Perusahaan: Microsoft

  • Windows 11 Rilis Pembaruan di Menu Start, Apa Saja yang Berubah?

    Windows 11 Rilis Pembaruan di Menu Start, Apa Saja yang Berubah?

    Liputan6.com, Jakarta – Microsoft meluncurkan pembaruan Windows 11 untuk pengguna di program Windows Insider. Pembaruan ini merombak bagian Start Menu (Menu Start). Nantinya, tombol ini akan lebih fungsional, fleksibel, dan terintegrasi dengan perangkat lain.

    Dilansir ZDNET, Kamis (6/11/2025) pembaruan ini bertujuan untuk memperbaiki berbagai kekurangan yang dikeluhkan pengguna pada Menu Start Windows 11 saat ini.

    Alih-alih sebagai area terpisah yang harus dipilih untuk mengaksesnya, semua bagian akan muncul langsung di beranda halaman utama Menu Start. Menu ini akan mudah di scroll, jadi pengguna bisa dengan mudah menggulir layar untuk melihat seluruh aplikasi atau software.

    Walaupun dibatasi dengan daftar aplikasi yang sesuai abjad, menu baru ini memungkinkan pengguna dapat beralih antara tampilan kategori dan tampilan kisi. Dengan tampilan kategori, aplikasi pengguna ditempatkan dalam folder yang diatur berdasarkan jenis.

    Sedangkan tampilan kisi, aplikasi pengguna dapat diurutkan berdasarkan abjad, tetapi dengan bentuk horizontal. Saat pengguna memilih tampilan, Menu Start akan menampilkan dua pilihan ke pengguna.

    Menu yang diperbarui juga disesuaikan dengan ukuran layar. Untuk tampilan yang lebih besar, pengguna dapat melihat lebih banyak aplikasi yang disematkan, aplikasi yang direkomendasikan, dan dikategorikan.

    Pengguna juga dapat memperluas atau menciut bagian yang disematkan dan direkomendasikan berdasarkan apa yang ingin dilihat sesuai preferensi pengguna.

    Selain itu, panel baru untuk Phone link memungkinkan pengguna mengakses panggilan dan pesan di iPhone atau ponsel Android yang terhubung. Jika fitur ini tidak terlalu menarik, pengguna dapat dengan mudah menyembunyikan panel itu.

    Microsoft secara bertahap akan menerapkan beberapa perubahan untuk anggota Windows Insider yang sebelumnya. Namun terkadang ada yang berhasil, ada juga yang tidak.

  • Dunia Berebut Harta Karun Baru, Rela Keluar Uang Triliunan

    Dunia Berebut Harta Karun Baru, Rela Keluar Uang Triliunan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) kini menjadi harta karun baru yang banyak diburu perusahaan raksasa global. Mereka berlomba untuk membangun infrastruktur AI dengan modal besar, hingga mencapai triliunan dolar.

    Ledakan investasi ini menunjukkan tidak ada tanda-tanda perlambatan meski banyak yang menilai fenomena ini bisa menjadi gelembung ekonomi baru.

    Nvidia, produsen chip yang menjadi tulang punggung revolusi AI, telah menembus kapitalisasi pasar lebih dari US$5 triliun atau sekitar Rp81.000 triliun. Microsoft dan OpenAI pun memperkuat kemitraan strategis yang memungkinkan pembuat ChatGPT itu menggalang dana lebih besar, bahkan tengah menyiapkan langkah menuju IPO dengan valuasi hingga US$1 triliun.

    Ada juga Amazon yang mengumumkan pemutusan hubungan kerja terhadap 14.000 karyawan korporat, hanya beberapa hari sebelum unit cloud-nya mencatat pertumbuhan tercepat dalam tiga tahun terakhir.

    Fenomena ini menegaskan satu hal, yakni AI telah menjadi mesin baru investasi global sekaligus penggerak utama reli pasar saham dunia.

    Raksasa teknologi seperti Microsoft, Alphabet, hingga Apple terus mencatat lonjakan pendapatan dari layanan berbasis AI. Namun bukan hanya perusahaan teknologi, industri lain juga ikut terjun ke “demam data center.”

    Lebih dari 100 perusahaan lintas sektor, mulai dari Honeywell, GE Vernova, hingga Caterpillar, menyinggung bisnis pusat data dalam laporan keuangannya pekan ini. Divisi Caterpillar yang memasok perangkat pusat data bahkan melonjak 31% pada kuartal terakhir.

    Menurut Goldman Sachs, belanja global untuk infrastruktur AI bisa mencapai US$3 triliun-US$4 triliun hingga tahun 2030. Sementara Microsoft, Amazon, Meta, dan Alphabet diperkirakan menghabiskan US$350 miliar hanya dalam tahun ini.

    AI juga ikut menopang perdagangan global. Sekitar 60% dari total belanja pusat data di AS digunakan untuk peralatan impor, terutama semikonduktor dari Taiwan, Korea Selatan, dan Vietnam.

    Sedikitnya puluhan perusahaan besar dengan nilai pasar gabungan US$21 triliun mengaku sudah mulai merasakan dampak produktivitas dari penggunaan AI.

    “Kami yakin kontribusi AI terhadap penelitian dan inovasi akan terus meningkat,” kata Paolo Compagna, CEO Schindler, pembuat lift dan eskalator asal Swiss yang baru saja menaikkan proyeksi margin tahunan.

    Data LSEG menunjukkan sektor teknologi AS mencatat pertumbuhan pendapatan tahunan lebih dari 15%, mengungguli seluruh sektor lainnya. Apple bahkan menyatakan akan meningkatkan investasi besar-besaran di bidang AI, sementara Amazon menargetkan belanja modal mencapai US$125 miliar pada 2025.

    Gelembung AI pecah

    Namun di balik euforia, sejumlah analis memperingatkan tanda-tanda overvaluasi. Sejak peluncuran ChatGPT pada 2022, nilai ekuitas global telah melonjak 46% atau setara US$46 triliun, dan sepertiganya berasal dari saham-saham terkait AI.

    Umur ekonomis chip AI kini makin pendek, hanya sekitar lima tahun, memaksa perusahaan mengganti perangkat lebih cepat dan melakukan penyusutan aset lebih besar.

    Belanja modal perusahaan teknologi besar kini tumbuh lebih cepat dibanding pendapatan. Microsoft misalnya, mencatat capex rekor US$35 miliar dalam satu kuartal dan berencana terus menaikkannya.

    CFO Microsoft Amy Hood bahkan mengakui, bahwa mereka kira akan bisa mengejar permintaan itu, tapi ternyata tidak.

    Sementara itu, sejumlah perusahaan mulai menutupi kebutuhan investasi AI lewat utang. Oracle menerbitkan obligasi senilai US$18 miliar, dan Meta Platforms berencana menjual obligasi hingga US$30 miliar, yang langsung menekan sahamnya hingga turun 11%.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Sam Altman Kecewa Tunggu Tesla Roadster 7,5 Tahun, Elon Musk Gondok

    Sam Altman Kecewa Tunggu Tesla Roadster 7,5 Tahun, Elon Musk Gondok

    Jakarta

    Lagi-lagi, Sam Altman dan Elon Musk terlibat perselisihan di ranah publik. Kali ini soal mobil Tesla yang diproduksi perusahaan Elon Musk.

    Melansir Yahoo! News, Bos OpenAI itu membagikan tangkapan layar awal minggu ini sambil mengutarakan keinginannya untuk refund. Altman memperlihatkan bukti pembayaran sebesar USD 45.000 pada 2018 untuk Tesla Roadster, diikuti pesan untuk meminta pengembalian dana.

    “Kisah dalam tiga babak,” tulis Altman.

    “Saya sangat bersemangat untuk mobil itu! Dan saya mengerti penundaannya. Tapi 7,5 tahun rasanya seperti waktu yang lama untuk menunggu,” sambungnya di tweet selanjutnya.

    Musk segera membalas X, mengklaim Altman telah menghilangkan detail-detail penting. “Dan Anda lupa menyebutkan Bab 4, di mana masalah ini telah diselesaikan dan Anda menerima pengembalian dana dalam waktu 24 jam. Tapi itu memang sifat Anda,” tulis Musk.

    Tesla Roadster, yang pertama kali diluncurkan pada tahun 2017, disebut-sebut sebagai ‘mobil produksi tercepat yang pernah dibuat’. Namun, model tersebut masih dalam tahap ‘pengembangan desain’, menurut laporan pendapatan terbaru Tesla.

    Dalam penampilannya baru-baru ini di podcast ‘Joe Rogan Experience’, Musk mengatakan Roadster yang akan datang akan menampilkan ‘teknologi gila’. Ia mengklaim mobil itu lebih edan daripada gabungan semua mobil James Bond.

    Perdebatan ini menambah daftar panjang perselisihan publik antara kedua raksasa teknologi tersebut. Musk, yang ikut mendirikan OpenAI sebelum berpisah pada tahun 2018, menuduh Altman mengubah organisasi tersebut menjadi perusahaan sumber tertutup dengan keuntungan maksimum yang didominasi oleh Microsoft Corp.

    Musk bahkan menggugat OpenAI pada tahun 2024, menuduhnya melanggar akar nirlabanya. OpenAI, pada gilirannya, membagikan email yang menunjukkan bahwa Musk pernah ingin perusahaan tersebut merger dengan Tesla.

    OpenAI baru-baru ini mengatakan telah menyelesaikan restrukturisasi, membentuk Yayasan OpenAI nirlaba untuk mengawasi divisi baru yang berfokus pada kepentingan publik, OpenAI Group PBC.

    (ask/afr)

  • Microsoft Rilis Fitur Shared Audio untuk Windows 11, Bisa Dengar Musik di Dua Headset Bluetooth Sekaligus

    Microsoft Rilis Fitur Shared Audio untuk Windows 11, Bisa Dengar Musik di Dua Headset Bluetooth Sekaligus

    Mengutip laman Windows, mengingat statusnya masih pratinjau, fitur ini memiliki keterbatasan hardware. Shared Audio untuk sementara hanya didukung pada PC Copilot+ Windows 11 tertentu yang telah menerima pembaruan driver audio dan Bluetooth yang kompatibel.

    Berikut ini perangkat PC Windows 11 yang mendukung fitur “Shared Audio (Preview)”:

    –        Surface Laptop, 13,8 inci dan 15 inci | Qualcomm Snapdragon X

    –        Surface Laptop untuk Bisnis, 13,8 dan 15 inci | Qualcomm Snapdragon X

    –        Surface Pro, 13 inci | Qualcomm Snapdragon X

    –        Surface Pro untuk Bisnis, 13 inci | Qualcomm Snapdragon X

    Berikut ini perangkat yang akan mendapatkan dukungan fitur “Shared Audio (Preview)”:

    –        Samsung Galaxy Book5 360 | Intel Core Ultra Seri 200

    –        Samsung Galaxy Book5 Pro | Intel Core Ultra Seri 200

    –        Samsung Galaxy Book5 Pro 360 | Intel Core Ultra Seri 200

    –        Samsung Galaxy Book4 Edge | Qualcomm Snapdragon X

    –        Surface Laptop, 13 inci | Qualcomm Snapdragon X

    –        Surface Laptop untuk Bisnis, 13 inci | Qualcomm Snapdragon X

    –        Surface Pro, 12 inci | Qualcomm Snapdragon X

    –        Surface Pro untuk Bisnis, 12 inci | Qualcomm Snapdragon X

  • OpenAI Dituntut Studio Ghibli dan Penerbit Besar Jepang, Tuding Sora 2 Langgar Hak Cipta

    OpenAI Dituntut Studio Ghibli dan Penerbit Besar Jepang, Tuding Sora 2 Langgar Hak Cipta

    Kolaborasi antara OpenAI dan Microsoft memasuki babak baru, menyusul finalisasi restrukturisasi internal OpenAI. Kesepakatan ini memperkuat komitmen keduanya dalam mengejar AGI (Artificial General Intelligence) dan visi jangka panjang untuk mencapai superintelligence (kecerdasan super).

    Dilansir ZDNet, Jumat (31/10/2025), OpenAI kini menata ulang dengan menetapkan bagian nirlabanya sebagai OpenAI Foundation yang memegang kendali atas pencarian keuntungan OpenAI Group PBC (Public Benefit Corporation).

    OpenAI Foundation memegang  saham ekuitas di PBC sekitar USD 130 miliar (sekitar Rp 2 kuandriliun) atau setara 26 persen kepemilikan. Foundation bertanggung jawab menyalurkan dana sebesar USD 25 miliar (sekitar 415 triliun) untuk penelitian penyakit dan solusi teknis untuk ketahanan AI.

    Sementara itu, Microsoft meningkatkan investasinya dengan memegang saham di OpenAI Group PBC bernilai USD 137 miliar (sekitar Rp 2 kuandriliun)  atau sekitar 27 persen dari perusahaan tersebut.

    Perusahaan sempat menggelar siaran langsung, di mana CEO OpenAI Sam Altman dan Kepala Ilmuwan Jakub Pachocki membahas peta jalan masa depan perusahaan dan menambahkan lebih banyak warna pada akuisisi tersebut.

    Ketentuan Kemitraan Baru

    OpenAI menjadi mitra model AI terdepan Microsoft, sedangkan Microsoft memiliki hak kekayaan intelektual dan eksklusivitas API (Application Programming Interface) Azure hingga OpenAI secara resmi menyatakan telah mencapai AGI (platform layanan komputasi cloud milik Microsoft).

    Perusahaan-perusahaan tersebut menambahkan ketentuan baru dalam kemitraan ini. Beberapa poin penting yaitu:

    Deklarasi AGI dan OpenAI harus melalui verifikasi oleh panel ahli independen.   
    Hak kekayaan intelektual Microsoft atas model dan produk akan diperpanjang hingga 2032 dan mencakup model yang dikembangkan pasca-AGI.
    OpenAI dapat mengembangkan produk dengan pihak ketiga.
    Hak kekayaan intelektual Microsoft tidak mencakup perangkat keras (hardware) konsumen.

    Meskipun OpenAI menyinggung penataan ulang, namun fokus utamanya adalah menekankan bahwa divisi bisnis beroperasi sebagai perusahaan nirlaba. Mereka tetap menjalankan misi perusahaan termasuk membangun solusi AI untuk permasalahan yang sulit.

    Peta Jalan untuk Masa Depan

    Altman dan Pachocki membahas tujuan perusahaan untuk mencapai sejumlah target, termasuk kecerdasan super dan otomatisasi penemuan ilmiah.

    Kecerdasan super sendiri adalah istilah untuk AI hipotetis yang jauh melampaui kecerdasan manusia di semua bidang, termasuk pemecahan masalah, kreativitas, dan pemahaman emosional.

    OpenAI Foundation dan OpenAI Group akan bekerja sama untuk memajukan solusi bagi permasalahan dan peluang sulit yang ditimbulkan oleh kemajuan AI.

    Hal itu menjadikan AI sebagai alat yang dapat dimanfaatkan semua orang, membangun sistem aman dan selaras, mendorong penemuan ilmuan, serta memperkuat kerja sama dan ketahanan global.

  • Direstui Trump, Amerika Tanam Uang AI di Negara Arab Rp 250 Triliun

    Direstui Trump, Amerika Tanam Uang AI di Negara Arab Rp 250 Triliun

    Jakarta, CNBC Indonesia – Microsoft resmi menambah investasinya di Uni Emirat Arab (UEA) hingga mencapai US$15 miliar atau sekitar Rp250 triliun hingga akhir 2029.

    Investasi jumbo ini mendapat restu langsung dari pemerintahan Donald Trump untuk mengekspor chip kecerdasan buatan (AI) Nvidia ke pusat data Microsoft di negara Teluk tersebut.

    UEA selama beberapa tahun terakhir gencar menggelontorkan dana miliaran dolar untuk menjadikan dirinya sebagai pusat kecerdasan buatan (AI) global, dengan memanfaatkan hubungan eratnya dengan Washington guna mendapatkan akses ke teknologi Amerika Serikat, termasuk chip-chip tercanggih di dunia.

    “Porsi terbesar dari investasi itu, baik di masa lalu maupun ke depan, adalah untuk perluasan pusat data AI di seluruh UEA,” ujar Brad Smith, Wakil Ketua dan Presiden Microsoft, dikutip dari Reuters, Selasa (4/11/2025).

    Sejak 2023, Microsoft telah menanamkan US$7,3 miliar di UEA, dan akan menambah US$7,9 miliar lagi hingga 2029. Dana tersebut digunakan untuk pembangunan dan perluasan pusat data AI serta infrastruktur cloud di kawasan tersebut.

    Smith menambahkan, sebagian chip Nvidia yang masuk dalam persetujuan ekspor belum dikirim, namun dipastikan akan tiba dalam beberapa bulan ke depan. Chip-chip tersebut akan digunakan untuk mendukung operasi pusat data milik Microsoft di UEA.

    Izin ekspor itu memungkinkan Microsoft mengakumulasi chip setara 21.500 GPU Nvidia A100, yang mencakup model A100, H100, dan H200. Pada September lalu, Gedung Putih juga menyetujui tambahan ekspor setara 60.400 chip A100, termasuk GPU Nvidia GB300 yang lebih canggih, setelah memperbarui pengamanan teknologinya.

    Tahun lalu, Microsoft menginvestasikan US$1,5 miliar di G42, perusahaan AI asal Abu Dhabi. Kerja sama itu memberi Microsoft kursi di dewan direksi G42 yang kini diisi oleh Brad Smith.

    Namun, hubungan masa lalu G42 dengan China sempat menimbulkan kekhawatiran di Washington. Pemerintah AS menyoroti potensi Beijing mendapatkan akses ke semikonduktor canggih melalui pihak ketiga seperti UEA.

    G42 menyatakan telah bekerja sama dengan mitra AS dan pemerintah UEA untuk mematuhi standar pengembangan dan penerapan AI. Smith menegaskan perusahaan tersebut telah menunjukkan “kemajuan besar” dalam memenuhi regulasi hukum AS.

    Meski disetujui pemerintahan Trump, kesepakatan ini mendapatkan kritik dari parlemen AS. Ketua Komite Seleksi DPR AS untuk Urusan China, John Moolenaar, menyebut UEA masih memiliki hubungan teknologi erat dengan China.

    “Saya menyambut baik prospek kolaborasi teknologi yang lebih dekat dengan UEA, tetapi hal itu hanya bisa terjadi jika UEA secara pasti dan tak dapat dibalik lagi memilih berpihak kepada Amerika,” kata Moolenaar.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Mahkamah Pidana Internasional Ogah Pakai Microsoft Office, Ini Sebabnya

    Mahkamah Pidana Internasional Ogah Pakai Microsoft Office, Ini Sebabnya

    Jakarta

    Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court/ICC) di Den Haag resmi mengumumkan langkah besar: meninggalkan Microsoft Office dan beralih ke OpenDesk, platform kolaborasi open source buatan Eropa.

    Keputusan ini menandai babak baru dalam upaya “kedaulatan digital” Eropa, sekaligus menunjukkan jarak yang semakin melebar antara lembaga-lembaga Uni Eropa dan penyedia perangkat lunak asal Amerika Serikat.

    Langkah ICC datang di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik dan tekanan politik terhadap lembaga-lembaga internasional. Dalam laporan Euractiv, sejumlah sumber menyebut bahwa keputusan ini juga dipicu oleh dugaan insiden serius — Microsoft diduga sempat menghapus akun email milik Jaksa Penuntut ICC, Karim Khan, serta beberapa pejabat lainnya, setelah pemerintahan Donald Trump menjatuhkan sanksi baru terhadap ICC. Microsoft telah membantah tudingan tersebut, namun kepercayaan tampaknya sudah telanjur retak.

    Juru bicara Microsoft menegaskan bahwa perusahaan masih “menjaga hubungan baik” dengan ICC, dan tidak ada pembatasan apa pun yang menghalangi penyediaan layanan produktivitas di masa mendatang. Namun, ICC tampaknya sudah mantap untuk membangun sistem digital yang lebih independen dari pengaruh Amerika.

    OpenDesk sendiri merupakan paket perangkat lunak kantor yang dikembangkan oleh German Centre for Digital Sovereignty (ZenDiS) — lembaga yang didirikan pemerintah Jerman pada 2022 untuk mendorong kemandirian digital di sektor publik, demikian dikutip detikINET dari Techspot, Selasa (4/11/2025).

    Platform ini menyediakan layanan seperti Email, Chat, Kalender, Dokumen, dan Kontak, serta didesain sepenuhnya untuk berjalan di infrastruktur lokal tanpa ketergantungan pada server luar negeri. Dengan kata lain, OpenDesk hadir sebagai simbol perlawanan terhadap dominasi cloud komersial milik raksasa AS seperti Microsoft dan Google.

    ZenDiS juga diketahui bekerja sama dengan pemerintah Prancis untuk mengembangkan alternatif buatan lokal untuk Google Docs, dan baru-baru ini mengumumkan konsorsium baru bersama mitra dari Prancis, Italia, dan Belanda untuk membangun infrastruktur digital berdaulat di Eropa.

    Bagi ICC, keputusan ini bukan hanya soal efisiensi atau keamanan data, tetapi juga pernyataan politik: lembaga internasional kini tak ingin bergantung pada teknologi yang bisa dikontrol atau dipengaruhi oleh kekuatan asing.

    (asj/asj)

  • OpenAI Jalin Kesepakatan Rp635 Triliun dengan Amazon Web Services

    OpenAI Jalin Kesepakatan Rp635 Triliun dengan Amazon Web Services

    JAKARTA – OpenAI mengumumkan kesepakatan besar terbaru dengan Amazon Web Services (AWS). Kesepakatan di bidang Kecerdasan Buatan (AI) ini bernilai 38 miliar dolar AS atau sekitar Rp635 triliun. 

    Melansir dari The Verge, kesepakatan ini akan berjalan selama tujuh tahun. Pengembang ChatGPT tersebut akan mendapatkan akses ke ratusan ribu GPU NVIDIA untuk keperluan melatih model AI-nya. 

    Meski tidak diungkapkan kapan kerja sama ini terjalin, OpenAI akan mulai menggunakan cloud AWS untuk melatih model AI terbarunya dalam waktu dekat. Seluruh kapasitas cloud dari AWS ditargetkan untuk digunakan sebelum akhir tahun 2026.

    Langkah ini dinilai sejalan dengan restrukturisasi OpenAI yang baru selesai pekan lalu. Restrukturisasi OpenAI membuat perusahaan itu dapat bekerja sama dengan pihak ketiga dalam mengembangkan beberapa produk mereka. 

    Kesepakatan ini muncul saat Microsoft mulai melonggarkan cengkeramannya sebagai penyedia cloud eksklusif OpenAI. Microsoft juga kehilangan hak penolakan pertama untuk menghosting beban kerja AI di OpenAI. 

    Walaupun OpenAI sedang fokus pada kesepakatan terbarunya dengan Amazon, kemitraan OpenAI dengan Microsoft tetap jauh lebih besar. Perusahaan tersebut memiliki kontrak senilai 250 miliar dolar AS (Rp4.180 triliun) untuk membeli layanan Azure milik Microsoft.

    Selain itu, OpenAI juga dilaporkan memiliki kontrak cloud senilai 300 miliar dolar AS (Rp5.016 triliun) dengan Oracle. Di sisi lain, Amazon tengah fokus bekerja sama dengan pesaing dari Anthropic dengan mengeluarkan dana hingga miliaran dolar. 

  • Bill Gates Jadi Lembek Soal Iklim, Pakar: Tak Bisa Dibiarkan

    Bill Gates Jadi Lembek Soal Iklim, Pakar: Tak Bisa Dibiarkan

    Jakarta

    Bill Gates terkenal vokal menyuarakan bahaya perubahan iklim. Bahkan tak jarang dulu ia menyebut jika tak ditanggulangi, fenomena itu dapat mengancam umat manusia. Namun mendadak kini sang pendiri Microsoft melunak sehingga pakar jadi mengkritik sikap barunya.

    “Meski perubahan iklim akan membawa konsekuensi serius, terutama bagi masyarakat di negara-negara termiskin, ini takkan menyebabkan kehancuran umat manusia,” tulisnya di blog terbaru.

    Intinya kini, Gates berpendapat perubahan iklim masalah serius, tapi bukan akhir peradaban. Ia yakin inovasi ilmiah akan mengatasinya. Inilah saatnya beralih dari pembatasan kenaikan suhu menjadi memerangi kemiskinan dan mencegah penyakit.

    Ia menyerukan komunitas iklim mengubah strategi “Prioritaskan hal-hal yang memberi dampak terbesar pada kesejahteraan manusia. Itu cara terbaik untuk memastikan tiap orang, di mana pun mereka lahir, memiliki kesempatan hidup yang sehat dan produktif, apa pun kondisi iklimnya,” tulisnya.

    Pendiri Microsoft ini lama memimpin upaya mencegah planet dari pemanasan berlebih, mendedikasikan uang dan perhatian, serta membantu mewujudkan perubahan nyata.

    “Dia bilang masih terlibat. Namun, hatinya tampaknya sudah tak lagi di sana. Parahnya, dia justru memberi amunisi ke mereka yang menentang kemajuan lebih lanjut. Untungnya, kita tak harus mengikutinya, mengingat betapa keliru penalarannya. Kita juga tak bisa membiarkannya,” tulis kolumnis Bloomberg, Mark Gongloff.

    Dalam catatan “Tiga kebenaran pahit tentang iklim,” Gates menyarankan para negosiator di KTT iklim COP30 bulan depan di Brasil berhenti terobsesi pada suhu global. Mereka disarankan membantu negara miskin memperkuat sistem kesehatan dan pertanian agar tahan terhadap planet yang memanas.

    Memang belakangan ini, Bill Gates sudah mengindikasikan perubahan sikap. Awal tahun ini, dia memangkas staf di kelompok iklimnya, Breakthrough Energy. Januari 2024, dia mengatakan dalam podcast bahwa perubahan iklim bukan masalah besar.

    Padahal semakin panas Bumi, kian besar penderitaan akan terjadi, terutama di antara orang-orang paling rentan. Saat ini pun, sudah terjadi banjir, gelombang panas, kekeringan, dan siklon dahsyat yang merenggut nyawa dan menghancurkan tanaman di berbagai negara. Nyamuk pembawa penyakit memperluas wilayah mereka.

    “Membakar lebih banyak bahan bakar fosil hanya memperpanjang dan memperdalam penderitaan ini. Memberi orang miskin ponsel berkemampuan AI dan akses ke tanaman hasil rekayasa genetika, seperti yang diusulkan Gates, ibarat menempelkan stiker jerawat pada luka tembak,” cetus Mark.

    Catatan Gates juga dinilai terlalu optimistis tentang pemanasan di masa depan dan kemampuan manusia untuk beradaptasi. Penderitaan manusia akan semakin tak tertahankan dengan terbakarnya hutan, pengasaman laut, matinya terumbu karang, dan runtuhnya arus laut.

    Cukup mengherankan sikapnya berubah drastis dari masa lalu. “Khatulistiwa pada dasarnya takkan bisa dihuni pada akhir abad ini,” kata Gates dalam diskusi di Harvard tahun 2021, membahas ratusan juta orang mencoba keluar dari wilayah tersebut, tempat sebagian besar populasi dunia berada dan rentan kemiskinan.

    Saat ini, Gates berpendapat teknologi baru akan membantu menghindari masalah iklim. Di antaranya adalah penangkapan karbon langsung dari udara, baja dan beton hijau, bahan bakar penerbangan berkelanjutan, dan hidrogen bersih.

    Namun sangat sedikit dari teknologi tersebut saat ini mendekati skala memadai, jika memang bisa benar-benar layak. Gates benar bahwa banyak dari teknologi itu pantas mendapat lebih banyak investasi, namun tetap tidak mudah untuk mengeksekusinya.

    (fyk/fay)

  • Badai PHK Menggila di 2025, Cek Daftar Terbarunya

    Badai PHK Menggila di 2025, Cek Daftar Terbarunya

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Tahun 2025 tak berbeda dengan sebelumnya, karena badai PHK masih menyerang banyak perusahaan. Termasuk sejumlah perusahaan teknologi dan banyak sektor lain yang harus merumahkan banyak pekerjanya.

    Tarif impor baru yang diumumkan presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan pergeseran kebiasaan belanja konsumen beberapa waktu lalu jadi penyebab PHK ini. Sejumlah perusahaan harus meningkatkan biaya operasional karena kebijakan itu.

    Selain itu ada juga terkait restrukturisasi di dalam perusahaan dan pengalihan dana untuk investasi Artificial Intelligence (AI).

    Survei dari perusahaan penggajian ADP melaporkan 32 ribu pekerjaan hilang di sektor swasta hanya pada bulan September saja.

    Berikut daftar perusahaan yang memangkas pekerjanya, dirangkum dari AP News, Senin (3/11/2025):

    General Motors

    Sekitar 1.700 pekerja terdampak kebijakan PHK perusahaan untuk seluruh lokasi pabrik di Michigan dan Ohio. Dilaporkan juga ratusan karyawan tambahan akan mengalami ‘PHK sementara’.

    Kabar terakhir termasuk 200 orang, yang sebagian besar para insinyur di Detroir. Pusat Inovasi TI Georgio akan ditutup dan membuat 300 orang terkena PHK.

    Paramount

    Paramount yang bekerja di bidang media dan hiburan, dikabarkan akan memberhentikan 2.000 karyawan atau 10% dari seluruh pekerjanya. Seorang sumber mengatakan perusahaan bakal memecat sekitar 1.000 pegawai lebih dulu pada Rabu, dan sisanya bakal dilakukan pada beberapa hari.

    PHK ini terjadi setelah merger dengan Skydance beberapa waktu lalu. Merger kedua perusahaan senilai US$8 miliar.

    Amazon

    Amazon mengumumkan rencananya memangkas 14 ribu pekerjanya atau 4% dari total seluruh pegawai. PHK dilakukan saat perusahaan berfokus pada AI dan meningkatkan belanjanya untuk sektor itu.

    CEO Andy Jassy juga pernah mengatakan soal AI generatif yang bakal mengurangi jumlah tenaga kerja korporat Amazon.

    UPS

    Tahun ini, UPS akan merumahkan 48 ribu orang pegawainya atau lebih besar dari yang dilakukan awal 2025 sebanyak 20 ribu orang.

    Alasannya sebagai upaya pemulihan, saat adanya pergeseran pada pengiriman. Sejauh ini, UPS telah memecat 34 ribu dan akan mengurangi 14 ribu yang sebagian besar adalah level manajemen.

    Target

    Target juga akan merumahkan 1.800 posisi perusahaan atau 8% dari total secara keseluruhan. Pemangkasan terjadi dalam upaya perampingan.

    “Terlalu banyak lapisan dan pekerjaan yang tumpang tindih membuat pengambilan keputusan lambat,” kata Chief Operating Officer Michael Fiddelke.

    Nestle

    Perusahaan mengungkapkan akan memecat 16 ribu pekerja di seluruh dunia, karena adanya pemangkasan biaya lebih luas untuk memulihkan kinerja keuangan. PHK akan dilakukan selama dua tahun ke depan.

    Nestle menghadapi tantangan seperti kenaikan harga komoditas dan tarif dari AS.

    Lufthansa Group

    PHK dalam jangka waktu panjang akan dilakukan Lufthansa. Sebanyak 4.000 pekerja bakal dipecat pada 2030, sebagian besar berasal dari kantor Herman dan peran administratif.

    Pengurangan ribuan pekerja itu karena penerapan AI, digitalisasi dan konsolidasi pekerjaan.

    Novo Nordisk

    Perusahaan farmasi asal Denmark mengumumkan akan memecat 9.000 pekerja atau 11% dari total semua pekerjanya. PHK terjadi jadi bagian restrukturisasi, karena perusahaan menjual lebih banyak obat obesitas dan diabetes di tengah persaingan.

    ConocoPhillips

    Raksasa minyak mengatakan bakal memberhentikan seperempat tenaga kerjanya. Juru bicara perusahaan mengonfirmasi 20-25% karyawan dan kontraktor terdampak di seluruh dunia, atau sekitar 2.600-3.250 orang dari 13 ribu total pekerjanya.

    PHK ini dilakukan sebagai upaya ConocoPhillips untuk memangkas biaya.

    Intel

    Intel juga akan melakukan hal serupa. CEO Lip-Bu Tan mengatakan perusahaan akan menutup tahun dengan 75 ribu pekerja inti saja, tidak termasuk anak perusahaan.

    Artinya bakal ada sekitar 22 ribu karyawan yang kehilangan pekerjaan. Sebab jumlah pegawai yang diumumkan tahun lalu sebanyak 99.500 orang.

    Microsoft

    Total 15 ribu karyawan Microsoft kehilangan pekerjaan. Pada Mei, 6.000 orang telah di-PHK dan baru-baru ini diumumkan 9.000 posisi terancam dipecat.

    PHK terbaru menimpa sejumlah divisi, termasuk bisnis gim video Xbox Microsoft. Banyak eksekutif yang menganggap pemecatan sebagian upaya memangkas lapisan manajemen.

    Procter & Gamble (P&G)

    Perusahaan berencana memangkas hingga 7.000 pekerjaan dalam dua tahun ke depan atau 6% dari tenaga kerja seluruhnya.

    PHK itu terjadi karena bagian dari restrukturisasi dan di tengah tekanan tarif. Sebelumnya produsen deterjen Tide dan popok Pampers juga mengatakan bakal menaikkan seperempat produknya karena pajak impor baru.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]