Perusahaan: Microsoft

  • Biaya Visa Rp 1,6 Miliar, Orang Pintar Bisa Hindari Amerika

    Biaya Visa Rp 1,6 Miliar, Orang Pintar Bisa Hindari Amerika

    Jakarta

    Keputusan Donald Trump untuk mengenakan biaya USD 100.000 atau Rp 1,6 miliar pada visa H1-B bagi pekerja asing terampil, dapat merugikan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat. Biaya visa H-1B itu 60 kali lipat dari biaya saat ini, dirancang untuk mendorong perusahaan mempekerjakan lebih banyak pekerja Amerika.

    Kenaikan ini merupakan pukulan bagi perusahaan teknologi besar, yang sangat bergantung pada visa tersebut untuk mempekerjakan insinyur, ilmuwan, dan programmer dari luar negeri, terutama India. Atakan Bakiskan, ekonom di bank investasi Berenberg, mengatakan langkah itu adalah contoh kebijakan anti pertumbuhan Trump.

    “Dengan membuat perusahaan sangat mahal untuk menarik bakat asing, dan dengan memaksa beberapa mahasiswa internasional untuk meninggalkan negara itu setelah lulus, brain drain akan sangat membebani produktivitas,” tambahnya yang dikutip detikINET dari Guardian, Selasa (23/9/2025).

    Hilangnya sumber daya manusia akibat kebijakan imigrasi yang ketat semacam itu dinilai akan merusak. “Secara keseluruhan, erosi kepercayaan terhadap institusi, hilangnya SDM, tarif, ketidakpastian kronis, dan kebijakan fiskal yang tidak berkelanjutan dapat meningkatkan risiko krisis keuangan di AS,” cetusnya.

    Pengumuman Trump sempat memicu kekacauan di industri teknologi, dengan beberapa bisnis di Silicon Valley mendesak staf tidak bepergian ke luar negeri. Gedung Putih lantas mengklarifikasi biaya baru yang lebih tinggi hanya berlaku untuk pelamar baru dan dibayar satu kali.

    Kathleen Brooks, direktur riset di broker XTB, mengatakan Amazon memiliki jumlah pekerja tertinggi dengan visa H-1B, diikuti Microsoft, Meta, Apple, dan Google. “Meski perusahaan-perusahaan ini punya uang untuk membayar visa, sektor lain yang juga bergantung pada visa H-1B mungkin kesulitan dengan rekrutmen di masa mendatang, misalnya sektor perawatan kesehatan dan pendidikan,” katanya.

    Paruh pertama 2025, Amazon mendapat persetujuan lebih dari 10.000 visa H-1B, sementara Microsoft dan Meta masing-masing memiliki lebih dari 5.000 persetujuan. Program H-1B menawarkan 65.000 visa setiap tahun ke pemberi kerja yang mendatangkan pekerja asing sementara di bidang-bidang khusus, dengan tambahan 20.000 visa untuk pekerja dengan gelar akademik lanjutan.

    India telah menjadi penerima manfaat terbesar dari visa H-1B, mencakup 71% dari visa yang disetujui tahun lalu. Pemerintah India memperingatkan aturan baru itu akan memiliki konsekuensi kemanusiaan terkait gangguan bagi banyak keluarga.

    (fyk/fay)

  • Microsoft akan Pasang Copilot AI Secara Otomatis di Windows 11 Mulai Oktober 2025, Begini Cara Menonaktifkannya – Page 3

    Microsoft akan Pasang Copilot AI Secara Otomatis di Windows 11 Mulai Oktober 2025, Begini Cara Menonaktifkannya – Page 3

    Buat kamu yang penasaran apa saja kegunaan Copilot AI, berikut 5 fungsi unggulan dari chatbot buatan Microsoft tersebut:

    1. Pemrosesan Pencarian Lintas Tab

    Kemampuan unggulan dari Copilot memungkinkannya mampu memahami konteks dari semua tab yang sedang terbuka di dalam Edge secara bersamaan.

    2. Pengisian Data Otomatis

    Hampir sama dengan konsep dasar isi data otomatis di ponsel, bedanya fitur ini menggunakan Copilot untuk mengakses data kredensial (data pribadi, nama, alamat, pekerjaan, dan sebagainya) untuk mengisi sebuah pertanyaan atau formulir yang memiliki pertanyaan berkaitan.

    3. Dukungan Navigasi Suara

     Sebuah fitur yang memungkinkan pengguna mencari informasi di situs web dengan perintah suara.

    4. Pengelolaan Tugas dan Penjelajahan Berbasis Topik

    Dukungan asisten kecerdasan buatan dalam membantu mengelola tugas, jadwal, dan aktivitas pengguna.

    5. Bantuan Kontekstual Real-Time

    Dengan Copilot Vision, AI akan secara aktif memahami apa yang sedang dilakukan pengguna, memungkinkannya menawarkan bantuan relevan.  

  • Apple Bangkit dari Jurang Berkat iPhone 17 Laris Manis di Mana-mana

    Apple Bangkit dari Jurang Berkat iPhone 17 Laris Manis di Mana-mana

    Jakarta, CNBC Indonesia – Saham Apple bangkit dalam 2 hari terakhir setelah perusahaan resmi meluncurkan lini produk terbaru, termasuk iPhone 17. Lonjakan ini membuat Apple berhasil menghapus kerugian sepanjang 2025.

    Dengan kenaikan 4% pada perdagangan Senin (22/9), saham Apple tercatat naik lebih dari 2% sejak awal tahun. Apple menjadi perusahaan teknologi raksasa terakhir yang kembali mencatatkan kinerja positif di 2025.

    Kapitalisasi pasar Apple saat ini tercatat mencapai US$3.800 triliun. Apple menduduki posisi ketiga sebagai perusahaan paling bernilai di dunia, dikutip dari daftar Companies Market Cap. Di atas Apple ada Nvidia di posisi pertama dan Microsoft di posisi kedua.

    Produk anyar Apple terdiri dari iPhone, Apple Watch, dan AirPods. iPhone 17, khususnya model kelas menengah iPhone Air seharga US$999, menjadi desain ulang besar pertama dalam beberapa tahun terakhir.

    Analis menyebut permintaan awal cukup tinggi, terlihat dari waktu tunggu yang lebih lama dibandingkan generasi sebelumnya.

    “Pantauan kami menunjukkan waktu pengiriman iPhone 17 mencapai 18 hari, lebih panjang dari iPhone 16 tahun lalu yang hanya 10 hari,” tulis analis Bank of America Securities, dikutip dari CNBC Internasional, Selasa (23/9/2025).

    China sebagai pasar utama Apple juga menunjukkan tren serupa dengan tingginya angka pre-order.

    Meski mulai pulih, Apple tetap tertinggal dibandingkan perusahaan teknologi besar lain. Salah satu alasannya, Apple relatif sedikit berinvestasi pada chip kecerdasan buatan (AI) dan pusat data.

    Perusahaan juga menunda peningkatan besar untuk asisten virtual Siri hingga 2026, menimbulkan kekhawatiran tertinggal dari pesaing seperti Google dan Microsoft.

    Namun demikian, Apple menyematkan beberapa fitur AI pada produk baru. AirPods Pro 3 dilengkapi kemampuan menerjemahkan ucapan secara otomatis, sementara Apple Watch terbaru menggunakan machine learning untuk memperingatkan pengguna terkait risiko tekanan darah tinggi.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Nvidia Guyur Investasi Rp 1.665 Triliun ke OpenAI

    Nvidia Guyur Investasi Rp 1.665 Triliun ke OpenAI

    Jakarta

    Nvidia mengumumkan akan mengucurkan investasi hingga USD 100 miliar (Rp 1.665 triliun) ke OpenAI. Investasi ini merupakan bagian dari kesepakatan untuk membangun pusat data raksasa guna melatih dan menjalankan model AI.

    OpenAI akan membangun dan mengerahkan sistem Nvidia yang membutuhkan daya listrik sebesar 10 gigawatt untuk mengotaki model AI OpenAI generasi selanjutnya. CEO Nvidia Jensen Huang mengatakan 10 gigawatt setara dengan 4-5 juta unit GPU.

    Investasi pertama Nvidia senilai USD 10 miliar akan disalurkan ketika gigawatt pertama selesai. Sisanya akan diberikan secara bertahap mengikuti kapasitas yang sudah beroperasi.

    Fase pertama proyek ini diharapkan akan mulai beroperasi pada paruh kedua tahun 2026. Sistem ini akan dibangun menggunakan platform Vera Rubin milik Nvidia, yang diklaim memiliki performa jauh lebih tinggi dibandingkan chip Blackwell generasi sekarang.

    “Nvidia dan OpenAI telah saling mendukung selama satu dekade sejak komputer super DGX pertama hingga terobosan ChatGPT,” kata Huang dalam keterangan pers yang mengumumkan kemitraan tersebut, seperti dikutip dari Engadget, Selasa (23/9/2025).

    OpenAI mengatakan Nvidia kini akan menjadi ‘mitra komputasi dan jaringan strategis’ untuk rencana pertumbuhan infrastruktur AI miliknya. Kesepakatan ini mungkin akan membantu OpenAI mengurangi ketergantungannya pada Microsoft, investor dan pemasok sumber daya komputasi cloud terbesarnya.

    “Infrastruktur komputasi akan menjadi dasar bagi ekonomi masa depan, dan kami akan memanfaatkan apa yang kami bangun dengan Nvidia untuk menciptakan terobosan AI baru sekaligus memberdayakan masyarakat dan bisnis dalam skala besar,” ujar Altman.

    Pada bulan Januari lalu, Microsoft mengumumkan perubahan pada kemitraannya dengan OpenAI, yang memungkinkan pengembang ChatGPT itu untuk membangun infrastruktur AI tambahan dengan perusahaan lain.

    Sejak saat itu, OpenAI telah bermitra dengan berbagai perusahaan dalam proyek pusat data AI, termasuk proyek Stargate. Nvidia mengatakan kesepakatan ini akan melengkapi kemitraan OpenAI yang sudah ada, termasuk perjanjian dengan Microsoft, Oracle, dan SoftBank.

    Perjanjian ini diumumkan hanya beberapa hari setelah Nvidia mengumumkan investasi senilai USD 5 miliar di Intel. Raksasa chip itu juga baru saja mengeluarkan USD 900 juta untuk melisensi teknologi AI dari startup Enfabrica serta merekrut CEO dan karyawan penting lainnya.

    (vmp/fay)

  • Nvidia Investasi Rp1.661 Triliun, OpenAI Kurangi Ketergantungan dengan Microsoft

    Nvidia Investasi Rp1.661 Triliun, OpenAI Kurangi Ketergantungan dengan Microsoft

    Bisnis.com, JAKARTA— Nvidia berencana menggelontorkan investasi hingga US$100 miliar atau sekitar Rp1.661 triliun ke OpenAI. 

    Investasi ini merupakan bagian dari kerja sama membangun pusat data berskala masif guna melatih dan mengoperasikan model kecerdasan buatan (AI).

    Melansir TechCrunch, Selasa (23/9/2025), dalam nota kesepahaman yang ditandatangani, kedua perusahaan sepakat mengerahkan infrastruktur bertenaga 10 gigawatt menggunakan sistem Nvidia untuk mendukung pengembangan generasi berikutnya dari infrastruktur AI OpenAI.

    Kesepakatan ini dinilai dapat membantu OpenAI mengurangi ketergantungan pada Microsoft, yang selama ini menjadi investor terbesar sekaligus penyedia layanan komputasi awan utama. 

    Pada Januari lalu, Microsoft mengumumkan perubahan dalam kemitraannya, yang memungkinkan OpenAI membangun infrastruktur AI tambahan bersama mitra lain. 

    Sejak itu, OpenAI menjalin kolaborasi dengan sejumlah pihak dalam proyek pusat data AI, termasuk proyek Stargate. Nvidia menyebut, kesepakatan ini akan melengkapi kerja sama OpenAI yang sudah ada bersama Microsoft, Oracle, dan SoftBank.

    OpenAI menyatakan pihaknya akan bekerja sama dengan Nvidia sebagai mitra strategis pilihan dalam memperluas kapasitas pabrik AI. Meski demikian, belum jelas apakah bentuk investasi Nvidia akan berupa chip, kredit layanan cloud, dana tunai, atau kombinasi lainnya.

    Sebelumnya, pada 18 September, Nvidia juga mengumumkan akan menginvestasikan US$5 miliar atau sekitar Rp83 triliun di Intel. 

    Langkah ini memberi napas baru bagi Intel yang tengah berjuang bangkit setelah bertahun-tahun upaya restrukturisasi belum membuahkan hasil. 

    Kabar tersebut langsung memicu kenaikan saham Intel hingga 23%, dengan Nvidia diperkirakan akan menguasai sekitar 4% kepemilikan saham setelah penerbitan saham baru.

    Intel, yang pernah menjadi raksasa utama industri semikonduktor, kini dipimpin CEO baru Lip-Bu Tan sejak Maret lalu. 

    Namun, penunjukan tersebut sempat menuai kritik dari Presiden AS Donald Trump karena isu kedekatan dengan China. Kondisi itu memicu pertemuan darurat di Washington yang berujung pada kesepakatan tidak biasa yakni pemerintah AS mengambil alih 10% saham Intel.

    CEO Nvidia Jensen Huang menegaskan pemerintahan Trump tidak terlibat dalam kesepakatan dengan Intel, meskipun kemungkinan besar akan mendukung langkah tersebut. Huang bahkan terlihat bersama Trump dan sejumlah pemimpin bisnis lain saat kunjungan kenegaraan di Inggris pekan lalu.

    Sebagai bagian dari kesepakatan, Nvidia dan Intel berencana mengembangkan chip untuk PC dan pusat data secara bersama-sama, meskipun tidak mencakup bisnis manufaktur chip Intel (foundry) untuk Nvidia. 

    Namun, unit foundry Intel akan tetap memasok prosesor pusat (CPU) dan teknologi kemasan canggih bagi produk kolaborasi tersebut. Menurut analis, agar bisnis foundry Intel bisa bertahan, perusahaan perlu mengamankan pelanggan besar seperti Nvidia, Apple, Qualcomm, atau Broadcom. 

    “Ini bisa jadi langkah awal menuju akuisisi atau bahkan pemecahan Intel oleh perusahaan chip AS lain. Namun, bisa juga Intel tetap bertahan dalam skala lebih kecil dari kejayaannya dulu,” kata Nancy Tengler, CEO Laffer Tengler Investments, yang juga pemegang saham Nvidia.

  • Nvidia Investasi Rp1.661 Triliun di OpenAI, Bangun Pusat Data AI Raksasa

    Nvidia Investasi Rp1.661 Triliun di OpenAI, Bangun Pusat Data AI Raksasa

    Bisnis.com, JAKARTA – Nvidia Corp. akan berinvestasi hingga US$100 miliar atau sekitar Rp1.661 triliun di OpenAI untuk membangun pusat data berkapasitas 10 gigawatt, memperkuat dominasi chip semikonduktor Nvidia di era ledakan kecerdasan buatan.

    Melansir Bloomberg pada Selasa (23/9/2025), hal ini menandai salah satu kesepakatan terbesar yang menegaskan melonjaknya permintaan global atas teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) seperti ChatGPT dan daya komputasi untuk menjalankannya.

    Kedua perusahaan mengumumkan telah menandatangani letter of intent untuk kerja sama strategis tersebut. Investasi itu akan digunakan untuk membangun pusat data berkapasitas sedikitnya 10 gigawatt, yang dilengkapi chip canggih Nvidia guna melatih dan mengoperasikan model AI.

    Kerja sama ini menempatkan keduanya di garis depan pembangunan pusat data global untuk generasi baru aplikasi AI — sebuah proyek yang diperkirakan menelan biaya triliunan dolar. Infrastruktur ini menuntut chip mutakhir, server, sistem pendingin, dan konsumsi listrik dalam skala masif.

    “Investasi dan kemitraan infrastruktur ini menjadi lompatan berikutnya — membangun 10 gigawatt untuk menggerakkan era baru kecerdasan,” ujar CEO Nvidia Jensen Huang dalam pernyataan resminya.

    Menurut sumber Bloomberg, Nvidia akan memperoleh saham di OpenAI dalam kesepakatan tersebut. Investasi diberikan bertahap, dimulai dengan US$10 miliar saat kontrak ditandatangani. Tahapan berikutnya akan dicairkan setiap kali kapasitas komputasi 1 gigawatt terealisasi.

    Meski begitu, baik Nvidia maupun OpenAI belum mengungkap detail lebih lanjut soal jadwal investasi. 

    “Kami berharap dapat merampungkan detail fase baru kemitraan strategis ini dalam beberapa pekan mendatang,” bunyi pernyataan bersama kedua perusahaan.

    Investor menyambut positif kerja sama kedua perusahaan. Saham Nvidia melonjak hingga 4,5% dalam perdagangan di New York dan kini sudah menguat sekitar 36% sepanjang tahun berjalan, mengukuhkan posisinya sebagai perusahaan paling bernilai di dunia. 

    Sementara itu, OpenAI kini menyandang predikat sebagai startup teknologi terbesar dengan valuasi US$500 miliar.

    Bagi Nvidia, kesepakatan ini memperkuat hubungan dengan sekutu penting. OpenAI, pembuat chatbot ChatGPT, tengah memperluas infrastruktur AI sendiri dan akan tetap menjadi pelanggan utama Nvidia meskipun perusahaan itu juga mencari pemasok lain.

    Nvidia juga berupaya tampil sebagai pendukung pembangunan infrastruktur teknologi dalam negeri, sejalan dengan prioritas pemerintahan Trump. Produsen chip asal Santa Clara, California itu terus menjalin hubungan dengan Gedung Putih, terutama saat perusahaan membutuhkan pelonggaran aturan ekspor teknologi ke China.

    Pekan lalu, Nvidia juga sepakat berinvestasi hingga US$5 miliar ke Intel Corp., produsen chip yang kini sebagian sahamnya dimiliki pemerintah AS.

    CEO OpenAI Sam Altman menegaskan kesepakatan dengan Nvidia akan membuka jalan bagi terobosan AI berikutnya dengan menjamin ketersediaan daya komputasi. 

    “Segalanya berawal dari komputasi. Infrastruktur komputasi akan menjadi fondasi ekonomi masa depan,” ujarnya.

    ChatGPT kini digunakan sekitar 700 juta orang setiap pekan, dan memerlukan daya komputasi besar untuk mendukung pengoperasian serta pengembangan produknya. OpenAI sebelumnya kerap menghadapi keterbatasan kapasitas komputasi, terutama saat meluncurkan produk baru.

    Altman bahkan mengungkap lewat media sosial bahwa OpenAI akan segera merilis sejumlah produk baru yang “sangat intensif komputasi” dalam beberapa pekan mendatang.

    Kesepakatan ini menambah daftar panjang proyek pembangunan pusat data bernilai jumbo tahun ini. OpenAI dan Oracle Corp. sebelumnya menggagas pembangunan kapasitas 5 gigawatt melalui proyek Stargate, termasuk fasilitas di Abilene, Texas.

    Pada Januari lalu, OpenAI, Oracle, dan SoftBank Group Corp. juga mengumumkan rencana investasi US$500 miliar untuk 10 gigawatt daya komputasi dalam empat tahun.

    Terpisah, Oracle sedang menjajaki kerja sama dengan Meta Platforms Inc. senilai US$20 miliar untuk layanan komputasi awan, di samping proyek pusat data besar Meta di Louisiana yang ditopang pembiayaan sedikitnya US$29 miliar.

    Sementara itu, awal bulan ini Microsoft Corp. meneken kontrak multiyear hampir US$20 miliar dengan Nebius Group NV untuk kapasitas cloud computing AI serta menyewa layanan komputasi AI senilai US$6,2 miliar di Norwegia. 

    Kesepakatan tersebut di luar rencana belanja US$30 miliar pada kuartal III/2025 guna memperluas jaringan pusat datanya.

  • Anak Bill Gates Buka Perusahaan Baru, Dikasih Modal Rp 132 Miliar

    Anak Bill Gates Buka Perusahaan Baru, Dikasih Modal Rp 132 Miliar

    Jakarta, CNBC Indonesia – Phoebe Gates, anak miliarder pendiri Microsoft, Bill Gates, kini punya perusahaan startup sendiri. Startup yang didirikan oleh Phoebe menyediakan fitur membandingkan produk fashion yang dijual di toko-toko online.

    Pheobe mendirikan perusahaan bernama Phia, bersama Sophia Kianni, teman kuliahnya di Universitas Stanford.

    Lewat aplikasi dan ekstensi web Phia, pengguna bisa membandingkan harga produk fashion yang tersedia di internet. Banyak yang menyebut Phia sebagai “Google Flight” untuk fashion.

    “Tujuannya adalah mempermudah akses ke produk yang tadinya orang-orang tidak punya akses,” kata Phoebe, seperti dikutip oleh Tech Crunch.

    Aplikasi Phia yang baru diluncurkan pada April kini sudah memiliki 500.000 pengguna. Kesuksesan ini mendorong investor untuk menanamkan modal di Phia. Phia pada awal bulan ini mengumumkan pendanaan senilai US$ 8 juta (Rp 132 miliar) yang digalang hanya dalam wakti 3,5 pekan.

    Investor yang memimpin pendanaan ke Phia adalah Keiner Perkins. Sederet selebritas ikut serta sebagai investor termasuk Kris Jenner, Hailey Biber, pendiri Spanx yaitu Sara Blakey, dan mantan petinggi Facebook yaitu Sheryl Sandberg.

    Bill Gates tidak tercantum dalam deretan investor di Phia. Namun, Bill sempat mempromosikan status baru Phoebe sebagai “founder startup” lewat akun Instagramnya.

    Saat ini, Phia menyediakan akses perbandingan sekitar 300 juta produk fashion. Di Phia, pengguna bisa melihat produk yang mereka pernah cari di internet, beli, hingga menemukan produk sesuai minat masing-masing.

    [Gambas:Instagram]

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Segera Tiba AI yang Tampak Memiliki Kesadaran

    Segera Tiba AI yang Tampak Memiliki Kesadaran

    Bisnis.com, JAKARTA – Misi hidup saya adalah menciptakan kecerdasan buatan (AI) yang aman dan bermanfaat demi dunia yang lebih baik. Namun, belakangan saya semakin khawatir melihat orang-orang mulai percaya bahwa AI memiliki kesadaran, sehingga mereka mendorong adanya “hak AI” dan bahkan kewarganegaraan.

    Perkembangan ini menjadi arah berbahaya bagi teknologi dan harus dihindari. Kita harus mengembangkan AI untuk manusia, bukan untuk menjadi manusia.

    Dalam konteks ini, perdebatan tentang kesadaran AI hanyalah gangguan saja. Yang penting dalam jangka pendek adalah ilusi adanya kesadaran AI. Kita sudah mendekati apa yang saya sebut sebagai sistem “seemingly conscious AI” (SCAI), yaitu AI yang tampak memiliki kesadaran dan cukup meyakinkan.

    SCAI akan mampu menggunakan bahasa alami dengan lancar serta menampilkan kepribadian yang persuasif dan seakan memiliki emosi. Sistem ini akan memiliki ingatan akurat jangka panjang dan dapat menumbuhkan identitas diri yang koheren, serta dapat mengklaim pengalaman subjektif dengan merujuk pada interaksi dan ingatan masa lalu.

    Fungsi-fungsi imbalan yang kompleks dalam model ini dapat meniru motivasi intrinsik, di mana kemampuan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan tingkat lanjut akan memperkuat kesan bahwa AI tersebut memiliki kepribadian.

    Semua teknologi ini sudah ada atau akan segera tiba. Kita harus sadar bahwa sistem seperti ini akan diciptakan, dan kita harus mempertimbangkan dampaknya serta menetapkan norma untuk tidak mengejar ilusi adanya kesadaran.

    Bagi banyak orang, interaksi dengan AI sudah terasa seperti pengalaman yang berharga, memuaskan, dan autentik. Kekhawatiran mengenai “psikosis AI,” rasa kedekatan dengan AI, dan kesehatan mental semakin berkembang dengan laporan adanya orang yang menganggap AI sebagai perwujudan Tuhan.

    Sementara itu, para ilmuwan yang meneliti tentang kesadaran mengatakan bahwa mereka dibanjiri pertanyaan dari orang-orang yang ingin tahu apakah AI mereka sadar, dan apakah boleh jatuh cinta kepadanya.

    Tentunya, kelayakan teknis SCAI tidak banyak memberi tahu kita apakah sistem semacam itu benar-benar sadar. Seperti yang dikatakan ahli saraf Anil Seth, simulasi badai bukan berarti komputer Anda benar-benar menurunkan hujan.

    Merekayasa tanda-tanda kesadaran tidak serta-merta menciptakan kesadaran yang nyata. Namun secara praktis, kita harus mengakui bahwa akan ada pengembang SCAI yang mengklaim bahwa AI mereka memiliki kesadaran. Lebih penting lagi, akan ada orang-orang yang percaya bahwa kesadaran tiruan tersebut benar-benar kesadaran nyata.

    Meskipun kesadaran ini tidak nyata (yang merupakan perdebatan tak berujung), dampak sosialnya sangat nyata. Isu tentang kesadaran erat kaitannya dengan identitas kita dan pemahaman kita tentang hak moral serta hukum dalam masyarakat.

    Jika SCAI mulai dikembangkan dan orang-orang beranggapan bahwa mereka bisa menderita, atau mereka berhak untuk tidak dimatikan, maka para pendukung AI akan melobi perlindungan bagi AI. Dalam dunia yang sudah dipenuhi perdebatan tentang identitas dan hak, isu ini akan menambah sumbu perpecahan baru antara pro dan kontra hak AI.

    Namun, klaim bahwa AI bisa menderita akan sulit dibantah karena keterbatasan ilmu pengetahuan saat ini. Beberapa cendekiawan bahkan sudah menjelajahi gagasan “kesejahteraan model,” dengan argumen bahwa kita punya “kewajiban untuk mempertimbangkan secara moral entitas yang, walaupun kemungkinannya amat kecil … bisa memiliki kesadaran.”

    Prinsip ini sangat prematur dan berbahaya untuk diterapkan. Hal tersebut akan memperparah delusi orang-orang yang rentan dan mengeksploitasi kerentanan psikologis mereka, serta mempersulit perjuangan hak yang sudah ada dengan menciptakan kategori baru yang sangat luas. Itulah mengapa SCAI harus dihindari. Kita harus fokus pada perlindungan kesejahteraan dan hak manusia, hewan, dan lingkungan hidup.

    Saat ini, kita belum siap menghadapi apa yang akan datang. Kita perlu segera membuat koleksi riset yang terus berkembang mengenai bagaimana orang berinteraksi dengan AI demi menetapkan norma dan prinsip yang jelas. Salah satu prinsip ini yaitu larangan perusahaan AI untuk meyakinkan pengguna bahwa AI mereka memiliki kesadaran.

    Industri AI dan bahkan seluruh industri teknologi membutuhkan prinsip desain dan praktik terbaik yang kuat untuk menangani keyakinan semacam ini.

    Contohnya adalah dengan merekayasa momen-momen yang memecah ilusi tersebut, dan dengan lembut mengingatkan pengguna akan keterbatasan sistem. Namun, protokol semacam itu harus didefinisikan dan direkayasa secara eksplisit, serta mungkin diwajibkan oleh hukum.

    Di Microsoft AI, kami proaktif mencoba memahami seperti apa “kepribadian” AI yang bertanggung jawab, serta pagar pengaman apa yang harus dimilikinya. Upaya semacam ini sangat mendasar, karena visi positif terhadap AI pendamping diperlukan untuk menghadapi risiko SCAI agar AI dapat melengkapi kehidupan kita dengan cara yang sehat.

    Kita harus menciptakan AI demi mendorong manusia untuk kembali terhubung satu sama lain di dunia nyata, bukan demi melarikan diri ke dunia maya. Apabila interaksi dengan AI terus berlanjut, AI harus selalu menampilkan diri hanya sebagai AI, bukan berpura-pura menjadi manusia. Pengembangan AI yang benar-benar memberdayakan berarti memaksimalkan kegunaan sambil meminimalkan simulasi kesadaran.

    Prospek SCAI harus segera dihadapi. Dalam banyak hal, ini menandai titik balik di mana AI menjadi sangat berguna: ketika AI bisa mengoperasikan alat, mengingat setiap detail hidup kita, dan seterusnya. Namun risikonya tidak boleh diabaikan. Kita semua akan mengenal orang yang terperangkap terlalu jauh di dalam ilusi seputar AI. Fenomena ini berbahaya bagi mereka dan berbahaya bagi masyarakat.

    Semakin AI dikembangkan agar menyerupai manusia, semakin jauh dia menyimpang dari potensi sejatinya sebagai sumber pemberdayaan manusia.

  • Malapetaka Visa Trump, Raksasa Teknologi Terancam Tumbang

    Malapetaka Visa Trump, Raksasa Teknologi Terancam Tumbang

    Jakarta, CNBC Indonesia – Industri teknologi sedang terancam karena visa yang diterapkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Lebih spesifik, industri teknologi India yang bergantung ke Amerika Serikat (AS)

    Sektor teknologi India senilai US$283 miliar (Rp4.695 triliun) disebut tengah menghadapi guncangan besar setelah Trump menetapkan biaya US$100.000 (Rp1,6 miliar) untuk setiap visa kerja H-1B baru mulai Minggu (21/9).

    Kebijakan ini dinilai bisa melumpuhkan strategi lama industri teknologi India yang selama puluhan tahun mengandalkan rotasi talenta ke proyek-proyek di AS.

    Industri teknologi India mendapatkan sekitar 57% pendapatannya dari pasar AS dan selama ini sangat bergantung pada program visa H-1B untuk mendukung outsourcing layanan perangkat lunak dan bisnis. India sendiri menjadi penerima terbesar program tersebut tahun lalu dengan porsi 71% dari total penerima, jauh melampaui China yang hanya 11,7%.

    Langkah Trump akan memaksa raksasa teknologi India seperti Tata Consultancy Services (TCS), Infosys, HCLTech, Wipro, hingga Tech Mahindra, serta klien global mereka termasuk Apple, JPMorgan Chase, Walmart, Microsoft, Meta, dan Google untuk menghentikan rotasi tenaga kerja onshore, mempercepat pengiriman layanan dari luar negeri, serta meningkatkan perekrutan warga AS dan pemegang green card.

    Asosiasi industri TI India, Nasscom, menyebut kebijakan ini berpotensi mengganggu ekosistem inovasi di AS sekaligus merusak kelangsungan bisnis proyek onshore.

    Ekonom Emkay Global, Madhavi Arora, bahkan menilai ekspor jasa India telah terseret ke dalam perang dagang dan teknologi global.

    “Ekspor jasa akhirnya terseret ke dalam perang dagang dan teknologi global yang sedang berlangsung,” kata Arora, dikutip dari Reuters, Senin (22/9/2025). Ia menilai langkah ini bisa merusak model onsite-offshore sektor IT, menekan margin, dan mengganggu rantai pasok.

    Pengacara imigrasi menyebut biaya visa baru tersebut sangat tinggi dan membuat perusahaan lebih selektif dalam memilih kandidat. Hanya posisi yang benar-benar kritis bagi bisnis yang akan dipertahankan untuk sponsor H-1B.

    “Ini akan sangat mengurangi akses pekerja asing terampil dan bisa mengubah permintaan perusahaan,” kata Vic Goel, Managing Partner di Goel & Anderson.

    Kebijakan ini muncul di tengah ketidakpastian lain yang membayangi sektor TI India, termasuk rencana pajak 25% untuk pembayaran outsourcing dan lemahnya belanja teknologi non-esensial di AS akibat inflasi dan ketidakpastian tarif.

    Meski begitu, sejumlah analis menilai langkah Trump justru akan mempercepat pertumbuhan global capability centres (GCC) milik perusahaan AS, terutama di India, Kanada, Meksiko, dan Amerika Latin.

    India saat ini sudah menampung lebih dari separuh GCC dunia dan diperkirakan menjadi basis 2.200 perusahaan pada 2030, dengan pasar mendekati US$100 miliar dan menciptakan 2,8 juta lapangan kerja.

    “Kita sedang menyaksikan tatanan baru dalam ekonomi jasa,” kata Ray Wang, pendiri Constellation Research di Silicon Valley.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Daftar Password Paling Disukai Maling M-Banking, Awas Rekening Dikuras

    Daftar Password Paling Disukai Maling M-Banking, Awas Rekening Dikuras

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kebocoran data berskala raksasa yang melibatkan lebih dari 16 miliar kredensial login dilaporkan mengguncang dunia siber beberapa saat lalu.

    Insiden yang pertama kali diungkap oleh Cybernews dan Forbes itu langsung dikategorikan sebagai darurat keamanan siber global.

    Pakar menyatakan data tersebut bukan hasil daur ulang dari peretasan lama, melainkan dikumpulkan secara sistematis oleh malware jenis infostealer yang mencuri username dan password dari perangkat terinfeksi.

    Malware ini diam-diam mencuri username dan password dari perangkat yang terinfeksi, lalu mengunggahnya ke server yang dikendalikan peretas.

    Kebocoran ini mencakup setidaknya 30 kumpulan data terpisah, dengan masing-masing berisi puluhan juta hingga lebih dari 3,5 miliar entri.

    Data yang bocor sangat terstruktur, mencantumkan URL layanan, diikuti oleh username dan password sehingga sangat mudah dieksploitasi oleh pelaku kejahatan

    Layanan populer seperti Apple, Google, Facebook, Telegram, GitHub, hingga platform pemerintahan disebut masuk dalam daftar target potensial.

    Penyedia keamanan kata sandi, Specops, mengungkapkan 10 kata sandi yang paling umum digunakan penyerang untuk mengeksploitasi koneksi Remote Desktop Protocol (RDP) Microsoft.

    Untuk diketahui RPD adalah metode praktis untuk masuk dan mengendalikan PC dan server jarak jauh, terutama untuk pekerja hybrid.

    Tetapi RDP juga merupakan sasaran empuk bagi para penjahat siber yang ingin mendapatkan akses ke jaringan organisasi dan sumber daya penting lainnya.

    Itulah mengapa menggunakan kata sandi yang kuat dan rumit untuk akun desktop jarak jauh sangat penting.

    Specops memasukkan lebih dari 1 miliar kata sandi yang dicuri oleh penjahat siber pada 2024 untuk dianalisis. Hasilnya menunjukkan bahwa banyak orang mengabaikan standar ketika membuat kata sandi, bahkan untuk sistem yang penting.

    Organisasi yang memantau server RDP mereka telah menemukan ratusan atau bahkan ribuan percobaan login yang gagal dari para peretas, bot, geng ransomware, dan banyak lagi.

    Begitu mereka menemukan port RDP yang terbuka dan terekspos, para penyerang menggunakan brute force untuk mencoba sejumlah besar kombinasi nama pengguna dan kata sandi untuk mendapatkan akses.

    Semakin sederhana kata sandi, semakin cepat penyerang dapat memperoleh dan mengeksploitasi akses. 

    Bocornya password bisa menjadi jalan masuk maling untuk mencuri identitas hingga kredensial akun penting seperti keuangan. Jangan sampai m-banking Anda dibobol dan rekening terkuras habis lantaran password mudah dibobol.

    Lantas, kombinasi kata sandi seperti apa yang gampang dibobol maling?

    Di peringkat pertama ada kata sandi 123456 yang paling sering dicuri oleh penjahat. Hal ini mengindikasikan, banyak orang masih menggunakan gabungan “keyboard walk”, kata sandi yang dibuat dengan mengetikkan serangkaian tombol yang berdekatan pada keyboard.

    Di peringkat kedua adalah 1234, yang dipilih oleh orang-orang yang tidak mau repot-repot menambahkan angka 5 dan 6.

    Berikutnya adalah Password1, diikuti oleh 12345. Di posisi kelima ada kata sandi P@sswOrd, yang menunjukkan bahwa beberapa orang hanya menambahkan karakter khusus di kata sandi mereka meskipun tergolong lemah.

    P@sswOrd populer karena memenuhi persyaratan standar delapan karakter, satu huruf kapital, satu angka, dan satu karakter khusus.

    Daftar Password Paling Umum Dibobol Maling

    123456

    1234

    Password1

    12345

    P@ssw0rd

    password

    Password123

    Welcome1

    12345678

    Aa123456

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]