal ini menurutnya pernah berlaku ketika Indonesia menggunakan vaksin luar negeri saat masa pandemi Covid-19.

    “Nah, ini pernah kita lakukan terkait mekanisme ini pada saat Covid-19. Kita bisa menerima vaksin yang dikeluarkan oleh negara-negara barat lainnya seperti mulai dari AstraZeneca sampai Pfizer, berbasis pada FDA masing-masing. Dengan protokol WHO, BPOM bisa menerima dan mendistribusikannya kepada masyarakat,” tutur dia.

  • Trump Mau AS Bebas TKDN, Airlangga Pastikan Tidak Semua Produk!

    Trump Mau AS Bebas TKDN, Airlangga Pastikan Tidak Semua Produk!

    Jakarta, CNBC Indonesia-Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) menjadi salah satu kesepakatan antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS). Presiden AS Donald Trump membebaskan perusahaan-perusahaan AS dan barang asal AS dari persyaratan TKDN.

    Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam konferensi pers di kantornya, Kamis (24/7/2025) menjelaskan kesepakatan tersebut terbatas pada produk tertentu.

    “Ini terbatas pada prototype telecommunication information dan communication data center, alat kesehatan dan tetap memenuhi peraturan impor yang dilakukan oleh kementerian teknis dan juga terkait dengan pengakuan terhadap sertifikasi daripada otoritas pengobatan atau kesehatan atau FDA,” jelasnya.

    Airlangga mencontohkan skema yang serupa ketika pandemi covid-19, saat Indonesia menerima vaksin dari negra lain seperti AstraZeneca sampai Pfizer. Vaksin berbasis Food and Drug Administration (FDA) masing-masing negara yang mengacu pada protokol World Health Organization (WHO).

    “Kita bisa menerima dan distribusikan kepada masyarakat,” terang Airlangga.

    Diketahui joint statement yang sebelumnya diumumkan oleh Gedung Putih hanya merupakan intisari dari komitmen Presiden AS Donald Trump dan Presiden Prabowo Subianto. Di sana tertulis tarif impor untuk produk Indonesia dikenakan sebesar 19%.

    Pembahasan lanjutan bersifat teknis diperlukan karena masih ada beberapa kepentingan yang dijanjikan dan perlu untuk ditindaklanjuti sehingga bisa menjadi landasan hukum dalam perdagangan kedua negara.

    (mij/mij)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Produk Farmasi Kena Tarif Trump 200%, Indef: Sasarannya Bukan RI

    Produk Farmasi Kena Tarif Trump 200%, Indef: Sasarannya Bukan RI

    Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom Indef memproyeksi rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk mengenakan tarif 200% terhadap impor produk farmasi tidak akan membuat Indonesia merugi secara signifikan. 

    Kepala Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi Indef adalah Andry Satrio Nugroho mengatakan, kebijakan tarif tinggi tersebut menyasar ke produk farmasi yang berasal dari Irlandia. 

    “Kemungkinan akan menyasar ke negara seperti Irlandia ya, yang mana AS pada tahun 2024 mengimpor setara US$50,3 miliar dan negara-negara lain yang menyuplai produk-produk farmasi seperti Swiss, Jerman, bahkan Singapura dan India,” kata Andry kepada Bisnis, Rabu (9/7/2025). 

    Untuk itu dia meyakini sasaran utama dari pengenaan tarif tersebut tidak menyasar ke Indonesia. Terlebih, ekspor produk farmasi Indonesia ke AS sangat minim. 

    Merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor produk farmasi (HS 30) ke AS mencapai US$14.897 dengan volume 397 kg pada periode Januari-April 2025. 

    Secara nilai, angka tersebut naik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya senilai US$8.875, sedangkan secara volume lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 596 kg. 

    “Jadi, tentu kalau berbicara mengenai Indonesia, Indonesia sendiri menurut saya masih sedikit ya ekspor ke Amerika Serikat, bahkan banyak ekspor yang dilakukan oleh Indonesia itu mengarah kepada negara-negara tetangga atau negara Asia Tenggara,” jelasnya. 

    Adapun, ekspor produk farmasi Indonesia tahun lalu tercatat US$111 juta dengan negara tujuan terbesar ke India, Filipina, Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan. 

    Kendati demikian, kebijakan Trump ini disebut dapat berdampak pada investasi AS di sektor farmasi global. Andry melihat cukup banyak investasi sektor farmasi AS di Indonesia. 

    “Hari ini produk-produk farmasi kita masih dipenuhi oleh produk-produk impor, harapannya sebetulnya kan investasi masuk dari manufaktur yang tentunya berasal dari Amerika Serikat,” tuturnya. 

    Jika diberlakukan pengenaan tarif 200%, Indonesia maupun negara lain dinilai akan kesulitan mendapatkan investasi dari perusahaan farmasi AS. 

    Diberitakan sebelumnya, Trump menyatakan akan memberi waktu sekitar 1 hingga 1,5 tahun agar produsen farmasi bisa memindahkan produksi mereka ke dalam negeri, sebelum memberlakukan tarif tinggi. 

    “Kami akan beri waktu sekitar setahun atau 1,5 tahun. Setelah itu, jika masih mengimpor obat-obatan dan produk terkait ke AS, mereka akan dikenakan tarif sangat tinggi, sekitar 200%. Kami beri masa transisi agar mereka bisa bersiap,” jelas Trump.

    Trump berulang kali menyebut produksi obat di luar negeri sebagai ancaman keamanan nasional dan mendorong perusahaan untuk merelokasi pabrik ke AS. Beberapa perusahaan farmasi telah menanggapi dengan mengumumkan investasi manufaktur bernilai miliaran dolar di AS. 

    Jika diberlakukan, tarif tersebut diprediksi akan sangat berdampak pada Irlandia—negara yang mencatat surplus perdagangan sebesar US$54 miliar dengan AS, sebagian besar berasal dari ekspor produk farmasi.  

    Irlandia menjadi basis produksi bagi perusahaan AS seperti Eli Lilly dan Pfizer, yang mengoperasikan hampir dua lusin fasilitas manufaktur untuk mengekspor ke AS, menurut analisis TD Cowen.

  • Riset Ini Bawa Kabar Baik, Vaksin COVID-19 Lindungi Ginjal dari Kerusakan Parah

    Riset Ini Bawa Kabar Baik, Vaksin COVID-19 Lindungi Ginjal dari Kerusakan Parah

    Jakarta – Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa vaksinasi COVID-19 tidak hanya melindungi dari gejala berat, tetapi juga berpotensi mencegah kerusakan ginjal parah akibat infeksi COVID-19.

    Selama ini kita tahu bahwa komplikasi COVID-19 bisa menyerang berbagai organ vital seperti jantung, otak, paru-paru, dan tak terkecuali ginjal. Namun, riset dari UCLA Health menemukan fakta menarik: pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit memiliki kemungkinan lebih kecil untuk mengalami kerusakan ginjal parah jika mereka sudah divaksinasi.

    Dikutip dari NBC News, para peneliti di UCLA Health menganalisis rekam medis dari sekitar 3.500 pasien yang dirawat di rumah sakit antara Maret 2020 hingga Maret 2022. Mereka membandingkan pasien yang telah menerima setidaknya dua dosis vaksin mRNA (Moderna atau Pfizer) atau satu dosis Johnson & Johnson Janssen, dengan pasien yang belum divaksinasi.

    Studi ini fokus pada peserta yang mengalami kerusakan ginjal parah hingga membutuhkan dialisis khusus bernama CRRT (Continuous Renal Replacement Therapy). Terapi ini adalah dialisis tanpa henti yang berfungsi menggantikan kerja ginjal dalam menyaring limbah dari darah, dan biasanya diberikan pada pasien di unit perawatan intensif.

    Sekitar 16 persen pasien COVID-19 yang tidak divaksinasi membutuhkan CRRT selama dirawat, dibandingkan dengan hanya 11 persen pasien yang sudah divaksinasi. Bahkan, pasien yang tidak divaksinasi memiliki risiko dua setengah kali lebih tinggi untuk membutuhkan CRRT setelah keluar dari rumah sakit.

    Mereka juga menghadapi risiko kematian yang jauh lebih tinggi setelah dipulangkan, dibandingkan dengan pasien yang sudah divaksinasi. Temuan ini selaras dengan studi Yale University School of Medicine pada 2021 yang menunjukkan 30 persen pasien COVID-19 yang dirawat mengalami cedera ginjal akut.

    Para ahli menjelaskan, virus COVID-19 dapat merusak ginjal secara langsung atau secara tidak langsung melalui kerusakan organ lain seperti jantung dan paru-paru. Semakin parah gejala COVID-19, semakin besar risiko kerusakan ginjal. Namun, infeksi ringan atau tanpa gejala jarang menyebabkan kerusakan ginjal yang signifikan.

    Profesor Biostatistik Yong Chen dari University of Pennsylvania, yang meneliti komplikasi COVID-19 termasuk masalah ginjal pada anak-anak, menjelaskan bahwa vaksinasi melindungi ginjal terutama dengan mencegah bentuk parah COVID-19 yang menyebabkan cedera ginjal.

    “Meskipun vaksin tidak secara langsung melindungi sel-sel ginjal, mereka meredam penyakit sistemik yang jika tidak akan menyebabkan kegagalan multi-organ,” ujarnya.

    (kna/kna)

  • Trump Lagi-Lagi Berulah, 2 Negara Ini Bakal Jadi Korban Baru

    Trump Lagi-Lagi Berulah, 2 Negara Ini Bakal Jadi Korban Baru

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pemerintah Amerika Serikat (AS) pimpinan Presiden Donald Trump dilaporkan akan menjatuhkan tarif ke 2 negara Eropa. Hal ini terjadi saat presiden Partai Republik itu berupaya untuk menyeimbangkan defisit dalam neraca perdagangan biilateralnya.

    Mengutip BBC News, Selasa (1/4/2025), kedua negara itu adalah Irlandia dan Inggris. Khusus Inggris, Downing Street mengatakan bahwa pihaknya memperkirakan akan masuk dalam rangkaian tarif baru yang bakal diumumkan Trump pada Rabu besok. Prediksi ini muncul setelah kesepakatan untuk menghindari barang Inggris dari tarif tidak tercapai.

    “Terkait tarif, Perdana Menteri telah menegaskan bahwa ia akan selalu bertindak demi kepentingan nasional dan kami telah mempersiapkan segala kemungkinan menjelang pengumuman dari Presiden Trump, yang kami perkirakan akan berdampak pada Inggris dan negara-negara lain,” kata seorang juru bicara Downing Street.

    “Kami tengah melakukan diskusi konstruktif mengenai kesepakatan kemakmuran ekonomi AS-Inggris, tetapi kami hanya akan melakukan kesepakatan yang mendatangkan kemakmuran ekonomi bagi rakyat Inggris dan kami hanya akan bertindak demi kepentingan nasional.”

    Ketika ditanya apakah pemerintah berharap kesepakatan untuk menghindari tarif tercapai pada hari Rabu, juru bicara tersebut mengatakan diskusi antara Inggris dan AS “kemungkinan akan berlanjut setelah hari Rabu”.

    “Inggris akan mengambil pendekatan yang tenang dan pragmatis dalam menanggapi tarif apa pun, dengan alasan perang dagang dengan AS tidak menguntungkan siapa pun. Namun, kami tidak mengesampingkan apa pun sebagai tanggapan.”

    Pernyataan Downing Street ini dilontarkan setelah Perdana Menteri (PM) Inggris Keir Starmer berbicara dengan Trump melalui telepon pada hari Minggu. London berpendapat bahwa Inggris memiliki hubungan perdagangan yang relatif setara dengan AS, dibandingkan dengan mitra-mitranya yang lain.

    Kantor Independen untuk Tanggung Jawab Anggaran (OBR) Inggris telah memperingatkan bahwa perang dagang akan menghapus miliaran dolar dari pertumbuhan ekonomi. Ini juga hampir menghilangkan ruang gerak Menteri Keuangan Rachel Reeves untuk tetap mematuhi aturan yang ditetapkannya sendiri tentang pengeluaran dan pinjaman. Hal ini juga dapat menyebabkan kenaikan pajak lebih lanjut atau pemotongan pengeluaran jika dia ingin menghindari pelanggaran aturan fiskalnya.

    Prakiraan ekonomi terbaru OBR, yang diterbitkan pada hari Rabu pekan lalu, mengatakan PDB akan menjadi 0,6% lebih rendah dari perkiraan tahun ini dan 1% lebih rendah tahun depan dalam skenario yang paling parah, di mana Inggris dan negara-negara lain membalas tarif Trump.

    Dalam skenario alternatif di mana Inggris tidak membalas, OBR telah memperkirakan penurunan pertumbuhan yang lebih kecil, dengan PDB 0,4% lebih rendah dari yang diharapkan tahun ini dan 0,6% lebih rendah tahun depan.

    Irlandia Juga Kena

    Irlandia diperkirakan akan menjadi salah satu negara yang paling terdampak ketika Presiden Trump mengumumkan putaran tarif baru akhir minggu ini. Hal ini disebabkan oleh posisi Dublin yang merupakan anggota dari Uni Eropa (UE), salah satu pihak yang kemungkinan akan terkena tarif yang tinggi dari Trump.

    Barang-barang UE diperkirakan akan dikenakan tarif sekitar 20% saat memasuki AS. Di antara negara-negara Uni Eropa, Irlandia adalah yang paling bergantung pada AS sebagai pasar ekspor.

    Pada tahun 2024, ekspor barang Irlandia ke AS bernilai 73 miliar euro (Rp 1.307 triliun), hampir sepertiga dari total ekspor negara tersebut. Sektor ekspor terbesar Irlandia adalah farmasi, di mana negara ini merupakan pusat manufaktur utama bagi perusahaan-perusahaan AS seperti Pfizer dan Eli Lilly.

    Trump telah berulang kali menyatakan ketidaksenangannya pada skala manufaktur farmasi AS di Irlandia. Bulan lalu ia berkata: “Tiba-tiba Irlandia memiliki perusahaan-perusahaan farmasi kita, pulau yang indah dengan lima juta penduduk ini telah menguasai seluruh industri farmasi AS.”

    Dan O’Brien, kepala ekonom Institut Urusan Internasional dan Eropa, yakin ekonomi Irlandia dapatterdampak karena keberhasilan sektor farmasi di sana. Ia menambahkan dampak potensial tarif terhadap Irlandia dapat disejajarkan dengan krisis ekonomi negara itu pada tahun 2008.

    “Republik ini adalah eksportir farmasi terbesar ke AS. Dengan jumlah penduduk lebih dari lima juta jiwa, negara ini menjadi eksportir yang lebih besar daripada negara-negara besar seperti Jerman dan Swiss,” katanya.

    “Kemudian terjadi krisis keuangan, yang terjadi dengan cepat, seperti angin yang menerbangkan atap rumah. Dalam kasus ini, erosi fondasi lebih bertahap, yang jelas sangat penting bagi bangunan apa pun.”

    Taoiseach (Perdana Menteri Irlandia) Micheál Martin mengatakan pada hari Senin bahwa peningkatan tarif AS merupakan “ancaman yang sangat serius dan serius”. Analisis yang ditulis bersama oleh Departemen Keuangan Irlandia dan lembaga pemikir ESRI menunjukkan bahwa tarif tersebut dapat merugikan Irlandia lebih dari 18 miliar euro (Rp 322 triliun).

    Namun, kekhawatiran akan tarif ini telah mencapai taraf masyarakat luas dan para pelaku usaha. Pasalnya, banyak kota dan wilayah di Irlandia telah menikmati manfaat dari kehadiran bisnis AS selama puluhan tahun.

    Pabrikan fortklift yang berkantor pusat di wilayah Monaghan, Combilift, menghasilkan sekitar seperempat dari penjualannya di pasar AS, tempat perusahaan itu juga mempekerjakan 50 orang.  Pendiri dan direktur pelaksana perusahaan Martin McVicar mengunjungi Chicago pada bulan Maret untuk memberi pengarahan kepada pelanggannya di AS bahwa ia akan membekukan harga dolar untuk semua produk Combilift tahun ini untuk memberi mereka kepastian tentang biaya impor.

    “Kami telah memberi pelanggan kami kepastian tentang berapa biaya mereka dalam dolar AS untuk produk yang dikirim ke pelabuhan di AS. Setidaknya mereka dapat mencoba merencanakan bisnis mereka berdasarkan hal itu pada tahap ini,” tuturnya.

    (tps/tps)

  • Brand Value Meningkat Tajam, BRI Jadi Merek No 1 di Indonesia dan Urutan 323 Dunia dalam Daftar Brand Finance Global 500 2025

    Brand Value Meningkat Tajam, BRI Jadi Merek No 1 di Indonesia dan Urutan 323 Dunia dalam Daftar Brand Finance Global 500 2025

    Jakarta: PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) kembali mencatat pencapaian gemilang dengan meningkatnya nilai merek (brand value) dalam laporan Brand Finance Global 500 2025. Pada laporan tersebut, BRI menjadi yang tertinggi atau berada pada urutan pertama di Indonesia dan menduduki peringkat 323 di antara 500 perusahaan dengan brand value paling berharga di dunia.
     
    Laporan tersebut menyebutkan BRI mengalami peningkatan peringkat secara pesat dari peringkat 446 pada 2024 menjadi posisi 323 di tahun ini. Brand value BRI tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan merek-merek yang mendunia seperti Prudential, Manulife, Credit Agricole, Yahoo! Group, Jeep, Pfizer, Nokia, Prada, dan merek dunia lainnya. Sementara itu, hanya terdapat dua perusahaan dari Indonesia yang berhasil masuk dalam daftar tersebut dengan BRI menduduki peringkat tertinggi.
     
    “Riset Brand Finance terus menunjukkan bahwa merek yang dikelola dengan baik menghasilkan value yang terukur, menjadikan diferensiasi bagi perusahaan untuk bersaing di pasar yang kompetitif dan menarik pelanggan setia. Lebih dari itu, merek yang kuat juga mendorong akuisisi talenta, meningkatkan kepercayaan investor dan membangun resiliensi di masa ketidakpastian,” tulis Chairman & CEO Brand Finance David Haigh dalam laporannya.

    Riset ini dilakukan terhadap lebih dari 175.000 responden di 31 negara yang mengukur kepercayaan dan loyalitas pelanggan terhadap merek. 
     
     

     
    Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan bahwa perseroan sangat bangga dan bersyukur atas pencapaian BRI dalam Brand Finance Global 500 2025, yang mencerminkan kekuatan merek dan kepercayaan masyarakat terhadap produk dan layanan BRI.
     
    “Peningkatan brand value BRI dari tahun ke tahun dan merupakan yang terbaik di Indonesia adalah bukti nyata dari komitmen BRI dalam memberikan kinerja finansial terbaik, produk dan layanan terbaik dan di saat bersamaan memperkuat inklusi keuangan bagi seluruh lapisan masyarakat,” ujar Sunarso.
     
    Sunarso pun menegaskan BRI akan terus bertransformasi agar dapat beradaptasi dengan perubahan zaman.
     
    “Keberhasilan ini tidak lepas dari kerja keras seluruh insan BRI dalam menjalankan strategi bisnis yang berorientasi pada pertumbuhan berkelanjutan, serta dukungan penuh dari para nasabah utamanya pelaku UMKM, pemegang saham, dan seluruh pemangku kepentingan. Kami percaya bahwa merek yang kuat bukan hanya tentang aspek finansial semata, namun juga tentang dampak positif yang diberikan kepada masyarakat,” pungkas Sunarso.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ROS)

  • Brand Finance Global 500 2025: BRI Jadi Nomor 1 di Indonesia dan 323 Dunia – Page 3

    Brand Finance Global 500 2025: BRI Jadi Nomor 1 di Indonesia dan 323 Dunia – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Pencapaian gemilang kembali ditorehkan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI di tahun 2025 ini. Pasalnya, berdasarkan laporan Brand Finance Global 500 2025, BRI sukses meningkatkan nilai mereknya.

    Dalam laporan tersebut, BRI menjadi yang tertinggi atau berada pada urutan pertama di Indonesia dan menduduki peringkat 323 di antara 500 perusahaan dengan brand value paling berharga di dunia. Laporan itu pun menyebut, BRI mengalami peningkatan peringkat secara pesat dari peringkat 446 pada 2024 menjadi posisi 323 di tahun ini.

    Brand value BRI tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan merek-merek yang mendunia seperti Prudential, Manulife, Credit Agricole, Yahoo! Group, Jeep, Pfizer, Nokia, Prada, dan merek dunia lainnya. Sementara itu, hanya terdapat 2 perusahaan dari Indonesia yang berhasil masuk dalam daftar tersebut dengan BRI menduduki peringkat tertinggi.

    Chairman & CEO Brand Finance, David Haigh mengatakan bahwa riset Brand Finance terus menunjukkan merek yang dikelola dengan baik menghasilkan value terukur, menjadikan diferensiasi bagi perusahaan untuk bersaing di pasar yang kompetitif dan menarik pelanggan setia.

    “Lebih dari itu, merek yang kuat juga mendorong akuisisi talenta, meningkatkan kepercayaan investor dan membangun resiliensi di masa ketidakpastian,” katanya.

    Sebagai informasi, riset ini dilakukan terhadap lebih dari 175.000 responden di 31 negara yang mengukur kepercayaan dan loyalitas pelanggan terhadap merek.