Perusahaan: Microsoft

  • Serangan BYD ke Kandang Tesla, Kita Harus Bagaimana?

    Serangan BYD ke Kandang Tesla, Kita Harus Bagaimana?

    Jakarta

    Apa yang akan terjadi kalau BYD tidak dikenai tarif oleh pemerintah Amerika Serikat dan mobil China bebas masuk ke Amerika Serikat tanpa tarif? Kira-kira hal yang dialami oleh Chat GPT di Apple Store dan Play Store yang digusur oleh Deepseek akan dialami oleh Tesla. Posisinya akan tergantikan oleh produk yang lebih murah dengan kualitas yang tidak kalah bagus. (lihat gambar 1)

    Deepseek menempati peringkat 1 aplikasi gratis mengalahkan ChatGPT di AppStore dan Google Play. Foto: Istimewa

    Sebenarnya kemenangan Asisten AI Deepseek terhadap ChatGPT bukan kemenangan China terhadap Amerika, tetapi ini adalah kemenangan Open Source terhadap close source atau propietary.

    Pengembang Deepseek mendapatkan manfaat dari open research dan open source seperti PyTorch dan Llama dalam membangun aplikasinya. Mereka mendapatkan ide baru dan membangun ide itu pada fondasi yang disediakan oleh opensource.

    Dan hasil kerja mereka dipublikasikan secara opensource sehingga siapa saja bisa mendapatkan manfaat dari aplikasi yang mereka kembangkan, setiap orang bisa memiliki server AI sendiri seperti Deepseek dimana hal tersebut sebelumnya tidak dimungkinkan jika anda menggunakan ChatGPT.

    Deepseek adalah juaranya?

    Apakah Deepseek akan menjadi pemenang dan mengalahkan saingannya seperti Chat GPT, Gemini, Llama dan platform AI lainnya seperti yang terjadi saat ini?
    Masih terlalu pagi untuk menentukan pemenang. Namun yang jelas Deepseek sudah melakukan start yang luar biasa dan mengalahkan pesaing besar dengan dana dan sumberdaya hampir tidak terbatas.

    Mengalahkan raksasa Silicon Valley sekelas Google, Meta (Facebook, Instagram dan Whatsapp), Amazon dan Microsoft juga bukan hal yang mustahil walaupun memang bukan hal yang bisa dilakukan oleh sembarangan perusahaan. Namun terbukti hal ini bisa dilakukan oleh perusahaan China.

    Lihat saja Tiktok yang mampu bersaing dengan Instagram, Alibaba yang menjadi tuan rumah di China mengalahkan Amazon atau Tencent yang secara notabene menjadi raja game di dunia. Semua ini bisa terwujud karena adanya keuletan, kompetisi yang luar biasa ketat dan dukungan yang tepat dari pemerintah China.

    Satu hal yang jelas diperlihatkan oleh Deepseek adalah pendekatan pengembangan AI oleh perusahaan rintisan Amerika yang sangat haus prosesor dan daya listrik dan mengakibatkan biaya yang luar biasa besar ternyata terbukti tidak efisien dan sangat mahal. Dengan biaya sekitar 4 % dari yang dikeluarkan oleh Open AI, Deepseek mampu memberikan layanan Asisten AI yang setara dengan yang diberikan oleh Open AI.

    Hal inilah yang menyebabkan rontoknya harga saham-saham magnificent 7 alias 7 perusahaan IT terbesar di dunia karena mereka telah mengeluarkan biaya yang luar biasa besar untuk pengembangan AI yang ternyata sangat tidak efisien.

    Apa yang harus dilakukan Indonesia?

    Lalu, sebagai pengguna awam. Apakah kita perlu beralih dari ChatGPT dan ramai-ramai menggunakan Deepseek ? Apakah perlu memilih paket berbayar dalam menggunakan Asisten AI?

    Pada dasarnya, Asisten AI adalah aplikasi untuk membantu meningkatkan produktivitas. Deepseek dan ChatGPT memberikan layanan gratis bagi pengguna awam dengan batas penggunaan tertentu dan lebih dari cukup jika digunakan untuk kepentingan pribadi tanpa perlu membayar. Malah dengan adanya Deepseek ini, ketika batas penggunaan salah satu Asisten AI melebihi kuota, maka kita jadi memiliki kuota tambahan dari layanan Asisten AI lain dan hal ini tentunya menguntungkan bagi kita sebagai konsumen.

    Sejauh masih bisa dipakai, ChatGPT 3.5 untuk keperluan sehari-hari lebih dari cukup. Tidak ada alasan berpindah dari ChatGPT ke Deepseek, justru dengan adanya Deepseek memberikan lebih banyak kesempatan menggunakan AI Chatbot secara gratis, dimana kalau kuota token pada salah satu chatbot habis atau mengalami gangguan, kita bisa menggunakan chatbot lain.

    Namun jika anda membutuhkan Asisten AI yang lebih canggih, bisa mengupload dokumen, lebih cepat atau keperluan bisnis yang mengharuskan anda menggunakan AI berbayar anda bisa mempertimbangkan menggunakan Asisten AI berbayar dan menggunakan API Application Programming Interface untuk proses otomasi.

    Bahaya keamanan data

    Lalu ada issue yang dikembangkan mengenai keamanan data pengguna Deepseek yang servernya berada di China. Apakah kita perlu khawatir akan hal ini ? Sebenarnya kekhawatiran ini agak aneh, mengapa ketika menggunakan ChatGPT, Google Maps, Instagram dan WhatsApp tidak pernah ditanyakan keamanan data pengguna ? Servernya juga bukan di Indonesia dan datanya berada di bawah penguasaan perusahaan Amerika dan pemerintah Amerika setiap saat bisa meminta akses data tersebut.

    Apakah kalau data dibawa ke Amerika lebih tidak bahaya daripada dibawa ke China ? Harusnya secara logika yah bahayanya sama. Malah pengguna Deepseek di Amerika harus lebih khawatir daripada pengguna di Indonesia, tetapi kok Deepseek tetap menjadi aplikasi nomor 1 di AppStore dan Play Store di Amerika ?

    Jadi rasanya agak berlebihan kalau kita sebagai pengguna menghindari menggunakan Deepseek hanya karena servernya dihosting di China. Sebagai informasi, ketika anda menggunakan produk China seperti HP China, mobil listrik China, Drone China, IoT China datanya juga banyak yang disimpan di server China.

    Data yang didapatkan oleh Deepseek tidak lebih banyak daripada data aplikasi populer yang sering kita gunakan. Data aplikasi lain itu jauh lebih banyak yg diambil seperti data lokasi, kebiasaan membuka aplikasi (kapan buka, kapan aktif), minat pengguna pada bidang apa saja, sedang search apa saja, sering kemana saja, siapa saja temannya atau konten apa saja yg paling sering diakses.

    Jika ingin dikhawatirkan, data itu yg lebih perlu dikhawatirkan dan bukan data chatbot dengan Asisten AI. Sebaliknya, kalau gara² kekhawatiran berlebihan ini kita jadi ketakutan menggunakan AI, kita (Indonesia) akan rugi besar. Indonesia ini sudah tertinggal jauh dalam perlombaan pengembangan aplikasi AI dan implementasi AI. Sementara negara lain sudah melaju kencang dengan AI, kita malah ketakutan sendiri dengan AI dan kita tidak memanfaatkan AI dengan optimal untuk kepentingan kita.

    Justru dengan adanya Asisten AI Open Source ini, hal ini merupakan kesempatan emas bagi kita di Indonesia untuk segera mengejar ketertinggalan. Semua orang berlomba2 mengupdate dirinya dengan AI dan membiasakan diri menggunakannya, tetapi dengan mengetahui batas dan kelemahan AI.

    Jadi jangan dipercaya 100 % karena tidak ada jaminan informasi yang dihasilkan oleh AI 100 % akurat. Anda sebagai pengguna yang harus bijak dalam memilah, menyerap dan menggunakan informasi.

    (fyk/fyk)

  • Bill Gates soal Larangan Medsos Remaja di Bawah 16 Tahun: Cerdas

    Bill Gates soal Larangan Medsos Remaja di Bawah 16 Tahun: Cerdas

    Jakarta

    Co-Founder Microsoft Bill Gates sebut larangan pemakaian media sosial untuk anak di bawah 16 tahun adalah ‘hal cerdas’. Dia mengomentari kebijakan Australia untuk menerapkan ban semua platform teknologi pada mereka yang berusia 16 tahun ke bawah.

    Dikutip dari MSN, berdasarkan aturan baru yang akan berlaku penuh dalam setahun, platform seperti Instagram, TikTok, dan Facebook akan diminta memblokir pengguna di bawah 16 tahun atau menghadapi denda hingga AUD 49,5 juta (sekitar Rp 506 miliar lebih).

    Berbicara tentang hubungannya sendiri dengan teknologi saat masih anak-anak, Gates mengatakan kepada BBC bahwa segala sesuatu yang muncul dapat digunakan secara berlebihan. Misalnya, ada saja orang yang menganggap anak-anak mereka terlalu banyak membaca sehingga mereka harus keluar dan bermain.

    Nah, ketika ditanya bahwa hal yang sama berlaku untuk ponsel, miliarder itu melanjutkan.

    “Saya pikir itu legit, hal yang sama berlaku untuk video game, jejaring sosial, bahkan lebih. Kita tahu kita harus banyak berpikir, terutama tentang bagaimana anak-anak menggunakannya, tetapi juga ketika orang dewasa melakukannya,” ujarnya.

    Menariknya, Gates sempat ditanya apakah ia punya pandangan sendiri soal usia berapa cucunya sendiri boleh mengakses media sosial, ia menjawabnya.

    “Saya pikir ide untuk menahan anak-anak sampai usia 16 tahun, yang tampaknya akan dicoba dilakukan Australia, saya pikir akan menarik untuk melihat apakah itu bermanfaat. Saya pikir ada kemungkinan besar itu adalah hal yang cerdas,” ungkapnya.

    Di Indonesia sendiri, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) bakal menerapkan aturan pembatasan usia mengakses media sosial. Dalam menyusun regulasi pembatasan anak-anak akses medsos, Menkomdigi berkoordinasi dengan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Menteri Agama serta Menteri Kesehatan.

    Sementara itu, Tim Penguatan Regulasi Perlindungan Anak di Ranah Digital yang dibentuk oleh Menkomdigi diisi oleh perwakilan pemerintah, akademisi, praktisi, dam perwakilan LSM anak.

    Komdigi mengutip data National Center for Missing and Exploited Children (NCMEC) yang mencatat konten kasus pornografi anak Indonesia dalam empat tahun terakhir mencapai 5.566.015 kasus. Jumlah ini merupakan yang terbanyak ke-4 di dunia dan tertinggi ke-2 di ASEAN.

    Data Badan Pusat Statistik tahun 2021 juga mencatat bahwa 89% anak usia lima tahun ke atas menggunakan internet hanya untuk mengakses media sosial, sehingga berisiko terpapar konten berbahaya.

    (ask/ask)

  • Bill Gates Takut Elon Musk Tak Becus, Ungkit Pengalamannya

    Bill Gates Takut Elon Musk Tak Becus, Ungkit Pengalamannya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (US Agency of International Development/USAID) mau ditutup oleh Presiden AS Donald Trump.

    Rencananya, USAID akan digabungkan ke Departemen Luar Negeri AS. Bill Gates pun melontarkan kritikannya, khususnya pada Elon Musk yang menjadi dewan penasihat Trump, dan sekaligus mendapat tugas terkait peleburan USAI ke Deplu AS.

    Pendiri Microsoft itu menyatakan khawatir tentang potensi pengurangan USAID dan jika peleburan itu bener-benar terjadi, Gates menilai tindakan tersebut dapat mengakibatkan jutaan kematian.

    Diketahui selama ini USAID mendistribusikan miliaran dolar bantuan kemanusiaan di seluruh dunia. Elon sering mengkritik lembaga tersebut, menyebutnya sebagai badan yang tidak transparan dan merupakan badan sayap kiri yang tak bertanggung jawab pada Gedung Putih.

    “Elon, pekerjaan sektor swastanya, Anda tahu, sangat inovatif, sangat fantastis. Banyak orang dari sektor swasta, ketika mereka masuk ke pemerintahan, mereka tidak meluangkan waktu untuk melihat apa pekerjaan yang baik atau mengapa pekerjaan itu terstruktur seperti itu, jadi saya sedikit khawatir, terutama dengan hal-hal yang dilakukan USAID ini,” ujar Gates dalam wawancara dikutip dari New York Post, Kamis (6/2/2025).

    Gates cerita kalau yayasannya, Gates Foundation, bermitra dengan USAID dalam hal nutrisi dan penyebaran vaksin. Menurutnya lembaga itu banyak orang-orang yang luar biasa.

    “Jadi, mudah-mudahan kita akan mengembalikan sebagian dari pekerjaan itu ke organisasi semula. Faktanya, jika kita tidak melakukannya, bisa jadi jutaan orang meninggal,” tambah Gates.

    Menurut Gates, jumlah bantuan dari AS untuk USAID sebenarnya sangat kecil dibandingkan kekayaan yang dimiliki negara, tapi dampaknya besar bagi dunia.

    Namun sepertinya keputusan Trump yang didukung Elon Musk untuk menutup USAID sudah bulat.

    “Orang-orang berpikir, wow, berapa banyak yang kita berikan kepada negara-negara ini, seperti yang Anda katakan, kurang dari satu persen. Orang mengira jumlahnya 5%, dan seharusnya 2%, tapi sebenarnya kurang dari 1%,” jelasnya.

    Para staf USAID diberitahu melalui email bahwa kantor pusat USAID di Washington akan ditutup pada Senin.

    Beberapa staf melaporkan bahwa mereka tidak bisa masuk ke sistem komputer USAID hanya dalam waktu semalam.

    Orang-orang yang masih berada di dalam sistem mendapatkan email yang menyatakan bahwa “atas arahan pimpinan Badan,” fasilitas kantor pusat akan ditutup untuk personil Badan pada hari Senin, 3 Februari.”

    Musk sempat menyinggung USAID di platform media sosialnya, X, dengan menulis, “USAID adalah organisasi kriminal. Saatnya untuk mati.”

    (dem/dem)

  • DeepSeek AI dan masa depan AI Indonesia

    DeepSeek AI dan masa depan AI Indonesia

    Jakarta (ANTARA) – Jika terbukti benar, teknologi DeepSeek bisa menjadi revolusi dalam model bahasa besar (LLM) sebagaimana terobosan Nikola Tesla dengan arus bolak-balik (AC) dalam elektrifikasi.

    Meskipun tidak dapat mengatasi keterbatasan mendasar dari model statistik yang berbasis pada data masa lalu, teknologi ini bisa meningkatkan efisiensi biaya hingga ke tingkat yang lebih luas.

    Thomas Edison sering dianggap sebagai penemu terbesar sepanjang masa, sementara Nikola Tesla, yang pernah bekerja untuk perusahaan Edison di Paris, sebelum bermigrasi ke Amerika Serikat, kurang dikenal. Namun, terobosan Tesla dengan AC-lah yang memungkinkan elektrifikasi massal yang terjangkau, dibandingkan dengan teknologi arus searah (DC) Edison yang mahal dan hanya bisa dinikmati oleh kalangan kaya.

    Hal serupa kini terjadi dalam dunia akal imitasi (AI). DeepSeek AI, hasil inovasi investor China Liang Wenfeng, diklaim memiliki performa sekelas OpenAI dan Google, tetapi dibuat dengan biaya lebih rendah dan perangkat keras yang lebih murah. Jika klaim ini terbukti benar, dampaknya bisa sangat besar, termasuk terhadap industri chip global yang selama ini mendominasi pengembangan AI.

    Sejak peluncuran ChatGPT oleh OpenAI pada akhir 2022, revolusi AI semakin terasa. Dalam lima hari, ChatGPT meraih satu juta pengguna, dan dalam dua tahun, jumlah pengguna mingguan mencapai 300 juta.

    Raksasa teknologi, seperti Microsoft, Meta, dan Alphabet, menginvestasikan miliaran dolar ke pusat data dan pengembangan AI, dengan harapan dapat mendominasi industri ini. Pada tahun 2024, Nvidia, perusahaan pembuat chip AI, mencapai valuasi tertinggi di dunia dengan kapitalisasi pasar meningkat sembilan kali lipat dalam dua tahun, mencapai lebih dari 2 triliun dolar AS.

    Namun, investasi besar ini belum tentu menghasilkan nilai yang sepadan bagi pengguna akhir. Model AI yang ada masih bergantung pada pola statistik, yang berarti bahwa prediksinya sangat dipengaruhi oleh data historis.

    AI tidak bisa berimajinasi atau melakukan interpretasi kreatif seperti manusia. Namun, dalam banyak kasus, AI cukup baik untuk tugas-tugas tertentu, seperti analisis data dan pengolahan teks otomatis. Keberhasilan DeepSeek dalam mengembangkan model AI yang lebih murah dan hemat daya bisa menjadi tantangan besar bagi industri chip.

    Berita tentang teknologi DeepSeek menghapus sekitar 600 miliar dolar AS dari kapitalisasi pasar Nvidia dalam satu hari. Ini juga mempengaruhi harga saham perusahaan semikonduktor lainnya dan perusahaan penyedia listrik untuk pusat data.

    Di Indonesia, adopsi AI masih dalam tahap awal, tetapi berkembang pesat. Menurut laporan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), nilai pasar AI di Indonesia diproyeksikan mencapai 1,2 miliar dolar AS Open AIpada tahun 2025, dengan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata (CAGR) sebesar 40 persen sejak 2020. AI mulai diterapkan di berbagai sektor, seperti perbankan, layanan pelanggan, dan industri manufaktur.

    Namun, ada tantangan besar terkait infrastruktur dan biaya. Implementasi AI saat ini membutuhkan perangkat keras mahal, seperti chip Nvidia yang dominan di pasaran. Jika teknologi DeepSeek terbukti mampu menjalankan model AI dengan perangkat keras yang lebih murah, ini bisa membuka peluang besar bagi perusahaan dan perusahaan tintisan di Indonesia untuk mengadopsi AI dengan biaya lebih rendah.

    Salah satu sektor yang dapat diuntungkan adalah sektor keuangan. Bank Indonesia telah mulai menerapkan AI dalam analisis risiko kredit dan deteksi fraud. Dengan model AI yang lebih hemat biaya, perbankan nasional dapat meningkatkan efisiensi dan memperluas jangkauan layanan keuangan digital.

    Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), penggunaan AI dalam industri keuangan dapat meningkatkan efisiensi operasional hingga 30 persen dan mengurangi biaya layanan pelanggan hingga 40 persen.

    Di sektor manufaktur, penggunaan AI untuk optimasi produksi dan pemeliharaan prediktif juga sedang berkembang. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor manufaktur berkontribusi sekitar 19 persen terhadap PDB Indonesia pada 2023. Implementasi AI yang lebih murah dapat meningkatkan produktivitas dan daya saing industri manufaktur nasional. Penerapan AI dalam manufaktur dapat meningkatkan efisiensi produksi hingga 25 persen dan mengurangi limbah bahan baku sebesar 15 persen.

    Salah satu model AI yang paling dikenal saat ini adalah ChatGPT, yang dikembangkan oleh OpenAI. ChatGPT telah digunakan dalam berbagai sektor, termasuk pendidikan, pemasaran, dan layanan pelanggan. Menurut laporan OpenAI, ChatGPT telah membantu meningkatkan produktivitas hingga 40 persen dalam industri penulisan dan penerjemahan, serta mengurangi waktu pengerjaan tugas administratif hingga 30 persen.

    Namun, ada keterbatasan dalam model AI generatif, seperti ChatGPT. Model ini masih memerlukan daya komputasi besar dan biaya operasional tinggi, yang menjadi tantangan bagi negara berkembang, seperti Indonesia. Dengan adanya teknologi DeepSeek yang diklaim lebih hemat daya, ada kemungkinan bahwa model seperti ChatGPT bisa dijalankan dengan biaya yang lebih rendah dan diakses lebih luas oleh masyarakat Indonesia.

    Selain itu, ChatGPT dan AI generatif lainnya sering kali terbatas dalam memahami konteks lokal. Model seperti DeepSeek bisa menjadi peluang bagi Indonesia untuk mengembangkan AI yang lebih sesuai dengan kebutuhan nasional, misalnya dengan mendukung lebih banyak bahasa daerah dan konteks budaya yang lebih relevan.

    Implikasi kebijakan

    Jika teknologi DeepSeek terbukti efektif, ada beberapa implikasi kebijakan yang perlu dipertimbangkan oleh pemerintah Indonesia.

    Pertama, investasi dalam infrastruktur AI yang lebih murah. Pemerintah dapat mendorong investasi dalam infrastruktur AI yang lebih hemat daya dan tidak terlalu bergantung pada chip kelas atas. Ini dapat dilakukan melalui kerja sama dengan perusahaan teknologi global dan mendukung perusahaan rintisan lokal yang mengembangkan solusi AI berbasis perangkat keras yang lebih murah.

    Kedua, regulasi dan standarisasi AI. Dengan meningkatnya penggunaan AI, penting bagi Indonesia untuk mengembangkan regulasi dan standar nasional terkait AI. Ini termasuk standar transparansi algoritma, keamanan data, serta etika dalam penggunaan AI di sektor publik dan swasta.

    Ketiga, dukungan peneloitian dan pengembangan (R&D) untuk pengembangan AI lokal. Pemerintah dapat meningkatkan pendanaan untuk penelitian dan pengembangan AI di universitas dan lembaga riset nasional. Kolaborasi dengan sektor swasta juga dapat mendorong inovasi dalam pengembangan model AI yang lebih efisien dan relevan dengan kebutuhan Indonesia.

    Keempat, penguatan SDM dalam teknologi AI. Pengembangan talenta AI harus menjadi prioritas. Saat ini, Indonesia masih kekurangan tenaga ahli di bidang kecerdasan buatan. Program pelatihan dan kerja sama dengan universitas internasional dapat membantu meningkatkan jumlah dan kualitas tenaga kerja AI di Indonesia.

    Kelima, diversifikasi pasar teknologi. Selama ini, perusahaan Indonesia sangat bergantung pada teknologi dari Amerika Serikat dan Eropa. Dengan adanya alternatif, seperti DeepSeek dari China, Indonesia dapat mempertimbangkan diversifikasi sumber teknologi untuk mengurangi ketergantungan dan meningkatkan daya saing.

    DeepSeek AI berpotensi menjadi game changer dalam dunia kecerdasan buatan, sama seperti bagaimana Tesla merevolusi elektrifikasi dengan arus bolak-baliknya. Jika terbukti benar, teknologi ini bisa memangkas biaya operasional AI secara drastis dan membuka peluang adopsi AI yang lebih luas, termasuk di Indonesia.

    Bagi Indonesia, ini bisa menjadi kesempatan untuk mempercepat transformasi digital, tanpa harus terbebani oleh biaya infrastruktur yang mahal. Namun, keberhasilan pemanfaatan AI juga bergantung pada kebijakan yang tepat dalam hal regulasi, investasi, pengembangan SDM, serta kolaborasi dengan berbagai pihak.

    *) Dr.Aswin Rivai, SE, MM adalah pemerhati ekonomi dan dosen di FEB UPN Veteran, Jakarta

    Copyright © ANTARA 2025

  • Digoncang China, Google Diskon Gede-gedean Cuma Rp 326 Perak

    Digoncang China, Google Diskon Gede-gedean Cuma Rp 326 Perak

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kehadiran DeepSeek ternyata membuat Google ketar-ketir. Sebab raksasa teknologi itu baru mengumumkan pembaruan pada keluarga besar model bahasa Gemini, termasuk lini produk baru dengan harga yang kompetitif hingga model kecerdasan buatan (AI) berbiaya rendah seperti saingannya dari China, DeepSeek.

    Raksasa teknologi ini menawarkan beberapa versi Gemini yang bervariasi dalam hal harga dan performa. Mereka telah menawarkan varian ringan yang dikenal sebagai “Flash”. Namun mereka merilis lagi versi yang lebih murah yakni “Flash-Lite”.

    Pada Rabu (5/2), Google merilis Gemini 2.0 Flash bagi pengguna secara luas, setelah melakukan pratinjau kepada para pengembang pada Desember lalu.

    Google juga meluncurkan Flash-Lite dan merilis versi baru dari model “Pro” andalannya ke dalam tahap pengujian.

    “Google menciptakan Flash-Lite setelah menerima respons positif tentang Flash versi 1.5,” kata Koray Kavukcuoglu, chief technology officer dari laboratorium DeepMind AI Google, dalam sebuah siaran pers, dikutip dari Reuters, Kamis (6/2/2025).

    Gemini Flash-Lite disebut berharga US$ 0,019 (Rp 326) per 1 juta token, istilah untuk unit data yang diproses oleh model AI.

    Lebih murah dibandingkan versi hemat biaya dari model andalan OpenAI dengan biaya US$ 0,075. Tapi masih lebih mahal dibanding model DeepSeek yang hanya butuh US$ 0,014 per 1 juta token. Meskipun DeepSeek menyatakan di situs webnya bahwa harga akan naik pada 8 Februari.

    Biaya untuk mengembangkan model AI dan biaya untuk menggunakannya telah menjadi sorotan investor dalam beberapa minggu terakhir setelah DeepSeek mengungkapkan bahwa mereka menghabiskan kurang dari US$6 juta untuk menjalankan pelatihan akhir sebuah model AI.

    Sementar para pengembang di perusahaan AI terkemuka di AS mengatakan bahwa total biaya yang dikeluarkan kemungkinan jauh lebih besar.

    Namun, kebangkitan DeepSeek menimbulkan pertanyaan tentang panggilan pendapatan Alphabet (perusahaan induk Google) dan saingannya Microsoft serta Meta (META.O).

    Sejauh ini, semua rakasasa teknologi di atas mengisyaratkan niat untuk melanjutkan belanja modal besar-besaran di bidang ini, meskipun melihat DeepSeek bisa membangun model yang sama canggihnya dengan biaya lebih murah.

    (dem/dem)

  • AS Jebol! Ini Sosok Mata-mata China Menyamar Jadi Karyawan Google

    AS Jebol! Ini Sosok Mata-mata China Menyamar Jadi Karyawan Google

    Jakarta, CNBC Indonesia – Mata-mata China yang menyamar sebagai karyawan Google untuk mencuri informasi penting pengembangan teknologi Amerika Serikat (AS) terancam hukuman berat berupa denda jutaan dolar AS dan kurungan penjara selama ratusan tahun.

    Jaksa AS pada Selasa (4/2) waktu setempat mengumumkan penambahan 14 dakwaan terhadap Linwei Ding alias Leon Ding. Ia bergabung dengan Google pada Mei 2019 dan diduga memulai pencurian informasi 3 tahun setelahnya.

    Ding yang berusia 38 tahun tersebut merupakan warga negara China. Ia dituduh mencuri rahasia dagang teknologi kecerdasan buatan (AI) yang menguntungkan dua perusahaan China.

    Saat bekerja di Google, diam-diam Ding juga bekerja di dua perusahaan China tersebut. Akhirnya ketahuan, pengadilan federal di San Francisco mulanya mengganjarnya dengan 7 dakwaan terkait espionase ekonomi dan 7 dakwaan terkait pencurian rahasia dagang.

    Setiap dakwaan terkait espionase ekonomi mengancam Ding dengan hukuman maksimal 15 tahun penjara dan denda US$5 juta (Rp81,4 miliar).

    Sementara itu, setiap dakwaan terkait pencurian rahasia dagang dikenai ancaman hukuman maksimal 10 tahun penjara dan denda US$250.000 (Rp4 miliar), dikutip dari Reuters, Rabu (5/2/2025).

    Ding pertama kali didakwa pada Maret 2024 lalu atas 4 tuduhan pencurian rahasia dagang. Ia akhirnya dibebaskan dengan jaminan.

    Kasus Ding dikoordinasikan melalui antarlembaga Disruptive Technology Strike Force yang dibentuk pada 2023 lalu di bawah pemerintahan Joe Biden.

    Inisiatif itu dirancang untuk membasmi pencurian teknologi canggih AS oleh negara-negara musuh seperti China dan Rusia, yang dikatakan dapat membahayakan keamanan nasional.

    Jaksa mengatakan Ding mencuri informasi terkait infrastruktur hardware dan platform software yang memungkinkan data center superkomputasi Google melatih model AI.

    Beberapa blueprint chip yang diduga dicuri berisi strategi Google untuk memenangkan persaingan melawan Amazon dan Microsoft, serta strategi untuk mengurangi ketergantungan dengan chip buatan Nvidia.

    Ding dituduh meng-upload lebih dari 1.000 dokumen rahasia pada Mei 2023. Dokumen-dokumen itu beredar dalam bentuk PowerPoint pada presentasi startup China ke karyawan mereka.

    (fab/fab)

  • Pernah Jadi Raja HP, Begini Kabar Terbaru Nokia

    Pernah Jadi Raja HP, Begini Kabar Terbaru Nokia

    Jakarta, CNBC Indonesia – Operator telekomunikasi AS AT&T dan Nokia menandatangani perjanjian ekspansi multi-tahun untuk meningkatkan layanan suara AT&T dan otomasi jaringan 5G di AS.

    Kesepakatan terjadi setahun setelah Nokia kalah dengan Ericsson dalam kontrak senilai US$ 14 miliar dengan AT&T. Ericsson dipilih AT&T pada akhir 2023 lalu untuk membangun jaringan telekomunikasi yang akan mencakup 70% trafik nirkabel di Amerika Serikat pada akhir 2026.

    Baru-baru ini, perusahaan asal Finlandia itu mengumumkan kesepakatan lima tahun dengan AT&T dengan nilai yang lebih kecil untuk membangun jaringan fiber di AS.

    Kedua perusahaan kemudian sepakat untuk memanfaatkan aplikasi voice core berbasis cloud dan penggunaan perangkat lunak otomasi jaringan Nokia.

    “Ini adalah kesepakatan penting bagi Nokia, memperkuat hubungan yang kuat dan telah berlangsung lama antara Nokia dan AT&T, dan mencakup beberapa tahun dan teknologi yang akan memungkinkan fungsionalitas 5G yang baru,” kata Raghav Sahgal, presiden Cloud and Network Services di Nokia, dikutip dari Reuters, Rabu (5/2/2025).

    Nokia mengatakan bahwa peningkatan ke jaringan inti AT&T akan memungkinkan layanan suara baru, seperti integrasi kemampuan AI dan pembelajaran mesin.

    Kedua perusahaan menolak untuk mengungkapkan nilai kesepakatan tersebut.

    “Kami senang dapat melanjutkan hubungan kami dengan Nokia untuk lebih mengoptimalkan operasi jaringan kami dan memungkinkan layanan baru yang lebih baik untuk mendukung kebutuhan pelanggan kami yang terus berkembang,” ujar Senior Vice President Yigal Elbaz dari AT&T’s Technology & Network Services.

    Minggu lalu, Nokia melaporkan laba operasional dan penjualan kuartal keempat yang lebih kuat dari perkiraan, dibantu oleh permintaan yang lebih tinggi untuk perangkat telekomunikasi dari operator seluler di Amerika Utara dan India. Mereka mengaku optimis dengan prospek tahun 2025.

    Untuk memanfaatkan ledakan AI, Nokia setuju untuk membeli Infinera dalam kesepakatan senilai US$ 2,3 miliar tahun lalu demi mendapatkan keuntungan dari miliaran dolar investasi yang mengalir ke pusat-pusat data seperti proyek Stargate senilai US$ 500 miliar yang didukung oleh OpenAI, SoftBank dan Oracle.

    Nokia Dulu Raja HP Dunia

    Generasi milenial sempat merasakan masa kejayaan Nokia di pasar HP. Di era 90-an hingga 2.000-an awal, produk-produk Nokia dijuluki ‘HP sejuta umat’.

    Antara tahun 1996 dan 2000, jumlah pegawai di Nokia Mobile Phones (NMP) meningkat 150 persen menjadi 27.353, sedangkan pendapatan selama periode tersebut naik 503 persen.

    Pada puncaknya, raksasa Finlandia tersebut menguasai pangsa pasar ponsel global lebih dari 40 persen. Namun, kesohorannya tak bertahan lama. Penurunan bisnis Nokia dimulai dengan penjualan bisnis telepon selulernya ke Microsoft pada tahun 2013.

    Tak bertahan lama di bawah Microsoft, merek Nokia kembali mencari peruntungan saat dibeli HMD Global pada 2016. Selang beberapa tahun, HMD Global pun memutuskan mengembangkan HP dengan nama mereknya sendiri.

    Kehadiran pesaing seperti Apple, Samsung dan produsen lainnya bisa saja disalahkan atas kematian Nokia. Kendati demikian, keruntuhan Nokia sudah terjadi di internal, sebelum perusahaan-perusahaan lain memasuki pasar ponsel.

    Lantas, Nokia kini sudah ‘move on’ dan menggarap bisnis B2B di sektor telekomunikasi, dengan menyediakan alat yang memungkinkan koneksi wireless. Selain itu, Nokia juga terus mengembangkan perusahaan dengan mulai menggenjot teknologi AI.

    (fab/fab)

  • OpenAI Bikin Produk AI Baru, Kemampuannya Seperti Ahli Riset

    OpenAI Bikin Produk AI Baru, Kemampuannya Seperti Ahli Riset

    Jakarta

    OpenAI merilis fitur AI baru bernama Deep Research yang fungsinya untuk melakukan riset secara online dalam berbagai topik.

    Deep Research ini bagian dari daftar “agen AI” yang didesain untuk melakukan riset di dunia maya yang biasanya membutuhkan waktu lama. Topik risetnya bisa bermacam, dari pertanyaan sains yang rumit sampai mencari rekomendasi mobil.

    Tentu saja Deep Research hanya tersedia untuk pengguna ChatGPT berbayar, dan bisa diakses lewat chatbot tersebut. Saat menerima perintah untuk melakukan riset, Deep Research akan mencari dokumen, teks, gambar, dan PDF secara online terkait topik tersebut. Pengguna juga bisa mengunggah dokumen yang terkait topik tersebut untuk dianalisis oleh AI.

    Deep Research adalah agen AI kedua yang dirilis oleh OpenAI pada 2025. Januari lalu mereka merilis Operator, yang kemampuannya adalah memesan tiket pesawat, merencanakan pembelian kebutuhan bulanan, dan bahkan menyelesaikan transaksi pembelian secara online.

    Baik Operator maupun Deep Research baru bisa dinikmati oleh pelanggan berbayar ChatGPT Pro, yang biayanya mencapai USD 200 perbulan, demikian dikutip detikINET dari SCMP, Selasa (4/2/2025).

    Perilisan ini kaitannya dengan permintaan industri yang menginginkan AI dengan kemampuan menyelesaikan tugas manusia yang terdiri dari beberapa tahap, dan hanya perlu diawasi secara minimal. Sebelumnya Microsoft dan Anthropic juga sudah merilis software agennya sendiri.

    OpenAI mengharapkan agen AI ini bisa membantu penggunanya untuk memangkas penggunaan waktu untuk keperluan tertentu, sehingga mereka bisa mengerjakan tugas lain agar bisa lebih produktif.

    CEO OpenAI Sam Altman meyakini agen seperti ini akan menjadi terobosan besar bagi AI. Namun OpenAI juga mengingatkan kalau Deep Research masih berada pada tahap awal, dan masih mungkin menyajikan informasi fiktif yang dianggap aktual. Agen AI ini juga disebut masih sulit membedakan antara rumor dengan fakta, dan yang jelas Deep Research membutuhkan kemampuan komputasi yang sangat tinggi.

    (asj/asj)

  • Bill Gates Kesal Elon Musk Berulah: Jutaan Orang Bisa Mati

    Bill Gates Kesal Elon Musk Berulah: Jutaan Orang Bisa Mati

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump mau menutup Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (US Agency of International Development/USAID). Rencananya, USAID akan digabungkan ke Departemen Luar Negeri AS. Bill Gates pun melontarkan kritikannya, khususnya pada Elon Musk.

    Penasehat Trump, Elon Musk, mendapat tugas terkait peleburan USAI ke Deplu AS. Selama ini USAID mendistribusikan miliaran dolar bantuan kemanusiaan di seluruh dunia. Musk sering melontarkan kritik ke USAID, menyebutnya badan sayap kiri yang tak bertanggung jawab pada Gedung Putih.

    Bill Gates yang memang berkecimpung di aktivitas kemanusiaan, cemas bahwa menurunnya bantuan dari USAID atau bahkan penutupan dan pemberhentian para pegawainya akan mengakibatkan jutaan kematian di seluruh dunia. Dia juga mengkritik Elon Musk karena bertindak serampangan.

    “Elon, pekerjaannya di sektor swasta, sangat inovatif, sungguh fantastis. Banyak orang di sektor swasta, saat mereka masuk ke pemerintahan, mereka tak meluangkan waktu melihat apa saja pekerjaan yang bagus atau mengapa pekerjaan itu terstruktur seperti itu, jadi saya agak khawatir, khususnya dengan hal-hal yang berkaitan dengan USAID ini,” kata Gates.

    Dikutip detikINET dari New York Post, sang pendiri Microsoft menanggapi pertanyaan tentang peran Elon Musk di pemerintahan AS yang belakangan ini semakin signifikan.

    “Yayasan saya bermitra dengan USAID dalam hal nutrisi dan penyediaan vaksin dan, Anda tahu, ada orang-orang luar biasa di sana. Jadi, mudah-mudahan kita akan mengembalikan sebagian dari pekerjaan itu ke bentuk semula. Faktanya, jika kita tidak melakukannya, bisa jadi jutaan orang meninggal,” tambah Gates.

    Menurut Gates, jumlah bantuan dari AS untuk USAID sebenarnya sangat kecil dibandingkan kekayaan negara, tapi dampaknya besar bagi dunia. Namun tampaknya, keputusan Trump yang didukung Elon Musk untuk menutup USAID sudah bulat.

    Staf USAID diberi tahu melalui email bahwa kantor pusatnya di Washington akan ditutup untuk para staf. Beberapa staf melaporkan tak dapat mengakses sistem komputer USAID. Orang-orang yang tetap berada dalam sistem tersebut mendapat email yang menyatakan bahwa atas arahan pimpinan, fasilitas kantor pusat akan ditutup untuk personel.

    Musk memang kerap mengkritik keras USAID di platform media sosialnya, X. “USAID adalah organisasi kriminal. Sudah waktunya organisasi itu mati,” tulis orang terkaya dunia itu di salah satu kicauan.

    (fyk/rns)

  • OpenAI bakal Pakai AI untuk Keamanan Senjata Nuklir

    OpenAI bakal Pakai AI untuk Keamanan Senjata Nuklir

    Jakarta

    OpenAI bermitra dengan Los Alamos National Laboratory bakal menggunakan sistem AI untuk ‘memacu’ penelitian atom dan memperkuat keamanan nuklir AS. Salah satu gagasan besar dari rencana ini adalah menggunakan supercomputer yang ditenagai kecerdasan buatan guna mengurangi risiko perang nuklir.

    Melansir ILFScience, AI itu digunakan pula untuk membantu mengamankan lebih banyak bahan dan senjata nuklir di seluruh dunia.

    Tapi tentu saja skemanya rumit. OpenAI, bekerja sama dengan Microsoft, akan menggunakan O1 yakni model bahasa canggih yang dirancang untuk penalaran kompleks, atau model seri O lainnya di Venado, superkomputer canggih di lab Los Alamos.

    Venado telah menggunakan AI canggih untuk memecahkan masalah kritis yang terkait dengan sains dan keamanan nasional. Hal itu termasuk pengobatan penyakit dan astrofisika hingga perlindungan jaringan listrik juga keamanan siber. Dengan bantuan OpenAI, tujuannya adalah lebih meningkatkan dan memperluas kemampuannya.

    Dalam sebuah pernyataan, OpenAI dan Los Alamos mencantumkan beberapa inisiatif kolaborasi lainnya:

    Mengidentifikasi pendekatan baru untuk mengobati dan mencegah penyakitMencapai era baru kepemimpinan energi AS dengan membuka potensi penuh sumber daya alam dan merevolusi infrastruktur energi negaraMeningkatkan keamanan AS melalui deteksi yang lebih baik terhadap ancaman alami dan buatan manusia, seperti biologi dan dunia maya, sebelum munculMemperdalam pemahaman kita tentang kekuatan yang mengatur alam semesta, dari matematika dasar hingga fisika energi tinggiMeningkatkan keamanan dunia maya dan melindungi jaringan listrik AmerikaMempercepat ilmu dasar yang mendukung kepemimpinan teknologi global AS.

    “AI telah memicu era baru kemajuan ilmiah. Dengan kemampuan dari OpenAI di Venado, kami memiliki kesempatan untuk memberikan kontribusi kepada negara yang tampaknya mustahil hanya beberapa tahun yang lalu,” kata Jason Pruet direktur National Security AI Office Los Alamos dalam pernyataan terpisah.

    Jauh sebelum meledaknya AI saat ini, senjata nuklir telah dikaitkan dengan sistem otomatis dan semi-otomatis. Misalnya, Uni Soviet memiliki sistem yang disebut ‘Dead Hand’ yang dapat membalas serangan nuklir bahkan jika Soviet musnah. Setelah diaktifkan, sistem ini mampu meluncurkan rudal balistik antarbenua secara otomatis ke mesin yang mendeteksi tanda-tanda serangan nuklir.

    (ask/ask)