Perusahaan: Microsoft

  • Meta Mau Terjun ke Bisnis Perdagangan Listrik, Susul Apple

    Meta Mau Terjun ke Bisnis Perdagangan Listrik, Susul Apple

    Bisnis.com, JAKARTA — Meta Platforms, Inc. berencana untuk masuk ke bisnis perdagangan listrik. Perusahaan akan membangun pembangkit listrik baru untuk memasok energi ke data center mereka dan warga Amerika Serikat (AS).

    Melansir dari laman Techcrunch, Senin (24/11/2025), bahwa baik Meta maupun Microsoft sedang mengajukan permohonan persetujuan federal untuk melakukan perdagangan listrik. Sementara Apple telah mendapatkan persetujuan ini.  

    Menurut Meta, hal ini akan memungkinkan perusahaan untuk membuat komitmen jangka panjang untuk membeli listrik dari pembangkit baru, sambil mengurangi risiko dengan kemampuan untuk menjual kembali sebagian listrik tersebut di pasar listrik grosir.

    Kepala Energi Global Meta Urvi Parekh mengatakan bahwa pengembang pembangkit listrik ingin mengetahui bahwa konsumen listrik bersedia mengambil risiko.

    “Tanpa Meta mengambil peran yang lebih aktif dalam kebutuhan untuk memperluas jumlah listrik yang tersedia di sistem, hal ini tidak terjadi secepat yang kami inginkan,” kata Parekh.

    Sebagai contoh kebutuhan energi yang belum pernah terjadi sebelumnya di balik rencana pusat data AI ambisius perusahaan teknologi, setidaknya tiga pembangkit listrik berbahan bakar gas baru perlu dibangun untuk memasok listrik ke kampus pusat data Meta di Louisiana.

    Sementara melansir dari Bloomberg, Meta mengatakan bahwa kemampuan untuk memperdagangkan listrik akan memberikan fleksibilitas lebih besar bagi perusahaan untuk mengamankan dan mengelola kesepakatan energi dan kapasitas. 

    Dalam email balasan ke Bloomberg, Meta menyebutkan, pihaknya dapat berkomitmen untuk pembelian jangka panjang dari pembangkit listrik yang belum dibangun. 

    “Hal ini akan memungkinkan pembangkit listrik baru ini dapat menyelesaikan [lebih cepat] atas langkah-langkah yang memerlukan waktu lama dalam proses pembangunan,” ungkap Meta. 

    Sementara Chief Executive Officer Mark Zuckerberg telah berulang kali menyarankan sepanjang tahun ini bahwa dia melihat risiko yang lebih besar bagi Meta akibat pengeluaran yang kurang untuk infrastruktur kecerdasan buatan (AI) daripada risiko dari pengeluaran berlebihan untuk hal tersebut. 

    Zuckerberg menggambarkan hal ini sebagai “strategi untuk secara agresif mempercepat pembangunan kapasitas.” Dia melihatnya sebagai persiapan untuk momen bersejarah ketika Meta mencapai tujuannya untuk “superintelligence,” sebuah evolusi AI yang bertujuan untuk melampaui kemampuan manusia dalam banyak tugas.

    Untuk mewujudkan visi tersebut, tentu saja, Meta akan membutuhkan jumlah listrik yang sangat besar.

    “Kami semua yakin secara mendasar bahwa perlu ada pembangunan kembali kapasitas ini dalam membangun pembangkit listrik baru dan mempercepat prosesnya,” kata Parekh.

  • 10 Tren yang Akan Membentuk Dunia Kerja pada 2026

    10 Tren yang Akan Membentuk Dunia Kerja pada 2026

    Jakarta: Dunia kerja pada 2026 diprediksi akan menempatkan sumber daya manusia sebagai investasi paling berharga. Dukungan pada kesejahteraan, pelatihan, dan pengembangan keterampilan akan menjadi prioritas utama.
     
    International Workplace Group (IWG), platform kerja dengan jenama seperti Spaces dan Regus, merilis 10 tren utama yang siap mewarnai lanskap dunia kerja pada 2026. Berikut ini daftarnya:
     
    1. AI: Rekan Kerja Digital Baru
    Pada 2026, karyawan hybrid akan lebih sering menggunakan AI-copilot untuk menangani tugas administratif, pencarian informasi, dan penjadwalan. Dengan beban yang berkurang, karyawan dapat fokus pada pekerjaan kreatif, pemecahan masalah kompleks, serta membangun relasi, sehingga produktivitas dan keseimbangan kerja dan hidup meningkat.
     
    Pergeseran budaya kerja ini juga dipacu kolaborasi lintas generasi. Riset IWG menunjukkan 62 persen Gen Z sudah mengajarkan penggunaan AI kepada rekan senior mereka. Sebaliknya, 77 persen direktur mengakui kolaborasi ini meningkatkan produktivitas, dan 80 persen melihat peluang bisnis baru darinya.
     
    Melihat tren tersebut, perusahaan diperkirakan akan memperkuat pemanfaatan AI sekaligus menerapkan “personalised hybrid plans”, pengaturan kerja hybrid yang disesuaikan dengan kebutuhan tiap karyawan, termasuk jadwal kerja, hari rapat, dan pemilihan kantor atau coworking space yang paling sesuai.

     

     
    2. Pilih Kantor Terdekat (Return-to-Several-Offices)
    Perusahaan kini mulai meninggalkan pola kerja hibrid yang tidak terstruktur dan beralih ke model multi-lokasi. Karyawan diberi keleluasaan bekerja dari kantor atau ruang kerja yang paling dekat dan nyaman bagi mereka. Bukan lagi “kembali ke kantor”, tetapi “pilih kantor terdekat”.
     
    Microsoft, misalnya, mewajibkan sebagian besar karyawannya berada di kantor terdekat minimal tiga hari per minggu mulai 2026. Banyak perusahaan besar lainnya bahkan memberi opsi bekerja dari coworking space atau ruang kerja fleksibel untuk mendukung produktivitas dan mengurangi waktu perjalanan.
     
    3. Sertifikasi Keahlian Mikro sebagai “Mata Uang Baru”
    Kenaikan jenjang karier tidak lagi bergantung pada gelar formal, melainkan pada keterampilan yang benar-benar dimiliki. Pekerja hibrid semakin terdorong mengumpulkan sertifikasi mikro, atau kursus singkat yang mengasah kemampuan spesifik, karena lebih relevan dengan kebutuhan industri.
     
    Perusahaan pun mendukung tren ini melalui platform pembelajaran on-demand untuk mempercepat pengembangan talenta yang adaptif. Hasilnya, mobilitas internal berbasis keahlian menjadi lebih mudah dan karyawan dapat berpindah peran sesuai kompetensi yang mereka bangun.
     
    4. Mengembalikan Jiwa Pekerja (Reversing the Quiet Crack)
    Berbeda dari “quiet quitting,” fenomena “quiet cracking” menggambarkan kondisi karyawan yang tampak bekerja dengan baik, namun secara mental dan emosional sebenarnya tertekan dan tidak lagi terlibat dalam pekerjaannya. Dampaknya terlihat pada burnout, stagnasi karier, dan hilangnya rasa tujuan.
     
    Riset menunjukkan 57 persen pekerja merasa tidak nyaman ketika tidak dihargai atau diawasi berlebihan. Karena itu, perusahaan mulai memprioritaskan kesejahteraan karyawan dan fleksibilitas kerja untuk menjaga keterlibatan mereka.
     
    Ke depannya, organisasi juga diperkirakan mengadopsi “well tech” seperti pelacak stres, pengingat kesehatan mental berbasis AI, hingga program wellness berbentuk gim untuk membangun kebiasaan sehat secara berkelanjutan.

     

     
    5. Model Eksekutif C-Suite Paruh Waktu (Fractional C-Suite & Executive Talent)
    Dalam situasi ekonomi yang tidak menentu, semakin banyak perusahaan beralih ke konsep “fractional executives”, yaitu merekrut talenta eksekutif C-suite secara paruh waktu atau berbasis kontrak. Model ini memungkinkan perusahaan mendapatkan keahlian strategis tanpa harus menanggung biaya eksekutif penuh waktu.
     
    Riset menunjukkan 87 persen CEO dan CFO khawatir terhadap ketidakstabilan makroekonomi, sementara 67 persen telah memotong biaya operasional untuk mencari model kepemimpinan yang lebih efisien.
     
    6. Membangun Konsep “15-Minute Cities” dari Nol
    Konsep “kota 15 menit” memasuki fase baru. Bukan hanya menata ulang kawasan, tetapi membangun lingkungan sejak awal dengan desain yang mendukung mobilitas dekat, keberlanjutan, dan kehidupan komunitas.
     
    Proyek seperti The Ellinikon di Athena dan The Point di Utah menunjukkan transformasi besar ini. Model kerja hibrid membuat konsep ini semakin relevan karena profesional cenderung tinggal dan bekerja di area yang sama, sekaligus menghemat biaya perjalanan perusahaan.
     
    7. Efek Loyalitas Lokal
    Bekerja hibrid memperkuat keterikatan karyawan dengan lingkungan domisili mereka. Perusahaan dapat memanfaatkan hal ini melalui program kontribusi komunitas, kemitraan lokal, atau kegiatan sosial yang meningkatkan citra perusahaan sekaligus membangun keterlibatan sosial karyawan.
     

     
    8. Kantor Rasa Hotel (Hospitality-Infused Office)
    Kantor masa depan akan mengadopsi pengalaman ala hotel butik, dengan layanan concierge, pilihan F&B yang dikurasi, dan desain yang memanjakan indera. Contohnya kerja sama IWG dan YOO yang menggabungkan desain hotel kelas atas dengan jaringan workspace fleksibel.
     
    Dengan begitu, kantor tak lagi sekadar tempat bekerja, tetapi ruang bernilai lifestyle yang mendorong kolaborasi dan kesejahteraan.
     
    9. Meningkatnya Permintaan Kantor Harian
    Kantor harian “on demand” menjadi pilihan penting bagi pekerja yang membutuhkan ruang profesional tanpa komitmen jangka panjang. Fasilitas lengkap, pencahayaan natural, dan fitur wellness membuat opsi ini ideal bagi pekerja yang mengutamakan fleksibilitas dan produktivitas.
     
    10. Demografi Tenaga Kerja Baru: Prioritas Gen Z
    Gen Z hadir dengan prioritas berbeda, yaitu kesejahteraan, kesehatan mental, fleksibilitas, dan pekerjaan bermakna. Dengan populasi yang menua dan kesenjangan talenta yang melebar, perusahaan perlu memahami ekspektasi ini untuk tetap kompetitif.
     
    Organisasi yang memberi ruang fleksibilitas dan tujuan kerja yang jelas akan lebih mampu menarik dan mempertahankan talenta generasi berikutnya.

    Jakarta: Dunia kerja pada 2026 diprediksi akan menempatkan sumber daya manusia sebagai investasi paling berharga. Dukungan pada kesejahteraan, pelatihan, dan pengembangan keterampilan akan menjadi prioritas utama.
     
    International Workplace Group (IWG), platform kerja dengan jenama seperti Spaces dan Regus, merilis 10 tren utama yang siap mewarnai lanskap dunia kerja pada 2026. Berikut ini daftarnya:
     

    1. AI: Rekan Kerja Digital Baru

    Pada 2026, karyawan hybrid akan lebih sering menggunakan AI-copilot untuk menangani tugas administratif, pencarian informasi, dan penjadwalan. Dengan beban yang berkurang, karyawan dapat fokus pada pekerjaan kreatif, pemecahan masalah kompleks, serta membangun relasi, sehingga produktivitas dan keseimbangan kerja dan hidup meningkat.
     
    Pergeseran budaya kerja ini juga dipacu kolaborasi lintas generasi. Riset IWG menunjukkan 62 persen Gen Z sudah mengajarkan penggunaan AI kepada rekan senior mereka. Sebaliknya, 77 persen direktur mengakui kolaborasi ini meningkatkan produktivitas, dan 80 persen melihat peluang bisnis baru darinya.
     
    Melihat tren tersebut, perusahaan diperkirakan akan memperkuat pemanfaatan AI sekaligus menerapkan “personalised hybrid plans”, pengaturan kerja hybrid yang disesuaikan dengan kebutuhan tiap karyawan, termasuk jadwal kerja, hari rapat, dan pemilihan kantor atau coworking space yang paling sesuai.
     
     

     

    2. Pilih Kantor Terdekat (Return-to-Several-Offices)

    Perusahaan kini mulai meninggalkan pola kerja hibrid yang tidak terstruktur dan beralih ke model multi-lokasi. Karyawan diberi keleluasaan bekerja dari kantor atau ruang kerja yang paling dekat dan nyaman bagi mereka. Bukan lagi “kembali ke kantor”, tetapi “pilih kantor terdekat”.
     
    Microsoft, misalnya, mewajibkan sebagian besar karyawannya berada di kantor terdekat minimal tiga hari per minggu mulai 2026. Banyak perusahaan besar lainnya bahkan memberi opsi bekerja dari coworking space atau ruang kerja fleksibel untuk mendukung produktivitas dan mengurangi waktu perjalanan.
     

    3. Sertifikasi Keahlian Mikro sebagai “Mata Uang Baru”

    Kenaikan jenjang karier tidak lagi bergantung pada gelar formal, melainkan pada keterampilan yang benar-benar dimiliki. Pekerja hibrid semakin terdorong mengumpulkan sertifikasi mikro, atau kursus singkat yang mengasah kemampuan spesifik, karena lebih relevan dengan kebutuhan industri.
     
    Perusahaan pun mendukung tren ini melalui platform pembelajaran on-demand untuk mempercepat pengembangan talenta yang adaptif. Hasilnya, mobilitas internal berbasis keahlian menjadi lebih mudah dan karyawan dapat berpindah peran sesuai kompetensi yang mereka bangun.
     

    4. Mengembalikan Jiwa Pekerja (Reversing the Quiet Crack)

    Berbeda dari “quiet quitting,” fenomena “quiet cracking” menggambarkan kondisi karyawan yang tampak bekerja dengan baik, namun secara mental dan emosional sebenarnya tertekan dan tidak lagi terlibat dalam pekerjaannya. Dampaknya terlihat pada burnout, stagnasi karier, dan hilangnya rasa tujuan.
     
    Riset menunjukkan 57 persen pekerja merasa tidak nyaman ketika tidak dihargai atau diawasi berlebihan. Karena itu, perusahaan mulai memprioritaskan kesejahteraan karyawan dan fleksibilitas kerja untuk menjaga keterlibatan mereka.
     
    Ke depannya, organisasi juga diperkirakan mengadopsi “well tech” seperti pelacak stres, pengingat kesehatan mental berbasis AI, hingga program wellness berbentuk gim untuk membangun kebiasaan sehat secara berkelanjutan.
     
     

     

    5. Model Eksekutif C-Suite Paruh Waktu (Fractional C-Suite & Executive Talent)

    Dalam situasi ekonomi yang tidak menentu, semakin banyak perusahaan beralih ke konsep “fractional executives”, yaitu merekrut talenta eksekutif C-suite secara paruh waktu atau berbasis kontrak. Model ini memungkinkan perusahaan mendapatkan keahlian strategis tanpa harus menanggung biaya eksekutif penuh waktu.
     
    Riset menunjukkan 87 persen CEO dan CFO khawatir terhadap ketidakstabilan makroekonomi, sementara 67 persen telah memotong biaya operasional untuk mencari model kepemimpinan yang lebih efisien.
     

    6. Membangun Konsep “15-Minute Cities” dari Nol

    Konsep “kota 15 menit” memasuki fase baru. Bukan hanya menata ulang kawasan, tetapi membangun lingkungan sejak awal dengan desain yang mendukung mobilitas dekat, keberlanjutan, dan kehidupan komunitas.
     
    Proyek seperti The Ellinikon di Athena dan The Point di Utah menunjukkan transformasi besar ini. Model kerja hibrid membuat konsep ini semakin relevan karena profesional cenderung tinggal dan bekerja di area yang sama, sekaligus menghemat biaya perjalanan perusahaan.
     

    7. Efek Loyalitas Lokal

    Bekerja hibrid memperkuat keterikatan karyawan dengan lingkungan domisili mereka. Perusahaan dapat memanfaatkan hal ini melalui program kontribusi komunitas, kemitraan lokal, atau kegiatan sosial yang meningkatkan citra perusahaan sekaligus membangun keterlibatan sosial karyawan.
     

     

    8. Kantor Rasa Hotel (Hospitality-Infused Office)

    Kantor masa depan akan mengadopsi pengalaman ala hotel butik, dengan layanan concierge, pilihan F&B yang dikurasi, dan desain yang memanjakan indera. Contohnya kerja sama IWG dan YOO yang menggabungkan desain hotel kelas atas dengan jaringan workspace fleksibel.
     
    Dengan begitu, kantor tak lagi sekadar tempat bekerja, tetapi ruang bernilai lifestyle yang mendorong kolaborasi dan kesejahteraan.
     

    9. Meningkatnya Permintaan Kantor Harian

    Kantor harian “on demand” menjadi pilihan penting bagi pekerja yang membutuhkan ruang profesional tanpa komitmen jangka panjang. Fasilitas lengkap, pencahayaan natural, dan fitur wellness membuat opsi ini ideal bagi pekerja yang mengutamakan fleksibilitas dan produktivitas.
     

    10. Demografi Tenaga Kerja Baru: Prioritas Gen Z

    Gen Z hadir dengan prioritas berbeda, yaitu kesejahteraan, kesehatan mental, fleksibilitas, dan pekerjaan bermakna. Dengan populasi yang menua dan kesenjangan talenta yang melebar, perusahaan perlu memahami ekspektasi ini untuk tetap kompetitif.
     
    Organisasi yang memberi ruang fleksibilitas dan tujuan kerja yang jelas akan lebih mampu menarik dan mempertahankan talenta generasi berikutnya.

    Cek Berita dan Artikel yang lain di

    Google News


    Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id

    (PRI)

  • Whistleblower Klaim Dipecat Usai Peringatkan Bahaya Robot Humanoid

    Whistleblower Klaim Dipecat Usai Peringatkan Bahaya Robot Humanoid

    Jakarta

    Figure AI, pengembang robot humanoid yang didukung Nvidia, digugat oleh mantan kepala keselamatan produk startup tersebut. Ia menuding diberhentikan secara tidak adil setelah memperingatkan para eksekutif puncak bahwa robot perusahaan itu cukup kuat untuk meretakkan tengkorak manusia.

    Robert Gruendel, insinyur keselamatan robotik, mengajukan gugatan di pengadilan federal Distrik Utara California. Dikutip detikINET dari CNBC, Minggu (23/11/2025), pengacara Gruendel menyebut kliennya whistleblower yang dipecat pada bulan September, beberapa hari setelah mengajukan keluhan keselamatan yang paling langsung.

    Gugatan ini muncul dua bulan setelah Figure dinilai memiliki valuasi USD 39 miliar dalam putaran pendanaan yang dipimpin Parkway Venture Capital. Angka tersebut merupakan peningkatan valuasi 15 kali lipat dari awal 2024, ketika perusahaan menggalang dana dari investor termasuk Jeff Bezos, Nvidia, dan Microsoft.

    Pengacara Gruendel mengatakan penggugat telah memperingatkan CEO Figure Brett Adcock dan Kyle Edelberg, kepala insinyur, tentang kemampuan mematikan robot tersebut. Ia juga menyebutkan bahwa salah satu robot telah membuat sayatan sedalam 0,6 cm pada pintu kulkas baja saat mengalami malfungsi.

    Gugatan itu juga menyebut Gruendel memperingatkan pemimpin perusahaan untuk tak menurunkan standar keselamatan saat presentasi ke calon investor yang akhirnya mendanai perusahaan tersebut. Namun Gruendel khawatir rencana keselamatan produk yang berkontribusi pada keputusan mereka untuk berinvestasi telah dipangkas sehingga bisa saja itu adalah penipuan.

    Gruendel menuntut ganti rugi ekonomi, kompensasi, serta proses pengadilan. Juru bicara Figure mengatakan Gruendel diberhentikan karena kinerja yang buruk dan bahwa tuduhannya adalah kebohongan yang akan dipatahkan sepenuhnya oleh Figure di pengadilan.

    Robert Ottinger, pengacara Gruendel, menyebut bahwa hukum California melindungi karyawan yang melaporkan praktik tidak aman.” “Kasus ini melibatkan isu penting yang sedang berkembang, dan mungkin menjadi salah satu kasus whistleblower pertama terkait keselamatan robot humanoid,” kata Ottinger.

    Pasar robot humanoid masih dalam tahap awal. Perusahaan seperti Tesla dan Boston Dynamics bersaing bersama dengan Figure, sementara Unitree Robotics dari China sedang bersiap untuk IPO. Morgan Stanley mengatakan bahwa adopsi robot kemungkinan akan meningkat pesat tahun 2030-an dan bisa tembus USD 5 triliun di 2050.

    (fyk/hps)

  • Microsoft Gaet Anthropic, Azure Kini Dukung Model Claude dan ChatGPT

    Microsoft Gaet Anthropic, Azure Kini Dukung Model Claude dan ChatGPT

    Platform Kecerdasan buatan (AI) ChatGPT dan Claude memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Keduanya juga memiliki chatbot yang personal untuk pengguna.

    Pada versi terbaru keduanya yaitu GPT-5.1 dan Clude 4.5 Sonnet, pengguna dapat menyesuaikan chatbot dengan kepribadian yang paling sesuai dengan cara menggunakannya.

    Pengguna bisa mengubah ChatGPT menjadi mesin yang menyajikan fakta, dan mengabaikan basa-basi atau pembahasan yang tidak relevan dengan topik utama. Begitu juga dengan Claude yang bisa berpikir lebih formal dari biasanya.

    Portal teknologi Toms Guide, dikutip Kamis (20/11/2025), menguji chatbot AI mana yang lebih baik dan personal dengan memberikan tujuh tes untuk kedua chatbot AI, dan inilah hasilnya: 

    1. Memberikan saran

    ChatGPT:

    ChatGPT melakukan banyak hal yang berkaitan dengan saran secara pribadi. Di awal percakapan, ChatGPT menyapa dengan menyebutkan nama (nama yang terkait dengan akun yang sedang digunakan). AI ini menggunakan bahasa yang menunjukkan ada di sisi pengguna dan memahami masalah yang sedang dihadapi.

    Setelah memberikan detail permasalahan, ChatGPT akan memberikan lima saran yang dapat dilakukan pengguna, serta saran lain lebih dalam dan dapat dibahas lebih lanjut. Tetapi saran ini hanya akan dilakukan ketika pengguna bersedia untuk melanjutkan percakapan.  

    Claude:

    Claude memberikan pendekatan yang mirip dengan ChatGPT. Percakapan diawali dengan ucapan semangat sebelum membahas detail permasalahan yang pengguna uraikan. Chatbot ini berbicara dengan cara yang manusiawi.

    Kesimpulan:

    Dari hasil kedua jawaban Chatbot AI, keduanya berhasil menjawab perintah ini. ChatGPT memadukan saran yang praktis dengan ungkapan emosional tanpa terkesan memaksa. Serta menyediakan opsi metode percakapan lain tentang topik pembahasan.

    Lain hal dengan Claude, ia memberikan respons yang masuk akal berdasarkan pilihan kepribadian, fokus pada masalah tanpa memaksa dan memberikan saran yang masuk akal.

  • Copy-Paste di Windows 11 Kini Dilengkapi AI

    Copy-Paste di Windows 11 Kini Dilengkapi AI

    Jakarta

    Microsoft menambah fitur-fitur utilitas di Windows 11 lewat pembaruan terbaru PowerToys versi 0.96.

    Salah satu sorotan utama ada pada peningkatan fitur Advanced Paste, yang kini mendukung pemrosesan berbasis AI lokal di perangkat tanpa perlu terus terhubung ke cloud.

    Dalam pembaruan ini, pengguna bisa menjalankan model AI langsung di perangkat lewat Foundry Local milik Microsoft atau platform open-source Ollama. Kedua solusi ini memanfaatkan Neural Processing Unit (NPU) di PC modern berbasis AI, sehingga pemrosesan dilakukan sepenuhnya di perangkat.

    Artinya, pengguna tidak lagi wajib membeli kredit API atau terhubung ke layanan AI online untuk menggunakan fitur seperti menerjemahkan teks atau merangkum konten yang ada di clipboard.

    Bagi Microsoft, ini adalah langkah besar dalam mendorong adopsi AI lokal yang lebih privat dan efisien. Dengan pendekatan ini, data pengguna tidak perlu dikirim ke server eksternal, sehingga risiko kebocoran data bisa ditekan.

    “Sekarang permintaan dapat dirutekan melalui Foundry Local atau Ollama yang menjalankan model AI langsung di perangkat menggunakan NPU, alih-alih mengandalkan cloud,” tulis Microsoft dalam catatan pembaruannya.

    Selain mendukung AI lokal, Microsoft juga memperluas kompatibilitas Advanced Paste dengan berbagai model AI online. Jika sebelumnya hanya mendukung OpenAI, kini fitur ini juga bisa digunakan bersama model dari Azure OpenAI, Google Gemini, hingga Mistral.

    Dengan kata lain, pengguna bebas memilih: ingin mengandalkan AI lokal yang lebih privat, atau model cloud yang mungkin lebih kuat dari sisi pemrosesan.

    Microsoft juga memberikan sentuhan baru pada tampilan antarmuka Advanced Paste. Kini, pengguna bisa melihat langsung isi clipboard yang sedang aktif di jendela Advanced Paste, lengkap dengan menu dropdown untuk memilih model AI yang ingin digunakan.

    “Advanced Paste kini menampilkan konten clipboard secara langsung, lengkap dengan menu pemilihan model AI,” tulis Microsoft, seperti dikutip detikINET dari The Verge, Jumat (21/11/2025).

    Langkah ini dinilai membuat pengalaman penggunaan lebih intuitif, terutama bagi pengguna yang sering memanfaatkan fitur ini untuk produktivitas sehari-hari seperti merangkum dokumen, memformat ulang teks, atau menerjemahkan konten.

    Dengan tren laptop Copilot+ PC yang semakin mengandalkan NPU untuk tugas-tugas AI, pembaruan PowerToys ini juga menjadi sinyal kuat bahwa Microsoft serius mendorong AI berjalan langsung di perangkat, bukan hanya di cloud.

    Bagi pengguna Windows 11 yang ingin meningkatkan produktivitas dengan bantuan AI tanpa mengorbankan privasi, update PowerToys 0.96 ini bisa jadi salah satu fitur paling menarik yang ditawarkan Microsoft sejauh ini.

    (asj/asj)

  • ChatGPT Mulai Goyah Digoyang Google dan Anthropic

    ChatGPT Mulai Goyah Digoyang Google dan Anthropic

    Jakarta

    Pembuat ChatGPT, OpenAI, menerima pukulan ganda. Sepasang ‘serangan’ terpisah yang baru saja terjadi, dapat merusak dominasi perusahaan tersebut di bidang kecerdasan buatan (AI).

    Pertama, seperti yang dilaporkan oleh The Economist, Microsoft dan Nvidia mengumumkan bahwa mereka telah menandatangani kesepakatan senilai USD 350 miliar dengan pesaing OpenAI, yaitu Anthropic.

    Kemudian, Google merilis Gemini 3, model terbaru dan paling cerdas miliknya yang mengesankan dalam tes awal, terutama jika dibandingkan dengan model GPT-5.1 terbaru dari OpenAI, yang baru saja memulai debutnya minggu lalu.

    Singkatnya, cengkeraman OpenAI terlihat lebih goyah dari sebelumnya, terlepas dari ketenaran perusahaan yang meroket setelah kemunculan ChatGPT hampir tepat tiga tahun lalu.

    Yang memperumit masalah adalah pasar yang gelisah. Kekhawatiran akan gelembung AI yang semakin besar memicu aksi jual besar-besaran di sektor teknologi awal bulan ini. Analis merasa ngeri melihat jurang yang terus melebar antara valuasi selangit dan pendapatan yang relatif kecil.

    Meski laporan pendapatan Nvidia yang lebih baik dari perkiraan menghidupkan kembali antusiasme investor, tak ada yang tahu bagaimana kisah ini akan berakhir. “Ada banyak pembicaraan tentang gelembung AI. Dari sudut pandang kami, kami melihat sesuatu yang sangat berbeda,” kata CEO Nvidia, Jensen Huang.

    Kini setelah Nvidia sepakat untuk menghubungkan Anthropic dengan hardware AI-nya untuk pertama kali dan Google membuat kemajuan terukur dengan model Gemini 3, tekanan pada OpenAI yang dulunya merupakan produk AI de facto, semakin meningkat.

    Terlebih kesenjangan jumlah pengguna terus menyusut. Google mengatakan aplikasi Gemini-nya memiliki 650 juta pengguna aktif bulanan, sementara CEO OpenAI Sam Altman mengklaim bulan lalu bahwa ChatGPT mencapai 800 juta pengguna mingguan.

    Rencana OpenAI tampaknya adalah menghabiskan lebih banyak uang tunai. Mereka sudah berencana menghabiskan lebih dari USD 1,4 triliun untuk pembangunan data center selama beberapa tahun ke depan dan perusahaan tersebut masih menghabiskan miliaran dolar setiap kuartal.

    Beberapa pihak memperkirakan Anthropic dan terutama Google akan terus merongrong dominasi OpenAI. “Kita berada dalam situasi di mana karena ukuran dan ruang Google serta keunggulan mereka dalam pencarian, Gemini dapat mengambil pangsa pasar dan menyebabkan OpenAI serta pihak lain tertinggal,” kata pengamat dari JonesTrading, Mike O’Rourke.

    “OpenAI pada dasarnya telah menyia-nyiakan keunggulan teknis yang pernah dimilikinya. Google telah menyusul,” tulis kritikus AI Gary Marcus, yang dikutip detikINET dari Futurism.

    (fyk/rns)

  • Ini 4 Prompt ChatGPT yang Wajib Dicoba untuk Edit Foto, Hasilnya Lebih Cepat dari Photoshop!

    Ini 4 Prompt ChatGPT yang Wajib Dicoba untuk Edit Foto, Hasilnya Lebih Cepat dari Photoshop!

    Sebelumnya, Cloudflare mengungkap penyebab sejumlah layanan internet, seperti X Twitter, Canva, ChatGPT, hingga Downdetector tumbang pada Selasa, 18 November 2025, malam. CEO sekaligus salah satu pendiri Cloudflare, Matthew Prince, menyebut insiden tersebut sebagai gangguan paling berat sejak 2019.

    Matthew menjelaskan Cloudflare error berawal dari sistem Bot Management. “Fitur ini biasanya bertugas mengatur dan membatasi bot yang mengakses situs melalui layanan Content Delivery Network (CDN) mereka,” sebagaimana dikutip dari newsroom perusahaan, Rabu (19/11/2025).

    Perusahaan keamanan dan infrastruktur internet itu menyatakan, sekitar 20 persen lalu lintas web global bergantung pada jaringan Cloudflare. Namun alih-alih menjaga stabilitas, sistem tersebut justru tumbang secara bersamaan.

    Layanan seperti X (Twitter), ChatGPT, hingga situs pemantau gangguan Downdetector sempat tidak bisa diakses selama beberapa jam, mengingatkan dengan gangguan serupa yang pernah dipicu masalah layanan Microsoft Azure dan Amazon Web Services.

    Cloudflare menegaskan, kejadian ini tidak terkait AI generatif, DNS, atau serangan siber. Masalah inti muncul dari perubahan perilaku query database ClickHouse dipakai untuk menilai pola bot.

    Matthew mengatakan, “sistem machine learning Cloudflare menggunakan file konfigurasi yang diperbarui terus-menerus untuk memberikan skor bot pada setiap permintaan.”

    “File ini mengenali karakteristik yang menunjukkan aktivitas bot, dan akhirnya berakibat file tersebut berisi banyak dupikasi baris fitur,” katanya.

     

  • Microsoft Gaet Anthropic, Azure Kini Dukung Model Claude dan ChatGPT

    Claude AI Kini Hadir di Microsoft Foundry, Kontrak Ambisius Senilai Rp 501 Triliun

    Liputan6.com, Jakarta – Microsoft mengumumkan kemitraan strategis dengan Anthropic, sebuah perusahaan rintisan kecerdasan buatan (AI) terkemuka, yang untuk pertama kalinya akan membawa model-model AI Anthropic ke platform Microsoft Foundry, yaitu Claude AI.

    Kesepakatan penting ini mencakup komitmen Anthropic untuk membeli kapasitas komputasi Microsoft Azure senilai USD 30 miliar (sekitar Rp 501 triliun) dan menyewa kapasitas komputasi tambahan hingga satu gigawatt.

    Pelanggan Microsoft Foundry kini akan memiliki akses ke model-model frontier milik Anthropic, termasuk Claude Sonnet 4.5, Claude Opus 4.1, dan Claude Haiku 4.5.

    Meskipun model-model AI ini akan tersedia di server AI Microsoft, Amazon akan tetap menjadi penyedia cloud utama dan mitra pelatihan Anthropic. Demikian sebagaimana dikutip dari The Verge, Kamis (20/11/2025).

    Selain Microsoft, Nvidia juga turut bermitra dalam kesepakatan ini untuk mengoptimalkan model-model Anthropic agar mencapai kinerja terbaik pada arsitektur Nvidia di masa depan.

    Anthropic berkomitmen menggunakan kapasitas komputasi hingga satu gigawatt, memanfaatkan sistem Nvidia Blackwell dan Vera Rubin.

    Sebagai bagian dari kemitraan ini, Nvidia dikabarkan menginvestasikan hingga USD 10 miliar (sekitar Rp 167 triliun) di Anthropic, sementara Microsoft juga menanamkan modal sebesar USD 5 miliar (sekitar Rp 83,6 triliun).

     

  • ASUS Vivobook S14 S3407QA, Laptop AI Terbaik dengan Baterai Tahan Lama

    ASUS Vivobook S14 S3407QA, Laptop AI Terbaik dengan Baterai Tahan Lama

    Jakarta, CNBC Indonesia Era laptop modern tengah berubah. Kini, bukan hanya kecepatan atau desain tipis dan baterai awet yang dicari oleh pengguna, tetapi kemampuan AI langsung di perangkat tanpa ketergantungan cloud juga semakin dibutuhkan.

    Alasannya, teknologi AI saat ini sudah menjadi sangat umum digunakan oleh berbagai pihak, dan semakin banyak data-data yang dibagikan oleh tools AI ke seluruh pengguna di Internet.

    Menjawab tren tersebut, kini hadir ASUS Vivobook S14 S3407QA, laptop AI generasi baru berbasis prosesor Qualcomm Snapdragon X yang menawarkan efisiensi daya ekstrem. Tak hanya itu, prosesor tersebut menawarkan performa AI di perangkat (tanpa perlu terhubung ke Internet), serta daya tahan baterai yang mengungguli laptop konvensional.

    Jika Anda sedang mencari laptop AI tipis, ringan, aman, dan tahan lama, ASUS Vivobook S14 S3407QA adalah salah satu kandidat terbaik di tahun 2025. Berikut ini beberapa alasannya:

    Otak AI yang Efisien dan Bertenaga di Dalam Laptop

    ASUS Vivobook S14 S3407QA ditenagai oleh prosesor Qualcomm Snapdragon® X X1 26 100, processor yang tidak hanya hemat daya, tetapi juga didesain khusus untuk era Laptop AI. Dengan 8-core CPU berkecepatan hingga 2.97GHz dan Qualcomm Hexagon™ NPU hingga 45 TOPS, laptop ini mampu menangani beban kerja AI.

    Sejumlah tools AI, mulai dari fitur-fitur Copilot, meeting summarization, background blur, transcription, dan image enhancement langsung di perangkat tanpa harus mengirim data ke server. Keunggulan inilah yang membuatnya selangkah lebih maju dibandingkan laptop tradisional atau laptop non AI.

    Laptop AI dengan Baterai Super Panjang, Seharian Tanpa Charger

    Salah satu kekuatan utama dari laptop berbasis Snapdragon adalah efisiensi dayanya. Tak hanya itu, ASUS juga membekali Vivobook S14 dengan baterai 70Wh.

    Berkat arsitektur ARM serta NPU hemat energi, laptop ini mampu bertahan hingga seharian penggunaan produktivitas. Bahkan 2 hari kerja untuk pemakaian ringan seperti browsing dan dokumen.

    Itulah sebabnya, banyak reviewer menyebutnya sebagai laptop AI dengan battery life terbaik di kelasnya. Ketika perlu diisi ulang, teknologi USB-C 65W Power Delivery memastikan pengisian baterai laptop bisa dilakukan secara cepat dan fleksibel. Bahkan laptop ini juga bisa diisi ulang dengan power bank berdaya besar serta mendukung Power Delivery.

    Layar 2.5K 16:10. Lebih Tajam, Lebih Luas, Lebih Produktif

    Sebagai laptop AI untuk kerja dan kreasi, ASUS Vivobook S14 dilengkapi layar 14 inci resolusi 2.5K (2560×1600) 16:10 yang lebih nyaman untuk multitasking. Panel IPS-level dengan 100% sRGB, 400 nits brightness, dan anti-glare membuatnya cocok untuk para kreator, mahasiswa, dan pekerja digital yang mengutamakan kenyamanan visual.

    Dengan bezel tipis dan rasio layar-ke-body 86%, pengguna merasakan pengalaman visual yang imersif dari bodi yang tetap ringkas.

    Laptop AI yang Lebih Aman: IR Camera, Windows Hello, dan Pluton Security

    ASUS Vivobook S14 adalah Laptop AI yang tidak hanya cerdas tapi juga aman. Kamera FHD dengan IR mendukung Windows Hello untuk login wajah tanpa sentuhan. Ada juga privacy shutter, sehingga keamanan tetap di tangan pengguna.

    Di sisi keamanan internal, laptop ini hadir dengan Microsoft Pluton security processor, firmware TPM, BIOS password, dan software pengamanan McAfee yang bisa dimanfaatkan secara gratis selama satu tahun. Dengan ini, laptop semakin siap untuk lingkungan profesional maupun dunia pendidikan.

    Ringan, Premium, dan Siap Dibawa Mobile

    Dengan bobot hanya 1.35 kg, laptop AI ini jelas dibuat untuk pengguna mobile. Finishing Matte Gray dan Cool Silver tampil bersih dan modern tanpa terlihat terlalu formal. Keyboard backlit dengan key travel 1.7mm dan tombol Copilot memudahkan akses ke fitur AI hanya dengan satu sentuhan.

    Laptop ini juga sudah menggunakan Wi-Fi 6E + Bluetooth 5.3, memastikan koneksi cepat dan stabil, penting untuk pengguna hybrid dan remote. Walau tipis, laptop ini tetap punya port penting termasuk port HDMI 2.1 TMDS, 2x USB-A 3.2, USB-C dengan PD, 3.5mm audio combo dan pengguna tidak perlu lagi mencari dongle untuk kebutuhan harian.

    Laptop AI Terbaik untuk Mobilitas dan Produktivitas

    ASUS Vivobook S S3407QA bukan sekadar laptop tipis. Ini adalah Laptop AI generasi baru yang menggabungkan kecerdasan lokal (on-device AI), efisiensi daya tinggi, daya tahan baterai luar biasa, dan desain ringkas yang mudah dibawa.

    Dengan performa Snapdragon X dan NPU 45 TOPS, laptop ini siap menghadirkan pengalaman AI personal seperti Copilot tanpa lag dan tanpa rasa khawatir tentang baterai.

    Jika Anda seorang pelajar modern, pekerja hybrid, kreator ringan, atau traveler yang butuh laptop cerdas dan ringan dengan masa pakai panjang, ASUS Vivobook S S3407QA layak berada di urutan teratas daftar belanja.

    Apalagi ASUS juga menyediakan masa garansi internasional selama 3 tahun dan setahun di antaranya adalah VIP Perfect Warranty yang menjamin garansi selama setahun pertama meskipun terjadi kerusakan akibat kelalaian pengguna.

    (rah/rah)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Aplikasi Pengganti ChatGPT Mendadak Ramai Diserbu, Lebih Canggih

    Aplikasi Pengganti ChatGPT Mendadak Ramai Diserbu, Lebih Canggih

    Jakarta, CNBC Indonesia – Google kembali mengguncang pasar kecerdasan buatan (AI) dengan meluncurkan Gemini 3, model terbaru yang digadang-gadang menjadi penantang kuat ChatGPT.

    Pembaruan ini menunjukkan bagaimana persaingan aplikasi AI kian ketat, sementara semakin banyak pengguna beralih ke alternatif selain ChatGPT.

    Gemini 3 hadir di aplikasi Gemini, fitur pencarian berbasis AI seperti AI Mode dan AI Overviews, serta produk perusahaan.

    Peluncuran dimulai Selasa (18/11) untuk sebagian pelanggan dan akan diperluas dalam beberapa minggu ke depan.

    CEO Alphabet Sundar Pichai mengatakan Gemini 3 dirancang untuk memberikan jawaban yang lebih akurat dan memahami pertanyaan kompleks dengan lebih baik.

    “Luar biasa melihat bahwa dalam dua tahun saja, AI telah berevolusi dari sekadar membaca teks dan gambar hingga mampu ‘membaca situasi’,” tulis Pichai dalam salah satu unggahan, dikutip dari CNBC Internasional, Rabu (19/11/2025). “Mulai hari ini, kami menghadirkan Gemini dalam skala Google,” imbuhnya.

    Google mengklaim ekosistem Gemini terus tumbuh pesat. Aplikasi Gemini kini telah digunakan oleh 650 juta pengguna aktif bulanan, sementara AI Overviews menjangkau 2 miliar pengguna setiap bulan.

    Angka ini menunjukkan kenaikan signifikan dalam popularitas aplikasi AI di luar ChatGPT, yang pada Agustus tercatat memiliki 700 juta pengguna mingguan.

    Gemini 3 juga membawa peningkatan kemampuan antarmuka generatif, di mana AI dapat menghasilkan jawaban dalam format visual seperti majalah digital, mulai dari penjelasan lengkap dengan gambar, tabel, hingga simulasi interaktif. Google mencontohkan Gemini mampu membuat kalkulator pinjaman khusus atau simulasi fisika yang kompleks hanya berdasarkan satu perintah.

    Selain itu, Google memperkenalkan platform baru bernama Google Antigravity yang memungkinkan pengembang menulis kode secara lebih intuitif. Gemini 3 disebut sebagai model coding vibe terbaik Google, menargetkan pasar yang berkembang pesat untuk pembuatan kode berbasis perintah.

    Di sisi korporasi, model ini menawarkan kemampuan analisis gambar dan video yang lebih akurat, pembuatan materi pelatihan karyawan, serta otomatisasi pengadaan. Pengembang dan bisnis dapat mengintegrasikan model ini melalui API Gemini dan layanan Vertex AI.

    Peluncuran Gemini 3 datang di tengah meningkatnya biaya investasi raksasa teknologi dalam AI. Alphabet, Meta, Microsoft, dan Amazon bersama-sama memperkirakan belanja modal mereka pada 2024 akan melampaui US$380 miliar.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

    Next Article

    ChatGPT Bikin Otak Makin Bodoh, Riset Peneliti MIT Temukan Fakta Ngeri