Perusahaan: Microsoft

  • Elon Musk Tak Mau Pencipta ChatGPT Cari Untung, Bawa-Bawa Pengacara

    Elon Musk Tak Mau Pencipta ChatGPT Cari Untung, Bawa-Bawa Pengacara

    Jakarta, CNBC Indonesia – Elon Musk meminta hakim pengadilan federal Amerika Serikat untuk menyetop upaya perusahaan pencipta chatGPT, OpenAI, berubah menjadi bisnis yang mengejar laba.

    CNBC International melaporkan bahwa pengacara yang mewakili Musk dan mantan komisaris OpenAI, Shivon Zillis, mengajukan gugatan soal OpenAI pada Jumat pekan lalu.

    Selain menyetop upaya perubahan bisnis, gugatan Musk dan Zillis meminta agar pengadilan memerintahkan agar OpenAI tidak meminta investornya tidak menanamkan modal di startup kecerdasan buatan (AI) lain.

    Gugatan tersebut menunjukkan sengketa hukum antara Musk, OpenAI, dan Sam Altman sebagai CEO OpenAI belum surut. 

    Musk sebelumnya telah menggugat OpenAI pada Maret 2024 di pengadilan San Fracisco. Namun, ia menarik gugatan tersebut dan memilih menggugat di pengadilan federal. Dalam gugatan itu, Musk menuduh Open AI melanggar UU anti-mafia.

    Pada pertengahan November, Musk dan rekan-rekannya memperluas sasaran dan landasan hukum gugatannya. Mereka menuduh Microsoft dan OpenAI melanggar UU persaingan usaha karena melarang investor berinvestasi di startup AI lain.

    Juru bicara OpenAI menanggapi gugatan Musk dengan dingin. “Usaha keempat Elon, yang masih saja menggunakan keluhan tanpa dasar, akan terus menerus tak memenuhi unsur hukum,” katanya.

    Musk, yang dulu merupakan salah satu pendiri OpenAI, kini berusaha menjadi pesaing utamanya dengan mendirikan xAI. Perusahaan milik Musk memiliki robot chat serupa dengan ChatGPT yang diberi nama Grok.

    Pada Juli 2023, xAI berhasil menggalang modal US$ 6 miliar di valuasi US$ 50 miliar. Dana tersebut kemudian digunakan Musk untuk memborong 100.000 chip AI buatan Nvidia.

    Adapun OpenAI berdiri pada 2015 sebagai lembaga nirlaba kemudian bertransformasi menjadi lembaga yang mencari keuntungan pada 2019. Caranya adalah mendirikan perusahaan OpenAI di bawah entitas OpenAI asli yang berbentuk yayasan. Kini, OpenAI berencana merombak struktur perusahaan sehingga sepenuhnya berbentuk korporasi pencari keuntungan.

    Salah satu investor utama terbesar OpenAI adalah Microsoft, yang telah menanamkan US$ 14 miliar dalam bentuk dana tunai dan dukungan infrastruktur data center.

    (dem/dem)

  • Komdigi dan Microsoft Luncurkan EleveAIte, Program Kembangkan Teknologi AI di Masyarakat

    Komdigi dan Microsoft Luncurkan EleveAIte, Program Kembangkan Teknologi AI di Masyarakat

    Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) bersama dengan Microsoft meluncurkan program EleveAIte Indonesia. 

    Program ini hadir untuk membekali generasi muda Indonesia dengan keterampilan kecerdasan buatan (AI) yang relevan dengan kebutuhan industri dan masyarakat.

    Melalui program ini, Microsoft dan Komdigi berharap dapat memberikan pelatihan dan pendidikan AI yang inklusif, mempersiapkan seluruh lapisan masyarakat, terutama generasi muda, dengan keterampilan yang dapat diterapkan dalam berbagai sektor.

    Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid mengatakan pihaknya meminta Microsoft untuk berfokus kepada sektor pendidikan pada program EleveAIte Indonesia. 

    Tidak hanya pendidikan, Meutya juga menginginkan pemberdayaan perempuan menjadi salah satu fokus utama dari program ini. 

    “Kami meminta agar Microsoft bisa berfokus pada pendidikan AI yang inklusif. Pelatihan ini harus dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat, dan meskipun kita akan memberikan perhatian lebih pada perempuan, program ini terbuka untuk siapa saja,” kata Meutya dalam sambutannya di kantor Komdigi, Senin (2/12/2024).

    Meutya menjelaskan, salah satu cara untuk mengenalkan AI ke masyarakat adalah dengan memperbanyak diskusi tentang AI. Diskusi tersebut baik melalui forum-forum resmi maupun dalam kehidupan sehari-hari. 

    Sehingga, dengan memperkenalkan dan mengedukasi masyarakat lebih jauh tentang AI, teknologi ini tidak lagi terasa asing, tetapi menjadi bagian dari percakapan yang biasa.

    “Jadi untuk literasi digital nanti ada dari BPSDM juga, bagaimana kita membuat AI ini bukan sesuatu yang aneh, tapi sesuatu yang memang dapat diperbincangkan hari-hari,” ucap Meutya.

    Lebih lanjut, menuju Indonesia Emas 2045, Meutya menyebut pentingnya pemahaman yang lebih mendalam tentang AI di kalangan masyarakat. 

    Maka dari itu, politikus Partai Golkar ini mengharapkan dengan adanya kerja sama antar Komdigi dan Microsoft melalui EleveAIte Indonesia ini dapat membuat masyarakat lebih memahami AI.

    “Harapannya, setelah mengikuti pelatihan ini, masyarakat akan lebih memahami bagaimana AI bekerja dan merasa lebih aman dan percaya terhadap upaya transformasi digital yang tengah berjalan. Kepercayaan (trust) adalah elemen penting dalam penerimaan AI,” ujarnya.

  • Mimpi Besar Revolusi AI Tak Sesuai Ekspektasi, Ternyata Ini Alasannya

    Mimpi Besar Revolusi AI Tak Sesuai Ekspektasi, Ternyata Ini Alasannya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Demam kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI) yang mulai merebak dua tahun lalu, nampaknya tidak sesuai ekspektasi. Padahal, banyak yang meramalkan bahwa kecerdasan buatan (AI) generatif akan dengan cepat mengubah perekonomian di seluruh dunia, yang menyebabkan jutaan orang kehilangan pekerjaan.

    Terlepas dari kehebohan dan kekhawatiran tersebut, dampak AI sejauh ini masih belum terlihat. Mengutip The Economist, Biro Sensus Amerika menunjukkan hanya 6% bisnis yang menggunakan AI untuk memproduksi barang dan jasa. Sementara itu, pertumbuhan output dan produktivitas tenaga kerja masih jauh di bawah puncak kejayaan era komputer pada tahun 1990-an.

    Mengapa AI sejauh ini gagal memenuhi janjinya? Pelajaran dari era komputer dapat menjelaskan pertanyaan tersebut.

    Seperti halnya AI saat ini, tahun-tahun awal era komputer ditandai dengan prediksi transformasi ekonomi.

    Pada tahun 1965, Herbert Simon, seorang pakar ilmu komputer, menyatakan bahwa “komputer akan mampu melakukan pekerjaan apa pun yang dapat dilakukan manusia dalam waktu 20 tahun.” Dua dekade setelah prediksi Simon, revolusi produktivitas yang dijanjikan masih sulit dipahami.

    Pada tahun 1987, Robert Solow, seorang peraih Nobel, terkenal dengan sindirannya bahwa “Anda dapat melihat era komputer di mana-mana kecuali dalam statistik produktivitas.”

    Baru pada akhir tahun 1990-an transformasi ekonomi akhirnya terwujud, yang membuat Solow mengakui, tiga dekade setelah kemunculan komputer, bahwa komputer telah mulai membentuk ulang ekonomi.

    Adapun, tiga faktor utama berkontribusi pada kedatangan ledakan produktivitas era komputer adalah perusahaan meningkatkan investasi dalam teknologi informasi, harga komputer dan perangkat lunak turun dengan cepat, dan para bos menemukan cara baru untuk mengintegrasikan teknologi ke dalam operasi mereka.

    Apakah faktor-faktor ini terbukti saat ini?

    Mulai tahun 1995, perusahaan meningkatkan pengeluaran untuk perangkat keras komputer, infrastruktur jaringan, dan perangkat lunak. Antara tahun 1995 dan 2000, investasi mereka dalam peralatan dan perangkat lunak pemrosesan informasi meningkat rata-rata 20% per tahun secara riil. Penelitian oleh Kevin Stiroh dari Federal Reserve Bank of New York menemukan bahwa perusahaan menginvestasikan hampir US$400 miliar dalam teknologi tersebut pada tahun 1999, yang mencakup lebih dari 30% dari semua investasi tetap nonperumahan.

    Sebaliknya, belanja modal baru-baru ini kurang menggembirakan. Selama dua tahun terakhir, investasi bisnis dalam peralatan dan perangkat lunak pemrosesan informasi telah tumbuh sekitar 4% per tahun. Investasi AI mungkin lebih terfokus pada aset tidak berwujud, seperti algoritma dan data, yang lebih sulit diukur daripada modal fisik.

    Meskipun demikian, pengeluaran untuk perangkat lunak komersial yang sudah dikemas sebelumnya seperti Microsoft 365, dan sistem yang dibuat khusus, termasuk peralatan AI yang disesuaikan dengan alur kerja tertentu, ternyata sangat rendah.

    Pertumbuhan investasi perangkat lunak selama setahun terakhir sekitar tiga kali lebih rendah dibandingkan akhir tahun 1990-an secara riil, dan masih jauh di bawah rata-rata jangka panjang.

    Paruh kedua dekade 1990-an juga menyaksikan penurunan dramatis dalam harga perangkat keras dan perangkat lunak komputer sesuai dengan kualitas. Dari tahun 1995 hingga 2000 harga untuk peralatan pemrosesan informasi dan perangkat lunak turun sepertiga, menghasilkan komputer yang lebih murah dan lebih baik.

    Sementara itu, era AI belum mengalami penurunan harga yang sesuai. Selama lima tahun terakhir, harga untuk perangkat lunak dan peralatan pemrosesan informasi hampir tidak berubah. Bahkan, pada kuartal terakhir, indeks harga untuk barang-barang ini naik pada tingkat tahunan sebesar 4%. Bahkan ketika teknologi yang mendasarinya menjadi lebih murah, perantara yang mengemas ulang perangkat AI semakin menambah margin dan menaikkan harga.

    Revolusi ekonomi tahun 1990-an berhasil membuat teknologi memberikan keuntungan produktivitas, berkat perusahaan mengubah operasi dan model bisnis untuk mengintegrasikannya.

    Seperti perusahaan ritel Walmart yang pada era tersebut meningkatkan produktivitas dengan menanamkan sistem perangkat lunak baru, Retail Link, ke dalam operasinya, yang memberikan para pemasok akses realtime ke data penjualan dan inventaris.

    Saat ini, penerapan AI sebagian besar masih terbatas, seperti perusahaan jasa keuangan yang menggunakan aplikasi AI untuk mendeteksi penipuan. Sebagian besar perusahaan tidak memiliki infrastruktur data yang diperlukan untuk melatih model khusus perusahaan. Untuk membuka potensi AI sepenuhnya, diperlukan perubahan yang lebih mendasar.

    Melihat keadaan AI saat ini, kata-kata seorang ekonom Rudi Dornbusch menjadi tepat untuk direnungkan. Menurutnya, dalam ekonomi, segala sesuatu terjadi lebih lambat dari yang Anda kira, lalu lebih cepat dari yang Anda kira.

    “AI mungkin pada akhirnya menghasilkan pertumbuhan produktivitas yang luar biasa, tetapi saat ini tampaknya masih jauh dari lepas landas yang dialami pada tahun 1990-an,” tulis The Economist, dikutip Senin (2/12/2024).

    (fsd/fsd)

  • Komdigi dan Microsoft Kerja Sama Bidang AI, Komitmen Investasi Rp27,6 Triliun

    Komdigi dan Microsoft Kerja Sama Bidang AI, Komitmen Investasi Rp27,6 Triliun

    Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) bersama Microsoft bekerja sama mencanangkan program ElevAIte untuk pelatihan keterampilan artificial intelligence (AI).

    Menkomdigi Meutya Hafid menyatakan kerja sama ini menghasilkan komitmen investasi Microsoft sebesar Rp27,6 triliun.

    “Kami mengucapkan terima kasih ada komitmen investasi sebesar USD1,7 milyar atau sekitar Rp27,6 triliun, angka yang merupakan investasi terbesar dalam sejarah 29 tahun Microsoft hadir di Indonesia,” tuturnya dalam Peluncuran ElevAIte di Media Center Kementerian Komdigi, Senin (2/12/2024).

    Meutya Hafid menyatakan komitmen investasi oleh Microsoft telah disampaikan dalam pertemuan sebelumnya.

    Oleh karena itu, Menteri Meutya bersama Wakil Menteri Komdigi Nezar Patria dan Angga Raka Prabowo akan mengawal kerja sama tersebut terlaksana dengan baik di Indonesia.

    Melalui kerja sama bidang AI, Meutya Hafid berharap dapat meningkatkan efisiensi layanan publik dan membantu mengawasi ruang digital. 

    Menurutnya, Kementerian Komdigi banyak menerima pesan dari masyarakat agar menjaga ruang digital yang sehat dan produktif.

    “Kami meminta agar Microsoft bisa berfokus pada pendidikan AI yang inklusif. Pelatihan ini harus dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat, dan meskipun kita akan memberikan perhatian lebih pada perempuan, program ini terbuka untuk siapa saja,” ujarnya.

    Sebelumnya, CEO Microsoft Satya Nadella berjanji akan membawa infrastruktur AI terbaru ke Indonesia dengan menggelontorkan US$1,7 miliar atau Rp27,65 triliun (kurs Rp16.267).

    “Kami mengumumkan bahwa pusat data kami akan segera hadir di Indonesia. Itu sangat menggembirakan. Bahkan, hal yang benar-benar membuat saya bersemangat untuk diumumkan hari ini adalah perluasan investasi pusat data. Jadi US$1,7 miliar untuk membawa infrastruktur AI terbaru dan terhebat ke Indonesia,” ungkap Nadella dalam acara Microsoft Build: AI Day di Jakarta Convention Center, Selasa (30/4/2024).

    Nadella menjelaskan bahwa pihaknya akan memiliki infrastruktur pelatihan inferensi kelas dunia, baik itu Nvidia, AMD, atau chip Maya milik Microsoft sendiri akan menjadi bagian dari infrastruktur pusat data.

    “Memungkinkan setiap pengembang dapat melatih model mereka, melakukan inferensi terbaik dari model mereka melalui seluruh infrastruktur,” ujarnya. 

  • Komdigi dan Microsoft Bikin Program Latih 1 Juta Talenta AI

    Komdigi dan Microsoft Bikin Program Latih 1 Juta Talenta AI

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) bekerja sama dengan Microsoft dengan meluncurkan ElevAIte Indonesia. Ini adalah program pelatihan kecerdasan buatan (AI) untuk membekali 1 juta talenta Indonesia dengan keterampilan yang relevan di era transformasi digital.

    ElevAIte Indonesia akan melibatkan mitra dari pemerintahan, industri, institusi pendidikan, dan komunitas. Program ini dirancang untuk menghubungkan talenta Indonesia dengan peluang baru yang tercipta dari teknologi AI, seperti peningkatan produktivitas, kreativitas, kualitas pekerjaan, dan inovasi.

    Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, mengatakan bahwa kolaborasi, komunikasi, dan negosiasi adalah kunci untuk memastikan teknologi dapat dimanfaatkan secara maksimal dan bertanggung jawab.

    “Pemanfaatan AI tidak bisa dilakukan secara sepihak. Kita memerlukan sinergi dengan berbagai pihak, mulai dari pemerintah, pelaku industri, hingga masyarakat. Melalui inisiatif seperti ElevAIte Indonesia, kami ingin menunjukkan bagaimana teknologi AI dapat digunakan untuk memperkuat ekosistem nasional sambil tetap menjaga nilai-nilai etika dan kepentingan bersama,” kata Meutya dalam keterangan tertulis yang diterima CNBC Indonesia, Senin (2/12/2024).

    Sementara Presiden Direktur Microsoft Indonesia, Dharma Simorangkir, menyebut program ini semakin penting mengingat meningkatnya kebutuhan keterampilan AI dalam dunia kerja.

    Menurut laporan Work Trend Index yang Microsoft dan LinkedIn keluarkan di awal 2024, 69% pemimpin di Indonesia menyatakan bahwa mereka tidak akan merekrut seseorang tanpa keterampilan AI.

    Sebanyak 76% bahkan cenderung merekrut kandidat dengan pengalaman kerja yang lebih sedikit namun handal menggunakan AI, dibandingkan kandidat berpengalaman tanpa kemampuan AI.

    Untuk itu, ElevAIte Indonesia akan berfokus pada pembekalan keterampilan mengadopsi AI secara bertanggung jawab. Mulai dari menggunakan tools AI agar dapat menyelesaikan pekerjaan dengan cepat, hingga mengembangkan solusi AI.

    “Penting untuk diingat bahwa transformasi AI bukan hanya transformasi teknologi, melainkan transformasi nasional. Kami merasa terhormat dapat bermitra dengan Kemkomdigi dan segenap ekosistem nasional untuk memberdayakan talenta Indonesia,” ujar Dharma.

    Implementasi ElevAIte Indonesia akan terbagi ke dalam lima pilar utama, dengan Biji-Biji Initiative dan Dicoding sebagai mitra pelatihan. Berikut kelima pilar tersebut

    1. Menyiapkan lembaga pemerintah untuk mendorong kecakapan AI nasional

    Pilar ini berfokus pada pemberian pelatihan keterampilan AI bagi aparatur sipil negara, penguatan kapabilitas keamanan siber di lembaga pemerintahan, dan inisiasi pelayanan publik berbasis AI.

    2. Integrasi AI di industri strategis nasional

    Pilar ini berfokus pada percepatan transformasi AI bagi pelaku industri Indonesia, mulai dari UMKM hingga enterprise, guna meningkatkan inovasi dan menciptakan nilai ekonomi AI baru.

    3. Keterampilan AI dalam dunia pendidikan

    Pilar ini berfokus pada revolusi pembelajaran dalam berbagai sistem pendidikan di Indonesia, pembekalan keterampilan AI bagi pendidik, dan pengembangan generasi developer baru di Indonesia.

    4. Peningkatan keterampilan AI bagi komunitas

    Pilar ini berfokus pada pemberian keterampilan AI bagi kelompok masyarakat yang kurang terlayani, kurang terwakili, dan termarjinalkan secara digital. Termasuk di antaranya adalah perempuan, penyandang disabilitas, dan masyarakat yang berada di daerah-daerah terpencil.

    5. Demokratisasi AI bagi setiap individu

    Pilar ini hendak memastikan setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk belajar AI. Untuk itu, sebagai bagian dari ElevAIte Indonesia, Microsoft telah meluncurkan AI Skills Navigator, sebuah platform yang menyatukan seluruh konten pembelajaran dari Microsoft Learn dan LinkedIn Learning.

    (fab/fab)

  • Riset Ini Sebut Apple Bukan Perusahaan Paling Inovatif, Kalah dari Nvidia dan Microsoft – Page 3

    Riset Ini Sebut Apple Bukan Perusahaan Paling Inovatif, Kalah dari Nvidia dan Microsoft – Page 3

    Profesor Manajemen dan Inovasi IMD sekaligus Kepala Center for Future Readiness IMD Howard Yu mengungkap, meskipun Nvidia sempat gagal dengan chip pertama mereka, hingga beralih dari bisnis konsol gim ke GPU, pertaruhan investasi Nvidia di bidang AI terbayar.

    “Kini, Nvidia menjadi salah satu perusahaan paling bernilai di dunia, bahkan kapitalisasi pasarnya telah melampaui Microsoft dan Apple,” katanya.

    Sekadar informasi, investasi Nvidia dalam AI pertama kali dilakukan saat meluncurkan Compute Unified Device Architecture (CUDA) di tahun 2006 silam.

    Ini merupakan perangkat untuk pemrograman yang mengakselerasi kemampuan komputasi GPU. Hal ini membuat Nvidia juga bereksperimen dalam machine learning dan science computer.

    Selanjutnya, Nvidia kembali mempertaruhkan investasi USD 10 miliar saat mengembangkan CUDA. ini, GPU Nvidia menjadi instrumen untuk melatih model AI, membuat perusahaan di pusat revolusi AI.

  • Microsoft dan Komdigi Luncurkan elevAIte, Pelatihan AI di Indonesia

    Microsoft dan Komdigi Luncurkan elevAIte, Pelatihan AI di Indonesia

    Jakarta

    Microsoft Indonesia bersama dengan Kementerian Komunikasi dan Digital Republik Indonesia (Komdigi) meluncurkan sebuah inisiatif baru yang dianggap sangat relevan dan penting pada era transformasi AI saat ini. Sebuah era yang memungkinkan menjadi terobosan baru untuk Indonesia.

    Melalui acara bertajuk ‘Inisiatif Pengembangan Keterampilan AI Nasional Menuju Indonesia Emas 2045’ secara online Senin (2/12/2024), Presiden Direktur Microsoft Indonesia, Dharma Simorangkir meluncurkan sebuah inisiatif pelatihan AI yang dinamai elevAIte.

    “Kami bersama Komdigi meluncurkan elevAIte Indonesia sebuah inisiatif pelatihan AI untuk membekali 1 juta talenta Indonesia dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk merealisasikan peluang-peluang yang dibawa oleh AI,” jelas Dharma.

    “Penggabungan kata elevAIte dan AI ini sengaja kami bawa untuk membawa semangat kolaborasi antar berbagai elemen masyarakat untuk meningkatkan pencapaian di kancah global dengan teknologi AI,” lanjutnya.

    Ia menjelaskan, pada pelaksanaannya elevAIte Indonesia bersama Komdigi akan menggandeng mitra ekosistem dari pemerintahan, pelaku industri, industri pendidikan, berbagai komunitas untuk menghubungkan talenta Indonesia dengan peluang baru yang dihadirkan Ai mulai dari meningkatkan produktivitas dan kreatifitas kualitas pekerjaan dan berinovasi.

    Dengan target 1 juta pembekalan keterampilan AI bagi masyarakat Indonesia Microsoft akan membagi ke dalam 5 inisiatif utama menyiapkan lembaga pemerintah itu sendiri untuk fokus mendorong kecakapan ai secara nasional, integrasi AI ke industri nasional, ketiga menyiapkan keterampilan AI di dunia pendidikan, peningkatan keterampilan Ai bagi komunitas-komunitas dan terakhir demokratisasi AI bagi setiap individu.

    “Pada masing-masing pilar tersebut fokus kami tidak hanya untuk pembelajaran ataupun up-skill tetapi bagaimana kita bisa mengidentifikasi masalah-masalah atau tantangan-tantangan dan termasuk peluang-peluang yang krusial dan bagaimana menggunakan industri knowledge dan juga AI untuk bisa memecahkan masalah-masalah tersebut,” ujarnya.

    Peluncuran elevAIte ini merupakan aksi nyata Microsoft terhadap persiapan talenta AI secara global.

    “Saatnya untuk Indonesia merealisasikan nilai dan value yang bisa kita dapatkan dari AI, saatnya sekarang untuk semua orang Indonesia memiliki akses terhadap keterampilan AI bersama Komdigi. Kolaborasi yang luar biasa ini diharapkan bisa membawa kita bersatu karya menuju Indonesia emas tahun 20245,” pungkasnya.

    Sementara itu pada acara yang sama, Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomodigi) Meutya Hafid mengatakan untuk kerjasama dalam peluncuran elevAIte ini, Microsoft diminta untuk untuk berfokus pada pendidikan AI yg inklusif, memberikan pelatihan dasar AI bagi seluruh lapisan warga negara jadi yang dilatih harus beragam. Bahkan ia meminta untuk lebih banyak melatih perempuan.

    “Meskipun saya sebagai perempuan, saya akan meminta jumlah wanita lebih banyak. Namun tentu sekali lagi harus kepada seluruh lapisan masyarakat dengan harapan mereka bisa memahami bagaimana Ai bekerja dan memastikan bahwa masyarakat aman dan percaya terhadap upaya transformasi digital karena trust menjadi elemen penting dalam menerima AI,” ujar Meutya.

    Microsoft dan Komdigi telah menargetkan dalam waktu satu tahun sudah bisa melatih program AI terhadap 1 juta orang Indonesia.

    “Target yang hari ini kita canangkan bersama Microsoft adalah target yang cukup berani. 1 juta orang Indonesia untuk menjadi digital talent dalam waktu satu tahun adalah langkah berani dan memerlukan kolaborasi. Kita bersenang hati ini juga menjawab tantangan kami di dalam negeri bahwa untuk membuka diri terhadap Ai memerlukan digital talent dan satu juta itu angka yang memang memerlukan kerjasama,” jelasnya.

    Lebih lanjut Meutya mengungkapkan, bahwa melatih 1 juta talenta di bidang AI adalah kunci untuk memastikan Indonesia bisa berasing di ekonomi digital global.

    “Saya yakin kerjasama ini bisa sama-sama membangun skill digital yang relevan tapi juga yang utama bagaimana skill itu dapat dimanfaatkan untuk masa depan Indonesia yang lebih baik dan juga untuk seluruh masyarakat Indonesia yang lebih baik ke depannya,” tutupnya.

    (jsn/fay)

  • Malware Android SpyLoan di Google Play Terinstal 8 Juta Kali, Ada 3 Aplikasi dari Indonesia! – Page 3

    Malware Android SpyLoan di Google Play Terinstal 8 Juta Kali, Ada 3 Aplikasi dari Indonesia! – Page 3

    Di sisi lain, generator gambar dan video AI palsu menginfeksi Windows dan macOS dengan malware pencuri informasi, Lumma Stealer dan AMOS, yang digunakan untuk mencuri kredensial dan dompet mata uang kripto dari perangkat yang terinfeksi.

    Lumma Stealer adalah malware Windows dan AMOS malware macOS. Keduanya sama-sama berbahaya karena mencuri dompet mata uang kripto dan cookie, kredensial, kata sandi, kartu kredit, serta riwayat penelusuran dari Google Chrome, Microsoft Edge, Mozilla Firefox, dan browser Chromium lainnya.

    Data ini dikumpulkan ke dalam arsip dan dikirim kembali ke penyerang, tempat mereka dapat menggunakan informasi tersebut untuk serangan lebih lanjut atau menjualnya di dark web.

    Bulan lalu, pelaku kejahatan siber telah membuat situs web palsu yang menyamar sebagai editor video dan gambar AI bernama EditPro.

    Seperti yang ditemukan oleh peneliti keamanan siber g0njxa, situs-situs tersebut dipromosikan melalui hasil pencarian dan iklan di X yang membagikan video politik deepfake, seperti Presiden Biden dan Trump yang sedang menikmati es krim bersama.

    Dengan mengeklik gambar-gambar tersebut, kamu akan diarahkan ke situs web palsu untuk aplikasi EditProAI (editproai.pro) yang dibuat untuk menyebarkan malware Windows dan editproai.org untuk menyebarkan malware macOS.

    Situs-situs tersebut tampak profesional dan bahkan berisi spanduk cookie yang ada di mana-mana, sehingga tampak sah.

    Ketika korban mengeklik tautan “Get Now”, malware akan mengunduh file yang dapat dieksekusi (berpura-pura menjadi aplikasi EditProAI).

  • Elon Musk Gugat OpenAI, Ada Masalah Apa?

    Elon Musk Gugat OpenAI, Ada Masalah Apa?

    Bisnis.com, JAKARTA – Pemilik Perusahaan kecerdasan buatan xAI dan SpaceX Elon Musk kembali menggugat OpenAI. Gugatan ini menyoroti niat perusahaan untuk beralih menjadi organisasi yang mencari laba.

    Melansir dari The Verge, Senin (2/12/2024) dalam pengajuan mosi yang diajukan Jumat malam, pengacara Musk meminta hakim untuk mengeluarkan putusan pendahuluan yang menghentikan peralihan bentuk perusahaan tersebut.

    Sebab, apa yang nantinya dilakukan OpenAI bakal melanggar undang-undang antimonopoli Amerika Serikat.

    Menurut pengacara Musk, jika OpenAI benar-benar menjadi perusahaan yang mencari laba, pihak Musk khawatir OpenAI akan kekurangan dana untuk membayar ganti rugi jika Musk memenangkan gugatan tersebut. 

    Tidak hanya itu, dalam gugatan ini juga menyoroti dugaan bahwa CEO OpenAI, Sam Altman terlibat dalam transaksi yang diduga untuk kepentingan pribadi, yang dapat merugikan keuangan perusahaan.

    Pengacara Musk juga menuduh bahwa OpenAI dan Microsoft bekerja sama untuk menekan pesaing mereka, termasuk dengan meminta investor untuk tidak mendanai proyek bersama mereka. Hal ini, menurut pengacara Musk, melanggar ketentuan Undang-Undang Sherman yang mengatur persaingan usaha. 

    Mereka mengeklaim bahwa setidaknya satu investor yang berkontribusi pada pendanaan untuk perusahaan Musk, xAI, telah menolak untuk berinvestasi setelah terjadinya kolaborasi antara OpenAI dan Microsoft.

    Selain itu, gugatan ini juga menyoroti dugaan bahwa OpenAI telah memperoleh informasi sensitif melalui hubungan dengan Microsoft, yang diduga melanggar ketentuan Undang-Undang Clayton yang mengatur praktik persaingan usaha dan konflik kepentingan. 

    Lebih lanjut, pengacara Musk mengklaim bahwa alasan Microsoft memperoleh kursi di dewan OpenAI adalah untuk mempengaruhi keputusan bisnis perusahaan dengan cara yang menguntungkan kedua belah pihak.

    Langkah hukum ini merupakan kelanjutan dari upaya Musk untuk menantang perubahan struktural yang sedang dijajaki oleh OpenAI, yang beberapa waktu lalu telah melibatkan regulator untuk merumuskan peraturan baru terkait transisi tersebut.

  • Elon Musk Minta Pengadilan Federal Larang OpenAI Cari Cuan

    Elon Musk Minta Pengadilan Federal Larang OpenAI Cari Cuan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Orang terkaya di dunia Elon Musk meminta pengadilan federal untuk menghentikan perusahaan kecerdasan buatan Amerika Serikat (AS) OpenAI untuk berubah menjadi bisnis yang sepenuhnya mencari keuntungan.

    Dilansir dari CNBC International, Elon Musk sendiri saat ini tengah mengembangkan perusahaan AI buatannya sendiri xAI.

    Pengacara yang mewakili Musk, Shivon Zilis, mengajukan putusan pendahuluan terhadap OpenAI. Putusan tersebut juga akan menghentikan OpenAI dari dugaan mengharuskan investornya untuk tidak mendanai pesaing, termasuk xAI dan lainnya.

    Pengajuan pengadilan terbaru menunjukkan eskalasi perseteruan hukum antara Musk, OpenAI, dan CEO-nya Sam Altman, serta pihak dan pendukung lain yang sebelumnya juga sudah terlibat, termasuk investor teknologi Reid Hoffman dan Microsoft.

    Musk awalnya menggugat OpenAI pada Maret 2024 di pengadilan negara bagian San Francisco, sebelum mencabut gugatan tersebut dan mengajukan kembali beberapa bulan kemudian di pengadilan federal.

    Pengacara Musk mengungkapkan dalam pengaduan mereka bahwa OpenAI telah melanggar undang-undang pemerasan federal, atau RICO.

    Pada pertengahan November, mereka menambah pengaduan dengan menyertakan tuduhan bahwa Microsoft dan OpenAI telah melanggar undang-undang antimonopoli. Alasanya karena OpenAI diduga meminta investor untuk tidak berinvestasi di perusahaan pesaing, termasuk perusahaan rintisan terbaru Musk, xAI.

    OpenAI telah muncul sebagai salah satu perusahaan rintisan terbesar dalam beberapa tahun terakhir. ChatGPT pun semakin populer dan telah membantu mengantarkan antusiasme perusahaan besar terhadap AI.

    OpenAI awalnya memulai debutnya pada 2015 sebagai perusahaan nirlaba dan kemudian pada tahun 2019 diubah menjadi perusahaan dengan model laba terbatas, di mana nirlaba OpenAI menjadi entitas yang mengatur anak perusahaannya yang mencari laba.

    Perusahaan tersebut sedang dalam proses diubah menjadi perusahaan konvensional yang sepenuhnya mencari laba yang dapat membuatnya lebih menarik bagi investor. Rencana restrukturisasi tersebut juga akan memungkinkan OpenAI untuk mempertahankan status nirlaba sebagai entitas terpisah.

    (hsy/hsy)