Perusahaan: Microsoft

  • Google Rela Bayar Rp 529 Triliun demi Teknologi Israel

    Google Rela Bayar Rp 529 Triliun demi Teknologi Israel

    Jakarta, CNBC Indonesia – Google dilaporkan akan membeli perusahaan rintisan asal Israel, Wiz, dengan nilai sekitar US$ 32 miliar (sekitar Rp529 triliun). Akuisisi ini menjadi yang terbesar dalam sejarah Google.

    Alphabet, induk perusahaan Google ini mengatakan, akuisisi ini bertujuan meningkatkan penawaran keamanan cloud perusahaan di tengah ancaman yang berkembang akibat kecerdasan buatan (AI).

    Perusahaan menyebut seiring dengan peningkatan keamanan siber, akuisisi ini diharapkan dapat mempertajam keunggulan mereka dalam persaingan komputasi awan dengan Amazon.com dan Microsoft.

    Kesepakatan blockbuster ini akan membuat Wiz menjadi bagian dari unit cloud Google dan memperkuat upaya perusahaan dalam solusi keamanan siber yang digunakan perusahaan untuk menghilangkan risiko-risiko kritis.

    Harganya yang tinggi dari transaksi tersebut membuat Alphabet percaya diri bahwa pembelian ini akan disetujui oleh Gedung Putih, di tengah era pemerintahan Trump banyak ikut campur dalam kesepakatan-kesepakatan besar dan menjanjikan pengawasan yang ketat terhadap perusahaan-perusahaan teknologi besar.

    Untuk memastikan akuisisi ini, Alphabet harus menyetujui harga yang lebih tinggi dari tawaran yang diberikan tahun lalu senilai US$23 miliar untuk Wiz, yang ditolak oleh perusahaan rintisan tersebut.

    Perusahaan ini dihargai sebesar US$12 miliar dalam putaran pendanaan pada Mei lalu, dengan lebih dari US$500 juta dalam pendapatan berulang tahunan pada pertengahan 2024.

    Sumber mengatakan bahwa kedua belah pihak tetap melakukan kontak bahkan setelah penolakan dari Wiz tahun lalu, karena CEO Google Cloud, Thomas Kurian, tetap konsisten dengan keinginannya mengakuisisi perusahaan keamanan cloud itu.

    Pembicaraan tersebut meningkat dalam dua bulan terakhir setelah Donald Trump kembali ke Gedung Putih, kata sumber-sumber yang mengetahui kesepakatan ini, dikutip dari Reuters, Rabu (19/3/2025).

    Trump telah mengatakan bahwa ia akan melanjutkan pengawasan ketat terhadap perusahaan raksasa teknologi.

    Wiz bekerja sama dengan penyedia layanan cloud seperti Amazon Web Services, Microsoft Azure serta Google Cloud. Morgan Stanley, BMW, serta LVMH adalah beberapa dari korporasi besar yang menggunakan layanan perusahaan yang bermarkas di New York dan Tel Aviv itu.

    Produk Wiz akan terus tersedia di seluruh layanan cloud utama lainnya. Alphabet berharap kesepakatan ini akan selesai pada 2026 mendatang, tergantung pada persetujuan dari pihak regulator.

    (dem/dem)

  • Kejayaan Nvidia Runtuh, CEO Buka-bukaan Mau Beralih ke Sini

    Kejayaan Nvidia Runtuh, CEO Buka-bukaan Mau Beralih ke Sini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Nvidia akan melakukan pergeseran bisnis. CEO Jensen Huang memastikan pihaknya tidak lagi menggunakan pelatihan model AI seperti yang dilakukan selama ini.

    Pelatihan model AI, seperti chatbot, terbukti menghasilkan banyak uang untuk Nvidia. Namun, perusahaan ke depannya akan fokus pada AI yang lebih pintar dalam memudahkan hidup manusia, yakni ‘AI Agen’.

    “Jumlah komputasi yang dibutuhkan dari AI Agen, sebagai hasil dari penalaran, 100 kali lebih banyak dari yang kita kira butuhkan tahun lalu,” ucap Huang, dikutip dari Reuters, Rabu (19/3/2025).

    Ucapannya itu mengacu pada agen AI otonom yang membutuhkan sedikit intervensi manusia untuk menyelesaikan tugasnya.

    Huang juga tetap membela perusahaannya saat menjual chip AI yang mahal. Ia mengatakan “orang-orang salah kaprah”.

    Investor diketahui mempertanyakan Nvidia yang menjual chip AI mahal, menyusul kemunculan DeepSeek asal China bisa menghasilkan AI dengan harga jauh lebih murah.

    Kemunculan DeepSeek membuat geger raksasa teknologi AS. Saham beberapa perusahaan besar, termasuk Nvidia, rontok signifikan. Nvidia kehilangan nilai kapitalisasi pasar hampir US$600 miliar dalam sehari pada hari Senin (27/1). Ini merupakan penurunan terbesar bagi perusahaan dalam satu hari dalam sejarah Amerika Serikat (AS).

    Menurut Huang, chip canggih dengan harga mahal dibutuhkan untuk mengembangkan AI Agen yang mumpuni. Dalam kesempatan itu, Huang turut mengumumkan chip baru perusahaan, yakni GPU Blackwell Ultra generasi berikutnya yang tersedia pada paruh kedua tahun ini.

    Chip tersebut akan punya lebih banyak memori dari generasi chip Blackwell yang sudah ada sebelumnya. Reuters mencatat Blackwell Ultra mendukung model AI yang lebih besar.

    Selain itu juga ada Vera Rubin dan Feynman. Vera Rubin yang menjadi pengganti Blackwell bakal dirilis pada paruh kedua tahun depan, sementara Feynman pada 2028.

    Huang mengatakan chip Nvidia memiliki dua tujuan utama, yakni membantu sistem AI merespons pengguna dan memberikan respon yang cepat.

    Huang percaya diri chip buatan Nvidia hanya satu-satunya yang bisa mewujudkan kedua tujuan tersebut. Kemampuan itu ia samakan dengan mesin pencarian karena pelanggan akan mencari yang bisa memberikan jawaban tercepat.

    “Jika terlalu lama menjawab pertanyaan, maka pelanggan tidak akan kembali. Seperti pencarian web,” kata dia.

    Namun, presentasi Huang nyatanya gagal meyakinkan investor. Saham Nvidia anjlok 3,4% usai penjelasan tersebut. 

    Nvidia Tertekan Gara-gara Trump

    Tak cuma kemunculan DeepSeek dan AI China lainnya yang murah, Nvidia juga harus menelan pil pahit lantaran perang dagang yang dilancarkan Presiden AS Donald Trump.

    Pada awal pekan lalu, Nasdaq mencatat penurunan paling signifikan sejak 2022. Tujuh raksasa teknologi paling bernilai di dunia kehilangan nilai pasar lebih dari US$750 miliar (Rp12,3 triliun). 

    Apple memimpin penurunan paling tajam yang menyebabkan nilai perusahaan jatuh sekitar US$174 miliar (Rp2.800 triliun).

    Nvidia juga kehilangan hampir US$140 miliar (Rp2.200 triliun) nilai pasarnya dengan saham yang ditutup anjlok 5%. Raksasa chip AI tersebut telah kehilangan hampir sepertiga nilai pasarnya dalam waktu 2 bulan pasca mencatat rekor tertinggi pada Januari 2025.

    Tesla membukukan persentase penurunan tertinggi dalam sehari sebanyak 15%. Penurunan ini lebih parah ketimbang hari terburuk perusahaan pada 2020 lalu.

    Tesla telah kehilangan lebih dari setengah nilai pasarnya pasca mencapai rekor tertinggi di akhir Desember 2024.

    Tesla kehilangan nilai pasar sebanyak US$130 miliar (Rp2.100 triliun) pada Senin (10/3) waktu setempat. Sementara itu, Microsoft dan Alphabet masing-masing kehilangan US$98 miliar (Rp1.600 triliun) dan US$95 miliar (Rp1.500 triliun). Amazon kehilangan US$50 miliar (Rp820 miliar) dan US$70 miliar (Rp1,1 triliun).

    Investor berbondong-bondong menjual saham di sektor teknologi. Petaka perang tarif makin terasa dampaknya. Pasalnya, banyak perusahaan teknologi yang bergantung pada komponen dan manufaktur luar negeri.

    Jika dipaksa untuk memindahkan manufaktur di AS, kemungkinan besar harga jual produk teknologi akan melambung tinggi. Hal ini memicu kekhawatiran AS akan menghadapi resesi di bawah kepemimpinan Trump.

    Produsen semikonduktor seperti Nvidia turut merasakan dampak signifikan. Pekan lalu, Trump mengumumkan investasi tambahan dari raksasa Taiwan TSMC sebesar US$100 miliar untuk membangun manufaktur di AS demi menghindari kewajiban tarif. Trump menyebut TSMC sebagai raksasa chip paling kuat di dunia karena mau menggenjot produksi lokal.

    (fab/fab)

  • Huawei Siap-siap Tinggalkan Windows, Pindah ke Linux

    Huawei Siap-siap Tinggalkan Windows, Pindah ke Linux

    Jakarta

    Huawei bakal melakukan perubahan besar di bisnis PC-nya dalam beberapa minggu ke depan. Mereka tampaknya akan dipaksa untuk meninggalkan Windows di laptop-laptop buatannya.

    Menurut sejumlah sumber yang dikutip oleh MyDrivers, mulai April 2025 mendatang Huawei tak bisa lagi menggunakan Windows sebagai sistem operasi di PC model baru mereka. Alhasil mereka hanya punya dua opsi OS, yaitu Linux dan HarmonyOS.

    HarmonyOS dimulai sebagai sebuah proyek yang berbasis Android Open Source Project dan kernel Linux. Kombinasi ini membuat HarmonyOS masih kompatibel dengan aplikasi Android.

    Namun pada 2023 Huawei memperkenalkan HarmonyOS NEXT, yang menggunakan microkernel custom dan teknologi framework khusus. Hal ini membuat HarmonyOS NEXT tak lagi mendukung aplikasi Android ataupun Windows.

    OS ini menggunakan format aplikasi sendiri yang berbasis pada JavaScript, TypeScript, dan compiler teroptimasi untuk mengakselerasi eksekusi JavaScript.

    Dan, pada tahun 2024 lalu Huawei sudah pernah mengkonfirmasi rencananya untuk menggantikan Windows dengan HarmonyOS di model-model PC berikutnya, demikian dikutip detikINET dari Techspot, Rabu (19/3/2025).

    Menurut Yu Chengdong, chairman consumer business unit Huawei, status Huawei yang berada dalam Entity List Amerika Serikat membuat mereka harus punya lisensi khusus untuk menggunakan Windows.

    Dalam waktu dekat Huawei juga mungkin sudah tak bisa lagi mendapat pembaruan lisensi dari Microsoft, yang artinya hubungan bisnis antara Huawei dan Microsoft pun bakal berakhir.

    Hasilnya adalah PC Huawei yang ada saat ini menjadi deretan perangkat terakhir mereka yang masih menggunakan Windows. Ke depannya mereka sedang menyiapkan AI PC baru yang menggunakan CPU khusus bernama Kunpeng dan menggunakan OS HarmonyOS NEXT. PC tersebut mungkin akan dirilis pada April mendatang, dan dilengkapi model LLM yang tengah naik daun: DeppSeek.

    (asj/afr)

  • Google Rogoh Rp525 Triliun! Akuisisi Wiz Jadi Langkah Terbesar dalam Sejarah Teknologi!

    Google Rogoh Rp525 Triliun! Akuisisi Wiz Jadi Langkah Terbesar dalam Sejarah Teknologi!

    JAKARTA – Alphabet, induk perusahaan Google, mengumumkan pada Selasa 18 Maret bahwa perusahaan asal Silicon Valley ini akan mengakuisisi Wiz dengan nilai sekitar 32 miliar dolar AS (Rp525,6 triliun ). Inimenjadikannya kesepakatan terbesar yang pernah dilakukan perusahaan teknologi selama ini.

    Langkah ini bertujuan untuk memperkuat keamanan siber dalam layanan cloud computing, sekaligus meningkatkan daya saing Google Cloud terhadap Amazon Web Services (AWS) dan Microsoft Azure.

    Akuisisi ini dilakukan secara tunai penuh, setelah sebelumnya Wiz menolak tawaran senilai 23 miliar dolar AS dari Alphabet pada tahun lalu. Pasalnya terdapat kekhawatiran terkait persetujuan antimonopoli serta rencana perusahaan yang ingin melangsungkan IPO (Initial Public Offering).

    Mengakuisisi Wiz akan membantu Google meningkatkan bisnis cloud mereka dengan solusi keamanan siber berbasis AI (Artificial Intelligence). Teknologi ini memungkinkan perusahaan untuk mendeteksi dan menghilangkan risiko keamanan kritis, yang semakin penting seiring dengan meningkatnya penggunaan AI generatif seperti ChatGPT.

    “Cloud menjadi semakin penting, dan para peretas tidak melambat. Mereka sudah menggunakan teknologi paling inovatif untuk bergerak lebih cepat,” ujar CEO Wiz, Assaf Rappaport, yang sebelumnya menyebut tawaran Google sebagai “penghormatan besar”.

    Meskipun tahun 2024 menjadi tantangan bagi kesepakatan besar akibat ketatnya regulasi, optimisme di Wall Street meningkat bahwa kebijakan antimonopoli di bawah pemerintahan Presiden AS Donald Trump dapat mempercepat momentum akuisisi besar seperti ini.

    Google has signed a definitive agreement to acquire @Wiz_io – a significant step toward improving cloud security, lowering cost, and spurring the adoption of multicloud in the AI era → https://t.co/PflOF8REv4 pic.twitter.com/NorFo53nTC

    — Google Cloud (@googlecloud) March 18, 2025

    Startup Keamanan Siber yang Berkembang Pesat

    Sebagai salah satu startup perangkat lunak dengan pertumbuhan tercepat, Wiz dihargai 12 miliar dolar AS (Rp197,1 triliun) dalam putaran pendanaan pada Mei 2024. Wiz bekerja sama dengan berbagai penyedia cloud seperti AWS, Microsoft Azure, dan Google Cloud, serta memiliki pelanggan besar seperti Morgan Stanley, BMW, dan LVMH.

    Setelah akuisisi ini rampung, Wiz akan bergabung dengan bisnis Google Cloud, yang menghasilkan pendapatan lebih dari 40 miliar dolar AS (Rp657 triliun) pada tahun 2024. Pertumbuhannya bahkan melampaui bisnis pencarian Google dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun demikian, Wiz akan tetap menawarkan layanannya di berbagai penyedia cloud utama lainnya.

    Alphabet memperkirakan kesepakatan ini akan selesai pada tahun 2026, bergantung pada persetujuan regulasi.

    Analis D.A. Davidson, Gil Luria, menilai harga yang lebih tinggi ini mencerminkan pertumbuhan eksponensial Wiz dalam satu tahun terakhir. “Agar Google dapat bersaing dengan Microsoft Azure dalam menarik pelanggan enterprise, mereka perlu menawarkan rangkaian layanan yang lebih luas, termasuk perangkat lunak keamanan,” ujar Luria, dikutip VOI dari Reuters.

    Ini bukan pertama kalinya Google melakukan akuisisi besar dalam sektor keamanan siber. Pada 2022, mereka mengakuisisi Mandiant senilai 5,4 miliar dolar AS (Rp88,6 triliun). Angka itu  mengalahkan penawaran Microsoft dalam persaingan ketat.

    Minat terhadap industri keamanan siber meningkat sejak insiden pemadaman global CrowdStrike  tahun lalu yang mengganggu berbagai industri, mendorong perusahaan untuk meningkatkan pengeluaran guna melindungi sistem mereka dari ancaman siber.

    Saat ini, Google memiliki kas dan setara kas sebesar 23,47 miliar dolar AS per 31 Desember 2024, yang berarti mereka mungkin harus mencari pendanaan tambahan untuk menyelesaikan transaksi ini.

    Alphabet sebelumnya mengalokasikan 75 miliar dolar AS untuk belanja modal tahun 2025, yang sebagian besar ditujukan untuk investasi dalam AI. Namun, mereka menyatakan bahwa rencana alokasi modal mereka tetap tidak berubah meskipun ada akuisisi ini.

    Saham Google turun hampir 3% dalam perdagangan awal akibat pelemahan pasar secara keseluruhan. Tahun lalu, sahamnya naik sekitar 35%, tetapi mengalami penurunan 13% pada tahun ini karena kekhawatiran investor terkait pengeluaran besar untuk AI, terutama dalam menghadapi persaingan dari DeepSeek, perusahaan AI asal China dengan biaya produksi lebih rendah.

  • Induk Google Alphabet Akuisisi Startup Keamanan Siber Wiz US Miliar

    Induk Google Alphabet Akuisisi Startup Keamanan Siber Wiz US$32 Miliar

    Bisnis.com, JAKARTA – Induk perusahaan Google, Alphabet, telah setuju untuk membeli perusahaan rintisan keamanan siber Wiz seharga sekitar US$32 miliar. Akuisisi itu akan menjadi yang terbesar dalam sejarah grup pencarian tersebut.

    Dikutip dari Financial Times pada Selasa (18/3/2025) Alphabet mengadakan pembicaraan mengenai akuisisi Wiz senilai US$23 miliar tahun lalu, meskipun negosiasi tersebut gagal setelah beberapa direktur dan investor perusahaan keamanan siber tersebut khawatir tentang hambatan antimonopoli.

    Kesepakatan tunai tersebut, yang akan menjadi kesepakatan terbesar tahun ini sejauh ini, akan diumumkan pada Selasa pagi waktu setempat, kata orang-orang yang mengetahui masalah tersebut.

    Adapun, transaksi itu mungkin masih akan menghadapi pengawasan dari Komisi Perdagangan Federal di bawah Presiden Donald Trump, yang ketua barunya Andrew Ferguson telah mempertahankan pedoman yang memberi lembaga tersebut kemampuan untuk memblokir kesepakatan besar yang digunakan oleh pendahulunya Lina Khan.

    Akan ada bonus retensi tambahan yang ditawarkan kepada karyawan sebagai bagian dari kesepakatan tersebut, yang dapat bernilai tambahan US$1 miliar, orang-orang tersebut menambahkan.

    Alphabet tidak menanggapi permintaan komentar tentang pembicaraan tersebut. Sementara itu, Wiz menolak berkomentar terkait kabar itu.

    Didirikan oleh alumni unit intelijen siber elit Israel pada 2020 dan sekarang berkantor pusat di AS, Wiz menyediakan layanan keamanan siber untuk cloud.

    Perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan rintisan perangkat lunak dengan pertumbuhan tercepat sepanjang masa, yang diuntungkan oleh lonjakan penjualan karena bisnis semakin banyak mengalihkan operasinya ke cloud.

    Perusahaan mencapai pendapatan berulang tahunan sebesar US$500 juta — metrik pendapatan yang umum digunakan oleh perusahaan rintisan — tahun lalu, dan bertujuan untuk menggandakannya pada tahun 2025, menurut salah satu pendiri Roy Reznik. Grup tersebut menyediakan layanan keamanan cloud untuk hampir setengah dari 100 perusahaan terbesar di Amerika, menurut situs webnya.

    Penggabungan tersebut, yang pertama kali dilaporkan oleh The Wall Street Journal, terjadi di tengah lingkungan yang lesu untuk pembuatan kesepakatan karena ketidakpastian kebijakan perdagangan di bawah pemerintahan baru Trump dan gejolak pasar telah mendinginkan harapan akan ledakan merger dan akuisisi.

    Para pembuat kesepakatan khawatir bahwa pengambilalihan teknologi besar mungkin sangat menantang di bawah pemerintahan saat ini, karena wakil presiden JD Vance mengatakan dia yakin Big Tech memiliki “kekuasaan yang terlalu besar”.

    Wiz yang dimiliki secara pribadi terakhir kali mengumpulkan US$1 miliar dengan valuasi US$12 miliar pada tahun 2022 dari sekelompok investor yang dipimpin oleh Andreessen Horowitz, Lightspeed Venture Partners, dan Thrive Capital.

    Perusahaan ini juga didukung oleh investor termasuk Index Ventures, Insight Partners, G Squared, Sequoia Capital, Greenoaks, Cyberstarts, dan Wellington.

    Pengambilalihan Wiz akan jauh lebih besar daripada semua transaksi Alphabet sebelumnya. Transaksi terbesar perusahaan hingga saat ini adalah akuisisi senilai US$12,5 miliar atas pembuat gawai Motorola Mobility, yang telah dijualnya.

    Pada tahun 2022, Alphabet membayar US$5,4 miliar untuk mengakuisisi perusahaan keamanan siber Mandiant guna meningkatkan produk Google Cloud-nya.

    Alphabet telah mencari cara untuk meningkatkan pendapatannya dari layanan komputasi awan guna mengimbangi ketergantungannya pada pendapatan iklan yang terkait dengan pencarian.

    Google Cloud masih berada di posisi ketiga dalam pangsa pasar global dengan sekitar 12%, di belakang Azure milik Microsoft dengan 21% dan pemimpin Amazon Web Services dengan hampir sepertiganya.

  • Induk Google Alphabet Berpotensi Akuisisi Startup Keamanan Wiz Rp491,74 Triliun

    Induk Google Alphabet Berpotensi Akuisisi Startup Keamanan Wiz Rp491,74 Triliun

    Bisnis.com, JAKARTA — Alphabet, induk perusahaan Google, sedang dalam pembicaraan lanjutan untuk mengakuisisi startup keamanan siber Wiz senilai sekitar $30 miliar atau Rp491,74 triliun (kurs: Rp16.391). 

    Menurut sumber yang mengetahui masalah tersebut, jika akuisisi ini terealisasi berpotensi menjadi kesepakatan terbesar perusahaan teknologi raksasa tersebut hingga saat ini.

    Dilansir dari reuters, Selasa (18/3/2025), kesepakatan tersebut belum ditandatangani dan masih bisa berubah, kata sumber tersebut. Alphabet dan Wiz tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters.

    Wiz telah membatalkan kesepakatan senilai $23 miliar dengan Alphabet tahun lalu untuk fokus pada penawaran umum perdananya.

    Startup ini menyediakan solusi keamanan siber berbasis cloud yang didukung oleh kecerdasan buatan yang membantu perusahaan mengidentifikasi dan menghilangkan risiko kritis pada platform cloud.

    Sumber anonim Reuters menilai akuisisi sebesar ini kemungkinan besar akan menghadapi pengawasan regulasi karena perusahaan teknologi raksasa terus diawasi ketat untuk kemungkinan praktik monopolistik.

    Jika kesepakatan ini terwujud, hal ini dapat membantu Alphabet memasuki industri keamanan siber dan memperluas segmen infrastruktur komputasi awan yang sedang berkembang pesat, yang menghasilkan pendapatan lebih dari US$43 miliar tahun lalu.

    Adapun minat terhadap industri keamanan siber melonjak sejak gangguan global CrowdStrike tahun lalu, membuat perusahaan lebih peduli tentang melindungi infrastruktur digital mereka.

    Wiz saat ini memiliki valuasi  sebesar US$12 miliar menurut putaran pendanaan  terakhir yang mereka terima pada Mei 2024.

    Sebelumnya, kinerja induk usaha Google, Alphabet Inc. mencatatkan hasil di bawah ekspektasi pada kuartal IV/2024 akibat pertumbuhan bisnis cloud-nya yang melambat.

    Mengutip Bloomberg pada Kamis (6/2/2025), penjualan kuartalan, tidak termasuk pembayaran kepada mitra, mencapai US$81,6 miliar, ujar Alphabet dalam sebuah. Analis telah memproyeksikan US$82,8 miliar, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg.

    Alphabet mengumumkan belanja modal sebesar US$75 miliar pada 2025, jauh melebihi US$57,9 miliar yang diharapkan analis. Investasi tersebut “secara langsung mendorong pendapatan” karena membantu pelanggan, kata CEO Alphabet Sundar Pichai dalam sebuah panggilan dengan investor.

    Unit bisnis cloud Google sejauh ini merupakan indikator paling jelas tentang bagaimana ledakan AI berkontribusi pada penjualan perusahaan. Perusahaan rintisan menjadi pelanggan karena mereka membutuhkan lebih banyak daya komputasi untuk pekerjaan mereka, tetapi tidak secepat yang diharapkan. 

    Penjualan sekitar US$12 miliar pada kuartal IV/2024 yang dicatatkan Google meleset dari perkiraan. Google Cloud masih tertinggal di belakang Amazon.com Inc. dan Microsoft Corp. dalam hal ukuran.

    Pichai mengatakan Google perlu terus berinvestasi di cloud untuk “memastikan kami dapat mengatasi peningkatan permintaan pelanggan.”

    Para investor mendesak Alphabet untuk menunjukkan bahwa mereka mempertahankan momentum di seluruh bisnisnya karena mereka menghabiskan lebih banyak biaya untuk AI, dan karena persaingan di pasar itu semakin ketat.

    Perusahaan rintisan AI asal China, DeepSeek, mengejutkan Silicon Valley bulan lalu ketika mereka mengatakan telah menciptakan model AI yang kuat dengan biaya yang jauh lebih murah dibandingkan dengan pesaing mereka di AS.

    Selama panggilan pendapatan, Pichai menyebut DeepSeek sebagai “tim yang luar biasa” tetapi mengatakan bahwa model Google juga unggul dalam hal efisiensi.

  • Kecerdasan Buatan Buka Peluang Besar, Startup AI RI Unjuk Gigi

    Kecerdasan Buatan Buka Peluang Besar, Startup AI RI Unjuk Gigi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Indonesia sudah memiliki beberapa startup yang khusus bergerak di bidang kecerdasan buatan (AI). Dua startup RI yang bergerak di bidang AI memenangi program adu inovasi yang diselenggarakan oleh East Ventures.

    Willson Cuaca, Co-Founder dan Managing Partner East Ventures mengatakan bahwa AI punya potensi besar untuk digunakan untuk mengembangkan bisnis baru di Indonesia.

    “Kami percaya bahwa inovasi berbasis AI yang ditampilkan di IndoBuild AI Demo Day menyoroti potensi besar AI dan peluang tak terbatas yang akan dihadirkannya di Indonesia,” demikian kata Willson dalam keterangan tertulis yang CNBC Indonesia terima, Senin (17/3/2025).

    Pemenang pada IndoBuild AI edisi pertama ini adalah Lentera.ai, platform berbasis AI yang menawarkan wawasan berbasis sains tentang produk kesehatan, memberdayakan produsen, content creator, dan marketplace. Pemenang keduanya adalah LeaseSync, platform LLM (Large language model) untuk analisis otomatis, konsolidasi, dan pengelolaan perjanjian sewa di Indonesia.

    Perusahaan venture capital (VC) itu mengatakan, momentum tersebut menjadi tonggak penting dalam pengembangan inovasi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence / AI) di Indonesia.

    Willson sebelumnya mengatakan perusahaan RI, baik besar maupun kecil, punya peluang untuk memanfaatkan teknologi AI untuk mengembangkan bisnisnya.

    Kemunculan DeepSeek yang salah satu produknya bisa digunakan bebas tanpa biaya (open source) menghancurkan dominasi perusahaan raksasa asal Amerika Serikat dalam di industri AI. DeepSeek membuktikan bahwa AI bisa dikembangkan dengan biaya yang murah dan membutuhkan kapasitas komputasi jauh lebih sedikit dari sebelumnya.

    Fenomena ini serupa dengan kemunculan Linux yang menghancurkan dominasi Microsoft serta munculnya Android yang membuat HP murah menjamur bersaing dengan iPhone.

    “Sekarang saatnya untuk mencari cara mencoba menggunakan dan membangun bisnis dengan AI,” kata Willson, Rabu (6/2/2025).

    Selain produk AI yang langsung digunakan oleh konsumen seperti chatbot ChatGPT buatan OpenAI dan Gemini buatan Google, perusahaan juga bisa menggunakan model dasar AI untuk mengembangkan produk sendiri. Biasanya mereka harus membayar biaya untuk penggunaan model AI berikut biaya pemrosesannya di cloud.

    (dem/dem)

  • TikTok Terancam Diblokir di AS, ByteDance Harus Jual Sebelum 5 April 2025 – Page 3

    TikTok Terancam Diblokir di AS, ByteDance Harus Jual Sebelum 5 April 2025 – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Nasib TikTok di Amerika Serikat kembali di ujung tanduk. Induk perusahannya, ByteDance, diberikan tenggat waktu hingga 5 April untuk menjual TikTok ke perusahaan non-Tiongkok.

    Kalau tidak, aplikasi ini berisiko diblokir di AS. Situasi ini bukan pertama kalinya terjadi, mengingat TikTok pernah menghadapi ancaman serupa pada 2020.

    Beberapa perusahaan AS dikabarkan berminat untuk mengakuisisi TikTok. Pada 2020, Microsoft, Oracle, dan Walmart sempat masuk pada jajaran calon pembeli, tapi rencana itu batal. 

    Kini, di bawah tekanan pemerintahan Joe Biden, ByteDance harus kembali mencari pembeli yang memenuhi persyaratan pemerintah AS.

    Mengutip Phone Arena, Senin (17/3/2025), pada april 2024 lalu, Biden menandatangani undang-undang yang mengharuskan ByteDance menjual TikTok sebelum 19 Januari 2025. Namun, setelah Donald Trump kembali ke Gedung Putih, ia menandatangani perintah eksekutif yang mempercepat tenggat waktu menjadi 5 April 2025.

    Wakil Presiden AS, J.D. Vance, optimistis kesepakatan bisa tercapai. “Kami hampir pasti akan menemukan solusi yang melindungi keamanan nasional sekaligus memungkinkan TikTok tetap beroperasi di AS,” katanya pada NBC News.

    Vance, yang berlatar belakang di dunia modal ventura, kini ikut memantau negosiasi bersama Penasihat Keamanan Nasional, Michael Waltz. Mereka sedang mencari calon pembeli berbasis di AS yang bisa mengambil alih TikTok.

    Keamanan data masih menjadi isu utama. Sejumlah legislator AS menuduh TikTok mengumpulkan data pengguna muda dan berpotensi dimanfaatkan oleh Tiongkok. Namun, menurut Vance, dengan kesepakatan yang tepat, TikTok masih bisa beroperasi di AS tanpa mengorbankan keamanan data.

    TikTok sendiri diperkirakan memiliki valuasi sekitar USD 50 miliar. CEO Omnivest Financial, Reid Rasner, mengklaim telah mengajukan tawaran sebesar USD 47,45 miliar untuk membeli aplikasi ini. 

    Sampai sekarang, ByteDance belum memberikan kepastian apakah mereka akan melepas TikTok atau tetap mempertahankan kepemilikan.

    Dengan tenggat waktu yang semakin dekat, keputusan ByteDance dalam beberapa minggu ke depan akan menentukan apakah TikTok tetap bisa beroperasi di AS atau harus angkat kaki dari pasar Amerika.

    Hampir sebulan setelah TikTok dilarang di Amerika Serikat, aplikasi video pendek besutan ByteDance ini kembali ke toko aplikasi App Store untuk iPhone dan perangkat Apple lainnya.

  • Asing Makin Ramai Serbu Tetangga RI, Dolar Mengalir Deras

    Asing Makin Ramai Serbu Tetangga RI, Dolar Mengalir Deras

    Jakarta, CNBC Indonesia – Investasi asing membanjiri negara-negara di kawasan Asia Tenggara untuk membangun data center untuk pengembangan teknologi kecerdasan buatan. Beberapa negara yang ramai diincar adalah Malaysia, Singapura, Vietnam, dan Thailand.

    Terbaru, Thailand telah menyetujui investasi senilai 90,9 miliar baht atau setara Rp44,2 triliun untuk membangun data center dan layanan cloud. Hal tersebut diungkap dewan investasi Thailand pada Senin (17/3) waktu setempat, dikutip dari Reuters.

    Investasi yang mengalir ke Thailand termasuk data center dari Beijing Haoyang Cloud & Data Technology dari China, Empyrion Digital dari Singapur, dan GSA Data Center 02 asal Thailand.

    Rencana Beijing Haoyang di Thailand meliputi data center dengan kapasitas 300 MW senilai 72,7 miliar baht (Rp35,4 triliun). Sementara firma asal Thailand mengajukan investasi senilai 13,5 miliar baht (RpRp6,5 triliun) untuk data center berkapasitas 35 MW.

    Popularitas AI telah mendorong pembangunan infrastruktur besar-besaran di Asia Tenggara, termasuk data center yang mewadahi server komputer dan peralatan lainnya. Hal ini dibutuhkan para perusahaan untuk memroses dan menyimpan data.

    Januari lalu, TikTok milik ByteDance mengumumkan rencana investasi di Thailand yang merupakan negara ekonomi terbesar kedua di Asia Tenggara. Investasi itu untuk layanan hosting data bernilai 126,8 miliar baht (Rp61,8 triliun).

    Tahun lalu, Google milik Alphabet mengumumkan investasi senilai US$1 miliar di Thailand, lalu diikuti Amazon Web Services yang mengumumkan investasi US$5 miliar di negara seribu pagoda dalam periode 15 tahun. Microsoft juga telah mengumumkan rencana untuk membuka data center regional pertama di Thailand beberapa saat lalu.

    (fab/fab)

  • Fitur Baru WhatsApp Matikan Kamera Sebelum Terima WA Call

    Fitur Baru WhatsApp Matikan Kamera Sebelum Terima WA Call

    Jakarta, CNBC Indonesia – WhatsApp sedang mengembangkan fitur baru yang dapat memberikan lebih banyak pilihan kepada pengguna Android saat melakukan panggilan video.

    Platform pesan instan ini dikatakan sedang menguji coba opsi baru yang menawarkan pilihan untuk mematikan kamera HP sebelum melakukan panggilan video.

    Fitur WhatsApp yang sedang dikembangkan ini dilaporkan ditemukan oleh Android Authority setelah melakukan pembongkaran APK versi beta 2.25.7.3. dari aplikasi tersebut.

    Meskipun fitur ini belum tersedia untuk umum, publikasi tersebut berhasil mengaktifkannya dengan mengutak-atik aplikasi.

    Aplikasi ini dikatakan menawarkan opsi yang dijuluki “Turn off your video” ketika penerima menerima panggilan video, yang memungkinkan mereka untuk mematikan video sebelum mengangkatnya. Ini berarti panggilan akan diterima dalam mode hanya suara.

    Jika kamera sudah dimatikan, aplikasi juga dapat menampilkan perintah “Terima tanpa video” sebagai konfirmasi, demikian dikutip dari Gadget360, Kamis (13/3/2025).

    Laporan tersebut menunjukkan bahwa pengguna WhatsApp akan memiliki opsi untuk menyalakan kamera di tengah-tengah panggilan dengan menggunakan opsi “Turn on your video.”

    Saat ini, WhatsApp tidak menawarkan fungsionalitas serupa. Meskipun pengguna masih dapat mematikan video mereka selama panggilan video, mereka hanya dapat melakukannya setelah mengangkatnya.

    Dengan fitur yang sedang dikembangkan ini diharapkan dapat menghadirkan fungsionalitas yang tidak jauh berbeda dengan Google Meet, Microsoft Teams, dan platform konferensi video lainnya.

    Sementara itu, WhatsApp juga akan segera meluncurkan antarmuka baru untuk Meta AI, chatbot kecerdasan buatan (AI), yang akan menawarkan mode suara otomatis bersama dengan saran-saran yang cepat untuk membantu pengguna memulai.

    (dem/dem)