Perusahaan: Netflix

  • Review Lenovo Legion Pro 7i, Laptop Gaming yang Gahar!

    Review Lenovo Legion Pro 7i, Laptop Gaming yang Gahar!

    Jakarta

    Lenovo Legion Pro 7i adalah salah satu laptop gaming andalan Lenovo terbaru di Indonesia, yang diposisikan sebagai pengganti desktop karena spesifikasi yang gahar.

    Lenovo kembali menggebrak pasar laptop gaming kelas atas lewat Legion Pro 7i Gen 10 (2025), sebuah monster 16 inci yang dijejali spek terbaru Intel dan Nvidia. Tapi apakah performa kencang saja cukup untuk menjadikannya laptop gaming terbaik tahun ini?

    Saya sudah mencoba langsung varian dengan prosesor Intel Core Ultra 9 275HX, RAM 32 GB, dan GPU Nvidia GeForce RTX 5090. Bisa dibilang, ini konfigurasi kelas menengah-atas yang cukup representatif untuk melihat kemampuan si Pro 7i terbaru ini.

    Desain: Kok Tambah Besar?

    Legion Pro 7i kali ini hadir dengan chassis baru. Besar. Berat. Tapi tetap terasa premium. Semua bagiannya dibalut material metal hitam doff yang solid. Nggak ada bunyi keretak-keretak, nggak ada bagian yang mudah melengkung. Tapi… dimensinya sekarang makin bongsor: 365 x 276 mm, sedikit lebih lebar dari generasi sebelumnya. Bobotnya? 2,57 kg.

    Yang bikin saya mengernyit, justru keputusan desain RGB-nya. Ada logo LEGION menyala besar di punggung layar, lightbar RGB memutar di belakang bodi, plus logo LEGION kecil di bawah tombol power yang selalu menyala. Di malam hari, cahaya ini malah terasa ganggu–kayak lampu senter kecil yang nempel di mata.

    Port dan Ergonomi: Kompromi Demi Pendinginan

    Di generasi ini, Lenovo mengorbankan port belakang demi sistem pendinginan masif. Semua konektivitas pindah ke sisi samping kiri dan kanan. Agak repot kalau kamu biasa colok banyak perangkat sekaligus, apalagi kabelnya bisa mengganggu area kerja.

    Tak ada card reader, tak ada lubang kunci keamanan. Tapi setidaknya port penting seperti HDMI 2.1, LAN 2.5G, dan USB-C Thunderbolt 4 tetap tersedia. Ya, belum Thunderbolt 5, tapi kebanyakan pengguna juga belum butuh.

    Secara ergonomi, laptop ini punya area palm rest luas dan engsel yang kokoh. Bisa dibuka dengan satu tangan, tapi sayang… layarnya cuma bisa ditekuk sampai 145 derajat. Namun memang fitur layar yang bisa ditekuk sampai 180 derajat pun seringkali tak banyak dipakai oleh pengguna.

    Permukaan hitam doff-nya juga gampang meninggalkan bekas sidik jari. Kamu harus siap lap-lap setiap hari kalau pengen tampil kinclong.

    Keyboard dan Touchpad: Juara DuniaLenovo Legion Pro 7i Foto: Adi Fida Rahman/detikINET

    Lenovo masih mempertahankan keyboard TrueStrike full-size dengan numpad dan tombol panah ukuran penuh–buat saya ini nilai plus besar. Key travel 1,6 mm terasa pas buat mengetik cepat dan presisi, dengan suara yang tidak bising.

    Paket penjualannya juga unik: ada keycaps keramik putih cadangan, kalau kamu mau ganti-ganti gaya.

    Lenovo Legion Pro 7i Foto: Adi Fida Rahman/detikINET

    RGB per-key masih jadi andalan, dengan tingkat kecerahan LED yang luar biasa terang. Touchpad-nya berbahan plastik Maylar, tapi enak banget dipakai. Akurat dan mulus, meski belum bisa menyaingi touchpad kaca di laptop flagship lain. Tak ada sensor sidik jari atau IR untuk login wajah, jadi autentikasi masih konvensional.

    Layar OLED: Tajam

    Nah, bagian paling menggoda dari Legion Pro 7i ini ada di layarnya. Lenovo menyematkan panel OLED 16 inci dengan rasio 16:10 dan refresh rate tinggi. Warna-warni tampil tajam, hitamnya pekat, dan kontrasnya mantap. Untuk nonton film, editing foto/video, dan main game, layar ini benar-benar memanjakan mata.

    Sayangnya, panel ini glossy dan tidak touch. Artinya, kamu bakal sering berhadapan dengan pantulan cahaya, terutama kalau dipakai di ruangan terang. OLED juga terkenal punya risiko burn-in kalau tidak dikelola dengan baik, walau ini bisa diakali dengan software proteksi.

    Buat laptop yang mayoritas waktunya bakal duduk manis di meja kerja atau meja gaming, OLED glossy ini bisa diterima. Tapi kalau kamu sering kerja di outdoor café atau dekat jendela, mungkin bakal lebih nyaman pakai layar IPS matte.

    Performa dan Daya Tahan BateraiLenovo Legion Pro 7i Foto: Adi Fida Rahman/detikINET

    Seperti yang sudah ditebak dari spesifikasinya, Legion Pro 7i Gen 10 (2025) adalah laptop yang siap dihajar kerja berat tanpa ngedumel. Prosesor Intel Core Ultra 9 275HX dengan 24-core mampu menyaingi, bahkan mengungguli, pendahulunya yang lebih bertenaga di atas kertas: Core i9-14900HX. Performa multi-core dan efisiensi dayanya benar-benar terasa di dunia nyata, terutama saat rendering atau multitasking ekstrem.

    Untuk RAM dan penyimpanan, Lenovo kasih kelonggaran upgrade lewat dua slot SO-DIMM dan dua slot M.2. Kamu bisa naik ke RAM 64 GB dan SSD 2 TB kalau butuh, dengan opsi PCIe Gen5 SSD untuk kecepatan maksimal.

    Dalam pengujian stress test (benchmark 25 kali tanpa henti), stabilitas frame rate mencapai 98,7%– ini pertanda kalau sistem pendinginnya memang bisa diandalkan. Meskipun kipasnya kencang, suaranya cenderung nge-bass alias gak cempreng, jadi tetap nyaman buat dipakai dalam sesi panjang. Permukaan bodi juga tetap adem, bahkan saat game berat.

    Berikut ini hasil pengujian di beberapa game AAA populer (semua dijalankan di resolusi 1600p):

    Forza Horizon 5: 158 FPS (Extreme preset, semua fitur upscaling off), 233 FPS (DLSS + Frame Generation aktif)Gears 5: 134 FPS (Ultra preset)Call of Duty: Black Ops 6: 145 FPS (Extreme preset + DLSS Performance + Reflex aktif)Cyberpunk 2077: 80 FPS (Ray Tracing Ultra, DLSS Transformer Model aktif), 179 FPS (Ray Tracing Overdrive, DLSS Multi-Frame Gen 4x aktif)

    Dari sini, bisa disimpulkan: Legion Pro 7i Gen 10 adalah senjata siap tempur di level e-sport maupun single-player blockbuster. Performa grafisnya bisa digenjot sampai maksimal berkat kombinasi RTX 5090 dan pendinginan lega.

    Baterai Jumbo, Tapi…

    Lenovo membekali laptop ini dengan baterai jumbo 99Wh, kapasitas maksimal yang bisa ditanamkan dalam laptop. Tapi karena komponen di dalamnya haus daya, kamu tetap tidak bisa berharap stamina panjang saat jauh dari colokan.

    Dalam pengujian, dengan layar disetel sekitar 60% brightness dan refresh rate default 60Hz, berikut hasilnya:

    Mengetik ringan (Google Docs): 3–4 jamNonton YouTube 1080p: ±3 jamStreaming Netflix 4K Dolby Vision: ±3 jamBrowsing Edge, mode Balance: ±3 jam

    Artinya, baterai ini cuma tahan sekitar 3 jam pemakaian aktif, meski tergolong besar. Ini bukan laptop buat dibawa kerja seharian tanpa charger.

    Charger bawaannya pun jumbo: 400W dengan power brick dua bagian, berat totalnya 1,2 kg. Dibanding generasi sebelumnya yang pakai charger GaN 330W seberat 1 kg, yang ini jelas lebih besar dan berat. Laptop lain sekelas biasanya hanya dikasih charger 380W yang sedikit lebih enteng.

    Untungnya, kamu masih bisa isi daya via USB-C sampai 140W. Tapi catatan penting: performa laptop bakal dibatasi saat pakai charging via Power Delivery ini. Cocok buat kerja ringan, bukan untuk gaming atau editing berat.

    KesimpulanLenovo Legion Pro 7i Foto: Adi Fida Rahman/detikINET

    Lenovo Legion Pro 7i Gen 10 adalah laptop yang serius dan brutal. Cocok untuk kamu yang butuh tenaga besar, layar keren, dan spesifikasi yang bisa melibas game-game berat. Tapi dengan ukuran jumbo, baterai boros, dan charger segede gaban, ini bukan laptop buat kamu yang sering mobile.

    Ini laptop yang akan duduk manis di meja gaming kamu, sesuai dengan peruntukan awalnya, yaitu pengganti desktop.

    Kalau kamu suka RGB menyala-nyala dan nggak keberatan dengan footprint besar, ini laptop ideal buat kerja berat dan main game serius. Tapi buat yang pengen tampilan lebih kalem dan fleksibilitas ergonomi maksimal, mungkin perlu pertimbangan ulang.

    Plus:

    Performa CPU+GPU ngebutBuild solid dan legaLayar OLED tajam dan kontras tinggiKeyboard enak buat ngetik

    Minus:

    RGB terlalu agresif, sulit dimatikan sebagianPort pindah ke samping semuaLayar glossy rawan silauTidak ada sensor biometrik

    Berikut adalah harga Lenovo Legion Pro 7i:

    Legion Pro 7 16IAX10H 83F5008YID: Rp 59.999.000 (RTX 5080 16GB GDDR7, 1TB SSD PCIe 4.0)Legion Pro 7 16IAX10H 83F50090ID: Rp 74.999.000 (RTX 5090 24GB GDDR7, 1TB SSD PCIe 5.0)

    Halaman 2 dari 4

    Simak Video “Review Legion Pro 7i: Bukan Buat Kaum Mendang Mending!”
    [Gambas:Video 20detik]
    (asj/fay)

  • Asosiasi Serukan Regulasi OTT Asing Demi Kedaulatan Digital

    Asosiasi Serukan Regulasi OTT Asing Demi Kedaulatan Digital

    Jakarta

    Asosiasi Perusahaan Nasional Telekomunikasi (Apnatel) turut menyampaikan pandangan terkait penyedia layanan Over The Top (OTT) di Indonesia. Sebelumnya, asosiasi lainnya telah mengungkapkan suaranya terkait dinamika tersebut.

    Isu mengenai pembatasan layanan Voice over Internet Protocol (VoIP) seperti WhatsApp call dan aplikasi OTT sempat menimbulkan kekhawatiran publik, meskipun langsung dibantah oleh Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid bahwa pemerintah tidak akan melakukan pembatasan.

    Ketua Umum Apnatel Triana Mulyatsa Ketu mengatakan bahwa yang diperjuangkan oleh asosiasi ini bukanlah pembatasan terhadap akses layanan digital masyarakat, melainkan penataan yang adil terhadap hubungan antara layanan OTT global dan penyelenggara telekomunikasi lokal di Indonesia.

    Apnatel menyoroti ketidakseimbangan kontribusi antara platform OTT asing yang telah lama menguasai pasar Indonesia dengan penyelenggara telekomunikasi lokal.

    “Kita bukan sedang menolak kemajuan teknologi, perkembangan dan kemajuan teknologi harus kita terima dan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi. Tapi soal keadilan perlu menjadi pertimbangan,” ujarnya dikutip dari pernyataan tertulisnya, Kamis (24/7/2025).

    Ia menambahkan, jika pemain OTT global berkontribusi, maka penetrasi jaringan akan lebih cepat dilakukan dan mengguna OTT juga akan semakin besar.

    Apnatel kemudian memaparkan sejumlah negara yang telah menerapkan penataan OTT. Misalnya Netflix di Korea Selatan dikenakan kewajiban membayar network usage fee kepada operator lokal. Kemudian, Uni Eropa mewajibkan platform digital global untuk tunduk pada aturan transparansi algoritma, moderasi konten, dan bertanggung jawab sesuai hukum di masing-masing negara anggota.

    Tetangga Indonesia, yaitu Vietnam, menerapkan regulasi di mana setiap OTT asing memiliki kantor perwakilan di dalam negeri dan beroperasi di bawah hukum nasional. Selain itu, Australia lebih jauh lagi mengatur model nilai ekonomi digital melalui News Media and Digital Platforms Mandatory Bargaining Code, yang mewajibkan platform seperti Google dan Meta untuk membayar royalti kepada media lokal.

    Disampaikannya bahwa praktik-praktik tersebut menunjukkan bahwa Indonesia tertinggal jauh dalam hal kedaulatan digital. Apnatel mendesak pemerintah turut penataan OTT asing agar berkontribusi dan tunduk pada aturan yang berlaku di Indonesia.

    “Regulasi terkait OTT Asing perlu segera dibuat bukan semata dilihat dari sisi bisnis Telco dan penyelenggara jaringan maupun pendapatan negara dari pajak dan lisensi, tetapi terkait perlindungan data pribadi, juga data dan informasi penting terkait keamanan negara maupun demi kedaulatan digital,” pungkasnya.

    (agt/agt)

  • Xiaomi TV Stick 4K Gen 2 Rilis, Upgrade Besar di Gambar & Suara

    Xiaomi TV Stick 4K Gen 2 Rilis, Upgrade Besar di Gambar & Suara

    Jakarta

    Xiaomi resmi memperkenalkan TV Stick 4K Generasi ke-2 untuk pasar global. Perangkat streaming mungil ini hadir dengan sejumlah peningkatan signifikan dibandingkan versi sebelumnya, terutama dalam hal kualitas gambar, audio, dan performa sistem.

    Desainnya tetap ramping dan ringan dengan bobot hanya 44 gram. TV Stick ini dibalut warna hitam dengan bentuk membulat yang memudahkan pemasangan di belakang televisi tanpa makan tempat.

    Lebih Canggih

    Xiaomi TV Stick 4K Gen 2 kini mendukung output resolusi 4K Ultra HD lengkap dengan Dolby Vision dan HDR10+. Ini merupakan peningkatan dari generasi sebelumnya yang hanya mendukung HDR10. Teknologi ini menjanjikan tampilan gambar yang lebih hidup, kontras lebih tinggi, dan warna lebih kaya.

    Xiaomi TV Stick 4K generasi ke-2 Foto: Xiaomi

    Untuk sektor audio, perangkat ini juga mengalami peningkatan. Kini hadir dengan Dolby Atmos dan DTS:X, yang memungkinkan suara surround lebih nyata dan immersive. Ada juga fitur virtual height channel decoding yang membawa pengalaman sinematik ke ruang keluarga.

    Xiaomi menyematkan chipset quad-core Cortex-A55 6nm dan GPU ARM Mali-G310 V2, dikombinasikan dengan RAM 2GB dan penyimpanan internal 8GB. Xiaomi mengklaim performa CPU meningkat hingga 80% dan GPU meningkat 150% dibandingkan versi sebelumnya. Dengan begitu, pengguna bisa menikmati streaming yang lebih lancar dan responsif.

    Menggunakan Google TV Foto: Xiaomi

    Google TV

    TV Stick ini menjalankan sistem operasi Google TV, bukan lagi Android TV seperti generasi pertama. Pengguna mendapatkan dukungan penuh untuk Google Assistant, Google Cast, serta akses ke berbagai aplikasi populer seperti Netflix, YouTube, Disney+, dan Prime Video.

    Satu fitur menarik yang turut dibawa adalah Xiaomi TV+, layanan streaming TV langsung gratis tanpa biaya langganan, yang menjadi nilai tambah tersendiri.

    Dari sisi konektivitas, Xiaomi TV Stick 4K Gen 2 sudah mendukung Wi-Fi 6, Bluetooth 5.2, serta dilengkapi port HDMI dan Micro USB.

    Dibekali remote Foto: Xiaomi

    Xiaomi memberikan remote bawaan yang mengandalkan koneksi Bluetooth 360°, memungkinkan pengoperasian tanpa perlu garis pandang langsung ke TV Stick. Remote ini juga dibekali tombol shortcut khusus untuk Netflix, Prime Video, YouTube, dan Xiaomi TV+.

    Harga & Ketersediaan

    Xiaomi TV Stick 4K generasi ke-2 Foto: Xiaomi

    Meski Xiaomi belum mengumumkan harga resmi dan jadwal peluncuran globalnya, perangkat ini telah terdaftar di AliExpress dengan harga promosi 40,37 pondsterling (Rp 889 ribu), jauh lebih murah dari harga awal 91,34 pondsterling.

    Pengguna di Tanah Air bisa menantikan ketersediaan resminya di situs Xiaomi Indonesia atau marketplace dalam beberapa bulan ke depan.

    (afr/afr)

  • RI Disebut Tertinggal dari Kenya hingga Vietnam dalam Pengaturan Whatsapp Cs

    RI Disebut Tertinggal dari Kenya hingga Vietnam dalam Pengaturan Whatsapp Cs

    Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah Indonesia dinilai belum maksimal  mengatur Whatsapp dan layanan over the top (OTT). Berbeda dengan di Vietnam dan Kenya, OTT bebas berbisnis dan mengeruk pemasukan di Tanah Air. 

    Ketua Asosiasi Perusahaan Nasional Telekomunikasi (Apnatel) Triana Mulyatsa membandingkan kondisi di Indonesia dengan praktik di berbagai negara yang telah lebih dahulu mengambil langkah konkret dalam menata kehadiran OTT. 

    Dia mencontohkan di Korea Selatan OTT Netflix dikenakan kewajiban membayar biaya penggunaan jaringan atau network usage fee kepada operator. 

    Pada 2020, SK Broadband mengklaim bahwa lalu lintas data Netflix yang ditangani oleh mereka meningkat 24 kali lipat dari Mei 2018 hingga September 2020, dan Netflix perlu membayar sekitar US$22,9 juta sebagai biaya penggunaan jaringan

    Sementara itu  Uni Eropa, mewajibkan platform digital global untuk tunduk pada aturan transparansi algoritma, moderasi konten, dan bertanggung jawab sesuai hukum di masing-masing negara anggota.

    Vietnam juga mewajibkan setiap OTT asing memiliki kantor perwakilan di dalam negeri dan beroperasi di bawah hukum nasional. Australia lebih jauh lagi mengatur model nilai ekonomi digital melalui News Media and Digital Platforms Mandatory Bargaining Code, yang mewajibkan platform seperti Google dan Meta untuk membayar royalti kepada media lokal. 

    Di Kenya, dengan Finance Act 2020 ada Digital Service Tax (DST), layanan digital dikenakan 1.5% dari gross revenue yang dihasilkan dari layanan digital kepada pengguna di Kenya. 

    Menurut Triana praktik-praktik tersebut menunjukkan bahwa Indonesia tertinggal jauh dalam hal kedaulatan digital. 

    “Kalau negara-negara lain sudah mengatur agar OTT berkontribusi dan tunduk pada hukum lokal, mengapa Indonesia masih membiarkan mereka menikmati pasar tanpa kewajiban apa-apa?” kata Triana, dikutip Kamis (24/7/2025).

    Triana menuturkan yang diperjuangkan oleh asosiasi ini bukanlah pembatasan terhadap akses layanan digital masyarakat, melainkan penataan yang adil terhadap hubungan antara layanan OTT global dan penyelenggara telekomunikasi lokal di Indonesia.

    Dia menilai platform OTT asing telah menikmati pasar Indonesia yang cukup lama, tanpa berkontribusi terhadap penyediaan infrastruktur digital nasional, dan tanpa kewajiban atas layanan universal sebagaimana yang ditanggung oleh operator telekomunikasi Indonesia. Padahal pendapatan yang mereka bukukan sangat besar.

    Pendapatan Netflix mencapai US$11,08 miliar atau setara Rp 181 triliun pada kuartal II/2025, dengan laba bersih US$3,1 miliar atau di atas proyeksi yang sebesar US$3,06 miliar. 

    Sementara itu Meta, induk Whatsapp – Instagram, mencapai US$168 miliar pada 2024 atau naik 22% secara tahunan. 

    YouTube meraih pendapatan iklan sebesar US$9,8 miliar atau sekitar Rp159,6 triliun (Kurs: Rp16.000) pada kuartal II/2025. Iklan disebarluaskan kepada para penggunanya, termasuk ke 143 juta pengguna di Indonesia pada awal 2025 menurut data Global Data Insight.  

    Jumlah yang dilaporkan perusahaan induk Google, Alphabet pada Rabu (23/07/25) tersebut meningkat dari periode yang sama tahun lalu sejumlah US$8,7 miliar atau Rp141,7 triliun.

    “Kita bukan sedang menolak kemajuan teknologi, perkembangan dan kemajuan teknologi harus kita terima dan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi. Tapi soal keadilan perlu menjadi pertimbangan. OTT global masuk ke wilayah negara kita dengan sangat mudah, tanpa menanggung beban jaringan dan layanan universal,” kata Triana. 

    Sementara itu, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Zulfadly Syam, mengakui, saat ini infrastruktur digital yang dibangun oleh operator telekomunikasi di Indonesia sudah tersebar. Berdasarkan survei APJII 2024, penetrasi internet di Indonesia sudah mencapai 79,50%.

    Namun, Zulfadly prihatin, penetrasi internet yang sangat tinggi ini dinikmati oleh penyedia layanan over-the-top (OTT) asing, tanpa ada kontribusi ke Indonesia, khususnya pajak. Mereka hanya sekadar mendaftarkan perusahaannya sebagai penyelenggara sistem elektronik.

    Zulfadly berpendapat nilai tawar Indonesia terhadap OTT asing juga masih rendah, tidak seperti China yang mampu melakukan aksi nyata untuk filterisasi dan memaksa OTT asing tunduk pada aturan yang diberlakukan pemerintahnya.

    Selain itu, China juga mempersiapkan substitusi layanan OTT asing. Di Indonesia, kondisinya justru berbanding terbalik.

    “Kita mampu, hanya saja perhatian pemerintah untuk menciptakan iklim riset dan inovasi untuk OTT sangat minim, bahkan tidak ada,” ungkap Zulfadly.

    Lanjut Zulfadly, saat ini fokus utama anggota APJII adalah meningkatkan pemerataan internet dan meningkatkan kualitas internet Indonesia. Saat ini kemampuan mengakses OTT asing adalah sesuatu hal yang diinginkan masyarakat setelah melek internet.

    Jika pemerintah tidak memiliki konsep yang kuat terhadap OTT, menurut Zulfadly, maka penyedia internet hanya akan mempersiapkan jaringan untuk OTT asing tersebut. Padahal, sumber daya operator telekomunikasi di Indonesia seperti frekuensi dan bandwidth terbatas. Di sisi lain, trafik data dari OTT terus mengalami peningkatan eksponensial.

    Padahal, OTT asing menginginkan akses internet dengan kualitas yang bagus. Untuk mendapatkan akses internet yang berkualitas, anggota APJII harus meningkatkan frekuensi dan bandwidth. Untuk meningkatkan frekuensi dan bandwidth, anggota APJII harus melakukan investasi yang nilainya tidak sedikit.

    “Anggota kami terus berusaha untuk memberikan layanannya terhadap akses ke OTT asing, tapi kok kontribusi OTT asing ini tidak ada. Kondisi inilah yang dirasakan kurang adil bagi kami, anggota APJII,” ungkap Zulfadly.

  • YouTube Raih Pendapatan Iklan Rp159,6 Triliun, 143 Juta Pengguna RI jadi Target

    YouTube Raih Pendapatan Iklan Rp159,6 Triliun, 143 Juta Pengguna RI jadi Target

    Bisnis.com, JAKARTA — YouTube meraih pendapatan iklan sebesar US$9,8 miliar atau sekitar Rp159,6 triliun (Kurs: Rp16.000) pada kuartal II/2025.

    Iklan disebarluaskan kepada para penggunanya, termasuk ke 143 juta pengguna di Indonesia pada awal 2025 menurut data Global Data Insight. 

    Jumlah yang dilaporkan perusahaan induk Google, Alphabet pada Rabu (23/07/25) tersebut merupakan peningkatan dari periode yang sama tahun lalu sejumlah US$8,7 miliar atau Rp141,7 triliun (Kurs: Rp16.000).

    “Kami memiliki kuartal yang luar biasa dengan pertumbuhan yang kuat di seluruh perusahaan,” ucap CEO Alphabet dan Google, Sundar Pichai, terkait pendapatan YouTube, dilansir Variety (24/07/25).

    Pichai juga mengatakan, dia akan terus memantau kinerja kuat di YouTube serta meningkatkan penawaran langganan. 

    Selama bertahun-tahun, YouTube telah berusaha keras untuk meraih pangsa pasar iklan televisi yang lebih besar, terutama dengan popularitasnya di dunia pertelevisian yang meningkat dan menyumbang porsi signifikan dari total penontonnya.

    Dikutip Techcrunch, laporan terbaru Nielsen menunjukkan platform streaming video tersebut telah memegang pangsa pasar terbesar dalam hal penonton TV selama tiga bulan berturut-turut, mewakili 12,4% dari total waktu yang dihabiskan penonton untuk menonton Televisi.

    Pada April lalu, YouTube telah menampilkan lebih dari 20 miliar video, dan Televisi pintar telah melampaui perangkat seluler dalam hal perangkat utama yang digunakan pengguna untuk menonton.

    Untuk kelanjutan investasinya dengan AI, Alphabet akan meningkatkan belanja modalnya menjadi sekitar US$85 miliar atau sekitar Rp1,38 triliun (Kurs: Rp16.000). Jumlah tersebut naik US$10 miliar dari tahun sebelumnya.

    Secara keseluruhan, Alphabet melaporkan hasil yang kuat, dengan total pendapatan sebesar US$96,4 miliar atau Rp1,57 triliun (Kurs: Rp16.000) pada kuartal kedua, yang menunjukkan peningkatan 13% dari tahun ke tahun

    Melihat kesuksesan YouTube, layanan streaming pesaing seperti HBO Max dan Amazon Prime Video tengah meningkatkan strategi periklanan mereka.

    Dua pesaing YouTube itu berencana meningkatkan penempatan iklan demi mendorong pertumbuhan mereka.

    Di sisi lain, Netflix juga mengumumkan niatnya untuk menggandakan pendapatan iklan dalam setahun terakhir lewat laporan keuangan perusahaan pekan lalu. Namun, Netflix belum mengungkapkan angka pasti pendapatan iklannya kepada khalayak.

    Diperkirakan, pendapatan iklan Netflix ada di sekitar US$3 miliar, atau Rp48,86 triliun (kurs: Rp16.000). (Muhamad Rafi Firmansyah Harun)

  • Indonesia Disarankan Tiru Korsel dan China dalam Mengatur Whatsapp

    Indonesia Disarankan Tiru Korsel dan China dalam Mengatur Whatsapp

    Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah Indonesia disarankan meniru Korea Selatan dan China dalam mengatur platform over the top (OTT) seperti Whatsapp, Netflix, TikTok dan lain sebagainya.

    Ketegasan kedua negara dalam menghadapi OTT, membuat layanan berbasis aplikasi dari luar negeri tersebut akhirnya membayar denda kepada pemain lokal. 

    Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi (Apjatel) Jerry Mangasas Swandy mengatakan Korea Selatan cukup tegas dalam mengatur OTT, dengan mewajibkan OTT untuk menjaga kualitas layanan ke masyarakat.

    OTT juga wajib memberikan kontribusi kepada penyelenggara jaringan agar kapasitas jaringan operator dapat menampung seluruh trafik OTT, hal ini tertuang dalam Amandemen UU bisnis telekomunikasi Korea  Selatan sejak 2020. 

    “Kita bisa mencontoh kasus operator telekomunikasi di Korsel melawan Netflix. Keberpihakan pemerintah terhadap industri nasionalnya besar sampai akhirnya operator Korsel menang di proses peradilan dan Netflix membayar kontribusi,” kata Jerry, dikutip Rabu (23/7/2025). 

    Jerry menjelaskan bahwa penyelenggara jaringan selama ini telah melakukan investasi besar dan berkelanjutan dalam membangun infrastruktur digital nasional. Namun, lalu lintas data yang masif dari layanan OTT belum diimbangi dengan kontribusi yang sepadan terhadap beban infrastruktur yang digunakan.

    Asosiasi lantas mendorong agar pemerintah menegakan regulasi yang berlaku perihal kontrol terhadap trafik OTT. 

    Logo Netflix

    Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.46/2021 tentang Pos, Telekomunikasi, dan Penyiaran (Postelsiar), khususnya Pasal 15 ayat (6), disebutkan bahwa penyelenggara jaringan dapat melakukan pengelolaan trafik demi kualitas layanan dan kepentingan nasional.

    Ketentuan ini juga diperkuat dalam Pasal 11 Peraturan Menteri Kominfo Nomor 5 Tahun 2021. Dengan kebijakan tersebut diharapkan beban trafik dapat dipikul bersama antara OTT dengan pengusaha internet dalam negeri. 

    “Jangan sampai penyelenggara jaringan terus menanggung beban dan akhirnya tidak bisa memberikan layanan seperti sekarang ini, karena pelaku OTT terus tumbuh tanpa kewajiban yang proporsional sehingga pembangunan jaringan tidak bisa keep up,” kata Jerry. 

    Apjatel menggarisbawahi bahwa trafik OTT kini mendominasi kapasitas jaringan, namun tanpa mekanisme berbagi tanggung jawab yang adil (fair share), hal ini berisiko melemahkan ketahanan dan ketersediaan jaringan pada masa depan. 

    Jika pemerintah hanya membiarkan OTT mengeksploitasi trafik di Indonesia tanpa ada kontribusi maka operator telekomunikasi tidak dapat mengimbangi penyediaan kapasitas trafik di Indonesia yang berdampak pada menurunnya kualitas layanan OTT itu sendiri.

    Menurutnya saat ini operator berdarah darah membangun jaringan untuk menyediakan kapasitas besar untuk melayani trafik OTT keluar negeri, tetapi karena kebutuhan masyarakat tinggi dan kapasitas pemain lokal juga terbatas maka perlu ongkos lebih besar.

    “Di sisi ini OTT kontribusi ke operator, jadi tidak ada yang dibebani ke masyarakat, justru dengan begini [kerja sama OTT dan pemain lokal] masyarakat tetap bisa menikmati layanan tanpa ada perubahan,” kata Jerry. 

    Tiru China

    Sementara itu, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Zulfadly Syam  berpendapat nilai tawar Indonesia terhadap OTT asing masih rendah. Indonesia, lanjutnya, dapat meniru China yang mampu melakukan aksi nyata untuk filterisasi dan memaksa OTT asing tunduk pada aturan yang diberlakukan pemerintahnya.

    Ilustrasi bendera China dan AS

    Selain itu, China juga mempersiapkan substitusi layanan OTT asing. Sementara itu Indonesia, menurutnya, belum menaruh perhatian besar dalam penciptaan aplikasi pengganti Whatsapp, Telegram, dan lain sebagainya. 

    “Kita mampu, hanya saja perhatian pemerintah untuk menciptakan iklim riset dan inovasi untuk OTT sangat minim, bahkan tidak ada,” ungkap Zulfadly.

    Agar OTT asing dan pelaku usaha telekomunikasi nasional memiliki kesetaraan, Zulfadly meminta agar pemerintah dapat menata ulang regulasi telekomunikasi di Indonesia.

    Pemerintah memiliki kewajiban untuk membenahi infrastruktur internet di Indonesia. Jika pemerintah tak membenahinya, maka yang akan dirugikan adalah masyarakat Indonesia secara luas.

    “Jangan ada lagi jargon ‘seleksi alam’, yang mampu akan berkembang dan yang tidak mampu akan tutup dengan sendirinya. Kondisi yang kondusif ini harus diciptakan oleh pemerintah. Karena telekomunikasi merupakan sektor strategis yang harus dijaga pemerintah guna kepentingan nasional,” ujar Zulfadly.

  • Akhirnya! Serial Assassin’s Creed Siap Tayang di Netflix, Digarap Sutradara Westworld dan Halo – Page 3

    Akhirnya! Serial Assassin’s Creed Siap Tayang di Netflix, Digarap Sutradara Westworld dan Halo – Page 3

    Antusiasme terhadap serial ini tak hanya datang dari para penggemar, tetapi juga dari tim kreatif di balik layarnya.

    Kedua showrunner, Roberto Patino dan David Wiener, menyatakan bahwa mereka sudah lama mengagumi semesta Assassin’s Creed yang kaya akan sejarah, filosofi, serta konflik emosional.

    “Kami sudah menjadi penggemar berat Assassin’s Creed sejak pertama kali dirilis pada 2007,” tulis keduanya dalam sebuah pernyataan resmi.

    “Setiap hari kami bekerja mengembangkan serial ini, kami selalu merasa antusias dan rendah hati dengan berbagai kemungkinan yang ditawarkan semesta Assassin’s Creed.”

    Patino dan Wiener juga menekankan bahwa serial ini akan mengeksplorasi tema-tema besar seperti pencarian jati diri, takdir, serta makna kepercayaan dan tujuan hidup.

    Meski fokus pada sisi drama dan filosofi, mereka memastikan tetap menghadirkan elemen-elemen aksi seperti parkour, pertarungan intens, serta latar visual yang epik, ciri khas yang sudah melekat pada identitas Assassin’s Creed sejak awal.

    Bagi mereka, serial ini juga merupakan perwujudan dari “hubungan antarmanusia lintas budaya dan waktu.”

  • Skandal Facebook Terbaru, Mark Zuckerberg Kehilangan Rp130 Triliun

    Skandal Facebook Terbaru, Mark Zuckerberg Kehilangan Rp130 Triliun

    Jakarta, CNBC Indonesia Mark Zuckerberg memilih menyelesaikan masalah secara damai, daripada tampil di pengadilan dan mempertaruhkan reputasinya. Bos Meta itu, bersama sejumlah mantan dan pejabat tinggi perusahaan, sepakat menempuh jalur penyelesaian damai atas gugatan para pemegang saham yang menuntut ganti rugi US$8 miliar atau sekitar Rp130 triliun.

    Gugatan tersebut muncul akibat skandal pelanggaran privasi pengguna Facebook. Kasus ini berkaitan dengan skandal Cambridge Analytica yang sempat mengguncang Meta. Pada 2019, Facebook dijatuhi denda sebesar US$5 miliar oleh Federal Trade Commission (FTC) karena dianggap gagal memenuhi kesepakatan perlindungan data yang telah disetujui sejak 2012.

    Gugatan tersebut menuntut agar 11 tergugat mengganti kerugian perusahaan dengan kekayaan pribadi mereka. Namun, para tergugat menolak tuduhan tersebut dan menyebutnya sebagai klaim yang berlebihan.

    Namun, dalam perkara kali ini, para penggugat menuntut agar Zuckerberg, Sheryl Sandberg, Marc Andreessen, dan sejumlah nama besar lainnya mengganti kerugian tersebut dari kantong pribadi mereka.

    “Kesepakatan ini mungkin membawa kelegaan bagi pihak-pihak yang terlibat, tetapi ini adalah kesempatan yang terlewatkan untuk akuntabilitas publik,” ujar Jason Kint, Kepala Digital Content Next, asosiasi perusahaan penyedia konten digital, dikutip dari Reuters, Minggu (20/7/2025).

    Zuckerberg dan Sandberg awalnya dijadwalkan untuk bersaksi masing-masing pada hari Senin dan Rabu. Persidangan ini rencananya akan berlangsung hingga pekan depan.

    Sejumlah tokoh lain juga direncanakan hadir sebagai saksi, termasuk mantan anggota dewan Facebook seperti Peter Thiel (pendiri Palantir Technologies) dan Reed Hastings (pendiri Netflix).

    Ini adalah kali kedua Zuckerberg absen bersaksi di pengadilan. Pada 2017, Facebook membatalkan rencana penerbitan saham baru yang akan memperkuat kendali Zuckerberg, hanya seminggu sebelum ia dijadwalkan bersaksi di Court of Chancery.

    “Facebook berhasil mengalihkan skandal Cambridge Analytica menjadi soal kesalahan beberapa oknum, bukan kegagalan total dari model bisnis mereka yang berbasis kapitalisme pengawasan dan praktik pertukaran data pribadi tanpa batas,” kata Kint. “Pertanggungjawaban atas itu kini dibiarkan mengambang.”

    (hsy/hsy)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Netflix Akui Pakai AI agar Produksi Film dan Serial Lebih Murah

    Netflix Akui Pakai AI agar Produksi Film dan Serial Lebih Murah

    Jakarta, CNBC Indonesia – Netflix mengakui bahwa mereka menggunakan kecerdasan buatan generatif untuk menghasilkan efek visual yang muncul pertama kali di layar dalam salah satu serial originalnya, pada hari Kamis lalu. Mengutip Channel News Asia, Co-CEO Netflix, Ted Sarandos memuji AI sebagai “peluang luar biasa untuk membantu para kreator membuat film dan serial yang lebih baik, bukan hanya lebih murah.”

    Sarandos memberikan contoh serial fiksi ilmiah Argentina “El Eternauta (Sang Keabadian),” di mana para kreator ingin menampilkan sebuah bangunan yang runtuh di Buenos Aires. Efek visual itu akan berada di luar anggaran proyek. Tim kreatif lantas bermitra dengan Eyeline Studios, sebuah grup inovasi produksi di Netflix, untuk menciptakan adegan dramatis tersebut dengan bantuan AI.

    “Rangkaian VFX (visual effects) itu diselesaikan 10 kali lebih cepat daripada yang bisa diselesaikan dengan perangkat dan alur kerja VFX tradisional,” kata Sarandos dalam panggilan investor kuartal kedua perusahaan, sebagaimana dikutip dari Channel News Asia, Sabtu (19/7/2025).

    “Dan juga biayanya tidak akan terjangkau untuk sebuah acara dengan anggaran sebesar itu.”

    Sarandos mengatakan rangkaian tersebut adalah rekaman final GenAI pertama yang muncul di layar dalam serial atau film original Netflix.

    AI telah menjadi titik fokus di Hollywood sejak kerusuhan buruh industri film tahun 2023, yang menghasilkan pedoman baru untuk penggunaan teknologi tersebut. Kekhawatiran utamanya adalah AI dapat menggantikan pekerjaan manusia.

    Co-CEO Netflix Greg Peters mengatakan pihaknya mungkin menemukan cara lain untuk memanfaatkan AI generatif guna meningkatkan pengalaman pengguna. Itu termasuk menawarkan kepada penonton kemampuan untuk menggunakan kata-kata lisan guna menemukan sesuatu untuk ditonton.

    “Mengatakan ‘Saya ingin menonton film thriller psikologis kelam dari tahun 80-an,’ (dan mendapatkan) beberapa hasil… sesuatu yang tidak mungkin dilakukan dalam pengalaman kami sebelumnya,” kata Peters.

    Ia melanjutkan, periklanan merupakan peluang lain bagi AI generatif, seiring merek dan pemasar berupaya menciptakan konten yang menarik.

    “Kami yakin teknik generatif ini dapat mengurangi hambatan tersebut secara iteratif seiring waktu dan memungkinkan kami melakukannya di lebih banyak tempat,” kata Peters.

    (hsy/hsy)

    [Gambas:Video CNBC]

  • 10 CEO dengan Gaji Paling Tinggi di Dunia, No.1 Bukan Google

    10 CEO dengan Gaji Paling Tinggi di Dunia, No.1 Bukan Google

    Jakarta, CNBC Indonesia – CEO (Chief Executive Officer) adalah jabatan eksekutif tertinggi dalam struktur organisasi perusahaan yang bertanggung jawab atas keseluruhan manajemen dan operasional bisnis. Seorang CEO menjadi pemimpin utama yang mengarahkan visi perusahaan, mengambil keputusan strategis, serta mewakili perusahaan di hadapan investor, mitra, dan publik.

    Dengan tanggung jawabnya yang besar, tak heran kalau CEO juga punya gaji yang besar.

    Secara keseluruhan, gaji CEO mencetak rekor baru pada 2024 lalu. Setengah dari eksekutif tertinggi dalam analisis tahunan The Wall Street Journal menerima setidaknya US$17,1 juta atau sekitar Rp278 miliar, naik dari US$15,8 juta atau Rp256 miliar pada tahun sebelumnya.

    Laporan The Wall Street Journal merekam data dari MyLogIQ dan mencakup CEO dari lebih dari 400 perusahaan S&P 500 yang melaporkan kompensasi hingga pertengahan Mei 2025, untuk tahun fiskal yang berakhir setelah 30 Juni 2024.

    Rick Smith, pendiri sekaligus CEO Axon Enterprise, menduduki peringkat pertama dalam daftar CEO dengan bayaran tertinggi tahun 2024. Smith menerima paket kompensasi senilai US$165 juta atau setara dengan sekitar Rp2,68 triliun (kurs Rp16.250 per dolar AS).

    Bayaran tersebut jauh melampaui kompensasi yang diterima para pimpinan perusahaan raksasa seperti CEO General Electric Larry Culp, CEO Blackstone Steve Schwarzman, dan CEO Apple Tim Cook. Smith menjadi satu-satunya pimpinan perusahaan di indeks S&P 500 yang menerima bayaran di atas US$100 juta pada tahun lalu.

    CEO JPMorgan Jamie Dimon, berada di posisi ke-23 dengan total bayaran sebesar US$37,7 juta atau sekitar Rp613 miliar. Sementara itu, CEO Meta Mark Zuckerberg menempati urutan ke-63 dengan kompensasi senilai US$27 juta atau sekitar Rp439 miliar, yang sebagian besar digunakan untuk layanan keamanan.

    Elon Musk dari Tesla menjadi satu-satunya CEO yang tidak menerima bayaran, alias US$0, karena paket gajinya masih menjadi sengketa hukum. Selain Musk, beberapa pimpinan perusahaan besar lainnya juga menerima kompensasi yang tergolong rendah.

    Warren Buffett, CEO Berkshire Hathaway, hanya menerima bayaran sebesar US$0,41 juta atau sekitar Rp6,7 miliar. Sementara itu, CEO Amazon Andrew Jassy memperoleh US$1,60 juta atau setara Rp26 miliar sepanjang 2024.

    Seperti kebanyakan CEO, sebagian besar kompensasi Rick Smith berasal dari penghargaan saham, bukan gaji tetap. Paket saham tersebut diberikan pada Mei 2024 dan dikaitkan dengan target pasar dan operasional yang harus dicapai selama beberapa tahun ke depan.

    Ini bukan pertama kalinya Smith menerima bayaran besar sejak memimpin perusahaan sejak 1993. Pada tahun 2019, Axon melaporkan kompensasi senilai US$246 juta atau sekitar Rp4 triliun untuk Smith melalui skema penghargaan saham yang serupa, ketika Axon belum masuk indeks S&P 500.

    Smith menjalankan perusahaan bersama saudaranya, Thomas Smith, selama dua dekade. Bersama-sama mereka mengamankan hak paten teknologi dan mengembangkan Taser menjadi alat standar yang digunakan kepolisian di berbagai negara.

    Lebih jauh, berikut daftar 10 CEO dengan bayaran terbesar versi The Wall Street Journal:

    1. CEO Axon Enterprise Rick Smith – US$164,53 juta
    2. CEO General Electric Lawrence Culp Jr. – US$88,95 juta
    3. CEO Blackstone Stephen Schwarzman – US$84,03 juta
    4. CEO Apple Tim Cook – US$ 74,61 juta
    5. CEO KKR Joseph Bae – US$73,09 juta
    6. CEO Carrier Global David Gitlin – US$65,73 juta
    7. CEO KKR Scott Cuttall – US$64,2 juta
    8. CEO Netflix Theodore Sarandos – US$61,92 juta
    9. CEO Simon Property Group David Simon – US$61,39 juta
    10. CEO Netflix Greg Peters – US$60,27 juta

    (hsy/hsy)

    [Gambas:Video CNBC]