Perusahaan: Microsoft

  • Transaksi Aset Kripto Sentuh Rp475 Triliun hingga Oktober 2024

    Transaksi Aset Kripto Sentuh Rp475 Triliun hingga Oktober 2024

    Jakarta

    Kripto menjadi salah satu aset digital yang kian diminati masyarakat Indonesia. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) mengungkap, Indonesia mengalami tren kenaikan transaksi aset kripto sepanjang Januari hingga Oktober tahun 2024.

    Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan Pasar Bappebti Tirta Karma Senjaya mengungkap, sepanjang periode Januari-Oktober 2024 transaksi aset kripto menyentuh angka Rp475 triliun.

    Adapun angka tersebut tumbuh 361,18% dibandingkan transaksi aset kripto di tahun 2023 sebesar Rp149,3 triliun. Sementara puncak transaksi aset kripto sepanjang berlaku di Indonesia terjadi pada tahun 2018.

    “Transaksi aset kripto itu pada tahun ini sampai Oktober mencapai Rp475 triliun, puncaknya kemarin 2021 itu sempat Ro859,4 triliun,” ungkap Tirta dalam sebuah diskusi di Hotel Raffles Jakarta, Selasa (10/12/2024).

    Hingga Oktober 2024, Tertawa juga menyebut pelanggan terdaftar aset kripto mencapai 21,63 juta. Adapun rata-rata penambahan jumlah pelanggan di Oktober 2024 sebanyak 335.925 orang. Begitu juga dengan pelanggan aktif bertransaksi sebanyak 716.274 orang di Oktober 2024.

    “Jadi ini sudah cukup banyak dan kemudian dengan peningkatan aset kripto ini,” jelasnya.

    Tirta menyebut, besarnya transaksi kripto ditopang oleh anak-anak muda di rentang usia 18 hingga 35 tahun. Menurutnya, kemudahan transaksi menjadi alasan anak muda beralih ke aset kripto.

    Ia juga menyebut, transaksi aset kripto yang dilakukan anak-anak muda biasanya berada di bawah Rp500 ribu. “Karena cukup top up Rp50.000 bisa transaksi minimal di beberap Exchange itu bahkan ada yang Rp10.000 – Rp5.000 bisa transaksi aset kripto,” ungkapnya.

    Salah satu aset kripto, Bitcoin, juga masuk dalam 10 daftar aset dunia dengan market cap terbesar. Berdasarkan data Companies Market, Tirta menyebut Bitcoin berada di urutan ke-7 dengan market cap sebesar US$ 1.967 triliun.

    Adapun 10 aset dengan market cap terbesar diantaranya: emas, Apple, NVIDIA, Microsoft, Amazon, Google, Bitcoin, Saudi Aramco, perak, dan Facebook.

    “Jadi kalau kita lihat dari 10 aset di dunia, yang terbesar mungkin 7 besarnya itu berhubungan dengan digital. Yang tidak digital itu mungkin seperti emas, perak, dan aramko,” ungkapnya.

    (kil/kil)

  • Mampukah Eropa Menghadirkan Pesaing Baru untuk Google?

    Mampukah Eropa Menghadirkan Pesaing Baru untuk Google?

    Jakarta

    Ketika warga Eropa ingin mencari sebuah informasi, 90% dari mereka masih menggunakan Google, perusahaan teknologi raksasa asal Amerika Serikat (AS). Sekitar 5% lainnya menggunakan Bing dari Microsoft.

    Bahkan jika mereka memilih browser atau mesin pencari berbasis di Eropa, kemungkinan besar masih tetap menggunakan infrastruktur Google atau Bing, yang berarti permintaan dikirim ke perusahaan AS dan peringkat hasil pencariannya bisa ditampilkan.

    Seperti yang dikatakan Christian Kroll, CEO mesin pencari terbesar di Jerman, Ecosia, “jika AS memutus akses ke hasil pencarian, kita harus kembali menggunakan buku telepon.” Dalam skenario seperti itu, Eropa akan lumpuh.

    Indeks pencarian untuk Eropa

    Meskipun kemungkinan pemutusan akses tersebut sangat kecil, perusahaan AS mulai membuat akses ke infrastruktur pencarian mereka menjadi lebih mahal, berdasarkan laporan media teknologi The Register.

    Bagi dua perusahaan pencarian asal Eropa itu, solusinya adalah membangun pesaing baru.

    Pada awal November, Ecosia dan mitranya asal Prancis, Qwant, mengumumkan kerja sama untuk menciptakan indeks web Eropa, yaitu basis data besar berisi halaman web yang dapat mereka gunakan untuk menjawab permintaan pencarian.

    “Dengan hasil pemilu AS yang seperti ini, saya pikir ada ketakutan yang meningkat bahwa presiden AS di masa depan akan melakukan hal-hal yang tidak terlalu kami sukai di Eropa,” kata Kroll kepada DW. “Kami, sebagai komunitas Eropa, hanya perlu memastikan bahwa tidak ada yang bisa memeras kami.”

    Upaya Uni Eropa untuk kedaulatan digital

    Gagasan ini sejalan dengan tren populer dalam politik Eropa, kedaulatan digital. Didukung terutama oleh Thierry Breton, mantan komisaris pasar internal Uni Eropa, argumennya adalah bahwa Uni Eropa membutuhkan kendali atas infrastruktur digital dan layanan utama untuk mengurangi ketergantungan pada kekuatan global lainnya.

    Kenneth Propp berpendapat bahwa “nuansanya lebih terkait dengan otonomi.” Senior fellow di Atlantic Council’s Europe Center sekaligus profesor hukum Uni Eropa itu juga mengatakan kepada DW bahwa “seharusnya ada opsi Eropa” di beberapa bidang yang saat ini didominasi oleh penyedia layanan asal AS.

    “Itulah cara saya memahami usaha bisnis terbaru ini, dan jelas hal ini menunjukkan kemungkinan adanya hubungan yang lebih tegang antara AS dan Uni Eropa di bawah pemerintahan Trump. Karena itu, mereka mencoba mengidentifikasi opsi Eropa sebagai keuntungan pasar,” katanya.

    Saat yang tepat melawan Google?

    Namun, bersaing dengan raksasa seperti Google sangat sulit. Meski begitu, beberapa kejadian baru-baru ini bisa sedikit mempermudah tugas ini.

    Undang-Undang Pasar Digital Uni Eropa (Digital Markets Act), yang berlaku sejak pertengahan 2023, memastikan bahwa pengguna akhir seperti Ecosia dan Qwant memiliki akses ke data perusahaan AS, yang penting untuk meningkatkan algoritme mereka.

    Perusahaan induk Google, Alphabet, juga menghadapi gugatan hukum untuk mempertahankan bisnis mesin pencariannya. Departemen Kehakiman AS mengusulkan agar Google menjual penelusur web miliknya, Chrome, sebagai jalan keluar. Namun, hal itu dapat merugikan perusahaan dan memengaruhi dominasi Google secara signifikan.

    Selain itu, integrasi kecerdasan buatan (AI) dalam mesin pencari, memperkenalkan pemain baru seperti OpenAI. Teknologi ini diperkirakan akan menjadi gangguan terbesar dalam lebih dari dua dekade terakhir.

    “Mesin pencari sedang mengalami evolusi. Belum ada yang tahu akan seperti apa hasil akhirnya, tetapi pasti berbeda dari yang kita miliki sekarang,” kata Kroll, seraya berharap basis data Ecosia dapat berguna bagi perusahaan lain yang ingin melatih model bahasa besar (large language models atau LLM) di Eropa.

    Peluang dan tantangan di pasar teknologi Eropa

    Namun, keberhasilan sektor teknologi di Eropa tetap sulit dicapai. Perusahaan AS biasanya lebih mudah mengakses dana investor dibandingkan perusahan teknologi Eropa.

    Propp juga menyoroti bahwa pendekatan regulasi di Eropa lebih ketat dibandingkan AS, seperti pada persoalan privasi dan kecerdasan buatan (AI). Ia menyebut itu sebagai keuntungan kompetitif bagi perusahaan Eropa.

    Untuk saat ini, tujuan utama perusahaan Ecosia dan Qwant bukan untuk menumbangkan perusahaan AS. Kroll berpendapat, mereka mampu mendapatkan 5-10% pangsa pasar Eropa pada 2030.

    Perbedaan utamanya, menurut Kroll, adalah hasil pencarian yang lebih relevan bagi orang Eropa, dengan memberikan prevalensi lebih tinggi untuk menonjolkan berita lokal Eropa atau opsi perjalanan yang lebih ramah lingkungan.

    “Kami tidak akan memberi sentuhan warna khas Eropa atau semacamnya. Namun, misalnya, jika seseorang mencari perjalanan dari Berlin ke Paris, kami dapat menyoroti opsi kereta api dibandingkan jadwal penerbangan,” ujar Kroll lebih lanjut.

    Dan jika hasil itu yang sebenarnya dicari oleh warga Eropa, ini bisa menjadi langkah terbaik untuk menjauh dari dominasi teknologi AS.

    Artikel ini diadaptasi dari bahasa Inggris.

    Lihat juga Video ‘Google Perkenalkan GenCast, Model AI untuk Prakiraan Cuaca’:

    (ita/ita)

  • CEO Google Tiba-tiba Ungkap Akhir Kejayaan AI

    CEO Google Tiba-tiba Ungkap Akhir Kejayaan AI

    Jakarta, CNBC Indonesia – Selama dua tahun terakhir, Artificial Intelligence mengalami perkembangan yang luar biasa. Namun akhir kejayaan AI nampaknya telah di depan mata.

    Hingga sekarang banyak perusahaan yang akhirnya ikut menyelami pasar tersebut dan mengeluarkan produk berbasis AI. Dominasi AI pada setiap merek teknologi nampaknya akan terus berlanjut hingga tahun 2025.

    Meski begitu, CEO Google Sundar Pichai percaya perkembangan AI akan melambat. Sebab kemajuannya akan sulit didapatkan untuk para perusahaan yang berada di pasar ini.

    “Saya pikir kemajuan semakin sulit. Anda akan butuh terobosan yang lebih dalam mencapai tahapan berikutnya,” jelas Pichai dalam sebuah acara dikutip dari Tech Radar, Selasa (10/12/2024).

    Pelambatan pertumbuhan AI akan melambat saat batas sistem AI telah tercapai. Batas itu akan didapatkan investasi dan pengembangan besar yang butuh waktu untuk menghasilkan sesuatu.

    Tidak akan ada perubahan signifikan ke depannya dalam ekosistem AI. Pichai menilai akan ada lebih banyak peningkatan bertahap namun tidak akan mendefinisikan ulang soal AI seperti setahun terakhir.

    Sebelumnya, CEO Microsoft Satya Nadella juga pernah bersuara terkait perkembangan AI. Menyamakannya dengan revolusi industri, menurutnya pertumbuhan butuh waktu sebelum akhirnya meledak.

    Namun tak semuanya memiliki penilaian yang sama. November lalu, CEO OpenAI Sam Altman menyebut perkembangan ini tidak ada batasannya.

    Ucapan itu dia ungkapkan setelah banyaknya kritik terkait pembaruan ChatGPT. Update platform itu dinilai hanya sedikit lebih baik dari model yang diluncurkan sebelumnya.

    Namun, TechRadar yang mengutip sebuah laporan menyebut beberapa perusahaan yang mengembangkan AI yakni OpenAI, Google dan Anthropic mengalami kesulitan memajukan sistem AI. Semua perusahaan tengah berusaha untuk bisa mendapatkan capaian secara internal.

    (fab/fab)

  • Melihat Investasi dan Minat Asing Bangun Data Center

    Melihat Investasi dan Minat Asing Bangun Data Center

    Bisnis.com, JAKARTA — Selain pemain lokal seperti Telkom (TLKM), DCI (DCII) dan lainnya yang agresif membangun data center, sejumlah pemain asing juga telah membangun dan menyatakan komitmennya membangun pusat data di Tanah Air.

    Beberapa investor asing yang telah menanamkan modal membangun data center di Tanah Air antara lain Damac Group, STT GDC dan lainnya. Selain itu, sejumlah pemain global lain juga telah menyatakan komitmen dan minat membangun data center di Tanah Air seperti Microsoft dan Yandex hingga perwakilan Finlandia.

  • Copilot+ Mulai Tersedia untuk PC AMD dan Intel

    Copilot+ Mulai Tersedia untuk PC AMD dan Intel

    Jakarta

    Beberapa bulan lalu ada deretan fitur AI spesial Microsoft yang dibenamkan di sejumlah laptop dengan chip Snapdragon X dari Qualcomm. Kini, fitur-fitur bernama Copilot+ itu sudah tersedia untuk PC berbasis AMD dan Intel.

    Pengguna Windows 11 Insider yang menggunakan prosesor AMD Ryzen AI 300 dan Intel Core Ultra kini sudah bisa menjajal fitur Copilot+, termasuk fitur kontroversial Recall dan fitur generative AI (GenAI) seperti image generation.

    Peserta Windows 11 Insider Dev bisa memperbarui OS-nya ke versi 26120.2510. Pengguna non Insider juga bisa mendaftar ke Windows Insider Program lewat Settings – Windows Update – Windows Insider Program – Get Started dan pilih Dev Channel sebelum me-restart PC.

    Lalu untuk bisa menggunakan fitur GenAI, pengguna perlu memperbarui driver prosesor terkait NPU lewat situs pembuat prosesor masing-masing, demikian dikutip detikINET dari Techspot, Senin (9/12/2024).

    Fitur kontroversial Copilot+ Recall juga tersedia di pembaruan ini. Meski kontroversial, Recall adalah fitur unggulan Copilot+. Fitur ini bertugas mengambil screenshot setiap mengguna melakukan sesuatu di Copilot+ PC, agar pengguna bisa mencari dan mengingat apa yang baru saja dilakukan.

    Jadi pengguna bisa menelusuri jejaknya, misalnya untuk mencari aplikasi atau website apa yang dibuka beberapa jam yang lalu.

    Copilot+ juga membuat Paint dan Photos bisa dipakai untuk menghasilkan gambar dari perintah berbentuk teks.

    Fitur-fitur ini awalnya terbatas pada PC dengan chip Snapdragon X karena chip inilah yang pertama memenuhi syarat kemampuan pemrosesan NPU yang ditetapkan, yaitu di atas 40 TOPs. Namun kini sudah ada prosesor x86 seperti AMD Ryzen AI 300 dan Intel Core Ultra 200V yang punya NPU 40 TOPs.

    (asj/fay)

  • Tim Transisi Trump Mendadak Panggil Google Hingga Meta, Ada Apa?

    Tim Transisi Trump Mendadak Panggil Google Hingga Meta, Ada Apa?

    Bisnis.com, JAKARTA – Tim transisi Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump bakal mengundang sejumlah perusahaan teknologi raksasa termasuk Google, Microsoft, Meta Platforms, dan Snap pada pertengahan Desember 2024.

    Melansir Reuters, Senin (9/12/2024) pertemuan ini bakal membahas masalah penjualan obat-obatan terlarang secara daring, yang menjadi perhatian utama pemerintah Amerika Serikat (AS) menurut laporan yang diterbitkan oleh The Information.

    Menurut laporan tersebut, perwakilan Jim Carroll, yang merupakan Kepala Urusan Obat-obatan pada masa jabatan pertama Trump, bersama tim transisi, mengirim email kepada staf dari perusahaan-perusahaan teknologi besar tersebut pada hari Kamis sebelumnya. 

    Mereka juga diketahui menghubungi pihak dari TikTok untuk hadir dalam pertemuan yang akan membahas masalah penjualan obat-obatan terlarang secara daring.

    Meski begitu, Google, Microsoft, Meta, Snap, TikTok, dan tim transisi Trump belum memberikan tanggapan resmi terkait dengan laporan ini.

    Masalah penjualan obat-obatan terlarang daring, terutama fentanil yang berasal dari Meksiko, telah menjadi perhatian utama dalam kebijakan Trump. Sebelumnya, Trump berjanji akan menekan Meksiko untuk lebih aktif dalam menghentikan aliran fentanil ke AS, yang telah menyebabkan ratusan ribu kematian. 

    Trump bahkan mengancam akan mengenakan tarif tinggi pada barang-barang dari Meksiko dan Kanada jika negara-negara tersebut tidak menanggulangi perdagangan fentanil dan migrasi ilegal.

    Selain itu, Trump juga menyatakan melalui akun media sosialnya, Truth Social, bahwa dia akan meluncurkan kampanye besar-besaran untuk mengedukasi masyarakat Amerika mengenai bahaya fentanil.

    Pada bulan Maret, laporan The Wall Street Journal mengungkapkan bahwa jaksa AS sedang menyelidiki peran Meta dalam kasus penjualan obat-obatan ilegal melalui Facebook dan Instagram.

    Sementara itu, pada Januari, eBay setuju untuk membayar $59 juta dan meningkatkan langkah-langkah kepatuhan setelah tuduhan dari Departemen Kehakiman AS yang menyatakan bahwa platform tersebut gagal menghalangi penjualan perangkat yang digunakan untuk membuat obat-obatan palsu, termasuk pil yang mengandung fentanil.

  • Bill Gates Ungkap Kebiasaan Masa Kecil yang Membuatnya Sukses

    Bill Gates Ungkap Kebiasaan Masa Kecil yang Membuatnya Sukses

    Jakarta

    Apa rahasia sukses seorang Bill Gates? Ternyata masa kanak-kanaknya berperan besar dalam perjalanan dan kejayaan sang pendiri Microsoft. Ia tak yakin apakah ia akan menjadi miliarder jika tumbuh seperti anak-anak saat ini, di era smartphone dan media sosial.

    Gates membantu membuat komputer dan internet ada di mana-mana. Namun, ia mungkin takkan pernah membangun Microsoft tanpa waktu yang ia habiskan di masa kecil dengan keliling bersama teman-teman, menjelajahi dunia luar, dan membaca serta berpikir mendalam di kamar selama berjam-jam.

    “Saat gelisah atau bosan, atau mendapat masalah karena berperilaku buruk, saya akan menghilang ke kamar dan tenggelam dalam buku atau ide, sering kali selama berjam-jam tanpa gangguan,” tulis Gates di blognya.

    “Kemampuan mengubah waktu luang menjadi pemikiran dan pembelajaran yang mendalam jadi bagian mendasar dari diri saya. Itu juga penting bagi kesuksesan saya di kemudian hari,” imbuhnya.

    Dalam blognya, Gates merekomendasikan buku: “The Anxious Generation,” karya psikolog sosial Universitas New York Jonathan Haidt, yang mengeksplorasi bagaimana smartphone dan medsos mengubah otak anak-anak.

    Buku tersebut berpendapat teknologi ini berperan menciptakan krisis kesehatan mental remaja, ditandai dengan meningkatnya tingkat kesepian dan depresi pada Generasi Z. Penggunaan smartphone dan medsos terus-menerus dapat berdampak negatif pada ingatan, kemampuan konsentrasi, dan rentang perhatian kaum muda.

    Gates memilih masa kecilnya yang berbasis permainan yang menginspirasi pemikiran kreatif daripada masa kecil berbasis HP yang dialami banyak anak saat ini. “Rentang perhatian kita seperti otot dan gangguan yang tak henti-hentinya serta sifat adiktif media sosial membuatnya sangat sulit berkembang,” tulis Gates.

    Sepanjang kariernya, Gates sering kali memuji keberhasilannya karena kebiasaan membaca dan kemampuan mengisolasi diri. Tahun 1990-an, dia akan mengasingkan diri ke kabin terpencil di alam liar tanpa apa pun kecuali sekantong besar buku dan makalah.

    Selama periode tersebut, Gates berkomitmen berkonsentrasi tanpa gangguan. Ia bahkan takkan memeriksa email sehingga dapat membaca, berpikir, dan menulis tentang masa depan tanpa gangguan

    Pakar produktivitas Laura Stack menyebutnya brilian. “Kita harus menciptakan lingkungan yang memberi kemampuan memfokuskan pikiran tanpa gangguan dari rekan kerja, pasangan, anak-anak, hewan peliharaan, dan teknologi, atau kita tidak akan pernah bisa berkonsentrasi pada aktivitas tingkat tinggi,” kata Stack.

    Fokus intens Gates membantu memacu ide-ide besar, termasuk pengembangan Internet Explorer oleh Microsoft. “Tanpa kemampuan fokus secara intens dan mengikuti suatu ide ke mana pun ide itu mengarah, dunia bisa kehilangan terobosan yang muncul dari memusatkan pikiran pada suatu hal,” tulis Gates.

    (fyk/fyk)

  • Microsoft Ungkap Kelompok Mata-mata Siber Tiongkok Tengah Incar Organisasi Kritis AS

    Microsoft Ungkap Kelompok Mata-mata Siber Tiongkok Tengah Incar Organisasi Kritis AS

    Bisnis.com, JAKARTA – Microsoft mengungkapkan bahwa sebuah kelompok mata-mata siber yang berafiliasi dengan pemerintah Tiongkok tengah menargetkan organisasi-organisasi penting dan lembaga pemerintah di Amerika Serikat.

    Melansir dari The Register, Sabtu (7/12/2024) kelompok yang dikenal dengan nama Storm-2077 sedang melakukan mata-mata sejak beberapa hari lalu.

    Kelompok ini dilaporkan telah beroperasi setidaknya sejak Januari tahun ini, meskipun Microsoft belum mengungkapkan berapa banyak korban yang terpengaruh oleh aksi kelompok tersebut.

    Menurut Sherrod DeGrippo, Direktur Strategi Intelijen Ancaman Microsoft, kelompok ini terus melakukan aktivitas ancaman yang signifikan, dengan menggunakan metode-metode serangan yang mencakup eksploitasi kerentanan dalam aplikasi publik dan email spear phishing yang mengandung lampiran atau tautan berbahaya. 

    Tujuan dari serangan ini adalah untuk mengelabui korban agar mengunduh dan menjalankan malware bernama SparkRAT atau alat administrasi jarak jauh yang memungkinkan para pelaku untuk mendapatkan akses persisten ke sistem yang terinfeksi.

    DeGrippo menambahkan bahwa salah satu taktik yang digunakan oleh Storm-2077 adalah memanfaatkan aplikasi yang sah untuk menyembunyikan jejak mereka. Dengan demikian, mereka dapat mencuri data sensitif, seperti email dan file penting, tanpa terdeteksi. 

    “Jika Anda memiliki komunikasi email yang menyertai file itu, dan merujuk ke file tersebut, itu memberikan informasi intelijen yang sangat berharga bagi para pelaku ancaman,” ujar DeGrippo.

    Meskipun kelompok ini tidak menggunakan malware khusus, mereka mengandalkan malware yang tersedia di pasar gelap, seperti SparkRAT, yang memudahkan mereka untuk mendapatkan akses ke sistem korban. 

    DeGrippo mencatat bahwa lima tahun lalu, penggunaan malware siap pakai oleh kelompok yang diduga disponsori suatu negara merupakan hal yang mengejutkan, tetapi saat ini hal tersebut sudah menjadi praktik umum di kalangan pelaku ancaman.

    Microsoft melihat kelompok Storm-2077 ini memiliki beberapa kesamaan dengan kelompok mata-mata siber Tiongkok lainnya, seperti Silk Typhoon dan TAG-100.

    Kelompok tersebut sebelumnya telah menyerang berbagai sektor di AS, termasuk industri pertahanan, penerbangan, telekomunikasi, serta sektor keuangan dan hukum. 

    Kelompok ini dikenal karena kemampuannya untuk bertahan dalam jaringan korban dalam waktu yang lama, mencuri kredensial ke aplikasi cloud seperti Microsoft 365 dan alat eDiscovery yang digunakan oleh profesional hukum.

    Dengan meningkatnya ancaman siber yang ditujukan ke sektor-sektor kritis AS, Microsoft dan para ahli keamanan siber lainnya terus memperingatkan pentingnya kewaspadaan dan langkah-langkah perlindungan yang lebih ketat terhadap serangan-serangan seperti ini.

  • Microsoft Ogah Turunkan Syarat Minimal Windows 11, Ini Alasannya

    Microsoft Ogah Turunkan Syarat Minimal Windows 11, Ini Alasannya

    Jakarta

    Saat Microsoft merilis Windows 11, ada keputusan kontroversial yang mereka ambil. Yaitu menetapkan beberapa persyaratan spesifikasi minimal hardware.

    Persyaratan spesifikasi minimal ini punya dampak signifikan, karena banyak PC yang sebelumnya bisa menggunakan Windows 10 namun tak tak memenuhi syarat untuk Windows 11.

    Padahal Microsoft sudah memastikan kalau pada Oktober 2025 mendatang mereka akan menyetop dukungan keamanan untuk Windows 10. Artinya, pengguna wajib melakukan upgrade hardware untuk bisa menggunakan Windows 11, atau bertahan di Windows 10 tanpa upgrade keamanan.

    Dua syarat utama untuk menggunakan Windows 11 adalah motherboard yang dilengkapi chip Trusted Platform Module (TPM) 2.0 dan prosesor keluaran 2018 ke atas. Dan, Microsoft ogah menurunkan persyaratan ini.

    Menurut Senior Product Manager Microsoft Steven Hosking, Microsoft keukeuh bahwa persyaratan TPM 2.0 itu tak akan diturunkan, sekalipun Microsoft nantinya sudah menyetop dukungan keamanan untuk Windows 10.

    Microsoft menganggap teknologi TPM 2.0 ini sangat penting untuk menjaga keamanan Windows, dan teknologi ini juga sangat penting untuk masa depan ekosistem Windows, demikian dikutip detikINET dari Techspot, Jumat (6/12/2024).

    Hosking menjelaskan mengapa TPM 2.0 ini punya peran kunci untuk menghadirkan fitur keamanan pada tingkat hardware. Chip ini bisa menyimpan sertifikat dan kunci enkripsi secara aman, juga bisa melindungi password dan data sensitif terhadap penyalahgunaan dan akses tanpa izin.

    Selain itu chip TPM juga bisa menyediakan generator nomor acak, mengenkripsi ataupun dekripsi data, dan memverifikasi tanda tangan digital.

    Hosking juga menyebut chip TPM 2.0 bisa menyelesaikan berbagai tantangan keamanan yang terus berubah di dunia digital, juga menyediakan dukungan untuk algoritma kriptografi standar industri, juga meningkatkan isolasi untuk proses keamanan.

    “Dengan menetapkan TPM 2.0 sebagai standar yang tak bisa ditawar untuk masa depan Windows, kami bisa meningkatkan standar keamanan,” jelas Hosking.

    (asj/fay)

  • 7 Rekomendasi Drakor yang Tayang pada Desember 2024, Salah Satunya Light Shop

    7 Rekomendasi Drakor yang Tayang pada Desember 2024, Salah Satunya Light Shop

    Jakarta, Beritasatu.com – Desember 2024 menjadi bulan yang dinanti para penggemar drama Korea atau drakor, karena banyak judul baru dengan cerita menarik dan aktor ternama yang siap menghiasi layar kaca Anda.

    Mulai dari genre romantis hingga thriller penuh ketegangan, berbagai drakor siap memberikan hiburan istimewa untuk mengisi akhir tahun Anda.

    Berikut ini tujuh rekomendasi drakor yang tayang pada Desember 2024.

    1. Light Shop
    Sekelompok orang asing, yang masing-masing memiliki masa lalu penuh beban, menemukan diri mereka tertarik pada sebuah toko lampu misterius di ujung gang terpencil. Penjaga toko yang mencurigakan menyimpan rahasia yang berkaitan dengan masa lalu, masa kini, dan masa depan mereka. Tempat ini menjadi tujuan mereka untuk mencari jawaban atas kehidupan mereka sambil mencoba menyembuhkan luka-luka batin yang selama ini tersembunyi.

    2. Squid Game 2
    Musim kedua Squid Game melanjutkan kisah para peserta yang bersaing dalam permainan mematikan demi memenangkan hadiah uang yang sangat besar. Dibintangi oleh Lee Jung Jae, Lee Byung Hun, Wi Ha Joon, dan Gong Yoo, cerita ini kembali menghadirkan Seong Gi Hun, atau Pemain 456, yang sebelumnya berhasil memenangkan permainan.

    Kali ini, setelah mengetahui kebenaran kelam di balik permainan tersebut, Seong Gi Hun berusaha meyakinkan peserta lain untuk berhenti dan ingin menghentikan permainan tersebut selamanya. Namun, dengan iming-iming hadiah jutaan won, perjuangannya menghadapi tantangan yang tidak mudah.

    3. When The Phone Rings
    Drama ini menceritakan kisah juru bicara termuda di Blue House (diperankan oleh Yoo Yeon Seok), yang hidupnya berubah setelah menerima telepon tentang istrinya (Chae Soo Bin), seorang penerjemah bahasa isyarat dengan afasia, yang diculik. Kisah ini menggambarkan perjalanan cinta dan perjuangannya dalam menghadapi situasi yang penuh tekanan.

    4. Who Is She
    O Mal Sun (diperankan oleh Jung Ji So), seorang wanita berusia 70-an, secara ajaib kembali muda ke usia 20-an setelah berselisih dengan putrinya. Dengan semangat baru, dia memutuskan untuk mengejar mimpinya menjadi seorang penyanyi dan bergabung dengan Unis Entertainment dengan nama panggung O Du Ri.

    Di sana, dia bertemu Daniel Han, seorang mantan idola yang kini menjadi produser top, yang merasa terguncang oleh kehadirannya. Di sisi lain, cucunya yang cerdas, Choi Ha Na, juga bergabung dengan agensi tersebut. Ia meninggalkan kuliahnya untuk mengejar mimpi serupa, yaitu menjadi seorang penyanyi.

    5. Sorry Not Sorry
    Ji Song I, seorang wanita yang baru saja dicampakkan, harus bekerja paruh waktu untuk melunasi pinjaman rumahnya di kota baru. Di tengah kesulitan, dia berpura-pura menikah agar dapat diterima di komunitas ibu-ibu setempat.

    Sahabat lamanya, Choi Ha Na, adalah seorang ibu pekerja yang sangat terorganisir dan gemar mengatur segalanya dengan aplikasi Microsoft Excel. Sementara itu, An Chan Yang, seorang guru tembikar, memiliki kepribadian unik, yakni sisi manis tetapi tegas, dan seorang pecandu media sosial yang terlihat glamor tetapi rendah hati. Bersama-sama, mereka menjalani kisah penuh drama, kejutan, dan humor yang menyegarkan.

    6. Namib (The Starry Night)
    Kang Su Hyun, seorang produser idola ternama, harus menghadapi perubahan besar dalam hidupnya setelah dipecat. Kini, dia menjadi pencari nafkah di rumah, sementara suaminya, Sim Jun Seok, merawat putra mereka yang kehilangan pendengaran akibat kecelakaan.

    Dalam perjalanan barunya, Kang Su Hyun bertemu Yoo Jin U, seorang trainee berbakat yang menghadapi berbagai tekanan. Ia memilih untuk membimbing Yoo Jin U menjadi bintang.

    Sementara itu, Sim Jun Seok, yang dahulunya adalah produser musik, kembali diminta Su Hyun untuk membantu pelatihan Jin U. Kehidupan mereka menjadi penuh dinamika, drama, dan perkembangan emosional yang mendalam.

    7. Check In Hanyang
    Berlatar Dinasti Joseon, Check In Hanyang adalah kisah romansa sejarah yang menggambarkan pertumbuhan dan hubungan antara empat karakter utama, yaitu Lee Eun Ho (Bae In Hyuk), Hong Deok Soo (Kim Ji Eun), Cheon Jun Hwa (Jung Gun Joo), dan Go Soo Ra (Jaechan).

    Drama ini berpusat di Yongcheonru, sebuah wisma tamu paling mewah di Joseon, tempat para pelanggan diperlakukan seperti raja. Keempat karakter utama, yang masing-masing memiliki rahasia dan tujuan mereka sendiri, bekerja di sana sebagai magang.

    Lee Eun Ho adalah seorang pangeran tersembunyi, Hong Deok Soo adalah seorang wanita yang menyamar sebagai pria, Cheon Jun Hwa adalah pewaris yang enggan, dan Go Soo Ra berusaha memulihkan kekayaan keluarganya. Mereka saling terhubung melalui pengalaman mereka, menjadi sahabat, dan menghadapi berbagai tantangan bersama di wisma tersebut.

    Itulah deretan drakor yang tayang pada Desember 2024. Anda bisa menontonnya melalui berbagai apikasi streaming.