Perusahaan: Netflix

  • Eropa Menuju ke Arah yang Sangat Buruk

    Eropa Menuju ke Arah yang Sangat Buruk

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memperingatkan bahwa Eropa sedang menuju arah yang sangat buruk. Trump meminta Eropa untuk berhati-hati.

    Dilansir AFP, Selasa (9/12/2025), Trump juga mengecam denda sebesar $140 juta oleh Uni Eropa terhadap jejaring sosial X milik taipan teknologi Elon Musk. Namun Trump mengakui bahwa ia tidak tahu banyak tentang denda tersebut.

    “Lihat, Eropa harus sangat berhati-hati. (Mereka) melakukan banyak hal. Kami ingin Eropa tetap menjadi Eropa,” kata Trump kepada para wartawan di Gedung Putih.

    “Eropa sedang menuju ke arah yang buruk. Ini sangat buruk, sangat buruk bagi rakyatnya. Kami tidak ingin Eropa berubah begitu banyak. Mereka sedang menuju ke arah yang sangat buruk,” imbuhnya.

    Komentar Republikan ini menyusul kritik dalam strategi keamanan nasional AS yang baru dirilis minggu lalu yang menyebut Eropa terlalu diatur dan menghadapi “penghapusan peradaban” akibat migrasi.

    Trump dan Eropa juga semakin berselisih mengenai rencana AS untuk mengakhiri perang di Ukraina. Eropa khawatir bahwa Washington bertujuan untuk memaksa Kyiv menyerahkan wilayahnya kepada Rusia.

    Posisi Trump terhadap Eropa menggemakan posisi Musk, mantan sekutu presiden, yang telah berulang kali melontarkan klaim yang menghasut tentang migrasi di Uni Eropa.

    Musk mengatakan setelah X didenda karena melanggar aturan digital Uni Eropa, blok tersebut harus “dihapuskan.” Brussels menepis pernyataannya sebagai “benar-benar gila.”

    Ketika ditanya tentang denda tersebut, Trump mengatakan bahwa “Saya rasa itu tidak benar” sebelum mengklarifikasi bahwa “Elon belum menghubungi saya untuk meminta bantuan terkait hal itu” dan mengatakan ia akan mendapatkan detail lebih lanjut nanti.

    Lihat juga Video Trump Mau Ikutan Nimbrung Polemik Netflix Akuisisi Warner Bros

    (lir/lir)

  • Bukan Blackpink, Ini Grup K-Pop yang Dominasi Tren Pencarian di Google

    Bukan Blackpink, Ini Grup K-Pop yang Dominasi Tren Pencarian di Google

    Seoul, Beritasatu.com – Girl group K-Pop Katseye mencatat lonjakan popularitas yang signifikan pada tahun ini. Grup besutan label Hybe ini menempati peringkat teratas dalam tren pencarian tahunan pada mesin pencarian Google, menandai pencapaian luar biasa meski baru sekitar dua tahun debut. 

    Mengutip laporan Allkpop, Senin (8/12/2025) laporan Google menganalisis data pencarian di seluruh dunia untuk mengidentifikasi orang dan topik dengan minat terbesar. Hasilnya, Katseye menempati posisi kedua dalam kategori musisi trending di Amerika Utara dan kategori pakaian konser. 

    Selain itu, grup pelantun hit Gabriela ini juga masuk dalam daftar kategori trending topik di YouTube Amerika Serikat, menjadi satu-satunya musisi yang disebutkan di antara daftar yang menampilkan animasi hit dari Netflix, K-Pop Demon Hunters dan boneka viral La Bubu.

    Para pengamat industri hiburan menilai kenaikan popularitas Katseye salah satunya begitu dipengaruhi oleh penampilan mereka di berbagai acara festival musik besar dan tur Amerika Utara pada awal 2025. 

    Penampilan mereka yang memukau di atas panggung membantu mendominasi algoritma media sosial, ditambah kultur “fancam” atau rekaman amatir dari penggemar yang berasal dari dunia industri K-Pop semakin mempercepat eksposur grup ini di seluruh dunia.

  • Netflix Mau Akuisisi Warner Bros Rp1.200 Triliun, Trump Bilang Begini

    Netflix Mau Akuisisi Warner Bros Rp1.200 Triliun, Trump Bilang Begini

    Bisnis.com, JAKARTA— Kabar akuisisi Warner Bros oleh Netflix senilai US$82,7 miliar atau sekitar Rp1.200 triliun menjadi sorotan.

    Melansir TechCrunch pada Senin (8/12/2025), Paramount sebelumnya diperkirakan menjadi kandidat terkuat untuk mengakuisisi studio film legendaris tersebut, terutama berkat kedekatan CEO David Ellison dengan pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

    Namun, laporan terbaru Bloomberg dan The Hollywood Reporter mengungkap bahwa co-CEO Netflix, Ted Sarandos, justru telah bertemu langsung dengan Trump pada November lalu untuk membahas peluang akuisisi itu.

    Dalam pertemuan tersebut, Trump disebut menyampaikan Warner Bros seharusnya dijual kepada penawar tertinggi. Sarandos pun meninggalkan pertemuan dengan keyakinan bahwa presiden tidak akan langsung menentang rencana Netflix.

    Setelah laporan itu mencuat pada Minggu, Trump mengonfirmasi  pertemuan tersebut memang berlangsung.

    “Netflix adalah perusahaan hebat. Mereka melakukan pekerjaan yang luar biasa. Ted adalah orang yang fantastis. Saya sangat menghormatinya. Tetapi ini menyangkut pangsa pasar yang besar, jadi kita lihat nanti apa yang terjadi,” kata Trump.

    Di sisi lain, Bloomberg melaporkan CEO Warner Bros, David Zaslav, sebenarnya enggan menjual perusahaan tersebut dan terkejut ketika Paramount mulai menjajaki akuisisi. Zaslav memperkirakan Ellison akan menunggu hingga Warner Bros merampungkan rencana pemisahan bisnis film dan streaming dari jaringan kabelnya.

    Pada akhirnya, Warner Bros membuka proses penawaran kompetitif, dan Netflix keluar sebagai pemenang. Meski demikian, Paramount masih berpeluang menyaingi Netflix melalui penawaran hostilejika memutuskan melanjutkan langkah tersebut.

  • Bos Netflix Temui Trump, Muluskan Akuisisi Warner Bros Senilai Rp1.378 Triliun

    Bos Netflix Temui Trump, Muluskan Akuisisi Warner Bros Senilai Rp1.378 Triliun

    Bisnis.com, JAKARTA — Raksasa layanan streaming global, Netflix, dilaporkan berhasil memenangkan proses penawaran dahsyat untuk mengakuisisi studio legendaris Warner Bros. dengan nilai transaksi mencapai US$82,7 miliar atau sekitar Rp1.378 triliun (asumsi kurs Rp16,660 per dollar AS).

    Merger bernilai fantastis ini menarik perhatian karena dua hal. Pertama, nilai transaksinya yang sangat besar, dan kedua, adanya keterlibatan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dalam lobi tingkat tinggi.

    Melansir dari TechCrunch Senin (08/12/2025), Co-CEO Netflix Ted Sarandos diketahui telah mengadakan pertemuan tertutup dengan Presiden Trump pada November lalu. Pertemuan ini disinyalir menjadi kunci bagi Netflix dalam menavigasi ketatnya pengawasan regulator federal terhadap aksi korporasi berskala masif.

    Sebelum kabar ini mencuat, Paramount Global yang dipimpin oleh CEO David Ellison digadang-gadang sebagai kandidat terkuat untuk mengambil alih Warner Bros. Asumsi pasar tersebut didasarkan pada kedekatan hubungan antara Ellison dengan administrasi Trump, yang dinilai akan mempermudah jalan bagi Paramount mendapatkan persetujuan regulasi.

    Namun, pertemuan antara Sarandos dan Trump tampaknya mengubah peta persaingan secara drastis.

    Dalam pertemuan tersebut, Trump dilaporkan menyampaikan pandangannya kepada Sarandos bahwa Warner Bros. idealnya dijual kepada “penawar tertinggi”. Pernyataan ini menjadi sinyal positif bagi Netflix. Eksekutif Netflix tersebut dikabarkan meninggalkan pertemuan dengan keyakinan bahwa Presiden tidak akan serta-merta menjegal proses akuisisi, meskipun kesepakatan ini akan menciptakan konsolidasi media yang sangat besar.

    Sementara itu, dinamika internal di tubuh Warner Bros. juga turut memanaskan proses negosiasi. Laporan Bloomberg juga menyebutkan bahwa CEO Warner Bros. David Zaslav sebenarnya enggan melepas perusahaan tersebut.

    Diketahui, Zaslav sempat terkejut ketika Paramount mulai menjajaki opsi akuisisi lebih awal dari perkiraan. Zaslav sebelumnya memprediksi bahwa Ellison akan menunggu hingga Warner Bros. menyelesaikan rencana strategis pemisahan antara bisnis film dan streaming dari jaringan kabel mereka.

    Langkah agresif Paramount yang bergerak cepat di luar ekspektasi tersebut memaksa Warner Bros. membuka pintu bagi penawar lain, yang pada akhirnya memicu perang penawaran kompetitif yang dimenangkan oleh Netflix.

    Kendati Netflix saat ini berada di atas angin dengan tawaran Rp 1.378 triliun, drama pengambilalihan ini dinilai belum sepenuhnya usai. Laporan tersebut mencatat bahwa Paramount masih memiliki peluang untuk tetap berkompetisi, salah satunya dengan meluncurkan penawaran bermusuhan atau hostile bid.

    Jika kesepakatan ini lolos dari hadangan regulator, ini akan menjadi salah satu merger media terbesar dalam sejarah, menggabungkan perpustakaan konten masif Warner Bros. dengan infrastruktur distribusi global milik Netflix. (Muhammad Diva Farel Ramadhan)

  • Bukan Blue Light, Ini yang Sebenarnya Bikin Susah Tidur kalau Pegang Ponsel

    Bukan Blue Light, Ini yang Sebenarnya Bikin Susah Tidur kalau Pegang Ponsel

    Jakarta

    Banyak orang punya kebiasaan scroll TikTok atau Netflix-an sebelum tidur. Alasannya sederhana yakni agar tubuh menjadi rileks dan lebih cepat terlelap.

    Bagi sebagian orang, mungkin ini cara jitu untuk mendapatkan tidur. Namun, bagi sebagian lain, kebiasaan ini justru bikin mata melek sampai larut malam dan berakhir begadang.

    Umumnya, kambing hitam pada kondisi ini adalah paparan blue light (sinar biru) dari gadget. Lalu, benarkah screen time atau paparan blue light di malam hari memang bisa bikin susah tidur?

    Seorang certified sleep coach atau ‘pelatih tidur’, Vishal Dasani mengatakan paparan blue light sebenarnya tidak terlalu berdampak kepada jam tidur seseorang.

    “Ada benarnya, tapi sudah banyak studi juga yang menyebutkan blue light dari device itu sebetulnya tidak terlalu terang untuk bisa mengganggu atau menunda jadwal tidur kita,” kata Coach Vishal di Jakarta Barat, Minggu (7/12/2025).

    “Jadi memang ada benarnya blue light itu bisa menunda, tapi blue light-nya ini harus cukup terang dan dalam waktu yang lama,” sambungnya.

    Kalaupun paparan blue light ini mengganggu jam tidur seseorang, Vishal mengatakan bahwa menurut studi, keterlambatan tidur hanya 10-15 menit dari jam tidur normal.

    Menurut Coach Vishal, yang membuat banyak orang tertunda tidurnya bukan paparan blue light dari aktivitas scrolling TikTok, reels Instagram, atau Netflix, namun kemampuan mereka untuk berhenti.

    “Yang membuat screen ini menjadi masalah untuk tidur, itu adalah keputusan kita untuk doom scrolling, binge watching atau one more episode,” katanya.

    Bagaimana Agar Cepat Terlelap?

    Sebagai seorang sleep coach yang telah menangani banyak pasien, salah satu kunci utama untuk bisa cepat terlelap dan mendapatkan tidur berkualitas adalah membuat tubuh menjadi rileks.

    “Bisa stretching, itu bisa. Terus bisa jalan santai, itu nge-rileksin juga, bisa dengerin musik, dengerin podcast, baca buku, ngobrol sama pasangan,” kata Coach Vishal.

    “Terus bisa mandi air hangat, terus bisa berdoa, bisa regulasi napas, bebas. Selama ini bukan alkohol sama obat yang bikin Anda rileks, you’re good to go,” lanjutnya.

    Aktivitas relaksasi yang dilakukan berulang, akan memberikan instruksi khusus ke otak bahwa saat seseorang melakukan hal tersebut, maka akan mengubah mode tubuh menjadi lebih rileks dan bersiap untuk tidur.

    Halaman 2 dari 2

    (dpy/up)

  • Netflix Akuisisi Warner Bros, Sutradara Film Titanic: Bencana

    Netflix Akuisisi Warner Bros, Sutradara Film Titanic: Bencana

    Jakarta, Beritasatu.com – Netflix resmi mengumumkan telah mencapai kesepakatan untuk membeli sebagian aset milik Warner Bros, Discovery (WBD), termasuk studio film dan layanan streaming HBO Max. Namun, langkah Netflix mengakuisisi Warner Bros menuai berbagai kritikan pedas dari para pelaku industri film Hollywood, salah satunya sutradara film Titanic, James Cameron. 

    Mengutip laporan Channel News Asia, Sabtu (6/12/2025) James menyebut akuisisi ini sebagai bencana. Kritikan senada juga datang dari sekelompok produser film terkemuka yang dikatakan tengah melobi pihak Kongres Amerika Serikat (AS) untuk menentang kesepakatan tersebut. 

    Sebelum kesepakatan akuisisi ini terjadi, Netflix  selama ini sudah dianggap sebagai “duri” oleh sebagian kalangan Hollywood, terutama karena keengganannya merilis film di bioskop serta dinilai mengganggu praktik industri film tradisional. 

    Saat Netflix muncul sebagai calon pemenang tender untuk Warner Bros yang merupakan studio produksi di balik karya legendaris seperti Casablanca, Harry Potter, dan serial Friends para elite industri perfilman Hollywood langsung melancarkan kampanye agresif untuk menolak akuisisi tersebut.

    Senada dengan James Cameron, mantan CEO Warner, Jason Kilar melalui akun X pribadinya turut menyuarakan penolakan. 

    “Saya tidak bisa memikirkan cara yang lebih efektif untuk mengurangi persaingan di Hollywood selain menjual WBD ke Netflix,” tulisnya.

    Sorotan juga tertuju pada Co-CEO Netflix, Ted Sarandos, yang sebelumnya menyatakan era masyarakat berbondong-bondong ke bioskop untuk menonton film telah berakhir. Banyak pelaku senior industri film menilai, penayangan film di bioskop tetap penting untuk menjaga daya tarik dan prestise dari sinema itu sendiri, yang mana sangat berbeda dengan konten streaming yang dikonsumsi di rumah atau melalui perangkat gawai seperti ponsel pintar atau tablet. 

    “Keberhasilan Netflix itu adalah televisi, bukan film di layar lebar. Bioskop akan tutup lalu masyarakat akan menderita, dan lapangan kerja akan hilang,” ujar CEO Cinema United Michael O’Leary. 

  • Netflix Caplok Warner Bros Senilai Rp 1.147 Triliun, Harry Potter hingga Game of Thrones Pindah Rumah

    Netflix Caplok Warner Bros Senilai Rp 1.147 Triliun, Harry Potter hingga Game of Thrones Pindah Rumah

    Liputan6.com, Jakarta – Netflix baru saja mengumumkan sebuah kabar mengejutkan dalam sejarah industri hiburan, di mana perusahaan streaming tersebut telah resmi membeli bisnis film dan streaming milik Worner Bros Discovery.

    Tak tanggung-tanggung, Netflix beli Warner Bros Discovery ini senilai USD 72 miliar atau sekitar Rp 1.147 triliun. Tawaran raksasa streaming ini melampaui para pesaing mereka, Comcast dan Paramount Skydance.

    Muncul sebagai pemenang dalam tawar-menawar, Netflix sukses mengamankan salah satu aset paling berpengaruh di industri film Hollywood. Seperti diketahui, studio ini terkenal dengan sejumlah waralaba populer seperti Harry Potter, Game of Thrones, dan seluruh katalog konten HBO.

    Ted Sarandos, Co-CEO Netflix, menyebut akuisisi ini sebagai momentum bersejarah. “Kombinasi antara koleksi film dan serial Warner Bros dengan konten Netflix seperti Stranger Things akan membuka peluang baru,” katanya Ted, sebagaimana dikutip dari BBC, Sabtu (6/12/2025).

    Ia menambahkan, dengan Netflix akuisisi Warner Bros maka semakin memperkuat posisi perusahaan streaming tersebut dalam beberapa dekade ke depan. Ted menegaskan, perusahaan sangat yakin akan lolos dari proses persetujuan regulator.

    Ambisi Netflix di Masa Mendatang

    Tak hanya itu, Ted juga sedikit memberikan gambara besar tentang ambisi Netflix di masa depan. Menurutnya, Warner Bros telah menjadi penentu industri hiburan selama satu abad dan ingin Netflix menjadi motor penggerak abad berikutnya. 

    David Zaslav, CEO Warner Bros Discovery menyebut, momen akuisisi ini sebagai hari besar bagi kedua perusahaan. “Dengan bekerja sama dengan Netflix, kami akan memastikan orang-orang di mana pun akan terus menikmati kisah-kisah paling relevan di dunia untuk generasi mendatang,” ujarnya.

    Banyak pihak meyakini, Warner Bros akan tetap merilis deretan judul film buatan mereka di bioskop. Sementara itu, studio televisi mereka akan tetap memproduksi untuk pihak ketiga. Sedangkan Netflix, perusahaan akan tetap menjaga model produksi eksklusif mereka untuk streaming di platform.

     

  • Netflix Akuisisi Warner Bros Rp1.200 Triliun, Harry Potter hingga Game of Throne Siap Tayang?

    Netflix Akuisisi Warner Bros Rp1.200 Triliun, Harry Potter hingga Game of Throne Siap Tayang?

    Bisnis.com, JAKARTA — Netflix dilaporkan menyepakati akuisisi Warner Bros Discovery senilai US$72 miliar atau sekitar Rp1.200 triliun. 

    Kesepakatan besar ini diperkirakan akan mengubah lanskap bisnis hiburan global dan memperluas dominasi Netflix di pasar konten film dan televisi.

    Dikutip dari laman Reuters pada Sabtu (6/12/2025) menurut sejumlah sumber yang mengetahui langsung proses tersebut, akuisisi ini bermula dari upaya Netflix untuk mempelajari lebih dalam kondisi bisnis Warner Bros. 

    Namun, ketertarikan itu berkembang cepat ketika Warner Bros Discovery membuka proses lelang pada 21 Oktober, setelah menolak tiga tawaran awal dari Paramount Skydance.

    Netflix yang sebelumnya menepis rumor soal pembelian studio besar akhirnya ikut serta dalam persaingan, bersaing ketat dengan Paramount dan Comcast sebagai pemilik NBCUniversal.

    Sumber-sumber tersebut mengungkapkan Netflix melihat peluang strategis yang jauh lebih besar ketimbang sekadar mengakuisisi katalog film dan serial Warner Bros yang sudah terbukti menjadi tulang punggung tontonan di layanan streaming. Unit bisnis Warner Bros dinilai sangat melengkapi operasional Netflix, termasuk divisi distribusi film, promosi, dan studio yang kuat.

    Selain itu, layanan streaming HBO Max disebut akan memperoleh manfaat dari pengalaman panjang Netflix dalam membangun dan menumbuhkan platform streaming global.

    Ketertarikan Netflix mulai semakin serius sejak Warner Bros Discovery pada Juni lalu mengumumkan rencana memisahkan dirinya menjadi dua perusahaan publik, memisahkan jaringan televisi kabel dari bisnis studio dan streaming.

    Langkah itu menimbulkan spekulasi bahwa aset studio dan konten akan menjadi target yang menarik bagi pembeli besar.

    Persaingan memanas pada musim gugur ketika lelang dibuka secara resmi. Paramount sendiri mengajukan tiga penawaran bertahap sejak September untuk mencoba mengamankan posisi sebelum pemisahan perusahaan dilakukan. Namun, strategi tersebut tidak berhasil, karena Warner Bros pada akhirnya memilih Netflix sebagai pembeli.

    Di sisi lain, penasihat keuangan dari JPMorgan disebut menyarankan Warner Bros agar mempertimbangkan opsi menjual unit studio dan streaming untuk memberikan ruang fleksibilitas strategis yang lebih besar.

    Baik Netflix maupun Warner Bros Discovery tidak memberikan komentar resmi terkait detail proses akuisisi ini.

  • Paramount Protes Keras Akuisisi Warner Bros oleh Netflix

    Paramount Protes Keras Akuisisi Warner Bros oleh Netflix

    Jakarta, Beritasatu.com – Netflix resmi mencapai kesepakatan untuk membeli aset film dan layanan streaming milik Warner Bros. Discovery (WBD). Transaksi jumbo senilai US$ 72 miliar atau Rp 1.200 triliun ini langsung memicu keberatan dari Paramount yang merasa proses penawaran berlangsung tidak adil.

    Melansir CNBC, Sabtu (6/12/2025), kesepakatan yang diumumkan Jumat (6/12/2025) waktu AS itu menempatkan Netflix sebagai pemenang dalam persaingan ketat melawan Paramount Skydance dan Comcast.

    Transaksi dilakukan melalui kombinasi tunai dan saham, dengan valuasi US$ 27,75 per saham, WBD menciptakan nilai ekuitas akuisisi sebesar US$ 72 miliar dan nilai perusahaan mendekati US$ 82,7 miliar.

    Paramount sebenarnya mengajukan tawaran untuk membeli seluruh portofolio WBD, termasuk jaringan kabel seperti CNN. Tawaran awal US$ 24 per saham kemudian dinaikkan mendekati US$ 27 per saham pada pekan yang sama.

    Namun, pengacara Paramount mengirim surat keberatan kepada manajemen WBD. Poin utama protes mereka, yakni proses penjualan diduga memihak Netflix dan tidak memberi ruang kompetisi yang adil.

    Paramount menilai pihak WBD mengarahkan hasil agar Netflix menjadi pemenang, sehingga merugikan pemegang saham. Tuduhan itu muncul setelah WBD lebih responsif terhadap tawaran Netflix yang menargetkan hanya aset berkinerja tinggi, studio film dan HBO Max tanpa mengambil jaringan kabel yang margin keuntungannya lebih rendah.

    Warner Bros diketahui memiliki waralaba besar, seperti Harry Potter, Game of Thrones, dan DC Universe, aset penting yang menarik minat pembeli global.

    Kepala Strategi Investasi Hargreaves Lansdown Emma Wall menyebut persaingan ini sebagai drama antara para pencipta drama.

    Ia menilai tawaran Paramount lebih berat karena mencakup bisnis yang kurang menguntungkan, berbeda dengan pendekatan Netflix yang lebih selektif.

    Wall juga menyoroti bahwa serangan Paramount terhadap proses penjualan dapat berbalik arah.

    “Jika Anda menyerang secara terbuka, itu bisa merusak tawaran Anda sendiri,” pungkasnya.

    Kesepakatan Netflix-WBD masih harus melewati persetujuan otoritas persaingan usaha serta pemegang saham WBD. Proses finalisasi diperkirakan berlangsung selama 12 hingga 18 bulan.

  • Netflix Beli Warner Bros Senilai Rp 1.201 Triliun

    Netflix Beli Warner Bros Senilai Rp 1.201 Triliun

    Liputan6.com, Jakarta – Netflix mengumumkan telah mencapai kesepakatan membeli sebagian saham Warner Bros Discovery senilai USD 72 miliar atau Rp 1.201 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.684. Langkah Netflix membeli Warner Bros ini akan menciptakan raksasa baru di industri hiburan.

    Mengutip BBC, Sabtu (6/12/2025), raksasa streaming ini muncul sebagai penawar yang berhasil untuk Warner Bors mengungguli pesaingnya, Comcast dan Paramount Skydance setelah pertarungan berlarut-larut.

    Warner Bros memiliki waralaba termasuk Harry Potter dan Game of Thrones serta layanan streaming HBO Max.

    Seiring hal itu, akuisisi ini akan menciptakan raksasa baru di industri hiburan. Akan tetapi, akuisisi harus mendapatkan persetujuan oleh otoritas terkait persaingan usaha.

    Co-chief Executive Netflix, Ted Sarandos menuturkan, perusahaan sangat yakin akan menerima persetujuan regulasi yang dibutuhkan dan sedang berjalan dengan kecepatan menuju hal tersebut.

    Ia menuturkan, dengan menggabungan koleksi acara dan film Warner Bros dengan serial platform streaming seperti Stranger Things, pihaknya dapat memberikan lebih banyak yang disukai kepada penonton.

    “Warner Bros telah mendefinisikan abad hiburan terakhir, dan bersama-sama kita dapat mendefinisikan abad berikutnya,” ujar dia.

    Saat ditanya apakah HBO harus tetap menjadi layanan streaming terpisah, CEO Greg Peters menuturkan, Netflix yaknin merek HBO penting bagi konsumen. “Kami pikir masih terlalu dini untuk membahas secara spesifik bagaimana kami akan menyesuaian penawaran ini untuk konsumen,” kata dia.

    Netflix memperkirakan menghemat USD 2 miliar-USD 3 miliar atau Rp 33,36 triliun-Rp 50,05 triliun. Hal ini didukung dari teknologi dan bisnis.

    Film-film buatan Warner Bros akan terus diluncurkan di bioskop, kata dia, dan studio televisi Warner Bros akan terus dapat memproduksi untuk pihak ketiga. Netflix akan terus memproduksi konten secara eksklusif untuk platformnya sendiri.